Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL


TRESNA WERDHA PROVINSI BENGKULU

PROPOSAL

DISUSUN OLEH

AYU NEPA KIRANTI


NPM :172426002 DP

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
Jl. Merapi Raya No. 42 Kebun Tebeng Bengkulu Telp. (0736) 21977
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses seseorang dari usia dewasa menjadi usia tua merupakan suatu proses

yang harus dijalani dan disyukuri. Proses ini biasanya menimbulkan suatu beban

karena menurunnya fungsi organ tubuh orang tersebut sehingga menurunkan

kualitas hidup seseorang. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infesksi dan kerusakan yang terjadi. Salah satu penyakit yang

sering terjadi pada lansia akibat dari penurunan fungsi organ tubuh adalah

Rheumatoid Arthritis(Dwi & Fitrah, 2010).

Penelitian Sharon (2017), tentang prevalensi artritis menurut usia, jenis

kelamin dan status sosial ekonomi dalam enam negara-negara berpenghasilan

rendah dan menengah menunjukkan bahwa Arthritis yang di diagnosis (seumur

hidup) sebanyak 5003 wanita dan 2664 pria (masing-masing 19,9% dan 14,1%),

sementara 1.220 wanita dan 594 pria memiliki artritis berbasis gejala saat ini

(masing-masing 4,8% dan 3,1%). Angka kejadian tertinggi terdapat di Rusia:

38% untuk pria, dan 17% untuk wanita.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2018), menunjukkan

bahwa prevalensi penyakit rematoid artitis di Indonesia mengalami penurunan

1
2

dimana pada tahun 2013 sebesar 11,9% dan pada tahun 2018 sebesar 7,3%.

Sedangkan prevalensi rhematoid artitis pada umur55-64 sebesar 15.5%, Umur 65-

74 sebesar 18.65% dan pada usia 75+ sebesar 18,9%. Keaadaan ini menunjukkan

bahwa angka kejadian rhematoid artitis akan meningkat pada usia lansia

(Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data jumlah lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha

Provinsi Bengkulu tahun 2019 diketahui bahwa jumlah lansia sebanyak 83 lansia.

Berdasarkan data tahun 2019 ini juga diketahui bahwa 21 lansia yang mengalami

penyakit rematik, 15 lansia mengalami demensia, 17 lansia mengalami hipertensi,

12 lansia mengalami kifosis, 5 lansia mengalami Asma, 3 lansia mengalami

bronchitis, 10 orang mengalami diabetes mellitus.

Hal ini dapat terjadi karena kadar asam urat pada laki-laki sejak lahir

sampai usia remaja pada umumnya rendah. Setelah pubertas kadar asam urat

pada laki-laki akan meningkat dan akan selalu lebih tinggi pada perempuan

sebayanya. Sebab itu pada laki-laki usia pertengahan lebih sering terkena

rheumatoid atritis. Sedangkan pada wanita pada umumnya kadar asam urat tetap

rendah dan akan baru meningkat setelah menopaouse. Hal ini dapat disebabkan

adanya peranan hormone estrogen pada wanita yang membantu pembuangan

asam urat melalui urin. Pada wanita usia menopause, kadar asam urat di dalam

darah meningkat sehingga mendekati kadar pada pria. Dengan demikian risiko

terkena rheumatoid atritis lebih besar setelah wanita memasuki masa menopause

(Misnadiarly, 2010).
3

Artritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang

persendian dan struktur di sekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap

rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian padahal jika

tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak

normal mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan

seumur hidup. Rasa sakit yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi

aktivitas kegiatan sehari-hari (Tedampa, 2016).

Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur

harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan

terutama yang berkaitan dengan masalah degeneratif. Beberapa cara dalam

melakukan perawatan pada lansia dengan RA agar tidak terlalu mengganggu

aktivitas sehari-hari, salah satunya dengan menganjurkan lansia menggunakan air

hangat untuk mandi untuk mempermudah sendi dalam melakukan pergerakan,

menganjurkan lansia membatasi aktivitas yang secara berlebihan, menjaga berat

badan secara stabil, menjaga asupan makanan selalau seimbang sesuai kebutuhan

tubuh dan memberikan suplemen terutama yang mengandung omega 3 (Nasrullah

2016).

Pelayanan keperawatan pada lansia dengan rematoid artitis adalah suatu

tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang

mengacu kepada model pelayanan keperawatan yaitu ; promotion (peningkatan),

prevention (pencegahan), earlydiagnosis and prompt treatment (diagnostic dini

dan pengobatan), rehabilitation (pemulihan). Adapun pelayanan keperawatan


4

yang dilakukan dengan mengacu kepada sifat pelayanan keperawatan mandiri,

kolaborasi, manusiawi dan menyeluruh (Muhith & Siyoto, 2016).

Penyakit RA jika diabaikan dapat menyebabkan kerusakan sendi, hal ini

terjadi karena adanya penumpukan Kristal MSUM di persendian, timbunan

Kristal di persendian ini akan menimbulkan peradangan sendi, lalu memicu

timbulnya reumatik akut. Bila penanganannya tidak memadai, selain itu

menimbulkan rasa nyeri hebat, peradangan tersebut lambat laun akan merusak

struktur sendi dan menyebabkan kecacatan (Misnadiarly, 2010).

Lansia dengan rematoid artitis diperlukan upaya perawatan yang optimal

dimana lansia yang mengalami RA biasanya mengalami berbagai masalah

keperawatan seperti nyeri kronis, intoleransi aktivitas, defisit perawatan,

gangguan citra tubuh, defisit pengetahuan dan resiko cidera, resiko cedera

sehinga perlu upaya perawatan yang optimal utuk meminimalkan terjadinya

komplikasi yang lebih lanjut pada lansia (Nurarif, 2015).

Penatalaksanaan keperawatan maupun yang dapat dilakukan pada lansia

dengan RA yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan meliputi, pengertian,

patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit ini. Menganjurkan istirahat,

karena RA ini disertai rasa lelah yang hebat. Melakukan latihan, pada pasien

tidak terasa lelah atau atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk

mempertahankan fungsi pasien. Termoterapi. Memberikan asupan gizi yang tepat

dan kolaborasi dalam pemberian obat-obatan baik onbat anti inflasmi non

steoroid (NSAID) maupun obat-obat untuk rheumatoid artritis (Nasrullah 2016).


5

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan “asuhan

keperawatan pada lansia dengan rheumatoid arthritis di di Panti Sosial Tresna

Werdha Provinsi Bengkulu”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka didapat masalah

penelitian masih tingginya angka kejadian rheumatoid arthritis pada lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu, sedangkan rumusan masalahnya

adalah“bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada lansia dengan

rheumatoid arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan rheumatoid

arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajiandalam asuhan keperawatan pada lansia

dengan rheumatoid arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi

Bengkulu.

b. Mampu menentukan diagnosadalam asuhan keperawatan pada lansia dengan

rheumatoid arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatandalam asuhan keperawatan

pada lansia dengan rheumatoid arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha

Provinsi Bengkulu.
6

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatandalam asuhan keperawatan

pada lansia dengan rheumatoid arthritis diPanti Sosial Tresna Werdha

Provinsi Bengkulu

e. Mampu melaksanakan evaluasi akhir dalam asuhan keperawatan pada lansia

dengan rheumatoid arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi

Bengkulu

f. Mampu membandingkan dan menganalisa kesenjangan antara teori dan

kasus pada asuhan keperawatan pada lansia dengan rheumatoid arthritis di

Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu

g. Mampu melakukan dokumentasi keperawatandalam asuhan keperawatan

pada lansia dengan rheumatoid arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha

Provinsi Bengkulu

D. Manfaat Penulisan

Penulisan yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang terkait antara lain:

1. Bagi Pasien

Terlaksananya proses keperawatan diharapkan bermanfaat bagi lansia

dalam menangani masalah rematoid artitis yang dialaminya sehingga

diharapkan lansia dapat melakukan dan menjalani kehidupan sehari-hari

dipanti dengan lebih baik.


7

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatani

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang

bermakna dalam proses pembelajaran kepada mahasiswa tentang asuhan

keperawatan gerontik dengan masalah rematoid artitis, serta dapat dijadikan

sebagai acuan pembelajaran kepada mahasiswa dalam proses belajar kepada

mahasiswa terutama yang berhubungan dengan ilmu keperawatan gerontik

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil asuhan

keperawatan, sebagai bahan masukan bagi perawat mengenai perawatan

gerontik dengan masalah rematoid artitis dan diharapkan dapat membantu

meningkatkan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan

pada lansia.

E. Implikasi Penulisan KTI terhadap Ilmu Keperawatan

Dalam proses keperawatan keluarga mempunyai implikasi atau dampak

terhadap:

1. Implikasi perawat sebagai edukator

Peran perawat sebagai edukator pada lansia dengan rematoid artitis

yaitu untuk memberikan informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan

tentang hal-hal yang dapat dilakukan dalam menangani masalah rematoid

artitisdan cara pencegahan kekambuhannya. Pada studi kasus ini perawat

menjelaskan apa yang kurang dimengerti oleh pasien dan keluarga dari segi

fasilitas maupun yang lainnya.


8

2. Implikasi perawat sebagai advocat

Peran perawat sebagai advokat pada asuhan keperawatan pada lansia

dengan rematoid artitis yaitu tindakan perawat dalam memberikan

kenyamanan atau bertindak untuk mencegah kesalahan yang tidak

diinginkan ketika lansia sedang mendapatkan asuhan keperawatan untuk

mengatasi masalah atau keluhan pasien (Baik mandiri, kolaborasi maupun

rujukan).

3. Implikasi perawat sebagai care provider

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara

langsung kepada lansia dengan rematoid artitis yaitu, dengan menggunakan

energi dan waktu seminimal mungkin sehingga mampu membantu dengan

maksimal untuk mengatasi masalah pada lansia dengan rematoid artitis

yaitu. Perawat langsung mengkaji kondisi kesehatan pasien, mengantisipasi

masalah, memberikan tindakan segera jika diperlukan, merencanakan,

mengimplementasi dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada lansia dengan

rematoid artitis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rheumatoid Artritis

1. Konsep Dasar Teori Rheumatoid Artritis

a. Pengertian

Rheumatoid artitis (RA)adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang

bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik mengenai sendi serta jaringan

ikat secara sistemik (Nurarif, 2015).

Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana

persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga

terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada

bagian dalam sendi (Nasrullah, 2016).

Rheumatoid artitis (RA) merupakan penyakit autoimun yang ditandai

dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama

mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh

lainnya (IDI, 2013).

Dapat disimpulkan Rheumatoid Artritis adalah suatu penyakit autoimun

kronik sendi yang bersifat progresif dan menyebabkan kerusakan sendi,

gangguan fungsi, dan kualitas hidup.

9
10

b. Insiden

(2016) mencatat penyakit rheumatoid arthritis di dunia dari 2.130 juta

populasi telah mencapai angka 355 juta, yang berarti 1 dari 6 jiwa

didiagnosis rheumatoid arthritis. Angka ini diprediksi akan terus meningkat

sampai tahun 2025 dengan kejadian 25% mengalami kelumpuhan, sedangkan

di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2018), menunjukkan

bahwa prevalensi rheumatoid arthritis pada tahun 2018 sebesar 7,3%.

Sedangkan prevalensi rematoid artitis pada umur 55-64 sebesar 15.5%,

Umur 65-74 sebesar 18.65% dan pada usia 75+ sebesar 18,9%.

Berdasarkan data jumlah lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha

Provinsi Bengkulu tahun 2019 diketahui bahwa jumlah lansia sebanyak 83

lansia, berdasarkan ini juga diketahui bahwa 21 lansia yang mengalami

penyakit rematik.

c. Etiologi

Menurut Nurarif (2015), penyebab utama rheumatoid artritistidak

diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab

Rheumatoid Artritis, yaitu:

1) Infeksi streptokokus hemolitikus, streptokokus non hemolitikus.

2) Endokrin

3) Autoimun

4) Metabolic

5) Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan.


11

Pada saat ini, rheumatoid atritis diduga disebabkan oleh faktor

autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor

infeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organime mikro plasma atau

group difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan

pada sendi penderita. Kelainan yang dapat terjadi pada suatu atritis

rheumatoid yaitu:

1) Kelainan pada daerah darah altikuler

a) Stadium I (stadium sinovitis)

b) Stadium II (stadium destruksi)

c) Stadium III (stadium deformitas)

2) Kelainan pada jaringan ekstra-artikular

Perubahan patologi yang dapat terjadi pada jaringan ektra-artikulern

adalah:

a) Otot : terjadi miopati

b) Nodul subkutan

c) Pembuluh darah perifer: terjadi proliferasi tuniksa intima, lesi pada

pembuluh darah ateriol dan venosa.

d) Kelenjar limfe: terjadi pembersaran limfe yang berasal dari aliran limfe

sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas retikuloendotelial dan

proliferasi yang mengakibatkan spenomegali.

e) Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leokosit

f) Visera.
12

d. Anatomi Fisiologi Muskuloskletal

Gambar 2.1 Rangka Tubuh Manusia


Sumber :Ilham (2019)

Sistem muskuloskeletal yang akan kita pelajari meliputi; tulang, sendi,

dan otot. Beberapa tulang penting berkaitan dengan proses reproduksi yang

harus anda hafal betul adalah; tulang tengkorak karena berkaitan dengan

pemeriksaan fisik kepala bayi baru lahir, tulang belakang, tulang iga dan

tulang dada, tulang gelang panggul, tulang gelang bahu dan tulang anggota

gerak (Purwanto, 2016).

1) Tulang (osteon)

Struktur tulang terdiri atas dua macam yaitu; tulang padat (compact)

biasanya terdapat pada bagian luar semua tulang dan tulang berongga
13

(spongiosa) biasanya terdapat pada bagian dalam tulang, kecuali bagian

yang digantikan oleh sumsum tulang. Bila tulang diklasifikasi berdasarkan

morfologi (bentuknya), dibagi menjadi lima jenis yaitu ; tulang

panjang/tulang pipa (long bone), tulang pendek (short bone), Tulang

tipis/pipih (flat bone), tulang tidak teratur (irreguler bone) dan tulang

sesamoid.

2) Sendi (Artikulasio)

Saudara sekalian, belajar kita tentang tulang sudah selesai,

diharapkan anda mampu memahami sekaligus hafal betul apa yang sudah

anda pelajari. Selanjutnya kita beralih belajar tentang sendi (artikulasio).

Tentunya anda sudah sering mendengar dan pernah belajar waktu di

SMA dulu apa fungsi dari sendi dan macam-macam sendi. Klasifikasi

sendi secara fungsional ada tiga yaitu sendi yang tidak dapat bergerak

(sinartrosis), sendi yang gerakannya minimal (amfiartrosis) dan sendi

yang bergerak bebas (diartrosis). Klasifikasi sendi secara struktural ada

dua yaitu; sendi fibrosa (dihubungankan dengan jaringan fibrosa) seperti

sutura, sindesmosis, gomfosis, sendi kartilago (sendi yang dihubungkan

dengan jaringan kartilago) seperti sinkondrosis, simfisis, dan 3) sendi

sinovial.

Sedangkan berdasarkan tipe gerakkan yang ditimbulkan, sendi

sinovial dapat digolongkan menjadi; sendi datar, sendi engsel, sendi poros,

sendi elipsoid, sendi pelanan dan sendi peluru.


14

3) Ligamen, Otot, Fasia dan Tendon

Setelah anda belajar sendi, berikut ini anda juga harus memehami

anatomi otot dan fungsi otot. Anda tentu tidak asing lagi dengan istilah

ligamen, otot, tendon dan fascia karena sewaktu pelajaran Biologi di SMA

mugkin sudah diterangkan. Otot dapat dibedakan berdasarkan lokasi,

struktur mikroskopis dan control persyarafannya. Terdapat tiga jenis otot

yaitu : otot skelet, otot jantung dan otot polos. Perbedaan ketiga otot

tersebut sebagaimana keterangan berikut ;

a) Otot skelet/otot rangka/otot lurik/otot bergaris/otot seran lintang,

dengan karakter:

(1) Terdapat pada rangka dan dinamai sesuai dengan tulang yang

berhubungan

(2) Bergaris

(3) Volunter (bekerja dengan pengendalian secara sadar)

b) Otot jantung

(1) Membentuk dinding jantung

(2) Bergaris

c) Involunter (bekerja di luar kesadaran)Otot polos

(1) Terdapat pada dinding struktur interna (visera) antara lain:

lambung, kandung kemih, pembuluh darah dll.Tidak bergaris

(2) Involunter (bekerja di luar kesadaran) Secara makroskopis, otot

memiliki bagian-bagian antara lain: 1) Origo, yaitu tempat


15

perlekatan ujung proksimal pada otot rangka, 2) Venter (badan

otot), yaitu bagian tengah dari otot (di antara ujung proksimal dan

distal), dan 3) Insersio, yaitu tempat perlekatan ujung distal otot

pada rangka.

4) Otot memiliki fungsi pokok antara lain :

a) Motion yaitu menghasilkan gerakan, baik gerakan seluruh tubuh

(berjalan, lari dll.), maupungerakan lokal (memegang, mengangguk

dll.)

b) Mempertahankan postur yaitu fungsi otot rangka dalam berkontraksi

untuk mempertahankan tubuh dalam posisi tetap, misalnya duduk

tegak, berdiri dll.

c) Menghasilkan kalor saat berkontraksi otot rangka menghasilkan panas

yang sangat penting untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.

d) Agar otot dapat berkontraksi, maka diperlukan suatu stimulus. Adapun

urutan prosesnya adalah sebagai berikut:

(1) Stimulus datang dan diterima oleh sel saraf (neuron sensorik) yang

selanjutnya diubah menjadi impuls saraf.

(2) Impuls dilanjutkan oleh neuron motorik menuju otot, melalui

myoneural junction (motor end plate) yaitu pertemuan antara

neuron motorik dan otot. Pada tempat ini terdapat sinapsis, tempat

penyaluran neurotramsmitter (misalnya asetilkolin) dari neuron ke

otot.
16

(3) Di sinapsis, neurotransmitter meneruskan impuls ke sarkolemma

dan akhirnya kontraksi dimulai.

5) Fungsi Tendon

Tendon adalah setabut kolagen yang melekatkan otot ke tulang.

Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi ke

tulang dan dengan demikian menggerakkan tulang. Sedangkan fungsi

ligamen adalah membatasi pergerakan sendi, karena ligamen adalah taut

fibrosa yang kuat antar tulang, biasanya terletak di sendi.

6) Fungsi Tulang

Tulang matur terdiri dari 30% materi organik dan 70% deposit

garam. Materi organic terdiri dari 90% serabut kolagen dan 10%

proteoglikan. Deposit garam terpenting adalah kalsium dan fosfat, dengan

sedikit natrium, kalium bikarbonat, dan ion magnesium. Pembentukan

tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan

dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama

hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh stimulasi hormonal, faktor

makanan, dan stres tulang (keberadaan osteoblas).

Aktivitas osteoblas ditentukan oleh diet, stimulasi hormonal, dan

olahraga. Vitamin D mampu menstimulasi kalsifikasi tulang secara

langsung dengan bekerja pada osteoblas, dan secara tidak langsung

dengan menstimulasi absorpsi kalsium di usus. Peningkatan absorpsi

kalsium meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong


17

klasifikasi tulang, dengan demikian peranan vitamin D sangat penting.

Tulang memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Kerangka penunjang badan (penopang badan)

b) Pengungkit untuk otot (tempat otot bertumpu)

c) Pelindung alat tubuh tertentu

d) Sebagai tempat pembuatan sel-sel darah (sistem hemopoiesis)

e) Sebagai gudang penyimpanan Calsium dan Phosphor


18

e. Patofisiologi

Kekakuan sendi Hambatan mobilitas fisik


Reaksi factor R dengan
antibody, factor metabolic,
infeksi dengan Reaksi peradangan MK: Nyeri Kronis
kecenderungan virus

Synovial menebal Pannus Kurang Informasi


tentang proses penyakit

MK : Defisit
Pengetahuan
Nodul Infiltrasi dalam os.
subcondria

Deformlitas sendi
Hambatan nutrisi pada
kartilago artikularis Kartilago nekrosis

MK: Gangguan Citra


Tubuh Erosi kartilago
Kerusakan kartilago dan
tulang

Adhesi pada permukaan


Mudah luksasi dan Tendon dan ligament sendi
subluklasi melemah

Ankilosis fibrosa
MK: Resiko cidera Hilangnya kekuatan otot

Keterbatasan gerakan Kekuatan sendi Ankilosis tulang


sendi

MK: Intoleransi Aktivitas


MK: Defisit Perawatan Diri

Sumber :Nurarif(2015).
19

f. Klasifikasi

Buffer(2010) dalam Nasrullah (2016) bahwa,klasifikasi rheumatoid

artritis dibagi menjadi 4 tipe:

1) Rheumatoid arthritis klasik:

Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus paling sedikit dalam waktu 6 minggu

2) Rheumatoid arthritis defisit

Pada tipe ini arus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus paling sedikit 6 minggu

3) Probable Rheumatoid Arthritis

Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus paling sedikit dalam waktu 6 minggu

4) Possible Rheumatoid Arthritis

Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

g. Tanda dan Gejala

Menurut Nasrullah (2016), bahwa, tanda dan gejalarheumatoid

artritisantara lain yaitu:

1) Pada Tahap Awal Klien dengan Rheumatoid ArthritisAkan Menunjukkan

Tanda Dan Gejala Seperti :

a) Nyeri persendian

b) Bengkak (Rheumatoid nodule)


20

c) Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

d) Terbatasnya pergerakan

e) Sendi-sendi terasa panas

f) Demam (pireksia)

g) Anemi

h) Berat badan menurun

i) Kekuatan berkurang

j) Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

k) Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

2) Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

a) Gerakan menjadi terbatas

b) Adanya nyeri tekan

c) Deformitas bertambah pembengkakan

d) Kelemahan

e) Depresi

3) Gejala Extraartikular :

a) Pada jantung : Rheumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan

katub), Pericarditis, Myocarditis

b) Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis

c) Pada lympa : Lhymphadenopathy

d) Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

e) Pada otot : Mycsitis


21

Ada beberapa gambaran klinis yang ditemukan pada penderita artritis

reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang

bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat

bervariasi (Ningsih, 2009).

Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan

menurun dan demam.

1) Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di

tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.

Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.

2) Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata

tatapi terutama menyerang sendi-sendi.

3) Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.

Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini

dapat dilihat pada radiogram.

4) Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan

perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi

metakarpofalangeal, deformitas boutonniere adalah beberapa deformitas

tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi

(tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi

metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami

pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak

ekstensi.
22

5) Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada

sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang

paling sering dari deformitas ini adalah sendi siku

6) Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang

organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis),

mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

h. Diagnostik

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)

1) Pemeriksaan Fisik

Manifestasi artikular: Pada lebih dari 3 sendi (poliartritis) terutama di

sendi tangan, simetris, immobilisasi sendi, pemendekan otot seperti pada

vertebra servikalis, gambaran deformitas sendi tangan (swan neck,

boutonniere).

2) Manifestasi ekstraartikular:

a) Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah yg banyak menerima

penekanan, vaskulitis.

b) Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel syndrome atau frozen

shoulder.

c) Mata dapat ditemukan kerato konjungtivitis sicca yang merupakan

manifestasi sindrom Sjorgen, episkleritis/ skleritis. Konjungtiva tampak

anemia akibat penyakit kronik.


23

d) Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang sendi

krikoaritenoid, pneumonitis interstitial, efusi pleura, atau fibrosis paru

luas.

e) Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis konstriktif,

disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan konduksi, aortritis,

kardiomiopati.

3) Pemeriksaan Penunjang / LED

Pemeriksaan di layanan sekunder atau rujukan horizontal:

a) Faktor rheumatoid (RF) serum.

b) Radiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa pembengkakan

jaringan lunak, diikuti oleh osteoporosis juxta-articular dan erosi pada

bare area tulang. Keadaan lanjut terlihat penyempitan celah sendi,

osteoporosis difus, erosi meluas sampai daerah subkondral.

Gambar 2.1. Radiologi Tangan Dan Kaki


Sumber (IDI, 2013)
24

c) ACPA (anti-cyclic citrullinated peptide antibody) / anti-CCP.

d) CRP.

e) Analisis cairan sendi.

f) Biopsi sinovium/ nodul rheumatoid.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis RA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.

Kriteria Diagnosis Berdasarkan ACR tahun 1987:

1) Kaku pagi, sekurangnya 1 jam.

2) Artritis pada sekurangnya 3 sendi.

3) Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx (MCP) dan

Proximal Interphalanx (PIP).

4) Artritis yang simetris.

5) Nodul rheumatoid.

6) Faktor rheumatoid serum positif. Hasil positif dijumpai pada sebagian

besar kasus (85%), sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya

RA.

7) Gambaran radiologik yang spesifik.

8) LED dan CRP meningkat.

9) Analisis cairan sendi: terdapat gambaran inflamasi ringan-sedang.

Untuk diagnosis RA, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut di atas.

Kriteria 1-4 harus minimal diderita selama 6 minggu (IDI, 2013).


25

i. Penatalaksanaan

Setelah diagnosis RA dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang

harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik

antara pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatannya

yang merawat.

1) Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang

akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan

pasien

2) OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid), diberikan sejak dini untuk

mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang

dapat diberikan adalah aspirin dan ibuprofen

3) DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk

melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis

rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian.

Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses rheumatoid

akan berkurang. jenis-jenis yang digunakan adalah klorokuin, sulfasalazin,

D-penisilamin, garam emas, obat imunosupresif dan kortikosteroid

4) Riwayat penyakit alamiah

Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang

bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode AR dan selanjutnya

akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien

akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi


26

oleh bebrapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil

lainnya akan menderita AR yang progresif yang disertai dengan

penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap ekaserbasi.

Sampai saat ini belum berhasil dijumpai obat yang bersifat sebagai

disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).

5) Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat

kemampuan pasien AR dengan tujuan:

a) Mengurangi rasa nyeri

b) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi

c) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot

d) Mencegah terjadinya deformitas

e) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri

f) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak tergantung kepada orang

lain

Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang

terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti

pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus

listrik (Nurarif. 2015)

j. Pencegahan

Menurut Nurarif(2009), pencegahan rheumatoid artitis yang dapat

dilakukan antara lain yaitu:


27

1) Melakukan olahraga teratur, istirahat cukup dan ketahui tanda dan gejala

penyakit.

2) Kompres panas dapat mengatasi kekakuan, kompres dapat membantu

meredakan nyeri.

3) Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dan

minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, hering, ragi, jeroan, kacang-

kacangang, ektrak daging, jamur, bayam, asparagus dan kembang kol

karena dapat menyebabkan penimbunan di asam urat dipersendian.

4) Mengkonsumsi makanan seperti tahu, untuk pengganti daging, memakan

buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.

Jika asam lemak tetentu seperti minyak ikan salmon dan minyak zaitun.

5) Banyak minum air untuk mengencerkan asam urat yang terdapat dalam

darah sehingga tidak tertimbun di sendi.

6) Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pertahankan berat badan yang

normal

Menurut Dalimartha (2014), pencegahan serangan rematik yaitu

dengan mengubah gaya hidup, menghindari pantang makan tinggi purin dan

alcohol, megurangi kegemukan, mencegah trauma pada sendi yang

mengalami serangan artitis misalnya tidak memakai sepatu sempit, dan

banyak minum air.


28

k. Program Pemerintah Terkait Kasus Kelolaan

Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah

mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi

transisi epidemiologis yang signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi

beban utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia

sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan

penyakit menular sekaligus. Oleh karena itu melakukan upaya aksi dengan

secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui

bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Dalam rangka

pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antaralain dilakukan melalui

pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular

(Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor

risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak mulai dikembangkan

pada tahun 2011 Posbindu PTM pada tahun 2015 telah berkembang menjadi

11.027 Posbindu di seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2015).

2. Pengertian Asuhan Keperawatan

a. Pengertian asuhan keperawatan

Keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk biopsiokososial dan

spiritual komprehensif, yang ditunjukkan pada individu keluarga, kelompok

dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
29

kehidupan masnusia. Sedangkan asuhan keperawatan hakekatnya

merupakan suatu proses atau metode ilmiah karena merupakan suatu upaya

melaksanakan hal tertentu yang umumnya mencakup beberapa langkah guna

mencapai hasil. Langkah atau tahapan pada proses keperawatan meliputi

pengkajian, dianosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan dan

evaluasi (Asmadi, 2010).

b. Tujuan Dan Manfaat Asuhan Keperawatan

Menurut Asmadi (2010), proses keperawatan merupakan suatu upaya

pemecahan masalah yang tutjuan utamanya adalah membantu perawat

menangani klien secara komprehensif dengan dilandasi alasan ilmiah,

keterampilan teknis, dan keterampilan interpersonal. Penerapan proses

keperawatan ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan klien, tetapi juga

profesi keperawatan itu sendiri. Tujuan penerapan proses keperawatan bagi

klien, antara lain :

1) Mempertahankan kesehatan klien.

2) Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi akibat

penyakit.

3) Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.

4) Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.

5) Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,

antara lain :
30

1) Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan

2) Menggunakan standar praktik keperawatan.

3) Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.

4) Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi.

c. Tahapan Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,

semua data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status

kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif

terkait dengan asfek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat

data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan

data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik

(Asmadi, 2010)

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosis Keperawatan merupakan pernyataan yang

menggambarkan tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual

maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi

data hasil pengkajian.komponen-komponen dalam pernyataan diagnosa

keperawatan meliputi:
31

a) Masalah (problem)

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang

menggambarkan perubahan status kesehatan klien. Perubahan

tersebut menyebabkan timbulnya masalah.

b) Penyebab (etiology)

Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab dari masalah

kesehatan klien yang memberi arah bagi terapi keperawatan.

Etiologi tersebut dapat terkait dngan aspek patofisiologis,

psikososial, tingkah laku, perubahan situasional gaya hidup, usia

perkembangan, juga faktor budaya dan lingkungan. Frase

“berhubungan dengan” (related to) berfungsi untuk menghubungkan

masalah keperawatan dengan pernyataan etiologi.

c) Data (sign and symptom)

Data diperoleh selama tahap pengkajian sebagai bukti

adanya masalah kesehatan pada klien. Data merupakan informasi

yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Penggunaan frase “ditandai oleh” menghubungkan etiologi dengan

data

3) Intervensi Keperawatan

Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien,

keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan

keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan


32

ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat

rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai

dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari

proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang

memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,

termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan

keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara

maksimal (Asmadi, 2010).

4) Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu

klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus

dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan

komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan

saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik

psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan

kemampuan evaluasi (Asmadi, 2010).


33

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan

yangmerupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara

hasilakhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada

tahapperencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan

denganmelibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil

evaluasimenunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa

keluar darisiklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk

kembalike dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang

(reassessment) (Asmadi, 2010).

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif danevaluasi

sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proseskeperawatan dan

hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif inidilakukan segera setelah

perawat mengimplementasikan rencanakeperawatan guna menilai

keefektifan tindakan keperawatan yang telahdilaksanakan. Perumusan

evaluasi formatif ini meliputi empatkomponen yang dikenal dengan

istilah SOAP, yakni subjektif (databerupa keluhan klien), objektif (data

hasil pemeriksaan), analisis data(pembandingan data dengan teori), dan

perencanaan (Asmadi, 2010).

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasiyang terkait dengan

pencapaian tujuan keperawatan.


34

a) Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai

denganstandar yang telah ditentukan

b) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses

pencapaiantujuan jika klien menunjukan perubahan pada sebagian

kriteria yangtelah ditetapkan

c) Tujuan tidak tercapaijika klien hanya menunjukan sedikit

perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat

timbulmasalah baru.

B. Sistematika asuhan keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang

digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bio, psiko,

sosial, dan spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, indentifikasi,

diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implementasi tindakan

keperawatan serta evaluasi (Asmadi, 2010). Pengkajian pada lansia antara lain

sebagai berikut (Nasrullah, 2016).

1. Pengkajian

a. Riwayat Klien / Data Biografi


Nama :
Alamat :
Telp :
Tempat, Tanggal Lahir/Umur :
Jenis Kelamin :
Suku :
35

Agama :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
Orang Yang Paling Dekat Dihubungi :
b. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup :
Status Kesehatan :
Umur :
Pekerjaan :
Kematian :
Tahun Meninggal :
Penyebab Kematian :

Anak-anak
Hidup :
Nama dan Alamat :
Kematian :
Tahun Meninggal :
Penyebab Kematian :

c. Riwayat Pekerjaan
Status Pekerjaan Saat Ini :
Pekerjaan Sebelumnya :
Sumber-Sumber Pendapatan dan :
Kecukupan Terhadap Kebutuhan :

d. Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe Tempat Tinggal :
Jumlah Kamar :
Jumlah Tingkat :
Jumlah Orang Yang Tinggal Di Rumah :
Tetangga Terdekat Rumah/Sekamar :
Alamat / Telp :

e. Riwayat Rekreasi
Hobby/Minat :
Keanggotaan Organisasi :
Liburan/Pekerjaan :
36

f. Sumber / Sistem Pendukung Yang Digunakan


Dokter :
Rumah Sakit :
Klinik :
Pelayanan Kesehatan :

g. Deskripsi Hari Khusus (Termasuk Kebiasaan Tidur):

h. Status Kesehatan Saat Ini


Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu :
Status Kesehatan Umum Selama 5 tahun Yang Lalu :
Keluhan Kesehatan Utama : Nyeri Sendi
Pengetahuan / Pemahaman dan Penatalaksanan : Kurang
Masalah Kesehatan : Rheumatoid Artitis
Diagnose Medis : Rheumatoid Artitis

Obat-obatan :
Nama :
Dosis :
Bagaimana/Kapan Menggunakannya :
Dokter Yang Mengintruksikan :
Tanggal Resep :

Alergi (Catat agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan :
Makanan :
Kontrak Substansi :
Faktor Lingkungan :

Nutrisi :
Diit Khusus :
Riwayat Peningkatan/Penurunan BB :
Pola Konsumsi Makanan :
Masalah-masalah Yang Mempengaruhi Masukan Makanan:
Kebiasaan Makanan :

i. Status Kesehatan Masa Lalu


Penyakit Masa Kanak-Kanak :
Penyakit Serius/Kronik :
Trauma :
Perawatan di Rumah Sakit :
Operasi :
37

j. Alasan Masuk Panti :


k. Riwayat Keluarga
Genogram :
Penyakit Turunan :

l. Tinjauan Sistem
Umum Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB 1 tahun yang lalu : √
Perubahan Nafsu Makan : √
Demam : √
Keringat Malam : √
Kesulitan Tidur :
Sering Pilek dan Infeksi :
Penilaian Diri Terhadap Seluruh Status Kesehatan : √
Kemampuan Untuk Melakukan Aktivitas : √
Vital Sign :
TD : Hipotensi (Normal = 110-120/70/80 mmHg)
Nadi : Takikardi (>100x/menit) (Normal = 60-100x/menit)
RR : Takipneu (>24 x/menit) (Normal = 16-24x/menit)
Suhu : Bisa naik (> 40˚C) (normal = 360-370C)

Integumen Ya Tidak
Pruritus : √
Perubahan Pigmentasi : √
Perubahan Tekstur : √
Perubahan Nevi : √
Sering Memar : √
Perubahan Rambut : √
Perubahan Kuku : √
Kalus : √
Pemajanan Lama Terhadap Matahari : √
Pola Penyembuhan Lesi/Memar : √

Hemopoetik Ya Tidak
Pendaharan/Memar Abnormal : √
Pembengkakan Kelenjar Limfe : √
Anemia : √
Riwayat Tranfusi Darah : √

Kepala Ya Tidak
Sakit Kepala : √
Trauma Masa Lalu :
38

Pusing :
Gatal Pada Kulit Kepala :

Mata Ya Tidak
Perubahan Penglihatan : √
Kaca Mata / Kontak Lensa :
Nyeri :
Airmata Berlebihan :
Pruritus :
Bengkak Pada Sekitar Mata :
Kabur :
Fotophobia :
Riwayat Infeksi :
Tanggal Pemeriksaan Paling Akhir :
Dampak Pada Penampilan ADL : √

Telinga Ya Tidak
Perubahan Pendengaran : √
Tinnitus :
Vartigo :
Sensitivitas Pendengaran :
Alat Bantu :
Riwayat Infeksi :
Tanggal Pemeriksaan Paling Akhir :
Kebiasan Perawatan Telingga :
Dampak Pada Penampilan ADL :

Hidung Ya Tidak
Epistaksis :
Obstruksi :
Mendengkur :
Sinusitis :
Nyeri Pada Sinus :
Alergi :
Riwayat Infeksi :
Penilaian Dari Pada Kemampuan Olfaktori :

Mulut dan Tenggorokan Ya Tidak


Sakit Tenggorokan :
Lesi / Ulkus :
Serak :
Perubahan Suara :
Kesulitan Menelan :
39

Perdarahan Gusi :
Caries :
Penggunaan Alat Bantu :
Riwayat Infeksi :
Tanggal Pemeriksaan Gigi Paling Akhir :
Pola Menggosok Gigi :

Leher Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri/Nyeri Tekan :
Benjolan / Massa :
Keterbatasan Gerak :
:
Payudara Ya Tidak
Benjolan / Massa :
Nyeri / Nyeri Tekan :
Bengkak :
Keluar Cairan pada Puting Susu :
Pola Pemeriksaan Payudara Sendiri :

Pernafasan Ya Tidak
Batuk :
Sesak Nafas :
Hemoptisis :
Sputum :
Mengi :
Asma / Alergi Pernafasan :
Tanggal dan Hasil Pemeriksaan Rontgen :

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri / Ketidaknyamanan :
Palpitasi :
Sesak Nafas :
Dispneu Pada Aktivitas :
Ortopneu :
Murmur :
Edema :
Varises :
Parestesia :
Perubahan Warna Kaki :
40

Gastrointesinal Ya Tidak
Disfagia :
Tidak Dapat Mencerna :
Nyeri Epigastrium :
Mual :
Muntah :
Hematemesis :
Perubahan Nafsu Makan :
Intoleran Makanan :
Ulkus :
Nyeri :
Ikterik :
Benjolan / Massa :
Perubahan Kebiasaan Defekasi :
Diare :
Konstipasi :
Melena :
Hemoroid :
Perdarahan Rectum :
Pola Defekasi Biasanya :

Perkemihan Ya Tidak
Disuria :
Frekuensi :
Menetes :
Ragu-ragu :
Dorongan :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nokturia :
Inkontinensia :
Nyeri Saat Berkemih :
Batu Infeksi :

Genitroproduksi-Wanita Ya Tidak
Lesi :
Rabas :
Dispareunia :
Perdarahan Pasca Senggama :
Nyeri Pelvis :
Sistokel / Rektokel / Prolaps :
Penyakit Kelamin :
41

Infeksi :
Masalah Aktivitas Seksual :
Riwayat Menstruasi :
Riwayat Menopause :

Genitroproduksi-Pria Ya Tidak
Lesi :
Rabas :
Nyeri Testikuler :
Massa Testikuler :
Masalah Prostate :
Penyakit Kelamin :
Perubahan Hasrat Seksual :
Impotensi :
Masalah Aktivitas Seksual :

Musculoskeletal Ya Tidak
Nyeri Persendian : √
Kekakuan : √
Pembengkakan Sendi : √
Deformitas : √
Spasme :
Kram :
Kelemahan Otot : √
Masalah Cara Berjalan : √
Nyeri Punggung : √
Pola Kebiasaan Latihan : √

System Syaraf Pusat Ya Tidak


Sakit Kepala :
Kejang :
Serangang Jatuh :
Paralisis :
Masalah Koordinasi :
Tremor :
Cidera Kepala :
Masalah Memori :

System Endokrin Ya Tidak


Intoleransi Panas :
Intoleransi Dingin :
Goiter :
Pigmentasi/Tekstur :
42

Perubahan Rambut :
Polifagia :
Polidipsia :
Poliuria :

Psikososial Ya Tidak
Cemas : √
Depresi :
Insomnia :
Menangis :
Gugup :
Takut :
Masalah Dalam Mengambil Keputusan :
Kesulitan Berkonsentrasi :
Pernyataan Perasaan Umum Mengenai Kepuasan/Frustasi :
Stress Saat Ini :
Masalah Tentang Kematian :
Dampak Penampilan ADL :

d. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif Dan Sosial

Pengkajian ini meliputi observasi kemampuan klien untuk melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari / Activity Daily Leaving, fungsi kognitif,

afektif dan sosial.

1) Pengkajian Status Fungsional

Mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari

secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat

mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, menimbulkan

pemilihan intervensi yang tepat.Kemandirian pada aktivitas kehidupan

sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan Indeks Katz.Indeks

kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada

evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi,


43

berpakaian, pergi kekamar mandi, berpindah, kontinen dan makan. Pada

lansia dengan rheumatoid artitis biasanya indeks katz menunjukkan

kemandirian yang terganngu.

INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G

2) Pengkajian Status Kognitif dan Afektif

Menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari

10 hal yang mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan

kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis.

Short Protable Mental Status Questionnarie (SPMSQ)


Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang? (hari, tanggal, tahun)
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telpon anda?
4.A. Dimana alamat anda? (tanyakan hanya bila klien tidak
mempunyai telepon)
5. Berapa umur anda?
44

6. Kapan anda lahir?


7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu anda?
10. Kurang 3 dari 20 dan terus kurangi 3 dari masing-
masing hasil anaknya sampai habis. Jumlah kesalahan
total.

Penilaian SPMSQ
a) Kesalahan 0 -2 : fungsi intelektual utuh
b) Kesalahan 3 – 4 : fungsi intelektual ringan
c) Kesalahan 5 – 7 : fungsi intelektual sedang
d) Kesalahan 8 – 10 : fungsi intelektual berat

a. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b. Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan diatas sekolah menengah atas.
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam
dengan menggunakan criteria pendidikan yang sama.

Selain menggunakan form diatas, untuk menguji aspek-aspek kognitif dari

fungsi mental : orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali

dan bahasa dapat menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE).Nilai

kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai dari 21 atau kurang menunjukkan

adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.

Mini Mental State Exam (MMSE)


Nilai Max Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 (tahun) (musim) (hari) (bulan) apa sekarang?
5 Dimana kita : (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah
sakit) (lantai)
Registrasi
3 Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah
mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang
benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya.
Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan : ………………………………….
45

Perhatian dan Kalkulasi


5 Seri 7”s. 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke
belakang
Mengingat
3 Minta untuk mengulangi ketiga objek diatas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran.
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 point)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan, atau tetepi” (1
point)
Nilai Total

Ikuti perintah 3- langkah : “ambil kertas di tangan kanan anda, lipat dua, dan tarus

dilantai” (3 pooint).

Baca dan turuti hal berikut : “tutup mata anda” (1 point).

Tulis satu kalimat (1 poin)

Menyalin gambar (1 poin)

Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis Apatis Samnolen Soporus Koma

Alat pengukur status afektif digunakan untuk membedakan jenis depresi

serius yang mempengaruhi fungs-fungsi dari suasana hati rendah umum pada

banyak orang. Depresi adalah umum pada lansia dan sering dihubungkan dengan

kacau mental dan disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah

mengertikan dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas

membedakan antara depresi dan dimensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat

tambahan yang penting.


46

Inventaris Depresi Beck berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan

sikap yang berhubungan dengan depresi.

Inventaris Depresi Beck


Skore Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat mengadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak meras sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami, istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya merasa gagal.
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa saya sangat buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
47

H. Menarik Diri dari Sosial


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Ini merupakan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian :
0–4 : Depresi tidak ada atau minimal
5–7 : Depresi ringan
8 – 15 : Depresi sedang
> 16 : Depresi berat
48

Selain itu, depresi lansia dapat diukur dengan menggunakan Skala Depresi

Geriatrik Yesavage dengan penilaian jiwa jawaban pertanyaan sesuai indikasi

dinilai 1 poin (nilai1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban ya atau

tidak setelah pertanyaan).

Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.

Skala Depresi Geriatrik Yesavage


1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? (tidak)
2. Apakah anda mengeluarkan aktifitas dan minat anda? (ya)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? (ya)
4. Apakah anda sering bosan? (ya)
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? (ya)
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? (ya)
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu? (tidak)
8. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi dan
melakukan sesuatu yang baru? (ya)
9. Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya? (ya)
10. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? (tidak)
11. Apakah anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan anda
sekarang? (ya)
12. Apakah anda merasa penuh berenergi? (tidak)
13. Apakah anda berfikir bahwa situasi anda tidak ada harapan? (ya)
14. Apakah anda berfikir bahwa memiliki masalah ingatan lebih banyak daripada
sebagian besar orang? (ya)
15. Apakah anda berfikir bahwa tetap hidup saat ini merupakan suatu hal yang
menyenangkan? (tidak)
16. Apakah anda sering merasa tidak enak hati atau sedih? (ya)
17. Apakah anda berfikir bahwa anda benar-benar tidak berharga saat ini? (ya)
18. Apakah anda cukup khawatir mengenai masa lampau? (ya)
19. Apakah anda merasa bahwa kehidupan itu menyenangkan? (tidak)
20. Apakah sulit bagi anda untuk memulai suatu proyek baru? (ya)
21. Apakah anda merasa diri anda penuh energy? (tidak)
22. Apakah anda merasa bahwa situasi yang ada menggambarkan keputusan? (ya)
23. Apakah anda berfikir bahwa sebagian besar orang lebih baik dari diri anda
sendiri? (ya)
24. Apakah anda sering menjadi kesal, dikarenakan suatu hal kecil? (ya)
25. Apakah anda sering merasa menangis? (ya)
26. Apakah anda mengalami kesulitan berkonsentrasi? (ya)
27. Apakah anda menikmati bangun pagi hari? (tidak)
28. Apakah anda lebih suka menghindar perkumpulan sosial? (ya)
49

29. Apakah mudah bagi anda untuk membuat suatu keputusan? (tidak)
30. Apakah pemikiran atau benak anda sejernih masa-masa lampau? (tidak)

Nilai 1 poin untuk setiap respons yang cocok dengan jawaban “ya” “tidak”

setelah pertanyaan. Penilaian : normal (5±4), depresi ringan (15±6), depresi

berat (23±5).

3) Pengkajian Fungsi Sosial

Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga.

Penilaian : jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-

kadang (poin 1), hampir tidak pernah point (0).

APGAR KELUARGA
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama
50

2. Analisa Data
Tabel 2.5 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds :pasien mengatakan terasa
nyeri di bagian sendi jika Kekakuan sendi Nyeri Kronis
melakukan pergerakan
DO: pasien terlihat meringis, Reaksi peradangan
memegang bagian sendi yang
terasa sakit

2 Ds : Pasien mengatakan mudah Erosi Kartigo Intoleransi aktivitas


lelah, terasa kaku pada
pesendian Adhesi pada permukaan
Do : pasien tampak tidak sendi
melakukan aktivitas indek
kazt menunjukkan hambatan Ankilosis fibrosa
dalam melakukan
pemenuhan aktivitas Kekuatan sendi

3 Ds :pasien mengatakan terasa Erosi Kartigo Defisit perawatan diri


nyeri di bagian sendi jika
melakukan pergerakan dan Adhesi pada permukaan
mudah lelah sendi
Do:pasien lemah, indek kazt
menunjukkan hambatan Ankilosis fibrosa
dalam melakukan
pemenuhan aktivitas Kekuatan sendi

4 Ds :pasien mengatakan Pannus Gangguan Citra Tubuh


mengalami perubahan
pada sendi Nodul
DO: pasien terlihat kurang
percaya diri dengan Deformitas sendi
keadaanya

5 Ds : pasien mengatakan kurang Reaksi peradangan Defisit Pengetahuan


mengerti tetang
penyakitnya dan cara Kurang Informasi
penangaanya tentang proses penyakit
DO: pasien tidak mampu
menyebukan cara perawatan
rematoid artitis
6 Ds : pasian mengatakan Kerusakan kartilago dan Resiko Cidera
kondisinya lemah, susah tulang
51

dalam melakukan aktivitas


seperti normal Tendon dan ligament
Do: ada perubahan postur, melemah
kekuatan otot lemah
Hilangnya kekuatan otot

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri kronis b/d perubahan patologis oleh arthritis rheumatoid

b. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan integritas struktur tulang

c. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskletal (penurunan kekuatan

sendi)

d. Gangguan citra tubuhb/d Deformitas sendi

e. Defisit pengetahuan b/d Kurang Informasi tentang proses penyakit

f.Resiko cidera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri

4. Rencanatindakan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang ditemukan

dan merencanakan rencana tindakan menganut unsur SMART (Specific,

Measurable, Achievable, Reality and Time) yaitu singkat, jelas, dapat

dimengerti, spesifik, dapat diukur, dapat dinilai, realistis, berdasarkan diagnosis

keperawatan dan kriteria waktu tertentu. Intervensi dibuat berdasarkan

kebutuhan pasien adapun perencanaan pada kasus fraktur tulang antara lain

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6 intervensi keperawatan


52

N Diagnosa NOC : NIC :


O
1 Nyeri kronis b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri
perubahan perawatan selama 3 secara komprehensif termasuk
patologis oleh hari diharapkan lokasi, karakteristik, durasi,
arthritis masalah nyeri teratasi frekuensi, kualitas dan faktor
rheumatoid Kriteria Hasil : presipitasi
1. Mampu 2. Anjurkan klien Istirahat sesuai
mengontrol nyeri kondisi (bed rest).
(tahu penyebab 3. Ajarkan klien untuk
nyeri, mampu menghindari menggunakan
menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi
tehnik letakkan bantal diatara lutut,
nonfarmakologi hindari fleksi leher.
untuk mengurangi 4. Anjurkan pasien untuk
nyeri, mencari menghindari gerakan yang
bantuan) cepat dan tiba-tiba karena dapat
2. Melaporkan bahwa menimbulkan dislokasi dan
nyeri berkurang stres pada sendi-sendi
dengan 5. Anjurkan kepada pasien untuk
menggunakan melakukan perawatan dengan
manajemen nyeri hati-hati khususnya pada
3. Mampu mengenali anggota-anggota tubuh yang
nyeri (skala, sakit.
intensitas, 6. Ajarkan kepada pasien untuk
frekuensi dan tanda menggunakan terapi panas
nyeri) misal kompres hangat pada
4. Menyatakan rasa area/bagian tubuh yang sakit.
nyaman setelah 7. Ajarkan kepada pasien dan
nyeri berkurang keluarga melakukan peawatan
5. Tanda vital dalam kulit dan masase perlahan.
rentang normal 8. Anjurkan kepada pasien untuk
teratur dalam minum obata
sesuai terapi dokter.
2 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Ajarkan aktifitas sehari-hari
aktivitas b/d proses keperawatan agar klien mulai terkondisi
kerusakan selama 3 hari lansia untuk melakukan aktivitas
integritas mampu melakukan sesuai dengan kemampuanyya
struktur tulang aktivitas fisik secara dan bertahap.
mandiri dengan alat 2. Anjurkan pasien untuk
bantu. melakukan tindakan yang
1. Ambulasi : sesuai dengan kemampuan
53

kemampuan untuk 3. Anjurkan pada keluarga dalam


berjalan dari satu kebutuhan aktivitas pasien
tempat ketempat selama pasien belum mampu
lain secara mandiri melakukan aktivitas secara
dengan atau tanpa mandiri
alat bantu 4. Anjurkan kepada pasien untuk
keseimbangan meciptakan lingkungan
2. Kemampuan untuk lingkungan yang aman misal,
mempertahankan menggunakan pegangan saat
keseimbangan dikamar mandi, tongkat yang
tubuh ujungnya sejenis karet sehingga
3. Performa tidak licin
mekanika tubuh : 5. Berikan penkes tentang proses
tindakan personal penyakit serta pembatasasan
untuk aktivitas pada pasien
mempertahankan
kesejahteraan
tubuh yang tepat
dan untuk
mencegah
ketegangan otot
skeletal

3 Defisit Selelah dilakukan 1. Monitor kemempuan klien


perawatan diri tindakan perawatan untuk perawatan diri yang
b/d gangguan selama 3 hari mandiri.
muskuloskletal diharapkan pasien 2. Monitor kebutuhan klien
(penurunan dapat melakukan untuk alat-alat bantu untuk
kekuatan sendi) aktivitas sesuai kebersihan diri, berpakaian,
kemampuan dengan berhias, toileting dan makan
criteria: 3. Sediakan bantuan sampai
1. Klien dapat klien mampu secara utuh
berdandan untuk melakukan self-care.
eliminasi dan 4. Dorong klien untuk
makan dengan melakukan aktivitas sehari-
mandiri hari yang normal sesuai
2. Menyatakan kemampuan yang dimiliki.
kenyamanan 5. Dorong untuk melakukan
terhadap secara mandiri, tapi beri
kemampuan untuk bantuan ketika klien tidak
melakukan ADLs mampu melakukannya.
3. Dapat melakukan 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
54

ADLS dengan Mendorong kemandirian,


bantuan untuk Memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
4 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal dan
tubuhb/d tindakan keperawatan nonverbal respon klien terhadap
Deformitas selama 3 hari tubuhnya
sendi Gangguan Body 2. Monitor frekuensi mengkritik
Image dirinya
pasien teratasi dengan 3. Jelaskan tentang pengobatan,
kriteria hasil: perawatan, kemajuan dan
1. Body image positif prognosis penyakit
2. Mampu 4. Dorong klien mengungkapkan
mengidentifikasi perasaannya
kekuatan personal 5. Identifikasi arti pengurangan
3. Mendiskripsikan melalui pemakaian alat bantu
secara faktual 6. Fasilitasi kontak dengan
perubahan fungsi individu lain dalam kelompok
tubuh kecil
4. Mempertahankan
interaksi sosial

5 Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien


pengetahuan b/d tindakan keperawatan 2. Jelaskan patofisiologi dari
Kurang selama 3 hari pasien penyakit dan bagaimana hal ini
Informasi menunjukkan berhubungan dengan anatomi
tentang proses pengetahuan tentang dan fisiologi, dengan cara yang
penyakit proses penyakit tepat.
dengan kriteria hasil: 3. Gambarkan tanda dan gejala
1. Pasien menyatakan yang biasa muncul pada
pemahaman tentang penyakit, dengan cara yang
penyakit, kondisi, tepat
prognosis dan 4. Gambarkan proses penyakit,
program dengan cara yang tepat
pengobatan 5. Identifikasi kemungkinan
2. Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara yang
mampu tepat
55

melaksanakan 6. Sediakan informasi pada pasien


prosedur yang tentang kondisi, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar 7. Sediakan bagi keluarga
3. Pasien dan keluarga informasi tentang kemajuan
mampu pasien dengan cara yang tepat
menjelaskan 8. Diskusikan pilihan terapi atau
kembali apa yang penanganan
dijelaskan 9. Eksplorasi kemungkinan
perawat/tim sumber atau dukungan, dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat

6a. Resiko Setelah dilakukan 1. Identifikasi factor lingkungan


cidera b/d proses keperawatan yang memungkinkan risiko
hilangnya selama 3 hari jatuh
kekuatan otot, diharapkan pasien
rasa nyeri tidak terjadi cedera 2. Berikan materi edukasi pada
dengan criteria hasil: pasien yang berhubungan
1. Resiko cedera akan dengan strategi pencegahan
menurun cedera
dibuktikan oleh 3. Bantu ambulasi pasien jika
keamanan personal perlu
dan pengendalian 4. Sediakan alat bantu seperti
risiko lingkungan tongkat dan walker
yang aman 5. Anjurkan pasien meminta
2. Menghindari cedera bantuan orang lain jika akan
fisik melakukan aktivitas

5. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki

perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,

kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi


56

sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan

advokasi dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2010)

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Secara

umum evaluasi adalah, untukmelihat dan menilai kemampuan klien dalam

mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum dan mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan (Asmadi, 2010).

Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini

meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif

(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data

(perbandingan data denagn teori), dan perencanaan (Asmadi, 2010).

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas

proses keperawatan selesai dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan menilai dan

memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang

dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada
57

akhir layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan

keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Ada tiga

kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan

(Asmadi, 2010).

a.Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar

yang telah ditentukan.

b. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan

jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah

ditetapkan.

c.Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan

tidak ada kemajauan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.

7. Dokumentasi Keperawatan

Data harus didokumentasikan secara tepat dan benar. Pada dasarnya ada

2 jenis data dari pasien, yaitu data subjektif yang merupakan data riwayat

kesehatan yang diperoleh dari wawancara serta data objektif yang diperoleh

dari pengkajian fisik pasien data ditulis setelah melakukan pengkajian fisik

yang meliputi keadaan normal maupun keadaan tidak normal. Penulisan harus

jelas yang meliputi identitas/data biografi pasien, keadaan umum, waktu

pengkajian, teknik pengkajian yang digunakan, lokasi yang dikaji dan

keadaanya. Bila data pengkajian dimasukkan dalam proses keperawatan, format

SOAPIE dapat digunakan, S=Subyektif, O=Obyektif, A=Assesment,

P=Planning, I=implementation dan E=evaluation.


BAB III

KERANGKA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kerangka Konseptual

Keperatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang

merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang belandaskan ilmu dan

kiat keperawatan bebrbentuk layanan, bio, psiko, sosial, dan spiritual yang

komprehensif yang ditujukan, bagi individu, keluarga, dan masyarakat- baik

dalam keadaan sehat maupun sakit-serta mencakup seluruh proses kehidupan.

Layanan keperawatan kepada klien dilakukan dengan menggunakan metode-

proses keperawatan.(Asmadi, 2010).

Adapun kerangka konseptual asuhan keperawatan adalah: pengkajian

(pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah), diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, pelaksanaan dan penilaian tindakan keperawatan

(evaluasi). Kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan pada bagan

berikut:

58
59

INPUT PROSES OUTPUT


Hasil asuhan keperawatan
Lansia dengan Asuhan Keperawatan:
a. Lansia dapat berativitas
rheumatoid artitis 1. Pengkajian
sesuai dengan
a) Nyeri Pengkajian dilakukan
kemampuannya
persendian untuk melihat keluhan
b.Nyeri dapat dikontrol
b) Bengkak yang dirasakan pasien RA
c. Konsep diri baik
c) Kekakuan dengan metode wawancara
d.Pengetahuan tentang
pada sendi dan pemeriksaan fisik
penyakit meningkat
bangun tidur 2. Diagnosa
e. Tidak terjadi cedera
pada pagi hari Menentukan diagnosa
d) Terbatasnya sesuai dengan prioritas
Tidak berhasil bila
pergerakan masalah
dilakukan asuahan
e) Perubahan 3. Intervensi
keperawaatan selama 3 hari
ukuran pada Membuat intervensi sesuai
tidak ada perubahan pada
sendi dari dengan masalah
masalah keperawatan pada
ukuran normal keperawatan
lansia
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan
sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil
tidakan keperawatan yang
dilakukan

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual


B. Kerangka Kerja

lansia dengan
Diagnosa
rematoid Pengkajian Intervensi Implementasi
keperawatan
Artitis

Masalah tidak teratasi


Evaluasi
Masalah Teratasi
(terminasi)

Bagan 3.2 Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan


BAB IV

METODE STUDI KASUS

A. Desain penelitian

Jenis studi kasus ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode

deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk menerangkan

ataumenggambarkan masalah yang terjadi pada lingkup individu.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek dalam penulisan asuhan keperawatan ini yaitu 1 orang lansiayang

yang mengalami Rhematoid Artritis.

Kriteria sampel:

1. Pasien bersedia menjadi responden

2. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik tidak cacat (tuna rungu/Tuna netra)

3. Pasien dengan yang di diagnosa baru atau pasien ulangan dilihat dari rekam

medis pasien di panti

C. Fokus Studi

Fokus studi pada studi kasus ini adalah bagaimana memberikanasuhan

keperawatan pada lansia yang yang mengalami Rhematoid Artritisdi Panti Sosial

Tresna Werdha Provinsi Bengkulu

60
61

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Bagan 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional


1 Asuhan Proses atau tahap-tahap kegiatan dalam praktik
Keperawatan keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien
dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
2 Lansia Lansia adalah periode usia seseorang yang usianya
telah lebih dari 60 tahun dimana dalam struktur
anatomis proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran di dalam sel.

3 Rheumatoid penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,


artitis progesif, cenderung kronik mengenai sendi serta
jaringan ikat secara sistemik

E. Instrument Studi Kasus

Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah

dengan menggunakan format asuhan keperawatan pada lansia melalui lima

langkah keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, menegakkan diagnosis

keperawatan, menentukan rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan

dan evaluasi keperawatan.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukannya. Data primer diambil dengan cara :


62

a. Wawancara

Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

dengan cara menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan

masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang

direncanakan. untuk itu kemampuan komunikasi pada klien dibutuhkan

dalam memperoleh data klien yang diperlukan. Dalam melakukan

wawancara dilakukan dengan keluarga klien, klien, dan tenaga kesehatan.

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang berencana, antara lain meliputi,

melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui antara

lain keadaan umum, keluhan yang dirasakan dan hasil pemeriksaan

penunjang.

c. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik merupakan cara pendekatan sistematis yang dapat

digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik dari ujung rambut

sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan berdasarkan system tubuh.

Adapum metode yang dapat dilakukan oleh perawat menggunakan metode

yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi (Asmadi, 2010).

1) Inspeksi

Secara sederhana inspeksi merupakan kegiatan melihat atau

memperhatikan secara seksama status kesehatan klien.


63

2) Auskultasi

Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara dengan menggunakan stetoskop yang

memungkinkan penderita mendengarkan bunyi yang keluar dari rongga

tubuh.oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan

stetoskop. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang

kondisi jantung, paru dan saluran pencernaan.

3) Perkusi

Perkusi suatu periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan

cara mengetuk pelan-pelan jari tengah menggunakan jari lain untuk

menentukan posisi ukuran dan konsistensi sruktur suatu organ tubuh

lainnya.

4) Palpasi

Palpasi adalah sesuatu pemeriksaan dengan cara meraba atau

merasakan kulit klien untuk mengetahui struktur yang ada dibawah

kulit.

2. Data sekunder

Data didapat dari semua bentuk sumber informasi yang berhubungan

dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya laporan, catatan-catatan

di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen di

bawah tanggung jawab instansi tidak resmi seperti biografi, catatan harian.
64

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi studi kasus ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Provinsi Bengkulu Waktu studi kasus ini direncanakan dilakukan pada bulan April

s/d bulan Mei 2020.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Penulisan analisa data dilakukan dengan cara pengelompokan data-data

klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau

keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah data dikelompokan

maka perawat dapat mengidentifikasi masalah klien dan merumuskannya. Bentuk

penyajian data berupa teks naratif. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi

yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga

memudahkan untuk melihat apa yang terjadi

I. Etika penelitian

Dalam melakukan penyusunan laporan asuhan keperawatan penulis

terlebih dahulu meminta rekomendasi dari pihak institusi pendidikan setelah

mendapat rekomendasi tersebut peneliti mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian dalam hal ini diajukan kepada kepala Puskesmas atau

pihak yang bersangkutan. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian meliputi :

a. Informed consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian
65

dan manfaat penalitian. Lembar persetujuan diberikan kepada responden

dengan memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh bila bersedia

menjadi responden. Tujuan responden agar mengetahui dampak yang akan

terjadi selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia menjadi responden,

maka harus menandatangani lembar persetujuan .

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden melainkan hanya kode Huruf atau kode

tertentu pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden sehingga

identitas responden tidak diketahui publik.

c. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2010. Konsep dasar keperawatan. EGC: Jakarta

Dalimartha. 2014. Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat. Penebar Swadaya: Jakarta

Dwi & Fitrah. 2010. “Memahami Kesehatan Pada Lansia”. Trans Info Media: Jakarta

Tedampa, 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Artritis Reumatoid di
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai. e-journal
keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Agustus

IDI. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Edisi I. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta.

Ilham. 2019. Kerangka Manusia – Fungsi, Bagian-Bagian Rangka Serta


Penjelasannya .diakses dari https://materibelajar.co.id/kerangka-manusia pada
tanggal 20 Januari 2020

Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


Tahun 2015-2019. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2018). Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

Misnadiarly. 2010. Rematik: asam urat –hiperusemia, atrhitis gout. Pustaka obor :
Jakarta

Muhith&Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Andi Offset. Yogyakarta

Muizzulatif, 2019. Efektivitas Pengobatan Herbal Untuk Rheumatoid Arthritis. Jurnal


Majority | Volume 8 | Nomor 1| Maret 2019. Diakses dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2321 pada
tanggal 27 Februari 2020

Nasrullah. 2016. Buku Ajar Keperawatan Gerontik jili 1, dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan NANDA NIC dan NOC. Trans Info Media : Jakarta
Nurarif. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA (North American Nursing Diagnostik Association) NIC-NOC.
Panduan Penyusunan Keperawatan Profesional. Edisi Revisi. Media Hardi:
Yogyakarta.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi


Indonesia Untuk Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid.Diakses dari
http://reumatologi.or.id/reurek/download/23 pada tanggal 20 Januari 2020

Purwanto, 2016. Keperawatan medikal bedah II. Modul Keperawatan. Pusdik SDM
Kesehata. Kemenkes RI. Jakarta

Sharon. 2017. Prevalence of arthritis according to age, sex and socioeconomic status
in six low and middle income countries: analysis of data from the World
Health Organization study on global AGEing and adult health (SAGE) Wave
1. Jurnal BMC Musculoskeletal Disorders (2017). Diakses dari
https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/s12891
-017-1624-z pada tanggal 27 Februari 2020
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Lansia
Di-
Tempat

Dengan hormat
Perkenalkan nama saya Ayu Nepa Kiranti, Mahasiswi Program Studi
Keperawatan (DIII)Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen
Bengkulubermaksud mengadakan penelitian dengan judul penelitian “Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna
Werdha Provinsi Bengkulu”. Penelitian ini saya lakukan sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Keperawatan (DIII) Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesediaan saudara untuk
ikut berpatisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan saudara dalam penelitian
bersifat sukarela dan tidak berpengaruh pada nilai apapun, karena jawaban yang
saudara berikan kepada saya akan saya jamin kerahasiaannya serta hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian saja. Jika saudara setuju untuk berpatisipasi dalam
penelitian ini diharapkan menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 2020
Pemohon

Ayu Nepa Kiranti


LEMBAR PERSETUJUANMENJADI
RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian Mahasiswa
Program Studi Keperawatan (DIII) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen
Bengkuluatas nama Ayu Nepa Kirantidengan judul penelitian “Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi
Bengkulu”.Saya sudah diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi sebagai
responden pada penelitian ini secara sukarela.

Bengkulu,......./......./2020
Responden

(....................................)
KARTU BIMBINGAN PROPOSAL

Nama : Ayu Nepa Kiranti

Npm : 172426002 DP

Pembimbing Pendamping : Ns. Danur Azissah Roesliana Sofais, SST, S.Kep.,


M.Kes.

Judul : Asuhan keperawatan pada lansia dengan rheumatoid


arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi
Bengkulu

Tanggal Komentar Tanda Tangan


Bimbingan Pembimbing
Bengkulu, ............................2020

Ketua Program Studi,

Ns. Des Metasari, S.Kep, M.Kes


NIDN : 02-1907-8301
KARTU BIMBINGAN PROPOSAL

Nama : Ayu Nepa Kiranti

Npm : 172426002 DP

Pembimbing Utama : Ns. Des Metasari, S.Kep, M.Kes

Judul : Asuhan keperawatan pada lansia dengan rheumatoid


arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi
Bengkulu

Tanggal Komentar Tanda Tangan


Bimbingan Pembimbing
Bengkulu, ............................2020

Ketua Program Studi,

Ns. Des Metasari, S.Kep, M.Kes


NIDN : 02-1907-8301

Anda mungkin juga menyukai