KEPERAWATAN KRITIS
“PREEKLAMSIA”
DOSEN :
NS. JUWITA M, M. KES
KELAS : IV C KEPERAWATAN
KELOMPOK I :
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas hadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, hidayat, dan
inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
keperawatan kritis tentang “Preeklamsia”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................18
B. Saran...................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut profil kesehatan Indonesia penyebab kematian ibu tertinggi
pada tahun 2013 adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di indonesia di dominas
oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dan kehamilan
(preeklamsia) dan infeksi. Kematian yang di sebabkan oleh preeklamsia di
Indonesia tahun 2010 mencapai 30% (profil kesehatan Indonesia, 2015)
Kematian akibat preeklamsia di sebabkan Karena meningkatnya
tekanan darah yang tidak terkontrol, edema dan proteinuria hal ini merupakan
masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia
adalah penyebab kematian ibu hamil perinatal yang tinggi terutama di Negara
berkembang. Sampai saat ini preeklamsia dan eklamsia masih merupakan “the
disease og theories” karena angka kajadian preeklamsia-eklamsia tetap tinggi
dan mengakibatkan angka morbiditas dan mortilitas maternal yang tinggi
(manuaba, 2010)
Angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi di Indonesia merupakan
interaksi dari berbagai aspek baik aspek klinis, aspek pelayanan kesehatan
maupun faktor-faktor non kesehatan. Estimasi yang dibuat dari hasil SDKI
AKI di Indonesia pada tahun 2015 menggambarkan bahwa di tahun 2015
MDGs belum tercapai sesuai harapan. Tingginya angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia hingga saat ini tercatat sebanyak 228 untuk setiap 100.000 kelahiran
hidup pada 2007 dan bahkan menjadi 359 kematian ibu pada 2012. Lebih
ironis, kondisi AKI saat ini tidak berbeda jauh dengan kondisi 22 tahun lalu
yang angkanya mencapai 390 kematian ibu (Kemenkes RI, 2013; International
NGO Forum on Indonesian Development, 2013). Kematian ibu di Indonesia
tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan (30,3%),
hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia/eklamsia) (27,1%) dan infeksi
1
(7,3%). Proporsi ketiga penyebab kematian ini telah berubah yaitu perdarahan
dan infeksi semakin menurun sedangkan hipertensi dalam kehamilan
proporsinya semakin meningkat, hampir 30 % kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2011 (Kemenkes RI, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori preeklamsia?
2. Bagaimana asuhan keperawatan kritis pada preeklamsia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep teori preeklamsia?
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada preeklamsia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Definisi
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya
pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2014).
2. Etiologi
Etiologi pasti Preeklampsia Berat masih belum diketahui. Walaupun begitu,
beberapa peneliti menduga kuat adanya hubungan antara preeklamsia
dengan kelainan pada pembuluh darah plasenta. Diduga bahwa pembuluh
darah plasenta mengalami kelainan sehingga menjadi lebih sempit
dibandingkan normal. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam aliran
darah melalui pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan gangguan pertumbuhan janin intrauterin (English FA, 2015).
Adapun factor resiko terjadinya preeklamsia adalah :
a. Primigravida atau > dari 10 tahun sejak kelahiran anak terakhir.
b. Kehamilan anak pertama dengan pasangan baru
c. Ada riwayat preklamsia sebelumnya
d. Genetic
e. Kehamilan kembar
f. Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal dan
diabetes
g. Adanya proteinuria saat pemeriksaan (>1 + pada >1 kali pemeriksaan
atau > 0,3 gram /4 jam ).
h. Umur ≥40 tahun
i. Obesitas IMT >35) 10) IVF (vertilisasi in Vivo)
3
3. Patofisiologi
Pada Preeklampsia yang berat dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme
dan iskemia (Cunningham, 2013). Perubahannya pada organ-organ :
a. Otak
Terjadi tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan autoregulasi tidak
berfungsi, pada saat auto regulasi tidak berfungsi sebagaimana fungsinya,
jembatan penguat endotel akan terbuka dan dan dapat menyebabkan
plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskuler. Hal ini
akan menimbulkan perdarahan petekie atau perdarahan itrakranial yang
sangat banyak.
b. Mata
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau
eksudat.
c. Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklamsia berat. Edema paru
biasa diakibatkan oleh kardiogenik ataupun non-kardiogenik dan biasa
terjadi setelah melahirkan.
d. Hati
Pada preklamsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepar,
termasuk perlambatan ekskresi bromosulfoftalein dan peningkatan kadar
aspartate aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase
alkali serum disebabkan oleh fostafase alkali tahan panas yang berasal
dari plasenta.
e. Ginjal
Pada preeklamsia berat keterlibatan ginjal menonjol dan kreatinin plasma
dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau
berkisaran hingga 2-3 mg/dl. Hal ini di sebakan oleh perubahan instrikssi
ginjal yang di timbukan oleh vasoplasme hebat.
f. Darah
4
Kebanyakan pasien dengan prreklamsia memiliki pembekukan darah
yang normal. Perubahan tersamar yang mengarah ke koangulasi
inravaskuler dan dekstruksi eritrosit
g. Plasenta
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu
dan pada hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga
kematian janin akibat kurangnya oksigenasi untuk janin.
4. Klasifikasi
Menurut nita dan Mustika (2013) Preeklamsia digolongkan ke dalam
preeklamsia dan preeklamsia berat dengan gejala dan tanda sebegai berikut :
a. Preeklamsia
1) Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau diastole > 15 mmHg
( dari tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau
lebih dari atau sistole ≥ 140 ( < 160 mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤
110 mmHg) dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
3) Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2
pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
4) Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar
5) Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
6) Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam g) Nyeri kepala
sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada nyeri ulu hati
b. Preeklamsia Berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
2) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4) Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan,
nyeri kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5
5) Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan
pada retina, trombosit kurang dari 100.000/mm
6. Pemeriksaan Penunjang
6
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%.
b) Hematoktit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
2) Urinalis
Ditemukan protein dalam urine meningkat >2+
3) Pemeriksaan fungsi hati
a) Bilirubin meningkat (N=<1 mg/dl)
b) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat
c) Aspartate aminomtranserase (AST)>60 ul.
d) Serum glutamate pirufat transfeminase (SGPT) meningkat (N=15-
45 U/dl)
e) Serum gltamat oxaloacetic transaminase (SGOT) Meningkat
(N=<1 U/l)
f) Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N=2,4-2,7 mg/dl)
b. Radiologi
1) Ultrasenografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktifitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahu denyut jantung janin bayi lemah. Elektrokardiogram dan
foto dada menunjukan pembesaran ventrikel dan kardiomegali.
7. Penatalaksanaan
Pada preeklamsia berat, pengobatan yang dilakukan adalah secara medical,
yaitu sebagai berukut :
7
a. Posisikan tidur miring kiri hal ini akan meningkatkan aliran darah
dan nutrisi ke plasenta dan janin. Ginjal ibu hamil juga akan bekerja
lebih efisien, dengan menghilangkan cairan dan sampah dari dalam
tubuh. Dengan posisi ini cairan yang menumpuk di kaki dan tangan,
yang mengakibatkan kaki bengkak akan berkurang.
b. Bebaskan jalan napas jika terjadi sumbatan jalan napas dan lakukan
intubasi jika perlu.
c. Berikan oksigen jika terjadi sesak napas
d. Tanda vital di periksa setiap 30 menit, memeriksa reflex patella
setiap jam.
e. Memasang infus dengan cairan dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diseringi dengan cairan infus RL (60-125 cc/Jam) 500 cc.
f. Pemberian anti kejang/ anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)
sebagai pencegah dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan
untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan
eklamsia.
g. Jika pasien mengalami penurunan kesadaran: bebaskan jalan napas,
barikan pada satu sisi, ukur suhu, dan periksa apakah ada kaku
kuduk.
Management:
a) Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b) Bersihkan airway dari benda asing.
c) Memasang airway definitif (intubasi endotrakeal)
2) Breathing
8
a) Lihat adanya sesak atau tidak (aktifitas, tanpa aktifitas,nafas cuping
hidung, penggunaan otot bantu)
b) Frekuensi nafas (irama, kedalaman)
c) Adanya batuk produktif atau tidak
d) Adanya bunyi nafas tambahan
3) Circulation
a) Pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS atau AVPUR)
b) Pemeriksaan nadi (irama, denyut)
c) Pemeriksaan tekanan darah
d) Ekstremitas
e) Warna kulit
4) Disability
Pemeriksaan neurologis singkat (AVPUR)
a) Alert/perhatian
b) Voice respon/ respon terhadap suara
c) Pein respon/ respon terhadap nyeri
d) Unresponsive/ tidak berespon
e) Reaksi pupil
5) Exposure
a) Kaji adanya deformitas
b) Kaji adanya contusion
c) Kaji adanya abrasi
d) Kaji adanya penetrasi
e) Kaji adanya laserasi
f) Kaji adanya edema
g) Kaji adanya keluhan lain
b. Pengkajian sekunder
1) Kaji riwayat kesehatan sekarang
2) Kaji riwayat kesehatan keluarga
3) Anamnesa singkat (AMPLE)
a) Alergi
b) Medikasi
c) Nyeri
d) Terakhir kali makan
e) Event of injury
4) Pemeriksaan Head to toe
a) Kepala (mata, rambut, hidung, telinga, mulut)
9
b) Leher (deviasi/siments, adanya cedera servikal atau tidak,
kelenjar tiroid, kelenjar limfe, trachea, JVP)
c) Dada
d) Abdomen
e) Ekstremitas
f) Kulit
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah,Penurunan kosentrasi haemoglobin Penurunan aliran darah arteri
dan vena
b. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
10
3. Intervensi
11
pada ekstermitas dengan keterbatan
perfusi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
c. Edukasi
Anjurkan behenti merokok
Anjurkan olahraga rutin
Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
12
Monitor perubahan kulit
b. Terapeutik
Hindari pemakain benda-benda yang
berlebihan suhungnya (mis. Terlalu
panas atau dingin)
c. Edukasi
Anjurkan pengunaan thermometer
untuk menguji suhu
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko perfusi celebral tidak efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Neurologis
berhubungan dengan hipertensi diharapkan perfusi selebral efektif yang a. Observasi
dibuktikan dengan (1-5) kr Monitor Monitor ukuran, bentuk,
Kriteria hasil : kesimetrisan, dan reaktifitas pupil
a. Sakit kepala Monitor tingkat kesadaran (mis.
b. Penurunan kesadaran menggunakan Glasgow Coma
c. Reflex saraf baik Scale)
d. Gelisah Monitor tingkat orientasi
e. Demam Monitor ingatan terakhir, rentang
13
perhatian, memori masa lalu, mood,
dan perilaku
Monitor tanda-tanda vital
Monitor status pernapasan : AGD,
oksimetri nadi, kedalaman nafas,
pola nafas, dan usaha nafas
Monitor parameter hemodinamika
invasive, jika perlu
Monitor ICP (Intracranial Pressure)
dan CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
Monitor reflex kornea
Monitor batuk dan reflex muntah
Monitor irama otot, gerakan
motoric, gaya berjalan, dan
propriosepsi
Monitor kekuatan pegangan
Monitor adanya tremor
14
Monitor kesimetrisan wajah
Monitor gangguan visual: diplopia,
nistagmus, pemotongan bidang
visual, penglihatan kabur, dan
ketajaman penglihatan
Monitor keluhan sakit kepala
Monitor karakteristik berbicara:
kelancaran kehadiran afasia, atau
kesulitan mencari kata
Monitor diskriminasi tajam/tumpul
atau panas dingin
Monitor parastesi (mati rasa dan
kesemutan)
Monitor pola berkeringan
Monitor respon Cushing
Monitor balutan kraniotomi atau
laminektomi terhadap adanya
drainase
15
Monitor respon terhadap pengobatan
Terapeutik
Tingkatkan frekuensi pemantauan
neurologis, jika perlu
Hindari aktivitas yang dapat
meningkatkan tekanan intracranial
Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
b. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
16
4. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dan evaluasi menyesuaikan dengan intervensi keperawatan. Pada
evaluasi menggunakan SOAP yakni subjektif, objektif, assessment dan planning
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kematian akibat preeklamsia di sebabkan karena meningkatnya tekanan darah
yang tidak terkontrol, edema dan proteinuria hal ini merupakan masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia adalah penyebab kematian ibu hamil
perinatal yang tinggi terutama di Negara berkembang.
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa
Wiknjosastri, 2014).
B. Saran
Dalam pembahasan teori dan asuhan keperawatan tentang Preeklamsia, diharapkan
mahasiswa mampu memahami, mengetahui , dan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan Preeklamsia beserta pengaplikasiannya dalam dunia keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, et.al., editor. William’s Obstetric Textbook. 24th ed. New York:
Mc Graw Hill; 2014.