Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KELOMPOK

MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG EBONY

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV

1. NUR RIZKA BERLIN


2. KARMILA HUSEN KANOLI
3. NURAINUN A
4. NURFADILA
5. NURSINTA HANDAYANI
6. NURUL FAJRIA
7. NUR FADILLAH M.DIRAN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas
terselesaikannya laporan ini sebagai hasil penugasan mata kuliah
“Manajemen Keperawatan” oleh dosen kepada Kami.
Dengan terselesaikannya laporan ini kami berharap semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Laporan ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami
memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan kami harapkan saran
dan kritik untuk perbaikan laporan ini.
Demikian dari saya, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima
kasih.

Penyusun

Kelompok IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telahditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisiterhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatanmerupakan proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhankeperawatan secara
profesional. Keperawatan profesional dalam pelayanannyadiperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara profesional. Dalammengoptimalkan peran
dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salahsatunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta
mampumeningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.
Di dalam suatu rumah sakit, unit pelayanan terkecil adalah suatu ruangan
yangmerupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan ilmu
dan asuhankeperawatan secara optimal. Akan tetapi tanpa adanya tata kelola
yang memadai,kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari
semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan
menjadi suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan
penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesionalyang merupakan
penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan
model praktik keperawatan.
Model praktek keperawatan profesional salah satunya adalah dengan
adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat
pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpinorang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang berkualitas.

Kepala bidang keperawatan adalah Manager keperawatan atau pimpinan


keperawatan yang menggunakan proses manajemen untuk mencapai tujuan
institusi/organisasi yang telah ditentukan melalui orang lain. Seorang
pemimpin keperawatan perlu memiliki keterampilan kepemimpinan, sehingga
efektif dalam mmengelola pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Ia harus
mampu menginformasikan mengkoordinasikan serta mengartikan filosofi
institusi dan pelayanan keperawatan, keyakinan dasar kerangka kerja
manajerial keperawatan dan tujuan dari institusi agar seluruh kegiatan menuju
ke suatu arah yang disepakati bersama.
Dalam menjalankan fungsi manajerial pimpinan harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan keluarga, dilain pihak pimpinan keperawatan harus
mampu membawakan dirinya (mengelola) untuk menjalin hubungan yang
efektif dan terapeutik dengan atasan staf dan tim kesehatan lainnya dan
mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
Hubungan yang efektif dan serasi dapat dilakukan oleh pimpinan apabila
pimpinan mempunyai keterampilan berkomunikasi yang efektif dan dapat
memotivasi bawahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja para
karyawan.

B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan diruang Ebony Rumah
Sakit Torabelo selama 1 minggu, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit pelayanankesehatan
secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

D. Manfaat
Dalam penulisan laporan manajemen keperawatan ini dikemukakan beberapa
manfaat, yaitu:
1. Bagi pasien
Diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat
kenyamanandalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai
kepuasan klien yang optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan timkesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
c. Tumbuh dam terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada
4. Bagi mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
pendidikandi STIKes Widya Nusantara Palu
b. Dapat mengembangkan keilmuan dibidang pembelajaran manajemen
keperawatan.
c. Menjadikan mahasiswa lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis
dan menambah wawasan mahasiswa untuk pengetahuan dibidang
manajemen keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kepemimpinan
1. Definisi Kepimimpinan
Beberapa ahli mengemukakan definisi mengenai kepemimpinan
diantaranya adalah Amirullah (2015) orang yang memiliki wewenang
untuk memberi tugas mempunyai kemampuan untuk memberi tugas
mempunyai kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain
dengan melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Menurut Erni dan Kurniawan (2005) kepemimpinan adalah
seseorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain
tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya
menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. Oleh
karena itu kepemimpinan dapat diartikan sebaai suatu proses
mempengaruhi dan mengarajhkan para karyawan dalam melakukan tugas
atau pekerjaan yang telah diberikan kepada mereka dan hal ini merupakan
potensial untuk mampu membuat orang lain ( yang dipimpin) mengikuti
apa yang dikehendaki pimpinanya menjadi realita.
Martinis Yamin dan Maisah (2010) kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola
anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan
oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah
seseorang yang mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian
dari pekerjaannya dalam meencapai tujuan.
2. Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi
pemimpin, atau bagaimana timbulnya seoranng pemimpin. Beberapa teori
kepemimpinan diantaranya sebagai berikut :
a. Teori sifat
Teori ini penekanannya lebih pada sifat-sifat umum yang dimiliki
pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Menurut teori
sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat tetentulah yang bisa
manjadi pemimpin. Teori ini menegaskan ide bahwa beberapa individu
dilahirkan memiliki sifat-sifat tetentu yang secara alamiah menjadikan
mereka seorang pemimpin
Menurut Stognil dalam Sutikno (2014), sifat-sifat tetentu efektif
di dalam situasi tertentu, da nada pula sifat-sifat tertentu yang
berkembang akibat pengaruh situasi organisasi. Sebagai contoh, sifat
kreativitas akan berkembang jika seorang pemimpin berada di dalam
organisasi yang flexible dan mendorong kebebasan berekpresi,
dibandingkan di dalam organisasi yang biokratis.
Menurut Darf dalam Stikno (2014), menjelaskan tiga sifat
penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu kepercayaan
diri, kejujuran, dan integritas, serta motivasi.
b. Teori perilaku
Teori ini lebih terfokus pada tindakan-tindakan yang dilakukan
pemimpin dari pada memperhatikan atribut yang melekat pada diri
seorang pemimpin. Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seseorang ketika melakukan kegiatan pengarahan
suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
c. Teori situasional
Teori ini mengatakan bahwa pembawaan yang harus dimiliki
seorang pemimpin adalah berbeda-beda, tegantung dari situasi yang
sedang dihadapi. Hersey dan Blanchard dalam Sutikno (2014),
terfokus pada karakteristik kematangan bawahan sebagai kunci pokok
situasi yang menentukan keefektifan perilaku seseorang pemimpin,
menurut mereka, bawahan memiliki tingkat kesiapan dan kematangan
yang berbeda-beda sehingga pemimpin harus mampu menyesuaikan
gaya kepemimpinannya, agar sesuai dengan situasi kesiapan dan
kematangan bawahan.
Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan tertentu adalah :
1) Jenis pekerjaan dan komplekitas tugas
2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3) Norma yang dianut kelompok
4) Ancaman dari luar organisasi
5) Tingkat stress
6) Iklim yang terdapat dalam organisasi
Menurut Fread Fiedler dalam Sutikno (2014), “Kepemimpinan yang
berhasil bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan tehadap
situasi tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efktif apabila
gaya kepemimpinan tersebut digunakan dalam siituasi yang tepat”.

d. Teori Jalan-Tujuan
Menurut teori ini, nilai strategis dan keaktifan seorang pemimpin
didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan
motivasi anggotanya dengan penerapan hadiah. Tugas pemimpin
menurut teori ini adalah bagaimana bawahan bisa mendapatkan hadia
atas kinerjanya, dan bagaimana seorang pemimpin menjelaskan dan
mempermudah jaalan menuju hadiah teersebut. Pemimpin berusaha
memperjelas jalur menuju tujuan yang diinginkan oleh organisasi
sehingga bawahan tahu kemana harus mengarahkan tenaganya untuk
mencapai tujuan organisasi. Selain itu, pemimpin juga memberikan
hadiaah yang jelas bai prestasi bawahan yang telah memenuhi tujuan
organisasi sehingga bawahan termotivasi.
e. Teori kelebihan
Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya.
Pada dasarnya kelebihan yang harus dimili oleh seorang pemimpin
mencakup 3 hal yaitu :
1) Kelebihan rasio
Kelebihan rasio, ialah kelebihan menggunakan pikiran, kelebihan
dalam pengetahuan tentang hakikat tujuan dari organisasi, dan
kelebihan dalam memiliki pengetahuan tentang cara-cara
menggerakkan organisasi, dan pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat
2) Kelebihan rohania
Kelebihan rohaniah, artinya seorang pemimpin harus mampu
menunjukkan keluruhan budi perkertinya kepada bawahannya.
Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena pada
dasarnya pemimpin merupakan panutan para pengikutnya. Segala
tindakan, perbuatan, sikap dan ucapan hendaknya menjadi suri
teladan bai para pengikutnya.
3) Kelebihan badaniah
Kelebihan Badaniah, seseorang pemimpin hendaknya memiliki
kesehatan badaniah yang lebih dari para pengikutnya sehingga
memungkinkanya untuk bertindak dengan cepat (Wursanto dalam
Sutikno 2014)
f. Teori kharismatik
Menyatakan bahwa, “seseorang menajdi pemimpin karena mempunyai
Kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Kharisma diperoleh dari
kekuatan yang luar biasa. Pemimpin yang bertipe berkharismatik
biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat
besar. Pengaruh yang luar biasa ini dapat dilihat dari pengorbanan yang
diberikan oleh para pengikut untuk pribadi sang pemimpin, sampai-
sampai mereka rela untuk menebus nyawanya untuk sang pemimpin.
Konsep kepemimpinan yang kharismatik ini banyak bersumber ajaran
agama dan sejarah kuno”. Namun secara konseptual kepemimpinan
kharismatik ini dalam pandangan ilmiah dipelopori oleh Robert House,
yang meneliti pemimpin politik dan religious di dunia (Sutikno, 2014)

B. Manajemen Keperawatan
1. Defisini Manajemen
Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun
teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan
mencapai hasil kegiatan yang maksimal. (Suyanto, 2008 : 2).
Menurut Harsey dan Blanchard dalam Suyanto (2008 : 2), pengertian
manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan
organisasi melalui kerjasama dengan orang lain.Menurut Taylor dalam
Suyanto (2008 : 2),
manajemen adalah diibaratkan sebagai sebuah mesin produksi yang
bekerja secara efisien dan cepat menghasilkan produk maksimal yang
memerlukan motivasi dan kerja sama. Sedangkan manajemen
keperawatan mengacu pada pengertian manajemen secara umum.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah penggunaan waktu yang efektif, keberhasilan rencana
perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip
dan metode yang berkaitan pada institusi yang besar dan organisasi
keperawatan didalamnya, termasuk setiap unit.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada
dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Fungsi manajemen ada 3 bagian, yaitu :
a.perencanaan
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lainnya tak dapat
berjalan. Perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
1.) tujuan perencanaan
a. memberi arah organisasi
b. menentukan tujuan yangrealistic
c. Menjamin tercapainya tujuan
d. Meningkatkan efisiensi
e. Membuang program yang tidak bermanfaat
f. Menghindari duplikasi upaya atau program
g. Mengkosentrasikan pelayanan yang bersifat urgent
h. Meningkatkan aktifitas koordinasi dan komunikasi
i. Memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan kerja
2.) prinsip perencanaan
a. Jelas tujuan
b. Jelas hasil yang akan dicapai
c. Sederhana
d. Berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku
e. Prioritas
f. Perlibatan aktif
g. Efektif dan efisien
h. Fleksibel
h. Berkesinambungan
i. Kejelasan metode evaluasi
3.) perencanaan meliputi kegiatan
a. Pengumpulan data : data tentang pasien, pegawai/staf,
kepemimpinan, peralatan, dan pelayanan keperawatan.
b. Analisa lingkungan : dengan menggunakan analisa SWOT
(Strength, Weaknes, Opportunities, Treath).
c. Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung dan
menghambat.
d. Pembuatan rencana : menentukan objektif/sarana yang ingin
dicapai, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung
jawab, sasaran, biaya, peralatan, metoda.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Pengarahan (directing)
Pengarahan merupakan suatu upaya menggerakkan kegiatan staf
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Douglas (1984) mendefinisikan
pengarah sebagai suatu penyampaian pesan dan instruksi yang
menyebabkan staf mengerti apa yang diharapkan sehingga dapat
membantu tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Pengarahan mengandung unsur penting, yaitu :
1) Manajemen waktu yang terdiri dari kegiatan organisasi personal,
pengorganisasian pekerjaan dan pendelegasian.
2) Komunikasi yang baik yang digunakan adalah komunikasi yang
jelas.
3) Manajemen konflik yaitu kemampuan dalam mengatasi konflik baik
dengan atasan maupun teman sejawat.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah proses pengecekan dan penelusuran
penyimpangan-penyimpangan dari arah yang direncanakan yang
merupakan aktifitas berkesinambungan dan dibuat berdasarkan evaluasi
pada waktu kegiatan sedang berjalan.
 Prinsip Controlling :
1) Principle of Unifomity : dibentuk dari awal sampai akhir.
2) Principle of Comparison : membandingkan yang direncanakan
dengan yang dicapai.
3) Principle of Exception : tidak sesempurna dari perencanaan, tetapi
ada umpan balik untuk perbaikan.
 Controlling dilakukan melalui kegiatan :
1) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan
2) Pre conference, overan, post conference
3) Ronde keperawatan
4) Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant chat yang telah dibuat
5) Program evaluasi dan peer review
 Tipe controlling :
1) Input control
2) Proses control
3) Output control
 Controlling dilakukan pada :
1) Pasien
a) Kebutuhan fisik pertama mental dan social
b) Perawatan, pemeriksaan, dan pengobatan
c) Lingkungan
2) ketenagaan
a) Penampilan dan sikap
b) Pelayanan asuhan keperawatan dan system kerja
c) Prestasi kerja
3) Alat-alat dan obat-obatan
a) Penggunaan
b) Pencatatan dan pelaporannya
c) Inventaris

3. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan rumah sakit,
sedangkan pelayanan keperawatan di ruangan dipimpin oleh seorang
kepala ruangan, dimana pelaksanaannya mengacu kepada visi, misi dan
tujuan pelayanan keperawatan.
Telaah Manajemen Pelayanan/Unit meliputi :
a. Man
Dalam pengkajian man termasuk di dalamnya struktur organisasi,
komposisi ketenagaan (perawat, dokter, dan tenaga non perawat) dan
menentukan jumlah tenaga perawat yang di butuhkan setiap harinya
sesuai dengan identifikasi jenis kebutuhan perawatan pasien.
Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan
perawatan sehari :
Minimal Care : 2 jam
Partial Care : 3 - 4 jam
Total Care : 7 jam
1) Formula pembagian shift (Waster dalam Swanbery, 1996) :
Pagi : 47%
Sore : 36%
Malam : 17%
2) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung professional :
55% : 45%
3) Jumlah libur dalam setahun :
Rata-rata hari minggu pertahun : 52 hari
Libur nasional : 15 hari
Cuti sakit : 7 hari
Jumlah hari pertahun : 365 hari
Jam kerja produktif : 7 jam
Jumlah perawat (tenaga asuhan langsung)
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan
tugas-tugas non keperawatan loss day/hari libur/cuti/hari besar
 Tugas non keperawatan
Jumlah perawat yang dibutuhkan = A + B + C
b. Money
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas, dalam
arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perncanaan pengeluaran
seperti untuk pengembangan program, insentif perawat, rincian harga
pelayanan jasa pengobatan dan lain-lain.
c. Metode/Model
Macam-macam metode asuhan keperawatan :
 Metode Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien
a. Kelebihan metode tim :
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komprehensif.
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
4) Tercipta kerja sama yang baik.
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
b. Kekurangan metode tim :
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelancaran tugas terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
4) Akuntabilitas dalam tim kabur.
 Metode Primary Tim
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama
pasien dirawat
a. Kelebihan metode primary tim :
1) Mendorong kemandirian perawat
2) Ada keterikatan antara pasien dan perawat selama dirawat
3) Berkomunikasi langsung dengan dokter
4) Perawatan adalah perawatan komprehensif
5) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan
6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
7) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan
b. Kekurangan metode primary tim :
1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
 Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas/tindakan tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada (Nursalam, 2002)
a. Kelebihan metode fungsional :
1) Sederhana.
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk keterampilan tertentu.
b. Kekurangan metode fungsional :
1) Pasien mendapat banyak perawat.
2) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan.
3) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
4) Pelayanan terputus-putus.
5) Kepuasan kerja keseluruhan sulit tercapai.
 Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umunya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,
intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
a. Kelebihan metode kasus :
1) Kebutuhan pasien terpenuhi
2) Pasien merasa puas
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
b. Kekurangan metode kasus :
1) Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang
terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara
menyeluruh.
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas.
 Metode Modul
Yaitu metode gabungan antara metode penugasan tim dengan metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari datang sampai pulang.
Kelebihan dan kekurangan metode modul sama dengan gabungan
antara metode tim dan metode perawat primer.
 Metode Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Sitorus, 2005).
d. Material
1) Lingkungan Fisik
a) Fasilitas fisik lokasi
 Lokasi unit ini harus dekat dengan fasilitas radiology dan ruang
laboratorium untuk kemudahan dan efisiensi
 Lokasi juga harus berdekatan dengan ruang emergensi dan dekat
dengan unit perawatan khusus, untuk mengembangkan suatu unit
pelayanan terpadu.
b) Ukuran
Ukuran ruangan ditentukan berdasarkan beban kasus dan
kompleksitas rumah sakit. menurut standar Gudelines for
Contraction and Equipment for Hospital and Medical Vasilities
(1992-1993).
c) Ruangan
 Kapasitas ruangan untuk kelas satu maksimum dua pasien,
 Dalam konstruksi baru ruang pasien harus mempunyai luas
minimal 9,2 m2, ukuran lantai perbed dan luas area tergantung
dari kebijakan RS setempat dan lahan yang ada, ukuran lantai
perbed sama dengan ruas area single bed. Ruang toilet, kloset,
loker, gudang, ruang depan, susunan ruangan seharusnya
berukuran minimal 0,91 m2 termasuk dari sisi dan kaki tempat
tidur dan dinding. diruang multiple bed ukuran lantai minimal
1,22 m2, dalam area multiple bed ruangan pasien berukuran
minimal 80 kaki sama dengan ukuran single bed yaitu 9,29 m2.
 Ruang operator perawat harus mengarah kesemua ruangan .
 Dalam konstruksi baru, wastapel harus disediakan di setiap
ruangan pasien. letak wastapel harus berdekatan dengan tempat
tidur dan tempat menyuci peralatan. Toilet harus dirancang untuk
satu tempat tidur atau dua tempat tidur.
 Ruang pasien mempunyai jendela pada bagian yang sesuai.
 Setiap pasien harus dekat dengan toilet tanpa harus keluar
ruangan. satu toilet diperuntukkan untuk empat tempat tidur atau
lebih dari ruang pasien. Toilet memiliki water closet dan wastapel
yang menggunakan pintu double acting.
 Setiap pasien harus terpisah dari lemari pakaian, loker.
 Jika dalam ruangan terdapat banyak tempat tidur diperlukan
penghalang untuk menjaga privasi.
 Untuk ventilasi, ruang oksigen, ruang oksigen, vakum udara dan
listrik harus sesuai dengan standar
d) Desain Ruangan
Desain seperti ini akan memberikan pengamatan yang maksimal
kepada klien. selain itu harus mempunyai washtafel dan dapat
dikombinasikan menjadi ruang rapat dan ruang komunikasi, serta
mempunyai pintu darurat.
4. Peran Manajer
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan
lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya
tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi.
Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas
professional sebagaimana dibahas sebelumnya : (1) Komunikasi, (2)
Potensial perkembangan, (3) Kebijaksanaan, (4) Gaji dan Upah, (5)
Kondisi Kerja (Nursalam, 2002).
5. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994)
adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah
sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap
hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari
terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya
saling melempar kesalahan.
6. Fungsi Kepala Ruangan
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut :
1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan-peraturan, membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi dan tujuan
organisasi.
2) Pengorganisasian : meliputi pembentukkan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk
mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi
dan menggunakan power serta wewenang dengan tepat.
3) Ketenagaan : pengaturan ketenagaan dimulai dari rekruitmen, interview,
mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf,
dan sosialisasi staf.
4) Pengarahan : mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya
manusia, seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5) Pengawasan : meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,
pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan profesional.

7. Kepala Ruangan Sebagai Manajer Keperawatan


Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut
Depkes (1994), adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan, serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi :
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu
atau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuahan keperawatan sesuai standar.
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan
ruang rawat.
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai dengan kebutuhan pasien
agar tercapai pelayanan optimal.
7) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga
dalam batas wewenangnya.
8) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
9) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan
secara tepat dan benar..
10) Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan.
11) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
12) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian
memeriksa/meneliti ulang saat pengkajiannya.
13) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.

c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,


meliputi :
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap upaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dibidang perawatan.
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar
Penilaian dan Pelaksasnaan Pekerjaan Pegawai (DP3) bagi
pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di
bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik
pangkat/golongan, melanjutkan sekolah
3) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
8. Uraian Tugas Perawat Pelaksana
a. Perawat penanggung jawab obat
1) Bertanggung jawab dalam hal tersedianya obat pasien sesuai
advice dokter.
2) Memberikan obat kepada pasien dengan memperhatikan prinsip
(tepat pasien, tepat obat, tepat cara pemberian, tepat dosis, tepat
waktu, tepat dalam pendokumentasian).
3) Mengetahui obat yang akan diberikan kepada pasien, meliputi
jenis dan efek samping (mis : analgetik, efek samping jantung
berdebar).
4) Membantu perawat pelaksana dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien.
5) Melakukan overan kepada penanggung jawab obat di shift
berikutnya.
b. Perawat penanggung jawab cairan
1) Bertanggung jawab dalam hal tersedianya cairan/infus pasien
sesuai advice dokter.
2) Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus
maupun kemasannya.
3) Memberikan cairan/infus kepada pasien dengan memperhatikan
prinsip (tepat pasien, tepat cairan, tepat cara pemberian, tepat
dosis/jumlah tetesan, tepat waktu, tepat dalam pendokumentasian).
4) Memeriksa apakah jalur vena tetap paten.
5) Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan bila ada
abnormalitas.
6) Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi dokter.
7) Monitor kondisi dan melaporkan setiap perubahan.
c. Perawat pelaksana
1) Memlihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.
2) Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
berlaku.
3) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
4) Melakukan pengkajian perawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan sesuai batas kewenangannya.
5) Menyusun rencana keperawatan sesuai kemampuannya.
6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan dan batas kemampuannya, antara lain :.
7) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
8) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi tersebut sesuai batas
kemampuannya.
9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai jadwal dinas.
10) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan.
11) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilmiah dan penataran
atas izin atau persetujuan atasan.
12) Melakukan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
yang tepat dan benar sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
13) Melaksanakan serah terima tugas kepada tugas pengganti secara
lisan maupun tulisan pada saat pergantian dinas.
14) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien
mengenai :
a) Program diet
b) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya
c) Pentingnya pemerikasaan ulang di rumah sakit, puskesmas, atau
institusi kesehatan lain
d) Cara hidup sehat, seperti pengaturan jadwal istirahat, makanan
yang bergizi atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial
ekonomi
15) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti
kursi roda, tongkat penyangga, protesa, dll.
16) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di
rumah, misalnya merawat luka, melatih anggota gerak, dll.

Anda mungkin juga menyukai