Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


 Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering
ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah, 2004).
Anemia dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda setiap kelompok, usia, dan
jenis kelamin. Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang
merupakan masalah kesehatan masyarakatyang penting di seluruh dunia, terutama
di Negara berkembang termasuk Indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan
sering lebih rendah dari pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan,
dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang
rendah absorbsi zat besinya (Rasmaliah, 2004)
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekuranga gizi, karena
terjadi pingkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang
dikandung. Kebutuhan gizi meningkat selama kehamilan untuk pertumbuhan
janin, plasenta, pertambahan volume darah, mamae yanng membesar dan
metabolisme basal yang meningkat (Fatimah, 2011). Kekurangan gizi pada ibu
hamil mempunyai dampak yang begitu besar terhadap proses pertumbuhan janin
dan anak yang akan dilahirkan. Bila Ibu hamil mengalami kekurangan gizi
makaakibat yang akan ditimbulkan antara lain keguguran,bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia, dan bayi lahir BBLR (Lubis, 2003).
Kasus anemia terhadap ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh
rendahnya asupan zat besi dalam tubuh yang disebabkan pola makan kurang baik.
Pola makan merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
kelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi
pangan setiap hari yang neliputi jenis makanan dan frekuensi makan yang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial budaya dimana mereka hidup (Almatsier,
2011). Masyarakat Indonesia kushusunya wanita kurang mengkonsumsi sumber
makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme
iron). Bahan makanan nabati (non- heme iron) merupakan sumber zat besi yang
tinggi tetapi sulit diserap, sehingga dibuutuhkan jumlah makanan yang besar
untuk mnecukupi kebutuhan zat besi dalam sehari ( Supriyono, 2009). Frekuensi
makan berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi Ibu hamil yang
cenderung meningkat (Proverawati dan Asfuah, 2009). Konsumsi zat besi yang
tidak cukup dan absorbsi cesi yang rendah dari pola makan yang sebagian besar
memiliki jenis makanan yang kurang berganeka ragam dapat menyebabkan
anemia pada Ibu hamil (Rosmaliah, 2009).

1
 CPD
Proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana suatu benda di
dorong melallui ruangan oleh suatu tenaga. Benda yang di dorong adalah janin,
ruangan adalah Pelvis untuk membuka Serviks dan mendorong bayi keluar.
Jika tidak ada disproporsi antara Pelvis dan janin normal dan serta letak
anak tidak patologik, dapat ditunggu partus spontan bila ada disproporsi feto
Pelvis atau janin letak lintang maka terjadi persalinanpatologik (SC).
Sectio caesarea adalah melahirkan bayi melalui insisi (membuat sayatan) didepan
uterus. Ada 2 macam sectio caesarea yang dilakukan, bisa berencana dan bisa
dalam keadaan darurat. Sectio caesarea berencana yaitu Chepalo Pelvic
Disporpotion (CPD). Plasenta previa, ruptur uteri membakar, kelainna letak,
gawat janin, prolapsus bayi yang terhambat, dan kegagalan melahirkan normal
karena kurang adekuatnya stimulasi. Sectio caesarea dalam keadaan darurat yaitu
presntasi bokong ibi denga Human Immunodeficiency Virus (HIV) Positif ,
gemeli, Distosia, Preeklamsi berat, da riwayat sectio caeesarea sebelumnya
(Wahyudi, 2010).
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia.
Rumah Sakit pemerintah kira-kira 11% sementara Rumah Sakit swasta biasa
lenih dari 30% (Gibbson L. Et all, 2010). Di Indonesia menurut data nasional
ngka kejadian sectio caesarea pada tahun 2009 adalah 921.000 dari 4039.000
persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (Rasjidi, 2009). Berdsarkan
data dinas kesehatan jumlah tindakan sectio caesarea pada tahun 2012 adalah
113.796 (Menkes RI, 2012) WHO memperkirakan bahwa angla persalinan
dengan sectio xasarea pada tahun 2013 di Indonesia pada rumah sakit pemerintah
rata-rata 11% dan di rumah sakit swasta sendiri bisa lebih dari 30% (Judita,
2009).
Angka kejadian Chepalo Pelvic Disporpotion (CPD) setiap tahun terjadi
peningkatan disebabkan oleh faktor tenaga kesehatan dan faktor ibu sendiri. Dari
tenaga kesehatan harusnya dapat mengenal lebih jauh perubahan yang mungkin
terjadi sehingga kelainan dapat dikenali lebih dini , misalnya ukuran panggul ibu
yang tidak normal dan tinggi fundus uterus (TFU) yang tinggi. Faktordari ibu
adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi,
rendahnya status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah, dan aksese terhadap
pelayanan kesehatan (Prawirohardjo, 2006).

1.2 Tujuan
2
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Maternitas dengan
gangguan reproduksi; post sectio caesarea a/i primi gravida kehamilan muda (15
tahun) + post date + CPD diruang kemuning RS IPI Medan
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu:
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Ny.T dengan gangguan system

reproduksi : Anemia + Cpd

2. Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada klien Ny.T dengan gangguan

system reproduksi : Anemia + Cpd

3. Menyusun tindakan keperawatan pada klien Ny.T dengan gangguan system

reproduksi : Anemia + Cpd

4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien Ny.T dengan gangguan system

reproduksi : Anemia + Cpd

5. Melakukan Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada

klien Ny.T dengan gangguan system reproduksi : Anemia + Cpd

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penulisan hanya di batasi pada satu kasus saja yaitu Asuhan
Keperawatan pada Ny. T dengan gangguan reproduksi

1.4 Metode Penulisan

1. Studi Kasus
Adalah pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan data tersebut di
kumpulkan, disusun dan di analisa. Teknik pendekatan yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data yaitu:
- Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan objek
dalam Asuhan Keperawatan.

3
- Wawancara adalah mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan klien dan
bidan ruangan.
- Dokumentasi yaitu dengan cara melakukan pengambilan data dari dokumentasi
dan catatan administrasi klien (Status Klien).
2. Tinjauan Pustaka
Yaitu dengan cara mempelajari buku-buku di perpustakaan untuk mendapatkan
teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang penulis bahas.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika.
BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri dari tinjauan medis dan tinjauan
keperawatan.
BAB III : Laporan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, analisa
data, prioritas m
asalah, dan asuhan keperawatan.
BAB IV : Pembahasan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan
pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB V : Penutup terdiri kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Medis


a. Pengertian
 Anemia adalah keadaan berkurangnyajumlah eritrosit atau Hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O3 dalam julah yang cukup ke jaringan perifer
sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Secara fisisologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis
kelamin, kehamilan, da ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu ditentukan
batasan kadar hemoglabin pada anemia

Kelompok UMUR HEMOGLOBIN


(gr/dl)
Anak 6 bulan-6 tahun <11
6 tahun-14 tahun <12
Wanita Dewasa <12
Dewasa Laki-laki Dewasa <13
Ibu Hamil <11

 CPD (Chepalo Pelvic Disporpotion)


Chepalo Pelvic Disporpotion atau Disporposi sefalo-Pelvik adalah
ketidakcocokan antara kepala janin dan bagian pelviks tretentu yang harus
dilaluinya.
Janin dapat terletak melintang pada panggul ibu yang berukuran telalu kecil atau
bentuknya abnormal , atau letak presentasi kepala yang diameternya tidak
menguntungkan abnormal besar. Keadaan ini akan diketahui dalam 3 minggu
terakhir kehamilan dengan tidak berhasilnya kepala janin masuk ke dalam PAP,
baik secara spontan maupun penekanan.
Derajat disproporsi dapat dinilai secara akurat dengan bantuan sinar x (ultra
suara) dengan derajat yang ringan, kerja uterus dalam persalinan cukup memadai
untuk mengubah bentuk kepala janin hingga dapat melewati panggul ibu.
Perubahan bentuk kepala janin ini sring disertai peningkatan pleksi. Pada keadaan
ini persalinan dapat berlangsung tanpa kompllikaasi pada janin dan ibu nya.pada
disproporsi dengan derajat sedang hingga berat kelahiran bayi harus dilakukan
secara Sectio caesarea.

5
b. Etiologi
 Anemia
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan eritrosit terjadi apabila terdfapat defesiensi substansi tertentu seperti
mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat) asam amino, serta gangguan
pada sumsum tulang.
2) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total ssel darah
merah dalam sirkulasi
3) Hemolisi
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit

 CPD
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1) Panggul sempit seluruh: semua ukuran kecil
2) Panggul picak: ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
3) Panggul sempit picak: semua panggul sempit tapi terlebih ukuran muka
belakang
4) Panggul corong: pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit
5) Panggul belah: symphyse terbuka
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1) Panggul rachitis: panggul picak, panggul sempit, seluruh panggul sempit
picak dan lain-lain
2) Panggul osteomalacci: panggul sempit melintang
3) Radang articulatio sacroiliaca: panggul sempit miring
c. Kelainan panggul disebabkan kelianan tulang belakang
1) Kyphose didaerah tulang pingggang menyebabkan panggul corong
2) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah Coxitis, Iuxatio,
atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.

6
c. Patofisiologi
 Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kesdaran sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Lisis sel darah
merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuin aliran darah. Setiap destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal < dari 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami ppenghancuran dalam sirkulasi ,
(pada kelainan hemolitik) maka jemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia) . apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemog;obin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin
(hemoglobinuria)

Anemia

Viskositas darah menurun

Resistensi aliran darah perifer

Penurunan transport O2 ke jaringan

Hipoksia ,pucat, lemah

Beban jantung meningkat

Kerja jantung meningkat

Payah jantung

7
 CPD
Tulang-tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum,dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang-tulang ini
satu dengan yang lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua
os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat artikulasio sakro-
iliasa yang menghubungkan os sakrum ddengan os ilium.
Pada wanita, diluar kehamilan artikulasi ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu kehamilan dapat bergeser
lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung kosisgis dapat bergerak kebelakang
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan
cunam ujung os koksigis itu apat ditekan kebelakang. Secara fungsional, panggul
terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis,
disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea treminalis
disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor
terdapat organ-organ abdominal, selain itu pelvis mayor merupakan tempat
perletakkan otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang
dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih,
dan pada wanita terdapatuterus dan ovarium.
Selama kehamilan, serviiks (leher rahim atau saluran tempat jalan
keluarnya bayi dari rahim menuju vagina) dalam kondisi tertutup dan dipenuhi
oleh lendir (mukus) untuk melindunginya dari infeksi. Pada tahap pertama
persalinan, kontraksi membuat serviks terbuka secara bertahap.serviks mulai
melentur sehingga dapat terbuka dan melebar sampai 10 cm. Tahap ini merupakan
tahap yang paling panjang dari persalinan. Dapat berlangsung selama beberapa
jam bahkan hari sebelum menjalani persalinan.
Fase dimana serviks mulai terbuka ini disebut dengan fase laten. Pada
fasse laten, akakn merasa kontraksi dan juga kadang tidak. Pada fase ini
sebaiknya makan dan minum untuk mempersiapkan energi yang akan dipakai
selama proses kehamilan. Jika persalinan mulai pada mlaam hari, sebaiknya
tenang dan tetap rileks. Gunakan waktu untuk tidur jika bisa. Dan jika persalinan
baru dimulai saat siang hari, cobalah untuk tetap aktif. Bergerak aktif akan
membantu bayi turun ke bawah rahim dan juga membantu serviks untuk melebar.

d. Manifestasi Klinis
8
Anemia
a. Tanda-tanda umum anemia:
1. Pucat
2. Takicardi
- Bising sistolik anorganik
- Bising karotis
- Pembesaran jantung
b. Manifestasi khusus pada anemia:
1. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,
demam, anemis, pucat, lelah, takicardi.

2.Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), teapak tangan pucat
(Hb <8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takicardi, murmur sistolik, letargi, tidur
meningkat, kehilangan minat bernain/ aktivitas bermain. Anak tampak lemas,
srering debar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tampak sakit,
tampak pucat pada mukosa bibir, faring, telapak tangan dan dasar kuku.
Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.

3.Anemia aplastik: ikterus, hepotosplenomegali. (staff pengajar ilmu


kesehatan anak fakultas kedokteran UI, 1985).

CPD

1. Persalinan lebih lama dari yang normal


2. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38
minggu

e. Komplikasi
 Anemia
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan muah terkena infeksi. Gampang batuk pilek, gampang flu
atau gampang terkena infeksi saluran nafas, jantung juga mejadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil pada anemia, jika
lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko
bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (sjaifoellah, 1998).
Sumber : Noer, sjaifoellah. 1998. Standar perawatan pasien. Monica ester: jakarta.

Komplikasi dari anemia :


1. Gagal ginjal
Dengan berkurangnya asokan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal akan
terjadi kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

9
2. Hipoksia
Hipoksia adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai
ditingkat fisiologik. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Jika terjadi penurunan hb maka akan terjadi hipoksia bahkan dapat menyebabkan
kematian.
3. Anemia pada ibu hamil
Seorang wanita hamil yang menderita anemia gizi besi kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang mempunyai persediaan zat besi sedikit atau tidak
mempunyai persediaan zat besi sama sekali didalam tubuhnya. Jika setelah lahir
bayi tersebut tidak mendapatkan asupan zat besi yang mencukupi, bayi akan
beresiko menderita anemia. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan
muda dapat menyebabkan abortus dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan
partus lama, perdarahan postpartum. Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat
mengakibatkan daya tahan ibu menjadi rendah terhadap infeksi. Anemia gizi besi
pada ibu hamil mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu,
peningkatan angka kesakitan dan kematian janin dan peningkatan resiko bayi
dengan berat badan lahir rendah.

 CPD
Apabila persalinan dengan disproporsefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri
bilamana perlu. Pengambilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan
janin (Sarwono)

1) Bahaya pada Ibu


a. Partus lama yang sering disertai pecahnya keruban pada pembukaan kecil
dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retrasi
patologik (Bandl). Kegiatan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam.
Apabila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan
timbul ruptur uteri.
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal ini mengalami gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya
iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post
partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau
fistula rekto vaginalis.

2) Bahaya pada janin

10
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apabila jika ditambah
denagn infeksi intrapartu.
b. Dengan adanya disproporsi sefalo pelvik kepala janin dapat melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh
kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-bats tersebut dilampaui,
terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan intrakrahial.
c. Selanjutnya tekanan oleh promotorium atau kadang-kadang oleh simfiksi pada
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala
janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada Osparietalis.

F. Prognsis
Anemia
Prognosis baik apabila penyebab anemianya diketahui hanya karena kekurangan
besi saja lalu ditangani dengan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan
menifestasi klinik lainnya akan membaik dengan memberi preparat besi. Jika terjadi
kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1. Kesalahan diagnosis
2. Dosis obat tidak adekuat
3. Preparat Fe yang tidak tepat atau kadalursa
4. Perdarahan yang tidak teratasi
5. Gangguan absorbsi saluran cerna

CPD

Komplikasi CPD meliputi peningkatan risiko operasi caesar dan distosia bahu
dengan persalinan pervaginam serta peningkatan risiko perdarahan postpartum.
Sebagian besar wanita dengan CPD memiliki hasil kehamilan yang sukses setelah
persalinan caesar dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa CPD mempengruhi
bayi setelah kelahirannya. Statistik menunjukkan bahwa sekitar satu dari tiga operasi
caesar adalah hasil dari beberapa bentuk CPD. Studi lain menunjukkan bahwa 65%
wanita yang menerima diagnosis disproporsi safalopelvis pada kehamilan sebelumnya
melanjutkan persalinan pervaginanm pada kehamilan berikutnya. Bahkan, banyak
dari wanita ini memiliki bayi yang lebih besar pada kehamilan berikutnya
dibandingkan degan bayi CPD.

G. Pemeriksaan diagnostik

11
1. pemeriksaan radiologi
untuk pelvimetri dibuat 2 foto
a. Foto pintu atas panggul ibu dalam posisi setengah duduk ( Thomas ), sehingga tabung
rontgen tegak lurus diatas pintu panggul .
b. Foto lateral ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan diarahkan horizontal
pada trochanter maya samping
2. pemeriksaan hemoglobin tidak normal ,jumlah 233.000

H. Penatalaksanaan
a. persalinan percobaan
setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa perslinan dapat berlangsung pervaginaan dengan
selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. persalinan percobaaan hanya dapat
dilakukan pda letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang atau kelainan letak
lainnya.
b. seksio sesarea
seksio sesarea efektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan aterm atau
disproporsi sephalopelvik yang nyata.
c. simfisiotomi
tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan panggul kanan pada
simfisis tindakan ini sudah tidak pernah dilakukan lagi.
d. kraniotomi dan kleidotomi
pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi dan kleidotomi yaitu dengan
cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak , sehingga janin dapat
mudah lahir pervaginam .

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

12
2.2.1 Pengkajian Pasien
 Identitas klien dan penanggung
 Keluhan utama klien saat ini
 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
 Riwayat penyakit keluarga
 Keadaan klien meliputi :

a. Sirkulasi
- Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
- Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional
dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c. Makanan dan cairan
- Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
- Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
- Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f. Pernapasan
- Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
- Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h. Seksualitas
- Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

13
2.2.2 Daftar terapi

No Tindakan Obat Dosis Efek Obat


Positif Negatif
1. IVFD RL 30 gtt/i Memenuhi kebutuhan cairan Oedem
elektrolit dalam tubuh
2. Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam Mengurangi refluks asam Hipersensitif
lambung
3. Ciprofloxacin 2 x 1 tab/ hari Antibiotik Hipersensitif
4. Anastan 3 x 1 tab/ hari Mengurangi rasa nyeri Hipersensitif
5. Paracetamol 3 x 1 tab/ hari Mengurangi rasa nyeri Hipersensitif
6. Hufabion 1x1 tab / hari Penambah darah Hipersensitif

2.2.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


21/01/2019 Hemoglobin 9,2 g/dl P: 13-18 W:12-16
Leukosit 10.800 /mm3 4.000-11.000
Laju Edap Darah Mm/Jam P:0-10 W: 0-20
Trombosit 182.000 /mm3 150.000-450.000
Hematokrit 29,3 % P: 39-54 W:36-37
Eritrosit 3,51 Juta/mm3 P:4,50-6,5 W:4,10-5,10

2.2.5 RENCANA KEPERAWATAN


Rencana keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha

membantu, meringankan, memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhan klien.

(Setiadi 2012)

14
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan (Potter & Perry, 1997)

Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-

hari dengan kata lain, implementasi adalah melakukan rencana tindakan yang telah

ditentukan untuk mengatasi masalah klien.

2.2.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan keputusan atau pendapat tentang data atau tindakan memeriksa setiap

aktivitas yang kemudian memberikan umpan balik mengenai seberapa baik keberhasilan

aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai. (Rubenfeld dan Scaffer, 1999).

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

2.2.4 discharge planning

 usia > 40 tahun ( ) tidak ( ) ya

 keterbatasan mobilitas ( ) tidak ( ) ya

 perawatan / pengobatan lanjutan ( ) tidak ( ) ya

 bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari ( ) tidak ( ) ya

 bantuan untuk merawat bayi ( ) tidak ( ) ya

bila ada satu atau lebih jawaban ya maka lanjutkan asesmen dengan formulir discharge planning

15
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian keperawatan

Nama Ny. T berumur 27 tahun, agama islam, suku jawa, bangsa Indonesia, pendidikan SMP,
pekerjaan ibu rumah tangga, Suami Tn. I, umur 31 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan
SMA, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. Rawa cangkung III No 81 Medan, lama perkawinan 7
tahun, jumlah perkawinan 1 kali, No RM. 17-86-44.
Ny. T masuk Rumah Sakit IPI Medan pada tanggal 21 Januari 2019, Klien kiriman bidan
Nirmala yang tiba diruangan IGD pukul. 08.30 Wib, dengan keluhan mules-mules, mau
melahirkan(+), lendir darah (+) dan pada pemeriksaan, pasien meresa lebih lelah ANC Leopold
I TFU 33 cm, DJJ 155x/I Leopod II punggung teraba disebelah kanan ibu, Leopod III teraba
bagian terbawah janin yaitu kepala janin, Leopod IV kepala masih teraba goyang dengan TBBJ
3875 gram, Klien masuk ruang kemuning pukul 09.00 Wib dengan rencana operasi pukul 10.05
Wib, klien tiba dirung operasi pada jam 09.45 Wib dan mulai operasi Sectio Ceasarea pada jam
10.05 Wib dengan indikasi CPD + ANEMIA, bayi baru lahir hidup dengan BB 3,8 Kg, panjang
48 cm. Apgar score 8-10, lama operasi ± 35 menit, perdarahan ± 300 cc, panjang luka 10 cm.
Keluhan yang dirasakan Ny. T setelah operasi adalah perutnya terasa nyeri dan kaku
terutama bila digerakkan, pada saat mobilisasi bertahap (mika-miki) klien memegangi perutnya
dan menahan rasa sakit, Ny. T tidak tahan terlalu lama dengan posisi sim, skala nyeri 4-6
(sedang), durasi nyeri 30-60 detik setelah bergerak. Keadaan luka masih tertutup kasa/ masih
terpasang perban pada saat dilakukan pengkajian.
Pola eliminasi BAK, Ny. T masih terpasang kateter, kandung kemih kosong, dengan
frekuensi 1000cc/12 jam post op. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan hasil TD: 100/ 70 mmhg,
RR:20x/I, HR:86x/I, Tempt: 36,80 . Kebersihan Vulva hygiene 2x / hari pagi dan sore.
Kesadaran Compos Mentis (15), pemeriksaan HB: 9,2 g/dl. Keadaan payudara simetris, putting
susu menonjol, tidak tegang, involusio uterus 2 jari dibawah pusat, kandung kemih tidak teraba,
lochea rubra, jumlah 50 cc, bau khas (amis).
Klien mengatakan tidak tahu saat perawat bertanya bagaimana cara menyusui bayi yang
benar, pengertian ASI ekslusif, cara perawatan payudara, cara merawat bayi, dan pengetahuan

16
tentang KB, Klien tampak binggung. Ny. T makan 3 kali/hari, jenis diet MB, makanan tambahan
roti, susu, buah, nafsu makan baik, makanan pantangan tidak ada .

3.2 Hasil Pemeriksaan Penunjang

A.Darah Lengkap

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


21/01/2019 Hemoglobin 9,2 g/dl P: 13-18 W:12-16
Leukosit 10.800 /mm3 4.000-11.000
Laju Edap Darah Mm/Jam P:0-10 W: 0-20
Trombosit 182.000 /mm3 150.000-450.000
Hematokrit 29,3 % P: 39-54 W:36-37
Eritrosit 3,51 Juta/mm3 P:4,50-6,5 W:4,10-5,10

B.Penanganan Medis

No Tindakan Obat Dosis Efek Obat


Positif Negatif
1. IVFD RL 30 gtt/i Memenuhi kebutuhan cairan Oedem
elektrolit dalam tubuh
2. Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam Mengurangi refluks asam Hipersensitif
lambung
3. Ciprofloxacin 2 x 1 tab/ hari Antibiotik Hipersensitif

4. Hufabion 1 x 1 tab/ hari Penambah darah Hipersensitif

5. Paracetamol 3 x 1 tab/ hari Mengurangi rasa nyeri Hipersensitif

6 Anastan 3x 1 tab/hari Mengurangi rasa nyeri Hiperensitif

3.3. Analisa Data

17
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : SC Gangguan
 Klien mengatakan perutnya Rasa Nyaman
terasa nyeri dan kaku, terutama Nyeri
Luka Operasi
bila digerakkan.

Data Objektif :
Terputusnya
 Pada saat mobilisasi bertahap
kontinuitas
(mika-miki) klien memegangi
jaringan
perutnya dan menahan rasa
sakit.
 Klien tidak tahan terlalu lama
dengan posisi sim. Nyeri
 Skala nyeri : 4-6 (nyeri sedang)
 Durasi nyeri 30-60 detik setelah
bergerak

2 Data Subjektif : Primigravida Kurangnya

 Klien mengatakan tidak tahu tingkat

saat perawat bertanya pengetahuan

bagaimana cara menyusui bayi Kurang


yang benar, pengertian ASI informasi
ekslusif, cara perawatan
payudara, cara merawat bayi,
dan pengetahuan tentang KB.
Kurangnya

Data Objektif : tingkat

 Klien tampak bingung, tidak pengetahuan

mengerti bagaimana cara


menyusui bayinya.

3 Data Subjektif : - Dilakukan Resiko tinggi

18
Data Objektif : tindakan operasi infeksi
 Terdapat luka post operasi SC SC
pada perut bagian bawah
kurang lebih 10 cm.
 Luka masih tertutup kasa Inkontinuitas
jaringan

Luka terpapar
lingkungan

Resiko tinggi
infeksi

4 Data subjektif : pasien mengatakan Kebutuhan Ketidakseimban


merasa cepat lemah ,dan merasakan oksigen tidak gan suplai
sesak nafas. terpenuhi oksigen
Data objektif :
 konjungtiva pucat
 Hb rendah 9,2

3.4. Prioritas Masalah

19
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan
klien mengatakan perutnya terasa nyeri dan kaku, terutama bila digerakkan, Pada saat
mobilisasi bertahap (mika-miki) klien memegangi perutnya dan menahan rasa sakit.
Klien tidak tahan terlalu lama dengan posisi sim, kala nyeri : 4-6 (nyeri sedang), Durasi
nyeri 30-60 detik setelah bergerak.
2. Kurangnya tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan klien mengatakan tidak tahu saat perawat bertanya bagaimana cara menyusui bayi
yang benar, pengertian ASI ekslusif, cara perawatan payudara, cara merawat bayi, dan
pengetahuan tentang KB, klien tampak bingung tidak mengerti bagaimana cara menyusui
bayinya.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan dilakukan tindakan operasi sc ditandai dengan
terdapat luka post operasi SC pada perut bagian bawah kurang lebih 10 cm, luka masih
tertutup kasa.
4. kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ( pengiriman )
dan kebutuhan.

20
3.5 Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Gangguan rasa Gangguan rasa  Kaji tingkat  Dapat Selasa 22 januari 2019 Selasa 22 januari 2019
nyaman nyeri nyaman dapat nyeri klien. menenukan - Mengkaji tingkat nyeri S : Klien mengatakan
berhubungan dengan terpenuhi dengan pilihan intervensi nyeri mulai
adanya luka operasi kriteria hasil : selanjutnya. berkurang.
ditandai dengan - - Berikan posisi - Posisi yang - Memberikan posisi O : - Klien tampak
klien mengatakan - yang nyaman nyaman akan yang nyaman pada tenang
perutnya terasa nyeri operasi cepat pada klien. mengurangi klien dengan - Skala nyeri 3
dan kaku, terutama kering. nyeri yang memberikan posisi - Luka masih
bila digerakkan, dialami klien. supinasi tertutup kasa
Pada saat mobilisasi - Ajarkan klien - Teknik relaksasi - Memberi penjelasan A : Masalah mulai
bertahap (mika- tehnik relaksasi akan mengurangi pada klien tentang teratasi dengan
miki) klien rasa nyeri. teknik relaksasi dengan kriteria hasil :
memegangi perutnya cara tarik nafas dalam, - Klien tampak
dan menahan rasa kemudian tahan selama tenang
sakit. Klien tidak 2 detik, lepaskan - Skala nyeri 3
tahan terlalu lama melalui mulut P : Lanjutkan
dengan posisi sim, - Kolaborasi - Efektif untuk - Sesuai kolaborasi intervensi
skala nyeri : 4-6 dengan dokter mengerungi rasa dengan dokter - Kaji tingkat nyeri
(nyeri sedang), dalam nyeri. diberikan therapy klien.
Durasi nyeri 30-60 pemberian anastan 3x1 tab/hari. - Alihkan posisi

21
detik setelah therapy. yang nyaman
bergerak. pada klien
- Ajarkan klien
teknik relaksasi.
- Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
therapy.
2. Kurangnya tingkat Setelah dilakukan Rabu 23 januari 2019 Rabu 23 januari 2019
pengetahuan asuhan - Berikan - Agar klien - Memberikan penjelasan
berhubungan dengan keperawatan penjelasan mengetahui cara pada klien tentang cara S : Klien mengatakan
kurangnya informasi pengetahuan klien pada klien menyusui yang menyusui dan bingung
ditandai dengan bertambah. tentang cara benar pengertian ASI ekslusif bagaimana cara
klien mengatakan Kriteria hasil : menyusui dan dengan cara mengatur menyusui bayi
tidak tahu saat - klien sudah pengertian ASI posisi duduk, yang benar,
perawat bertanya mulai ekslusif membersihkan puting susu pengertian ASI
bagaimana cara memahami sebelum menyusui dan ekslusif, dan cara
menyusui bayi yang bagaimana cara memberikan ASI selama 6 merawat payudara.
benar, pengertian merawat bayi, bulan tanpa makanan O : Klien belum bisa
ASI ekslusif, cara cara menyusui - Berikan - Agar klien tambahan atau MPASI. mempraktekan apa
perawatan payudara, bayi, pengertian penjelasan paham dan dapat - Memberikan pejelasan yang telah perawat
cara merawat bayi, ASI ekslusif, pada klien cara melakukan breast pada klien tentang jelaskan
dan pengetahuan cara perawatan perawatan care secara perawatan payudara A : Masalah belum

22
tentang KB, klien tali pusat bayi, payudara mandiri (breast care) dengan teratasi
tampak bingung perawatan (breast care) melalukan masase P : Lanjutkan
tidak mengerti payudara, dan - Berikan - Klien mampu payudara intervensi
bagaimana cara kegunaan KB. penjelasan merawat bayinya - Memberikan penjelasan - B
menyusui bayinya. pada klien dengan benar pada klien cara erikan
tentang cara merawat bayi penjelasan pada
merawat bayi (Memandikan bayi dan klien tentang
- Berikan - Agar klien perawatan tali pusat) cara menyusui
penjelasan mengetahui apa - Memberikan penjelasan dan pengertian
pada klien kegunaan KB tentang KB serta ASI ekslusif
tentang KB tersebut kegunaannya dan - B
menganjurkan agar erikan
klien menggunakan KB penjelasan pada
selama 5 tahun. klien cara
perawatan
payudara (breast
care)
- B
erikan
penjelasan pada
klien tentang
cara merawat

23
bayi
- B
erikan
penjelasan pada
klien tentang
KB

3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan Kamis 24 januari 2019 Kamis 24 januari 2019
berhubungan dengan tindakan - Observasi - Tanda-tanda - Memperhatikan S : -
dilakukan tindakan keperawatan perkembangan perkiraan infeksi keadaan luka terhadap O : Luka masih
operasi sc ditandai diharapkan tidak luka pada luka adanya tanda-tanda tertutup kasa
dengan terdapat luka terdapat tanda- infeksi pada luka yaitu A : Masalah belum
post operasi SC pada tanda infeksi. adanya kemerah- teratasi
perut bagian bawah kriteria hasil: merahan, bengkak P : Intervensi
kurang lebih 10 cm, -Tidak terdapat gatal-gatal dan panas. dilanjutkan
luka masih tertutup tanda-tanda - Beri perawatan - Agar tidak - Mengganti balutan luka - Observasi tanda-
kasa. radang dengan terjadi dengan menggunakan tanda infeksi.
-Luka terlihat mengganti kontaminasi cairan NaCl dan - Beri perawatan
kering balutan luka silang dan bethadine dan dengan
dengan teknik kemungkinan mengganti dengan mengganti
steril infeksi tehnik steril balutan luka
- Anjurkan klien - Untuk - Menganjurkan klien dengan teknik
makan tinggi mempercepat makan tinggi protein, steril

24
protein, buah pembentukan buah dan sayur - A
dan sayur jaringan baru dan njurkan klien
penyembuhan makan tinggi
luka protein, buah dan
- Kolaborasi - Efektivitas dalam - Sesuai kolaborasi sayur
dengan dokter proses dengan dokter dalam - K
dalam penyembuhan diberikan Theraphy olaborasi dengan
pemberian Ciprofloxacin 2x1 dokter dalam
therapy obat- tab/hari, anastan 3x1 pemberian
obatan. tab/hari, pct 3x1 therapy obat-
tab/hari, hufabion 1x 1 obatan.

4 kelemahan Dapat -Kaji - mempengaruhi - berikan klien theraphy -Kolaborasi dengan


berhubungan dengan mempertahankan / kemampuan klien pilihan intervensi/ obat hufabion 1x1 tab / dokter dalam
ketidakseimbangan meningkatkan dalam melakukan bantuan hari pemberian therapy
antara suplai oksigen
ambulasi / aktifitas sehari obat-obatan.
( pengiriman ) dan
aktivitas hari
kebutuhan.

25
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny. T
Ruangan : Kemuning

Hari/Tanggal Dx Implementasi Evaluasi


Selasa I - Mengkaji tingkat nyeri S : Klien mengatakan nyeri
22 januari 2018 - Mengalihkan perhatian sudah berkurang.
klien dengan mengajak O : - Klien tidak meringis
klien bekomunikasi kesakitan
- Memberi penjelasan pada - Skala nyeri 2-3
klien tentang teknik - Luka sudah mulai
relaksasi dengan cara tarik kering.
nafas dalam, kemudian A : Masalah teratasi sebagian
tahan selama 2 detik, dengan kriteria hasil :
lepaskan melalui mulut - Luka mulai kering
- Sesuai kolaborasi dengan - Nyeri berkurang
dokter memberikan P : Lanjutkan intervensi
therapy anastan 3x1 - Anjurkan pada klien
tab/hari. agar minum obat
teratur untuk mengatasi
nyeri.
- Beri tahu klien dan
keluarga agar
membatasi mobilisasi
klien dengan tidak
melakukan aktifitas
yang berat (mencuci)
Rabu II - Memberikan penjelasan S : Klien mengatakan sudah
23 januari 2018 pada klien tentang cara mulai mengerti
menyusui dan pengertian bagaimana cara
ASI ekslusif dengan cara menyusui bayi,
mengatur posisi duduk, pengertian ASI ekslusif,
membersihkan puting susu cara merawat payudara,

26
sebelum menyusui dan cara merawat bayi dan
memberikan ASI selama 6 kegunaan KB
bulan tanpa makanan O : Klien mulai bisa
tambahan atau MPASI. mempraktekan apa yang
- Memberikan pejelasan telah perawat jelaskan
pada klien tentang
A : Masalah sebagian teratasi
perawatan payudara (breast
P : Lanjutkan intervensi
care) dengan melalukan
- Beri tahu keluarga
masase payudara
agar ikut serta dalam
- Memberikan penjelasan
membantu klien
pada klien cara merawat
merawat bayinya
bayi
(Memandikan bayi dan
perawatan tali pusat)
- Memberikan penjelasan
tentang KB serta
kegunaannya dan
menganjurkan agar klien
menggunakan KB selama 5
tahun.
Kamis III - Memperhatikan keadaan S :
24 januari 2014 luka terhadap adanya O : Luka sudah mulai
tanda-tanda infeksi pada tampak kering, tidak
luka yaitu adanya adanya tanda- tanda
kemerah-merahan, peradangan.
bengkak gatal-gatal dan A : Masalah sebagian teratasi
panas. sebagian dengan kriteria
- Mengganti balutan luka hasil :
dengan menggunakan - Luka operasi sudah
cairan NaCl dan bethadine mulai kering
dan mengganti dengan P : Intervensi
tehnik steril. dihentikan( PBJ)
- Menganjurkan klien makan - Beri tahu keluarga agar
tinggi protein, buah dan member klien makan

27
sayur. tinggi protein, buah
- Berkolaborasi dengan dan sayur.
dokter dalam pemeberian - Anjurkan klien agar
Theraphy Ciprofloxacin minum obat secara
2x1 tab/hari, anastan 3x1 teratur
tab/hari, pct 3x1 tab/hari, - Beri tahu keluarga agar
hufabion 1 x 1tab/hari mengingatkan klien
untuk ganti perban 3/2
hari lagi ke RS atau
klinik terdekat.tgl
26/01/2019

BAB IV

28
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Ketidak cocokan antara kepala janin dan bagian pelvis tertentu yang harus
dilaluinya. Sebaiknya dilakukan SC supaya ibu dan bayi selamat dan proses persalinan
dapat diatasi dengan cepat, tepat dan singkat.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Ny. T dengan gangguan sistem reproduksi ; post sectio caesarea CPD+ ANEMIA di
ruang kemuning RSU IPI Medan ”. dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul
adalah Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi,
Kurangnya tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan dilakukan tindakan operasi sc ditandai dengan terdapat luka
post operasi SC pada perut bagian bawah kurang lebih 10 cm, luka masih tertutup kasa.
kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
( pengiriman ) dan kebutuhan.
. Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan :
 Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post
operasi yaitu :
 Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif awal,
rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa
mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan
pemeriksaan pre operatif dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai.
Sebelum operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami kecemasan
untuk itu sebagai perawat harus bisa memberi dukungan emosional kepada pasien,
dan mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim-tim bedah.
 Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan
sistem motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus diperlukan
guna mengurangi resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena efek anestesi.

4.2. Saran

29
Saran yang dapat penulis berikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien pre, intra dan post sectio caesarea di kamar bedah adalah :
1. Bagi petugas kesehatan
 Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan prosedure
asuhan keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
dan sesuai dengan yang dibutuhkan klien.
 Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan Asuhan Keperawatan secara
menyeluruh.
 Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
prosedur dan standar pelayanan.
2. Bagi Pasien atau Keluarga
 Hendaknya pasien atau keluarga mempunyai kesadaran untuk segera datang ke petugas
kesehatan bila ada keluhan.
 Hendaknya pasien selalu waspada dengan gangguan kesehatan yang timbul, khususnya
tentang kesehatan reproduksi untuk mencegah meningkatnya angka penyakit
reproduksi.
 Hendaknya pasien lebih kooperatif dengan tindakan yang dilakukan petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

30
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :


mocaMedia

Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetric dan Ginekologi. EGC. Jakarta


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.

31
32

Anda mungkin juga menyukai