Anda di halaman 1dari 14

MENGIDENTIFIKASI MASALAH YANG TERJADI PADA IBU HAMIL DENGAN

PRE EKLAMSI DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


KEPERAWATAN MATERNITAS
Dosen Pembimbing : Tanty Wulan Dari, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 KELAS: 2A

1. Ainun Maf’ulah (04)


2. Annisa Permanasari (09)
3. Chintya Huda Wati (15)
4. Hesti Dwi Hijriyah (37)
5. Izdihar Nahdah Azzah (42)
6. Yanuar Ari Setyawan (48)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Penulis memaanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mengidentifikasi Masalah yang Terjadi pada Ibu Hamil dengan Pre Eklamsi.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Makalah ini menyajikan tentang Mengidentifikasi Masalah
yang Terjadi pada Ibu Hamil dengan Pre Eklamsi. Makalah ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari beberapa pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tanty Wulan Dari, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.An Selaku Dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Maternitas.
2. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D3 Keperawatan
Sidoarjo.
3. Teman-teman kelas atas motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami selaku penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama yang berkecimpungan didunia
kesehatan.

Sidoarjo, 30 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Preeklamsia ...................................................................... 3
2.2 Etiologi Preeklamsia .......................................................................... 3
2.3 Klasifikasi Preeklamsia ...................................................................... 4
2.4 Patofisiologi Preeklamsia ................................................................... 5
2.5 Tanda dan Gejala Preeklamsia ........................................................... 5
2.6 Komplikasi Preeklamsia .................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan Preeklamsia ............................................................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklamsia adalah suatu kondisi hipertensi pada kehamilan yang dapat ditandai
dengan tekanan darah >140/90 mmHg, proteinuria (protein >100 mg/dl dengan analisa
urin atau >300 mg dalam urin per 24 jam), dan atau edema yang terjadi setelah kehamilan
20 minggu (Kristanto, 1999). Pada kondisi berat preeklamsia dapat menjadi eklamsia
dengan penambahan gejala kejang (Rozikhan, 2007).
Preeklamsia disebut “disease of theories” karena ada beberapa teori yang bisa
menjelaskan keadaan tersebut tersebut. Teori-teorinya antara lain: teori implantasi
plasenta, maladaptasi imunologi, genetik, disfungsi endotel, nutrisi dan hormon (Fhelsi,
2008; Solomon dan Seely, 2004; Wagner, 2004). Pada akhir-akhir ini, faktor endotel dan
plasenta dianggap penting dalam atogenesis preeklamsia, namun disadari banyak faktor
lain yang yang belum diketahui (Fhelsi, 2008). Pada preeklamsia tidak terjadi invasi sel-
sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya yang dapat
mengakibatkan penurunan dari perfusi plasenta dan berlanjut terjadi hipoksia dan iskemia
plasenta. Iskemia pada plasenta mengakibatkan terganggunya aliran darah ke janin
(Angsar, 2010).
Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan insiden Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR), hipoksia janin hingga kematian dalam kandungan. Walaupun bayi
dapat lahir hidup, bayi tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berat bayi
lahir rendah dan berbagai penyakit lainnya dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang
tidak mengalami preeklamsia (Akbar, 2011; Felicia dkk., 2010).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 memperkirakan
kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi dinegara berkembang daripada dinegara maju.
Prevalensi preeklampsia dinegara maju adalah 1,3-6%, sedangkan negara berkembang
adalah 1,8-18%. Pada Preeklampsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada
preeklampsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala terutama daerah frontalis,
rasa nyeri di daerah epigastrium, gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, mual
muntah, gangguan pernafasan
sampai sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran. Sampai saat ini preeklamsi merupakan
salah satu penyebab langsung angka kematian ibu dan bayi. Beberapa negara memiliki
AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan

1
Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu
Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas tentang masalah yang
terjadi pada ibu hamil dengan preeklamsia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian preeklamsia?
2. Apa etiologi preeklamsia?
3. Bagaimana klasifikasi preeklamsia?
4. Bagaimana patofisiologi preeklamsia?
5. Bagaimana tanda dan gejala preeklamsia?
6. Apa komplikasi preeklamsia?
7. Bagaimana penatalaksanaan preeklamsia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian preeklamsia
2. Mengetahui etiologi preeklamsia
3. Mengetahui klasifikasi preeklamsia
4. Mengetahui patofisiologi preeklamsia
5. Mengetahui tanda dan gejala preeklamsia
6. Mengetahui komplikasi preeklamsia
7. Mengetahui penatalaksanaan preeklamsia

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang masalah yang terjadi pada ibu hamil
dengan preeklamsia
2. Dapat menambah pengetahuan mahasiswa akan hal baru yang belum pernah diketahui
sebelumnya

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Preeklamsia
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat perubahan pada
hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2012).
Menurut definisi Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa preeklamsia (toksemia
gravidarum) merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein
dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20
minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan protein uria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklamsia) dan gagal
organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan
abrupsio plasenta (Sennan & Chappel, 2001)

2.2 Etiologi Preeklamsia


Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada
umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut (sutrimah,
2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia
pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada
wanita dengan usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20, gejalanya
yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih
dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi
pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko
terjadinya preeklampsia.

3
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.
 Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama
 kalinya.
 Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali.
 Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali.
d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama. Kehamilan
pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan
tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak
perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir tiga
kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko
sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan terkena
preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi
preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak
menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap peningkatan
indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks
masa tubuh >35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
h. Bad Obstetrik History
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan
molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia
pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan darah
tinggi menahun

2.3 Klasifikasi Preeklamsia


Preeklamsia digolongkan ke dalam preeklamsia ringan dan preeklamsia berat dengan
gejala dan tanda sebegai berikut:

4
a. Preeklamsia ringan
1. Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau diastole > 15 mmHg ( dari
tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari atau
sistole ≥ 140 ( < 160 mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤ 110 mmHg) dengan
interval pemeriksaan 6 jam.
2. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
3. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin
kateter atau urin aliran pertengahan.
4. Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar
5. Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
6. Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam 7. Nyeri kepala sementara,
tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada nyeri ulu hati
b. Preeklamsia berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg
2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4. Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan, nyeri kepala,
edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina,
trombosit kurang dari 100.000/mm

2.4 Patofisiologi Preeklamsia


Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan ritensi garam
serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola glomelurus. Dalam beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).
Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui penyebabnya,
mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015).

5
2.5 Tanda dan Gejala Preeklamsia
Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala yang sangat penting
yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab
dari kedua masalah diatas yaitu sebagai berikut:
a. Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol sehingga tanda
peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik
merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik dan
tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan
abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklamsia serta
bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia
pada sebagian wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg per minggu.
Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus
dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta
selalu dapat ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas seperti
kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar.
c. Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau
tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai
10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi serta
kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan.
Adapaun gejala-gejala subyektif yang dirasakan pada preeklamsia yaitu sebagai berikut.
1) Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada kasus-kasus berat.
Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, dan tidak sembuh dengan
pemberian analgesik biasa.
2) Nyeri epigastrium
Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan ini disebabkan
oleh tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
3) Gangguan penglihatan

6
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial,iskemia, serta
edema retina serta pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada
preeklamsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda subjektif

2.6 Komplikasi Preeklamsia


Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung pada derajat preeklamsia
yaitu antara lain:
1. Komplikasi pada ibu
 Eklamsia.
 Solusio plasenta.
 Perdarahan subkapsula hepar.
 Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular coagulation (DIC).
 Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count).
 Ablasio retina.
 Gagal jantung hingga shok dan kematian.
2. Komplikasi pada janin
 Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
 Premature
 Asfiksia neonatorum.
 Kematian janin dalam uterus.
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

2.7 Penatalaksanaan Preeklamsia


A. Pencegahan
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-
tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau ada
faktor – faktor peredisposisi
3) Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

7
B. Penanganan
Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya eklamsia,
melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas
maternal dan parietal
a. Preeklamsia ringan
Istirahat di temmpat tidur merupakan terapi utama dalam penganan
preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena
pada ekstermitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu
dengan istirahat di tempat tidur menurunkan tekanan darah. Apabila
preeklamsia tersebut tidak membaik dengan penanggan konservatif, dalam hal
ini kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
b. Preeklamsia berat
Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
sudah diatasi , tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan sebagai
pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium
sulfat ( MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSo4 40% sebanyak 12
gram dalam 500cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/ menit. Tambahan
magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika dieresis pasien baik, reflex
patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/ menit. Obat ini
memiliki efek menenangkan, munurunkan tekanan darah dan meningkatkan
dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan preeklamsia dapat juga
diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun
diazepam 20 mg secara intramuscular.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan protein uria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklamsia) dan gagal
organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan
abrupsio plasenta (Sennan & Chappel, 2001)
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan ritensi garam
serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola glomelurus. Dalam beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).
Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui penyebabnya,
mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015).
Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor risiko
maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal. Sebab
potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah invasi trofoblastik abnormal
pembuluh darah uterus, intoleransi imunologis antara jaringan plasenta ibu dan janin,
maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari kehamilan
normal, faktor nutrisi, dan pengaruh genetik.
Anti hipertensi diberikan bila tekanan diastol mencapai 110 mmHg. Tujuan utama
pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan tekanan diastolik menjadi 90-100
mmHg.

3.2 Saran
Sebagai penutup dalam tulisan ini, perlu disadari oleh semua pembaca bahwa
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat perubahan
pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis

9
a. Untuk Mahasiswa
Sebaiknya mahasiswa menambah wawasan tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala serta cara pencegahan pre eklamsi pada ibu hamil dengan baik dan
benar, yang mana selama ini kurang diketahui oleh kebanyakan mahasiswa.
b. Untuk Pembaca
Sebaiknya para pembaca lebih memahami lagi akan pengetahuan tentang pre
eklamsi pada ibu hamil dan bagaimana cara penanggulangannya agar dapat
mencegah sejak dini.
c. Untuk Penulis
Penulis akan melatih diri agar siap dikritik dan dievaluasi oleh pihak lain serta
melatih pemecahan sebuah masalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4959#:~:text=Pre%20eklampsi%20adalah%20k
ondisi%20khusus,Sennan%20%26%20Chappel%2C%202001).

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/5068/3/BAB%2520II%2520Tinjauan%2520Pustaka.pdf&ved=2ahUKEwinw7
HW28LuAhWKXisKHaoDBC8QFjAEegQICRAC&usg=AOvVaw2s7LYW3vetx--
nuY4jCL_c

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/38901/3/
BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwinw7HW28LuAhWKXisKHaoDBC8QFjAHegQIBxAJ&
usg=AOvVaw2a4dUewjPGwINJfrWSE6d_

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/5068/3/BAB%2520II%2520Tinjauan%2520Pustaka.pdf&ved=2ahUKEwinw7
HW28LuAhWKXisKHaoDBC8QFjAEegQICRAC&usg=AOvVaw2s7LYW3vetx--
nuY4jCL_c&cshid=1611982627610

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.umm.ac.id/38904/3/
BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwinw7HW28LuAhWKXisKHaoDBC8QFjAGegQIBxAC&
usg=AOvVaw0kIsgTqHqh9_DYdBUswjJp&cshid=1611982627610

11

Anda mungkin juga menyukai