Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP

PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT RHEUMATOID


ARTHRITIS PADA LANSIA DI KECAMATAN SOJOL UTARA

PROPOSAL

RIZKHI AMALIA
201801131

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
ii

LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT RHEUMATOID
ARTHRITIS PADA LANSIA DI KECAMATAN SOJOL UTARA

PROPOSAL

RIZKHI AMALIA
201801131

Tanggal Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Wahyu Sulfian, S.Kep.,M.Kep Maharani Farah Dhifa Dg.Masikki, M.Si., Apt


NIK. 20130901037 NIK. 20150901054

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damayantalm. S.Kep., M.Erg.


NIK. 20110901019
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

LEMBAR PESETUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I PANDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masala 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 17
C. Hipotesis 17
BAB III METODE PENELITIAN 18
A. Desai Penelitian 18
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 18
C. Populasi Dan Sampel 18
D. Variabel Penelitian 20
E. Definisi Operasional 20
F. Instrumen Penelitian 21
G. Teknik Pengumpulan Data 22
H. Pengolahan Data 22
I. Analisis Data 23
J. Bagan Alur Penelitian 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep 17


Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rheumatoid Arthritis adalah penyakit persendian yang juga dikenal


sebagai autoimun arthritis (penyakit yang terjadi ketika tubuh diserang oleh
sistem kekebalan tubuh), seringkali menyebabkan nyeri pada persendian
seperti lutut, tangan, dan jari tangan. Rheumatoid Arthritis adalah radang
sendi yang menyebabkan peradangan, kekakuan, pembengkakan dan nyeri
pada persendian, otot, dan tulang1.
Gangguan persendian adalah salah satu penyakit yang paling umum
pada orang tua dan menempati urutan kedua, 14,5% setelah penyakit
kardiovaskular dalam tabel penyakit orang di atas 55 tahun. Salah satu
gangguan sendi adalah Rheumatoid Arthritis, yang merupakan penyakit
sistemik kronis yang biasanya berkembang perlahan dan ditandai dengan
peradangan sendi yang sering berulang.2.
Menurut World Health Organitation (WHO)3 memiliki 335 juta orang
dengan Rheumatoid Arthritis, di mana 20% dari populasi dunia dipengaruhi
oleh rheumatoid arthritis, 5-10% orang-orang berusia 5-20 dan 20% berusia
55 tahun. Menurut American College of Rheumatology 52,5 juta orang, atau
sekitar 23% dari populasi orang dewasa Amerika Serikat menderita
Rheumatoid Arthritis.
Menurut Riskesdas4 jumlah penderita Rheumatoid Arthritis di
Indonesia mencapai 7,30%. Sementara jumlah penderita Rheumatoid
Arthritis di Indonesia semakin meningkat, namun tingkat kesadaran dan
salah tafsir terhadap penyakit ini cukup tinggi. Keadaan ini menjelaskan
ketidaktahuan masyarakat Indonesia, khususnya yang mengidap penyakit
ini, untuk lebih memahami tentang Rheumatoid Arthritis. Selain itu, angka
prevalensi yang terjadi di Jawa Tengah adalah (6,78%). Jumlah penderita
Rheumatoid Arthritis tahun 2011 diperkirakan 29,35%, tahun 2012 naik
39,7%, tahun 2013 naik 45,59 %,dan tahun 2014 untuk Rheumatoid

1
2

Arthritis di Indonesia (Sulawesi utara) naik 24,7%. Pada tahun 2016,


Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 258,7 juta orang lanjut usia atau
mencapai 8,69% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2017, jumlah
penduduk lansia di Indonesia mencapai 9,03% dari total penduduk.
Berdasarkan studi pendahuluan, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan
mencapai 30-40 juta pada tahun 2020, dimana Indonesia menempati urutan
ke-3 dunia dalam hal jumlah lansia.
Rheumatoid Arthritis sering terjadi pada orang yang banyak
melakukan aktivitas lutut seperti pedagang keliling, pekerja yang banyak
jongkok karena terjadi penekanan yang berlebihan pada lututnya, biasanya
aktivitas berat seseorang dalam aktivitas normal. Rheumatoid Arthritis,
terutama pada persendian, lebih sering terjadi di pagi hari. Pola makan yang
kurang nutrisi bisa menjadi salah satu pemicu kambuhnya Rheumatoid
Arthritis. Pola makan yang sehat harus dimulai dengan memilih makanan
tertentu yang dapat memicu kambuhnya Rheumatoid Arthritis, seperti
makanan yang mengandung kacang-kacangan seperti susu kacang, buncis,
organ dalam hewan seperti usus, hati, limpa, paru-paru, otak dan jantung.
Makanan yang dimasak dengan santan, serta buah-buahan tertentu seperti
durian, air kelapa muda, produk melinjho dan minuman seperti alkohol,
serta kangkong dan bayam5.
Menurut World Health Organisation6 jumlah lansia di dunia akan
terus meningkat. Proporsi penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2019
akan mencapai 13,4%, pada tahun 2050 diperkirakan sebesar 25,3%, pada
tahun 20100, dan diperkirakan sebesar 35,1% dari total penduduk.
Berdasarkan hasil sensus Penduduk tahun 2010-2020, jumlah lansia
di Sulawesi Tengah adalah 81,21% dari total penduduk. Ada 9.931 jiwa
penderita Rheumatoid Arthritis di Sulawesi Tengah. Di Provinsi Sulawesi
Tengah, jumlah lanjut usia di atas 60 tahun, dari 13 provinsi/kota pada 2019
adalah 337.144 jiwa meningkat dari 238.707 pada 2018. Sedangkan jumlah
lansia yang mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan
pengelola pada tahun 2019 sebanyak 157.768 orang, menurun dibandingkan
tahun 2018, jumlah lansia yang dilayani sebanyak 173.675 orang7.
3

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, sebagai upaya


mencapai kesehatan masyarakat yang optimal. Sikap keluarga dalam
pengobatan Rheumatoid Arthritis sangat diperlukan untuk meminimalisir
akibat yang mungkin timbul. Individu, keluarga dan masyarakat
menggunakan pengetahuan sebagai pedoman untuk berperilaku dan
bertindak sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Sikap terdiri dari beberapa
komponen keteraturan perasaan (afektif), pemikiran (perceive) dan
kecenderungan bertindak (setuju) terhadap beberapa aspek lingkungan
sekitarnya. Sikap merupakan bentuk evaluasi atau perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan suka dan suka (in favor)
terhadap objek tersebut. Upaya keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita Rheumatoid Arthritis merupakan salah satu tindakan
dukungan awal yang ditujukan untuk meminimalkan masalah kesehatan
yang dihadapi atau dapat diselesaikan dengan kemampuan terbaik kita,
fungsi keluarga, perubahan paling sedikit yang dialami anggota keluarga.
secara tidak langsung peduli dengan keluargadan menjadi tanggung jawab
keluarga8.
Menurut Suryanda9, peran keluarga terutama terdiri dari mereka yang
tahu bagaimana merawat klien dan juga sangat dekat dengan klien untuk
memastikan lansia menjadi mandiri dan sejahtera di hari tua. Keluarga dan
pekerjaan mempengaruhi kenyamanan dalam merawat anggota keluarga,
termasuk orang tua, dan peran keluarga dalam perawatan lanjut usia
memungkinkan keluarga untuk hidup dengan tingkat otonomi tertentu
dalam mengasuh lansia. Anggota keluarga menyimpulkan bahwa semakin
besar aktivitas keluarga, semakin rendah kemandirian. Memperjelas peran
keluarga sebagai pengelola keluarga yang dapat membimbing, mendukung,
dan mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik keluarga,
pengetahuan dan sikap keluarga dalam mencegah kekambuhan penyakit
Rheumatoid Arthritis di kabupaten Sojol Utara tahun 2021.
Menurut data yang didapat, jumlah lansia yang menderita penyakit
Rheumathoid Arthritis di Puskesmas Ogoamas Kecamatan Sojol Utara
4

tahun 2021 dimana yang menderita penyakit Rheumatoid Arthritis terdapat


97 lansia. Lansia dari usia 45-59 tahun sebanyak 50 lansia, usia 60-69 tahun
sebanyak 35 lansia, dan usia > 70 tahun sebanyak 12 lansia yang menderita
penyakit Rheumatoid Arthritis. Menurut hasil wawancara dengan beberapa
keluarga lansia, mengatakan masih banyak yang belum mengetahui apa
yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan penyakit
Rheumatoid Arthritis pada lansia. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah
lansia penderita Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Ogoamas, Kabupaten
Sojol Utara pada tahun 2021, dimana terdapat 97 lansia yang menderita
Rheumatoid Arthritis. Ada 50 orang usia 45 hingga 59 tahun, 35 orang
berusia 60 hingga 69 tahun, dan 12 orang berusia di atas 70 tahun dengan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan termasuk penyakit Rheumatoid
Arthritis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah "Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Terhadap
Pencegahan Kekambuhan Penyakit Rheumatoid Atrhritis Pada Lansia Di
Kecamatan Sojol Utara ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga terhadap
pencegahan kekambuhan penyakit Rheumatoid Arthritis pada lansia di
Kecamatan Sojol Utara.
2. Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga terhadap penyakit
Rheumatoid Atrhritis pada lansia di Kecamatan Sojol Utara.
b. Mengidentifikasi pencegahan kekambuhan penyakit Rheumatoid
Atrhritis pada lansia di Kecamatan Sojol Utara.
5

c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan keluarga terhadap


pencegahan kekambuhan penyakit Rheumatoid Atrhritis pada lansia di
Kecamatan Sojol Utara.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi STIKes Widya Nusantara Palu
Hasil panelitian ini harus dapat memberi ilmu dan menambahkan
referensi di bidang asuhan keperawatan, khususnya yang berkaitan dengan
Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan
Kekambuhan Penyakit Rheumatoid Arthritis Pasa Lansia Di Kecamatan
Sojol Utara.

2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini harus menjadi bahan pengetahuan lebih lanjut
dan menambahkan wawasan ilmiah kedalam Hubungan Antara
Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan Penyakit
Rheumatoid Arthritis Pasa Lansia Di Kecamatan Sojol Utara.
3. Bagi Tempat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mampu memberi pelayanan tentang
Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan
Kekambuhan Penyakit Rheumatoid Atrhritis Pasa Lansia Di Kecamatan
Sojol Utara dan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan layanan,
khususnya tentang pentingnya Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga
Terhadap Pencegahan Kekambuhan Penyakit Rheumathoid Arthritis.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Lansia ( lanjut usia )


a. Definisi Lansia
Lansia adalah orang yang berusia di atas 60 tahun. Lansia
mengalami banyak perubahan baik fisik, mental, maupun sosial.
Perubahan fisik meliputi penurunan kebugaran, stamina dan
penampilan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa orang menjadi
depresi atau tidak bahagia seiring bertambahnya usia. Jika mereka
mengandalkan energi fisik yang tidak lagi mereka miliki, mereka akan
kurang efektif dalam pekerjaan dan peran sosial10.
b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia dalam kategori berikut11.
1) Orang yang berusia 45 sampai dengan 59 tahun disebut usia
pertengahan (pralansia)
2) Orang yang berusia lebih dari sama dengan 60 tahun disebut usia
lanjut (lansia)
3) Orang yang berusia lebih dari sama dengan 70 tahun atau lebih dari
60 tahun yang memiliki masalah pada kesehatan disebut lanjut usia
resiko tinggi
4) Lanjut usia yang mampu melakukan pekerjaan atau masih mampu
produktif disebut lanjut usia potensial
5) Lanjut usia yang tidak mampu mencari nafkah untuk dirinya
sendiri dan bergantung dengan orang lain disebut lanjut usia tidak
potensial.
Lanjut usia yang diklasifikasikan oleh World Health Organisation12:
a) Orang yang berusia 60 sampai 74 tahun disebut lanjut usia
b) Orang yang berusia 75 sampai 89 tahun disebut usia tua
c) Orang yang beusia lebih dari 90 tahun disebut usia sangat tua

6
7

c. Karakteristik lansia
Karakteristik lansia terbagi atas tiga yaitu11 :
1) Berusia lebih dari 60 tahun
2) Kebutuhan dan masalah yang berfariasi dari rentang sehat sampai
sakit dari kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual serta
dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptife.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
d. Batasan lanjut usia
Kelompok lanjut usia sering dibagi menjadi beberapa kategori,
batasan usia di bawah ini hanya sebagai pedoman untuk populasi
menua13.
1) Usia 65-74 tahun disebut lansia muda
2) Usia 75-84 disebut lansia menengah
3) Usia 85 keatas disebut lansia tua dan sangat tua
e. Ciri-ciri lanjut usia
Ciri-ciri lansia sebagai berikut13 :
1) Lansia mengalami priode kemunduran
Lansia dapat mengalami kemunduran dari aspek fisik dan
psikologis, lansia yang memiliki motivasi rendah maka akan
mengalami proses kemunduran fisik secara cepat juga, sedangkan
lansia yang memiliki motivasi tinggi, kemungkinan kemunduran
fisiknya lambat terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritis
Lansia sebagai kelompok minoritis akan mengakibatkan
berkurangnya tenggang rasa kepada orang lain hingga akan
mengakibatkan persepsi negatif kepada masyarakat.
3) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia yang dimaksud apa bila lansia
mempunyai jabatan di masyarakat, akibat penurunan fungsi diharap
lansia dapat mengubah peran lansia.
8

2. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari rasa ingin tahu melalui
proses perseptual terutama mata dan telinga terhadap objek
tertentu. Pengetahuan adalah area terpenting dalam bentuk perilaku
terbuka14.
Pengetahuan adalah hasil dari keingintahuan yang terjadi
setelah orang melakukan sesuatu. Pendeteksian dilakukan melalui
panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan juga berasal dari
pendidikan, pengalaman, media, dan lingkungan15.
b. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (know) termasuk kedalam pengetahuan.
Derajat ini akan mengingat (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh tubuh yang telah dipelajari atau menerima stimulus.
Jadi ilmu adalah ilmu yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu apa yang mereka pelajari termasuk
menyebutkan, menggambarkan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya15.
2) Memahami (comprehension)
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk
menginterpretasikan secara benar apa yang diketahui dan
mampu menginterpretasikan materi dengan benar. Mereka yang
sudah memahami mata pelajaran atau materi akan dapat
menyebutkan contoh, menyerap, memprediksi mata pelajaran
yang sedang dipelajari.15.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut Kholid15, Hal ini dapat di
lakukan melalui wawancara atau kuesioner yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek atau responden.
9

Kedalaman ilmu yang ingin kita ketahui atau ukur, bisa kita sesuai
dengan tingakatan diatas.

3. Keluarga
a. Definisi Keluarga
Setiap masyarakat memiliki sistem sosial terkecil, yaitu
keluarga. Dalam kehidupan berkeluarga, ayah, ibu dan anak
memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Ayah dan ibu
memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik secara fisik, psikis maupun selaras
dengan lingkungan. Keluarga adalah kumpulan dari dua individu
atau lebih yang dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi,
dan di antara mereka ada hubungan interaksi di antara mereka.16.
Sebuah keluarga terdiri dari dua orang atau lebih dan
keduanya terikat oleh darah dan perkawinan. Hidup dalam satu
rumah tangga, saling berinteraksi dalam perannya masing-masing,
serta menciptakan dan memelihara suatu kebudayaan16.
b. Struktur Keluarga
Keluarga sosial dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
bentuk tradisional dan non-tradisional atau bentuk normatif dan
non-normatif dan bentuk keluarga varian. Bentuk keluarga varian
digunakan untuk merujuk pada bentuk keluarga yang merupakan
bentuk normal dari semua bentuk dalam inti tradisional. Beberapa
bentuk dijelaskan di bawah ini 16.
1) Keluarga inti yaitu keluarga yang didalamnya terdapat tiga
posisi yaitu, suami, istri, anak, struktur keluarga yang demikian
menjadi keluarga sebagai penyesuaian bagi anak16.
2) Keluarga pihak ayah adalah keluarga yang mempunyai
kedudukan selain ketiga kedudukan di atas, khususnya dalam
keluarga dimana seorang anak telah menikah tetapi masih
tinggal bersama orang tuanya dan mempunyai anak (cucu)16.
c. Fungsi Keluarga
10

Ada lima fungsi keluarga sebagai berikut16 :


1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna bagi pemenuhan kebutuhan psikologis,
keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga tiap anggota
keluarga saling mempertahankan suasana yang positif. Dengan
demikian keluarga yang berhasil melakasanakan fungsi afektif
yaitu : saling mengatur dan saling menghargai.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
dimana individu, interaksi sosial dan pembelajaran berperan
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat dimana
individu belajar untuk berintegrasi ke dalam masyarakat,
misalnya seorang bayi yang baru lahir dapat memandang
ayahnya, ibunya dan orang-orang disekitarnya. Mereka
kemudian tumbuh menjadi balita dan mulai belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, namun keluarga tetap
berperan penting dalam proses sosialisasi..
Perkembangan individu dan keluarga akan berhasil dicapai
melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya
dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Keluarag berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka ikatan suatu
perkawinan yang sah bertujuan untuk membentuk keluarga dan
meneruskan keturunan.
4) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
11

kebutuhandan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak


pasangan suami istri dengan penghasilan yang tidak seimbang,
hal ini menjadi permasalahan yang berujung perceraian.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga memiliki fungsi melakukan tindakan
pemeliharaan kesehatan yaitu mencegah gangguan kesehatan
dan merawat keluarga yang sakit. Keluarga diposisikan untuk
memberikan perawatan kesehatan dan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas medis berarti keluarga memiliki kemampuan dalam
menghadapi masalah kesehatan..
4. Rheumatoid Arthritis
a. Definisi Rheumatoid Arhritis
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit kronis (jangka panjang)
yang menyebabkan nyeri, kekakuan, keterbatasan fungsi sendi, dan
pembengkakan. Rheumatoid Arthritis dapat mempengaruhi sendi
kecil tangan dan kaki yang cenderung paling sering bengkok. Pada
Rheumatoid Arthritis, kekakuan terburuk biasanya di pagi hari,
yang dapat berlangsung dari satu hingga dua jam atau bahkan
sehari. Kekakuan di pagi hari untuk waktu yang lama berarti bahwa
pasien mungkin menderita rematik, karena beberapa penyakit
rematik lainnya. Misalnya, osteoartritis biasanya tidak
menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan17.
Rheumatoid Arthritis merupakan gangguan peradangan
kronis autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang
bisa terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ
sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan
lutut18. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh
penyakit Rheumatoid Arthritis, karena sifatnya yang seolah-olah
tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri yang ditimbulkan
sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari19.
12

b. Etiologi
Penyebab pasti dari Rheumatoid Arthritis tidak diketahui,
tetapi factor genetik, hormonal dan infeksi diketahui memiliki
pengaruh yang kuat dalam menentukan kejadian penyakit ini,
penyebab dari Rheumatoid Arthritis yaitu17 :
1) Faktor genetik
2) Reaksi imunologi ( antigen asing yang berfokus pada jaringan
synovial).
3) Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon
4) Proses inflamasi yang berkepanjangan
5) Kerusakan kartilago articular
c. Patofisiologi
Pada Rheumatoid Arthritis, reaksi autoimun terjadi terutama
di membran sinovial. Proses inflamasi pada awalnya menyebabkan
edema sinovial, diikuti oleh kongesti vaskuker, yang ditandai
dengan pembentukan pembuluh darah baru, sekresi fibrin dan
infiltrasi seluler. Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan
membrane sinivial menebal, terutama di tulang rawan. Jaringan
granulomatosa (pannus) akan terbentuk akibat peradangan sendi.
Jaringan granulomatosa ( pannus) akan menyebabkan erosi yulang
yang dapat merusak tulang rawan yang menyebabkan gangguan
mobilitas sendi. Otot kehilangan elastisitas dan kekakuan karena
kontraksi otot karena perubahan biologis20.
d. Menifestasi Klinis
Manifestasi klinis Rheumatoid Arthritis dibagi menjadi
beberapa kategori, dan manifestasi ini tidak terjadi secara
bersamaan. Akibatnya manifestasi Rheumatoid Arthritis sangat
berfariasi, termasuk20 :
1) Gejala-gejala konstitusional
Seperti kelelahan, mual dan muntah saat makan, penurunan
berat badan, dan peningkatan suhu tubuh. Bahkan bisa sangat
melelahkan.
13

2) Nyeri sendi
Keluhan utama yang sering dialami oleh penderita Rheumatoid
Arthriti adalah nyeri sendi. Jika Rheumatoid Arthritis
menyerang syaraf, nyeri sendi dapat menyebar keseluruh tubuh.
Nyeri Rheumatoid Arthritis memiliki dua bentuk, yaitu : nyeri
sendi mekanik, nyeri biasanya muncul ssetelah pasien
melakukan beberapa aktivitas dan aktivitas dan setelah beberapa
saat nyeri akan hilang setelah istirahat. Selain itu, rasa sakit
disebabkan oleh peradangan (radang), rasa sakit ini biasanya
terjadi saat seseorang bangun di pagi hari dan rasa sakitnya
biasanya hilang setelah beberapa saat.
3) Kaku sendi
Kekakuan yang terjadi akibat peradangan disekitar jaringan
tubuh akibat tekanan cairan, seperti kapsul sendi, kapsul
sinovial, atau membran sinovial. Biasanya muncul dipinggul,
tulang belakang dan lutut. Kekakuan yang terjadi pada
Rheumatoid Arthritis dan osteoarthritis berbeda, pada
osteoarthritis biasanya berlangsung kurang dari satu jam atau
hanya beberapa menit.
4) Gangguan fungsi sendi
Sendi tidak dapat berfungsi dengan baik, hal ini terjadi karena
seseorang menekuk posisi sendi untuk menghilangkan rasa
sakit.
5) Sendi yang tidak stabil terjadi akibat cedera pada bagian kapsul
sendi
6) Sendi mengeluarkan suara berderak saat menggerakkan sendi,
kerusakan pada tulang rawan artikular, tulang sinovial dan
tendon.
Rheumatoid Arthritis terbagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a) Stadium sinovitis
Selama tahap peradangan, jaringan sinovial mengalami
perubahan awal ( jaringan sendi tipis ) yang ditandai dengan
14

pembengkakan sendi, nyeri dengan gerakan dan


pembengkakan. Sendi yang terkena biasanya terlihat sendi
seperti lutut, pergelangan tangan dan jari.
b) Stadium destruksi
Pada tahap destruksi, selain kerusakan jaringan
sinovial, kerusakan juga terjadi pada jaringan sekitarnya
dengan ciri khas retraksi tendon.
c) Stadium deformitas
Selama fase deformitas, sendi dimulai dengan
perubahan bursitis dan berlanjut dengan pembentukan pannus
(jaringan granulomatosa), hard disk fibrosa, dan akhirnya
hard disk tulang.
e. Klasifikasi
Klasifikasikan Rheumatoid Arthritis terbagi menjadi 4 tipe, yaitu20:
1) Rheumatoid Arthritis Classic
Dalam kategori ini, setidaknya selama enam minggu, enam
kriteria tanda dan gejala sendi harus terus menerus.
2) Rheumatoid Arthritis Deficit
Dalam kategori ini, setidaknya selama enam minggu, ada empat
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus terus menerus.
3) Rheumatoid Arthritis Probable
Dalam kategori ini, setidaknya selama enam minggu, ada tiga
kriteriatanda dan gejala sendi yang berkelanjutan.
4) Rheumatoid Arthritis Possible
Dalam kategori ini, setidaknya selama tiga bulan, dua kriteria
tanda dan gejala sendi harus terus menerus.
f. Faktor Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
Rheumatoid Arthritis, antara lain18 :
1. Berusia lebih dari 40 tahu
2. Kegemukan dan penyakit metabolik
3. Cedera sensitif yang berulang
15

4. Kepadatan tulang yang kurang


5. Mengalami beban sendi yang terlaluberat

g. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Rheumatoid Arthritis adalah untuk
menghambat aktivitas penyakit untuk menghambat perkembangan
penyakit dan mencegah kecacatan, mengurangi rasa sakit,dan
meningkatkan kualitas hidup1 :
1) Penatalaksanaan farmakologi
Pengobatan dengan NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory
Drugs) dimulai sejak dini untuk mengobati nyeri sendi
inflamasi yang umum.
a) Aspirin
Pasien di bawah usia 65 tahun dapat dimulai dengan dosis 3
sampai 4x1 g/hari, kemudian ditingkatkan 0,3-0,6 g/minggu
sampai perbaikan atau gejala toksisitas, dengan dosis terapi
20-30 mg/dl.
b) Ibuprofen,diklofenak dan meloksikam.
2) Penatalaksanaan Non Farmakologi
Perawatan nonfarmakologis termasuk intervensi kognitif
perilaku dan penggunaan agen fisik. Tujuannya adalah untuk
mengubah persepsi seseorang tentang penyakit, merubah
perilaku mereka dan memberi mereka rasa kontrol yang lebih
besar. Penatalaksanaan non obat meliputi1:
a) Mendidik pasien tentang penyakitnya, pengobatannya,
pengobatannya, dan efek sampingnya.
b) Terapi fisik dan rehabilitasi penting untuk menjaga fungsi
sendi dan kekuatan otot.
c) Diet adalah umum bagi penderita Rheumatoid Arthritis
untuk memiliki penyakit penyerta atau penyakit penyerta
kardiovaskular, jadi penting untuk memiliki diet rendah gula
dan rendah lemak.
16

d) Berolahraga dan istirahat ketika lansia merasakan


nyeri,lansia membutuhkan istirahat. Jangan terlalu banyak
istirahat karena akan menimbulkan kekakuan. Gerakan atau
latihan merupakan terapi latihan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kekuatan otot.
h. Pencegahan Kekambuhan Penyakit Rheumatoid Arthritis
Penyakit sendi merupakan penyakit yang sering terjadi di
masyarakat, terutama pada orang yang berusia 40 tahun ke atas.
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang sudah dikenal sejak
lama dan tersebar luas di seluruh dunia, Rheumatoid Arthritis
bersifat simetris, sehingga akan menimbulkan pembengkakan,
nyeri dan kemungkinan kerusakan di dalam sendi, sehingga
menghambat aktivitas pasien. Untuk mencegah terjadinya
kekambuhan Rheumatoid Arthritis maka perlu dilakukan terapi
yang harus dimulai sedini mungkin agar menurunkan angka
terburuk. Penderita harus dirujuk dalam 3 bulan sejak muncul
gejala untuk mengonfirmasi diagnosis dan inisiasi terapi DMARD
(Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs). Kekambuhan adalah
peristiwa berulang yang dialami pasien lebih dari satu kali dengan
kualitas yang sering dan seringkali tidak menyenangkan. Setelah
diagnosis penyakit rematik, dapat dikatakan bahwa pendekatan
pertama yang harus dilakukan adalah mencegah terulangnya nyeri
Rheumatoid Arthritis9.

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian hubungan antara pengetahuan keluarga
terhadap pencegahan kekambuhan penyakit Rheumatoid Arthritis pada
lansia di Kecamatan Sojol Utara

Variabel Independen: Variabel Dependen :


Pencegahan
Pengetahuan Keluarga
Kekambuhan
17

Gambar 2.1 Kerangka konsep

Keterangan :

: : Variabel yang diteliti

: Mencari Hubungan

C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada
Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan
Kekambuhan Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada Lansia Di Kecamatan
Sojol Utara?
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif jenis
penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional untuk mengukur dua jenis variabel independent
(bebas) yaitu pengetahuan keluarga dan variabel dependen (terikat) yaitu
pencegahan kekambuhan Rheumatoid Arthritis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di Kecamatan Sojol Utara
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan di laksanakan pada bulan Agustus 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Menurut Sugiyono, pengertian populasi adalah wilayah umum
yang meliputi objek atau subjek dengan kualitas dan karakteristik
tertentu yang diidentifikasi oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya21.
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah lansia yang terdata di
Kecamatan Sojol Utara yang menderita penyakit Rhehumatoid
Arhtritis tahun 2021 yaitu berjumlah 97 lansia.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang
menderita penyakit rheumatik di Kecamatan Sojol Utara pada tahuan
2021 yaitu sebanyak 97 lansia.

18
19

Pada penelitian ini pengambilan sampel dengan menggunakan


rumus Surakhmad :

S = 15% + 1000 – N (50%-15%)


1000 – 100

=15% + 1000 – 97 (50%-15%)


1000 - 100

=15% + 903 (35%)


900
= 15% + 1,003 (35%)

= 15% + 35,10%

= 50,1% (97) = 48,59

= 49

Keterangan :

n = ukuran sampel

N= ukuran populasi

Dari hasil penghitungan ditemukan total sampel sebanyak 48,59


dan dibulatkan menjadi 49 yang diartikan jumlah sampel yang akan
diambil sebanyak lansia.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive sampling
dimana cara pengambilan sampel yang digunakan secara sengaja
dengan memiliki sendiri sampel yang diambilkarena pertimbagan
tertentu. Kemudia keriteria sampel yang diginakan adalah kriteria
inklusi dan ekslusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Adapun kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
20

a. Bersedia menjadi responden dan menandatangani lebar


persetujuan
b. Kooperatif (sikap kerjasama dan tidak bertentangan dengan
peneliti)
c. Dapat berkomunikasi dengan baik
d. Berstatus keluarga dan lansia
Adapun kriteria eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
a. Tidak dapat berkomunikasi verbal
b. Mengalami gangguan jiwa

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah
pengetahuan keluarga (variabel independent), yaitu yang mempengaruhi.
Pencegahan kekambuhan Rheumatoid Arthritis (variabel dependen), yaitu
yang dipengaruhi.

E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Keluarga
Definisi : Pengetahuan adalah suatu subjek atau objek yang ingin
dipahami serta dapat dijelaskan secara benar.
Pengetahuan keluarga yang baik pencegahan
kekambuhan Rheumathoid Arthritis merupahan bentuk
perhatian, merawat, dan memberikan rasa nyaman pada
lansia.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil : 1) Baik, jika skor yang diperoleh ≥ mean/median
2) Kurang baik, jika skor yang diperoleh<
mean/median
21

2. Pencegahan Kekambuhan
Definisi : Pencegahan kekambuhan adalah mencegah kejadian yang
seringterjadi secara terus-menerus dan biasanya bersifat
tidak menyenangkan oleh lansia yang menderita penyakit
Rheumathoid Arthritis lebih dari satu kali.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil : 1) Ya, jika responden menjawab ≥ mean/median
2) Tidak, jika responden menjawab< mean/demian

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk variabel independen


(pengetahuan) dan variabel dependen (pencegahan kekambuhan).
1. Kuesioner pengetahuan
Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah. Kuesioner
peran keluarga dan pengetahuan, dengan 20 pertanyaan termasuk
pertanyaan aktif, memiliki 13 pertanyaan pada nomor 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 15, 16, 17, 18, 19 sedangkan untuk pertanyaan negatif , Terdapat 6
item pertanyaan yang tertera pada nomor 11,12,2,3,20,14 dan pertanyaan
pada angket peran keluarga, Terdapat 12 pertanyaan yang didalamnya
terdapat 9 pertanyaan positif yang tertera pada nomor 1,2,4,5, 7,8,
10,11,12 dan 3 negatif pada nomor 3, 6,9 jadi orang menjawab pilihan
jawaban berdasarkan soal dan jawaban yang ada22.
2. Kuesioner pencegahan kekambuhan Rheumatoid Arthritis
Kuesioner pencegahan kekambuhan penyakit Rheumatoid Arthritis
digunakan untuk diberikan kepada responden yang sudah menjadi
sampel, skala pengukuran menggunakan skala Guttman yang merupakan
skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban
yang tegas seperti jawaban dan pertanyan atau pernyataan :ya atau tidak,
22

positif dan negatif, setuju dan tidak setuju. Skala Guttman ini pada
umumnya dibuat seperti checklist dengan interpertasi penilaian, apabila
skor benar nilainya 1 dan apabila skor salah nilainya 01.

G. Teknik Pengumpulan Data


Tehnik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang
diginakan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data penelitian,
data yang diperoleh dari dua jenis yaitu data primer dan data skunder.
1. Data primer
Pada penelitian ini diambil dengan mengumpulkan data dari lembar
kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis guna mengetahui pengatahuan
keluarga terhadap pencegahan kekambuhan.
2. Data sekunder
Dimana data yang diambil dari Puskesmas Ogoamas Kecamatan Sojol
Utara untuk melengkapi data primer.

H. Pengolahan Data
Data yang dikumpul dilakukan pengolaan untuk menghindari
kesalahan yang terjadi pada saat pengumpulan data, langkah-langkah untuk
mengelola data adalah sebagai berikut :
1. Editing
Periksa dan mencetak kembali kelengkapan pengisian kuesioner, lihat
apakah setiap kalimat sudah terisi atau terjawab.
2. Coding
Coding merupakan teknik yang dilakukan untuk mengklasifikasikan
jawaban menurut jenisnya. Jawaban yang ada akan diberikan tanda bisa
berupa kode ataupun angka. Selanjutnya akan dimasukkan kedalam tabel
kerja untuk memudahkan dalam pembacaan
3. Tabulating
Tabulating atau tabulasi adalah proses memasukkan hasil data penelitian
kedalam table berdasarkan variabel yang akan diteliti.
23

4. Processing
Processing yaitu data yang telah dikumpulkan kemudian akan diproses
untuk dianalisis.
5. Cleaning
Data yang telah diproses mungkin tidak lengkap, mengandung duplikat
atau terjadi kesalahan. Pembersihan data adalah proses mencegah dan
memperbaiki kesalahan.

I. Analisis Data
Analisis data adalah bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan yang diharapkan oleh penelitian. Tujuan utama dalam penelitian ini
adalah menjawab pertanyaan peneliti dalam mengungkapkan fenomena,
terdapat dua jenis analisis data yang akan dipakai pada peneliti ini yaitu :
1. Analisis univariat
Analisa univariat merupakan bentuk analisis data yang paling sederhana,
data analisisnya hanya memiliki satu variabel. Dalam penelitianini,
analisa univariat yang peneliti gunakan akan menghasilkan nilai
berdasarkan distribusi frekuensi. Pada umunya analisis ini diperoleh
dalam bentuk presentasi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
f
Rumus : P= ×100 %=… %
n
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
N : Jumlah atau keseluruhan responden
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalaha nalisis yang digunakan untuk mengetahui dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk mengetahui
hubungan variabel independen dan dependen maka akan dilakukan uji
dengan menggunakan uji Chi-square.
Adapun rumus menggunakan Chi-square adalah sebagai berikut:
24

X2 = ∑ 2
(Oi−E )
i−1 i

Ei

Keterangan :
X2 :Distribusi Chi-square
Oi :Nilai observasi (pengamatan) ke-i
Ei: Nilai ekspektasike-i

Namun perlu diketahui syarat-syarat dari uji ini yang mempunyai


beberapa aturan sebagai berikut :

a. Bila dalam tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) <5 lebih (20%), maka
uji yang akan digunakan adalah fisher Exact test untuk semua variabel
ditetapkan signifikan derajat penolakan 5% (p = 0,05).
b. Bila tabel 2x2 tidak dijumpai nilai E (harapan) <5 lebih dari (20%),
maka uji yang dipakai sebaiknya continuity correction.
c. Bila tabel lebih dari 2x2 maka uji yang digunakan adalah pearson
Chi-square. Nilai p value < 0,05 berarti ada hubungan antara variabel
dependen dan variabel indepenen. Bila p value > 0,05 berarti tidak ada
hubungan antara variabel dependen degan variabel independen.
25
J. Bagan Alur Penelitian

Populasi :
Seluruh lansian yang menderita prnyakit
Rheumatoid Arthritis sebanyak 97 orang.

Sampel :
Sebagian lansia yang menderita penyakit
Rheumatoid Arthritis sebanyak 49 orang

Teknik Sampling:
Teknik proposive
sampling

Variabel independen : Variabel dependen :


Pengetahuan keluarga Pencegahan kekambuhan

Pengumpulan data :
Kuesioner

Pengolahan data :
Editing, coding, tabulating, processing dan
cleaning.

Analisis Data :

Uji Chi- square

Hasil dan pembahasan

Simpulan dan saran

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian


DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanza SW, Diah AW, Nengrum LS. Faktor Penyebab Kekambuhan


Rheumatoid Arthritis. Jurnal Nursing Information Juornal [Internet] 2022
Feb [Dikutip 20 Maret 2022]; 1(2):61–6. Tersedia Dari :
https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/index.php/NIJ/article/view/190

2. Sari SP, Rezkiki F. Penatalaksanaan Pasien Rheumatoid Arthritis Berbasis


Evidence Based Nursing : Studi Kasus. Jurnal REAL in Nurs Journal
[Internet] 2020 [Dikutip 20 Maret 2022]; 3(1):49–54. Tersedia Dari :
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/778

3. WHO. Jumlah Penduduk Yang Mengalami Rheumathoid Atrhritis.


2020;53(9).

4. Riskesdas. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). 2018;44(8).


Tersedia Dari:  https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-
dasar-riskesdas/.

5. Andry J, Padil, Sartika A SENPH. Tingkat Pengetahuan Terhadap


Penanganan Penyakit Rheumatoid Athritis Pada Lansia. Jurnal Kesmas
Asclepius [Internet] 2020 [Dikutip 12 Maret 2020]; 21(1):1–9. doi:
10.31539/jka.v2i1.1139

6. World Health Organization. Global Brief on Hypertension : Silent Killer


Global Public Health Crisis. 2019; Tersedia Dari:
https://www.who.int/publications-detail-redirect/a-global-brief-on-
hypertension-silent-killer-global-public-health-crisis-world-health-day-
2019

7. Penyusun TIM. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah | PENUTUP


220. 2020; Tersedia Dari:
https://dinkes.sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2018/06/profil-
kesehatan-tahun-2020.pdf

8. Akbar F, Nur H, Hardika. Pengalaman Pengasuh Dalam Merawat Lansia


Dengan Penyakit Kronis. Jurnal Journal Of Health, Education and Literacy
(J-Healt) [Internet]. 1 Sep 2021 [Dikutip 4 April 2022]; 4(1). doi:
https://doi.org/10.31605/j-healt.v2i1

9. Suryanda, Nazori A. Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Pencegahan


Kekambuhan Rematik. Jurnal Vokasi Kesehatan [Internet]. 2019 Januari 31
[Dikutip 8 April 2022];5(1):1–7. Tesedia Dari: http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK

10. Putri D. Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal
Inofasi Penelitian [Internet]. 2021 Agustus 30 [Dikitip 17 April 2022];
2(4):6. Tersedia Dari: https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/835

11. Dewi SR. Ajaran Keperawatan Gerontik. CV BUDI UTAMA, editor.


Yogyakarta: Penerbit Buku Ajaran Keperawatan Gerontik, 2014.

12. WHO Agein and Health. 2018; Tersedia Dari:


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3641/4/Chapter2.pdf

13. Kholifa S. Keperawatan Gerontik. Jurnal Of Materials Processing


Technolog [Internet]. 2018 [Dikitip 16 April 2022]; 1(1) 1-8.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ah

14. Donsu, Tine JD. Aspek-aspek Psikologi Konsep Dasar Psikologi Teori
Perilaku Manusia, editor. Yogyakarta; Penerbit Buku Pustaka Baru Press,
2017.

15. Kholid A. Promosi Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, 2018.

16. Harmoko. Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Pelajar, editor.


Yogyakarta; 2019.

17. Ambarsari E. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Kemandirian Dalam


Melakukan Activity Daily Living Pada Lansia Penderita Rheumatoid
Arthritis Di Posyandu Ismoyo Kelurahan Banjarejo Kecamatan Taman
Kota Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun. 2018;3(2):1–9.
Tersedia Dari: http://repository.stikes-bhm.ac.id/129/.
18. Sutusna Y, Indriastuti D, Nirmi N. Sikap Keluarga Tentang Pengaturan
Makan Lanjut Usia Dengan Penyakit Rheumatoid Atritis Di Desa
Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Jurnal Kesehatan
Masyarakat [Internet] 2020 April 27 [Dikutuip 24 Maret 2022]; 01(3):28-
33. Tersedia Dari: https://jkmc.or.id/ojs/index.php/jkmc/article/view/37

19. Wulansari T. Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan keluarga pada


rhematoid atritis dengan masalah gangguan mobilisasi di desa kemantren
rejo.[KTI]. Sidoarjo: Amd.Kep Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
Sidoarjo 2021.

10. Lukman. Patofisiologi Dan Manifestasi Klinis Rheumatoid Athritis Pada


Lansia. 2020;

21. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung;2018;

22. Abdinia B. Knowledge dan Family Role Questionnaire, Kuesioner


Pengetahuan. 2016; Tersedia Dari:
https://www.scribd.com/document/213684841/KUESIONER
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT RHEUMATHOID
ARTHRITIS PADA LANSIA DI KECAMATAN SOJOL UTARA

A. Identitas Responden (Data Umum)

No Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :

B. Kuesioner Pengetahuan
1. Rematoid Atritis adalah penyakit autoimun sistemik yang menyebabkan
peradangan pada?
a. Kepala
b. Perut
c. Sendi
d. Otot
2. Pengertian Rematoid Atritis adalah?
a. Nyeri pada sendi
b. Nyeri pada otot
c. Nyeri pada kepala
d. Nyeri pada dada
3. Faktor genetik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Rematoid
Atritis. Pengertian dari genetik adalah?
a. Saudara
b. Lingkungan
c. Keturunan
d. Gaya hidup
4. Tanda dan gejala dari Rematoid Atritis adalah?
a. Lemas
b. Nyeri sendi
c. Kekakuan pada sendi
d. Semua benar
5. Penatalaksanaan yang dilakukan jika terkena Rematoid Atritis adalah?
a. Pemberian terapi
b. Pengaturan aktivitas dan istirahat
c. Kompres air panas dan dingin
d. Semua benar
6. Rematoid Atritis biasanya menyerang pada usia?
a. Anak – anak
b. Balita
c. Lansia
d. Remaja
7. Kata lain dari Penyakit Rematoid Atrits adalah
a. Lupus
b. Atritis Gout
c. Rematik
d. Semua salah
8. Berikut ini pernyataan yang benar dalam masalah Rematoid Atritis
adalah?
a. Rematoid Atritis tidak dapat disembuhkan tapi dapat diringankan
b. Rematoid atritis lebih banyak menyerang wanita dari pada laki – laki
c. Rematoid Atritis cenderung menyerang sistem gerak
d. Semua benar
9. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya Rematoid Atritis adalah?
a. Jenis kelamin
b. Pekerjaan
c. Status ekonomi
d. Semua benar
10. Apa yang bapak/ibu lakukan pada saat mengalami nyeri?
a. Membeiarkan saja
b. Mengompres pada daerah yang nyeri
c. Dioleskan balsem pada daerah yang sakit
d. Berendam di air yang dingin
11. Berikut ini adalah makanan yang dihindari oleh penderita Rematoid
Atritis, kecuali...
a. Kacang – kacangan
b. Daging
c. Nasi
d. Udang
12. Makanan yang boleh dimakan oleh penderita Rematoid Atritis adalah?
a. Kentang
b. Nasi
c. Apel
d. Semua benar
13. Ketika bapak/ibu mengalami penyakit Rematoid Atritis, kemana
bapak/ibu pergi berobat?
a. Rumah sakit/Puskesmas/Mantri
b. Dukun
c. Tukang urut
d. Kepala desa
14. Kegiatan yang dapat mengurangi nyeri sendi pada penderita Rematoid
Atritis adalah?
a. Berlari di siang hari
b. Berjalan di pagi hari di atas batuan kerikil tanpa menggunakan alas
kaki
c. Mandi pada malam hari
d. Mencangkul di sawah
15. Menurut Bapak/ibu apakah penyakit Rematoid Atritis itu dapat
disembuhkan?
a. Tidak dapat disembuhkan , tetapi dapat dikurangi gejalanya
b. Dapat disembuhkan
c. Tidak mungkin disembuhkan
d. Semua benar

16. Kegiatan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya serangan Rematoid


Atritis adalah
a. Melakukan pekerjaan yang berat
b. Sering mandi tengah malam
c. Mengkonsumsi makanan kacang-kacangan
d. Semua benar
17. Faktor usia sangat besar mempengaruhi terjadinya Rematoid Atritis. Hal
ini terjadi karena?
a. Dengan meningkaynya usia meingkat pula kebutuhan hidup
b. Usia lanjut sangat erat kaitannya dengan Rematoid Atritis
c. Semua organ tubuh mengalami penurunan fungsi sejalan dengan
meningkatnya usia
d. Semua salah
18. Hal yang dapat mencegah serangan Rematoid Atritis di usia lanjut
adalah?
a. Jaga pola makan dan gaya hidup
b. Kurangi aktivitas yang berat
c. Jaga kesehatan tubuh dan minum vitamin/suplemen
d. Semua benar
19. Rematoid Atritis sering menyerang pada lansia. Apakah mungkin
Rematoid Atritis menyerang pada anak-anak?
a. Tidak mungkin
b. Mustahil
c. Bisa saja Rematoid Atritis menyerang pada anak – anak
d. Rematoid Atritis hanya menyerang pada lansia
20. Rasa nyeri pada penderita Rematoid Atritis sering terjadi pada keadaan?
a. Pagi dan malam hari dengan suasana yang dingin
b. Siang hari dengan suasana yang panas
c. Sore hari
d. Semua benar

Kuesioner Penelitian
No. Responden :
Petunjuk pengisian :
1. Lansia tidak perlu menulis identitas dikuesioner ini.
2. Semua jawaban yang diberikan oleh lansia dijami kerahasiannya dan hanya
diketahui oleh peneliti dan kansia bersangkutan sesuai dengan etika penelitian.
3. Baca dengan cermat semua pertanyaan ataupun pertanyaan yang ada dalam
kuesioner ini.
4. Berikan tanda check list (√) pada jawab yang tersedia sesuai pendapat dan
keadaan yang sebenarnya.
5. Mohon kesediaan lansia untuk menjawab semua pertanyaan yang tersedia.
6. Dalam menjawab pertanyaan hendaknya jangan terpengaruh/melihat orang lain
karena akan berpengaruh pada hasil penelitian.

I. Data Demografi
1. Umur 3. Tingkat Pendidikan
a. 60-74 a. Tidak sekolah
b. 75-90 b. SD
2. Jenis Kelamin c. SMP
a. Laki-Laki d. SMA
b. Perempuan 4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja
b. Buru Tani
c. Swasta
Kuesioner kekambuhan penyakit rheumatoid arthritis

Petunjuk pengisian beri tanda check list (√) pada jawaban yang dianggap
paling benar pada kolom jawaban yang telah tersedia. Keterangan sebagai berikut:

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakan anda sering merasakan kaku sendi atau linu
pada saat pagi hari?
2. Apakah anda melakukan aktivitas yang berlebihan dan
membuat anda merasa kelelahan?
3. Apakah anda sering mengkonsumsi sayuran seperti
kangkung, buncis, bayam?
4. Apakah anda setiap hari merokok?
5. Apakah penyakit rematik adalah seuatu penyakit yang
menyerang sendi?
6. Apakah aktivitas berat dapat meningkatkan resiko
serangan rematik?
7. Apakah nyeri rematik lebih sering terjadi pada pagi
hari?
8. Apakah penyakit rematik lebih sering terjadi pada
lansia?
9. Apakah anda seseorang yang gemar mengkonsumsi
lauk-pauk (jeroan, udang, dan makanan kaleng)?
10. Menurut anda apakah pola makan yang berlebihan
merupakan penyebab utama dari penyakit rematik?
11. Menurut anda penyakit rematik adalah penyakit yang
tidak dapat di sembuhkan?
12. Menutut anda pola makan berlebih, jenis makanan
(tinggi purin) dan aktivitas berlebih merupakan faktor
pemicu dari kekambuhan?
13. Apakah pola makan anda sudah sesuai dengan yang
dianjurkan dokter?
14. Apakah anda selalu membuat jadwal menu makanan
untuk setiap harinya?
15. Apakah anda sudah melakukan cara mengontrol
makanan yang mengakibatkan kekambuhan?

Anda mungkin juga menyukai