Anda di halaman 1dari 22

MAKALA

“HASIL PENELITIAN, PADA MASALAH KEGAWATDARURATAN SISTEM


NEUROLOGI

Dosen Pengampu

Ns.Wahyu Dini Candra Susila,S.Kep.,M.Ke

Dibuat oleh
Diana Kurniawat (182102110

Gigih adi dharman ( 182102112

PROGRAM STUDI S1 DEPARTEMEN

KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA KEPANJE


H

i
:

a
)

BAB I

PENDAHULU

A. Latar belakan
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa
yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan
kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016). Situasi gawat darurat tidak hanya
terjadi akibat lalu lintas jalan raya yang sangat padat saja, tapi juga dalam
lingkup keluarga dan perumahan pun sering terjadi. Misalnya, seorang yang habis
melakukan olahraga tiba- tiba terserang penyakit jantung, seorang yang makan
tiba-tiba tersedak, seorang yang sedang membersihkan rumput di kebun tiba-tiba
digigit ular berbisa, dan sebagainya. Semua situasi tersebut perlu diatasi segera
dalam hitungan menit bahkan detik, sehingga perlu pengetahuan praktis bagi
semua masyarakat tentang pertolongan pertama pada gawat darurat.
Pertolongan pertama pada gawat darurat adalah serangkaian usaha-usaha
pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan pasien dari kematian
Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk
memantau dan merespon perubahan yang terjadi di dalam atau luar tubuh atau
lingkungan. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi,
perilaku dan daya ingat, serta merangsang pergerakan. Sistem saraf juga
merupakan jaringan komunikasi utama didalam tubuh manusia. Seperti pada
vertebrata lainnya, fungsi normal sistem saraf sangat bergantung pada
terpeliharanya integritas struktural, serta jumlah proses metabolik kompleks. Oleh
karena itu, proses yang mengganggu struktur atau metabolisme normal atau
keduanya, dapat menimbulkan penyakit neurologik. Gangguan pada sistem saraf
sering dianggap lebih rumit atau misterius dibandingkan dengan sistem organ
lain. Hal ini disebabkan karena sinyal ke dan dari berbagai bagian tubuh
dikendalikan oleh daerah yang sangat spesi k didalam sistem saraf sehingga
menyebabkan sistem saraf rawan terhadap lesi fokal yang pada sistem organ lain
N

fi
mungkin tidak menimbulkan disfungsi yang bermakna (Robbins et al, 2007)
World Health Organization (WHO) dan World Federation of Neurology
(WFN) yang berkolaborasi dengan International Survey of Country Resources for
Neurological Disorders, (2006)yang melibatkan 109 negara dan mencakup lebih
dari 90% dari populasi dunia menunjukka

bahwa gangguan neurologis sekitar 6,22% pada tahun 2005 dan diperkirakan
meningkat menjadi 6, 39 % 2015 dan 6,77 % tahun 2030. Penyakit- penyakit
gangguan saraf yang muncul adalah stroke, epilepsi, alzheimer, parkinson,
multiple sklerosis, migrain, poliomelitis, meningitis, ensepalitis. Stroke adalah
penyakit gangguan saraf yang paling tinggi yaitu 3,46%. Indonesia tercatat
sebagai negara dengan jumlah penderita gangguan sistem saraf terbesar di Asia
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Jumlah penderita gangguan
sistem saraf di Indonesia dengan pravalensi masin
– masing adalah stroke mencapai 500.000 penduduk setiap tahunnya dan sekitar
2,5% orang meninggal, kemudian di ikuti dengan cedera kepala 2,18%,
demensia 7,58% ,epilepsi 0,5 – 4% , Parkinson 0,6% - 3,5 %, multiple sklerosis
5%, dan migrain sekitar 11 % (Riskesdas, 2013). Stroke dan penyakit gangguan
fungsi neurologis lainnya akan mengakibatkan berbagai macam gangguan dalam
fungsi tubuh seperti gangguan fungsi kognitif, gangguan sirkulasi, gangguan
kekuatan otot, gangguan fungsi perifer, gangguan siologis yang akan
berpengaruh pada sistem sensorik dan motorik penderita sehingga dari
gangguan sistem saraf tersebut penderita akan mengalami imobilisasi yaitu
ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau
impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) yang bersifat sik atau
mental (Kumalasari, 2010). Fungsi kognitif adalah kemampuan dan memberikan
rasional, termasuk proses belajar, mengingat menilai, orientasi, persepsi dan
memperhatikan. Gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur
otak berupa orientasi, perhatian, kosentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi
intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung,
bahasa, daya ingat semantik (kata-kata) dan pemecahan masalah.Gangguan
fungsi kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak karena kemampuan untuk
berpikir akan dipengaruhi oleh otak. Gangguan fungsi kognitif juga menjadi salah
satu parameter kualitas hidup masyarakat Indonesia. Apabila tidak ditangani
dengan baik, gangguan pada fungsi kognitif dapat mengakibatkan gangguan
psikososial, sehingga dapat dikatakan kualitas hidup penderitanya akan
menurun. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah akan terjadinya
kepikunan setelah mengalami stroke, yang tentu saja sangat mengganggu
akti tas sehari-hari (Kemenkes, 2010)
B. Tujua
fi
n

fi
fi
1. Mengetahui De nisi Sistem Sara
2. Mengetahui Fungsi Sistem Sara
3. Mengetahui Bagian - Bagian Sel Sara
fi
f

4. Mengetahui Susunan system sara


5. Mengetahui Berbagai penyakit ganguan sara
6. Mengetahui Pemeriksaan penunjang pada ganguan system sara
7. Mengetahui pengobatan pada system sara

BAB II
PEMBAHAS

A. Defini A
si
Sistem Saraf adalah mekanisme yang memungkinkan tubuh bereaksi
terhada

perubahan pada berbagai lingkungan eksternal dan internal yang senantiasa


terjadi. Mekanisme ini juga mengawasi dan menyelaraskan berbagai kegiatan
tubuh (misalnya jantung dan paru-paru), untuk tujuan deskriptif secara struktural
sistem saraf dibedakan atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi dan
seacara fungsional atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
Jaringan sel terdiri dari dari dua jenis sel utama: neuron (sel saraf) dan sel
penunjangnya. Neuron merupakan ke satuan struktural dan fungsionalis sistem
saraf yang khusus berguna untuk komunikasi cepat, sebuah neuron terdiri dari
badan sel dan jalurnya, yakni dendrit dan akson yang masing-masing membawa
implus ke badan sel dan menjauhi badan sel, lapisan zat lipda dan protein yang
dikenal sebagai myelin, membentuk selubung yang meliputi beberapa akson
dengan demikian sangat meningkatkan konduksi implus, Neuronsaling
berhubungan pada sinaps (titik persentuhan antara- neuron). Neuronglia(sel-gila)
adalah sel yang tidak peka terhadap rangsangan dan merupakan komponen
pokok jaringan saraf dan neuronglia berguna sebagai penunjang dan pemasok
zat gizi bagi neuron(Keith L, Moore dan Anne M.R. Agur, 2002:24)
Fungsi Sistem Saraf menurut (Naomi E. Balaban dan James E-Bobick,
2014:119) adalah merupakan salah satu sistem pengatur utama tubuh dalam
mempertahankan homeostasis, fungsinya untuk Memonitoring lingkungan
internal dan eksternal tubuh, Menyatukan informasi penginderaan dan
Mengarahkan atau mengkordinasi reaksi sistem organ lainya terhadap masukan
penginderaan
B. Fungsi Sistem Sara
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu
1. Sebagai Alat Komunikasi Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia
luar, hal ini dilakukan oleh indera, yang meliputi: mata, hidung, telinga, kulit
dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah
N

mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita

2. Sebagai Alat Pengendali Sebagai pengendali atau pengatur kerja organ-


organ tubuh sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan
pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan
dan ritme kerja yang akurat
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan Saraf merupakan pengendali atau
reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahaan
keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja
seluruh alat tubuh maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada organ-
organ tubuh kita
C. Bagian - Bagian Sel Sara
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpajangan sitoplasma, bagian-bagian sel saraf sebagai berikut
1. Badan Sel atau Perikarion Suatu neuron mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron, bagian ini tersusun dari komponen berikut
a. Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menonjol dan organel lain seperti
kompleks golgi and mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol
dan tidak dapat bereplikasi
b. Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom
bebas serta berperan dalam sintesis protein
c. Neuro bril yaitu neuro lamen dan neurotublus yang dapat dilihat melalui
miskroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak
d. Dendrit Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek
serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh
e. Akson Suatu prosesus tunggal yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrite bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain,
ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi
asal akso
D. Susunan system sara
Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat
(otak dan medulla spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara
siologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013)
1. Sistem Saraf Pusa
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis,
yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh akti tas tubuh. Bagian
fi
fi
n

fi
f

fi
:

fungsional pada susunan saraf pusa

adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron,
serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan metabolik
(Bahrudin, 2013)
a. Ota
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga
tengkorak. Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil
(cereblum) dan otak tengah (Khanifuddin, 2012). Otak besar merupakan
pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar ini dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut
terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal.
Sedangkan disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari
talamus, hipotalamus, dan epitalamus (Kha nuddin, 2012). Otak
belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan
mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan
cereblum. Sedangkan mielensefalon akan menjadi medulla oblongata
(Nugroho, 2013). Otak tengah/sistem limbic terdiri dari hipokampus,
hipotalamus, dan amigdala (Kha nuddin,2012)
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan
serebrospinalis. Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid
disekitar otak dan medula spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak.
Cairan ini menyerupai plasma darah dan cairan interstisial dan dihasilkan
oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi
pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis.
Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak
dan medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrien dan
zat buangan antara darah dan otak serta medula spinalis (Nugroho,
2013)
b. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga
tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang
pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis
yaitu lapisan luar berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna
kelabu (grey area). Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan
k

fi
)

fi
dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang
terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya
adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai
pusat pengatur gerak re ex (Kha nuddin, 2012)
2. Sistem Saraf Tep
i

fl
fi
.

Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun dari
semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013).
Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu
a. Sistem Saraf Somatik (SSS
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan
31 pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi
oleh kesadaran
1) Saraf krania
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak.
Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik,
tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik.
Kedua belas saraf tersebu
2) Saraf spina
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf
gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda
melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen. Saraf
spinal (Gambar 2.6) diberi nama dan angka sesuai dengan regia
kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut
b. Sistem Saraf Otonom (SSO
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom
adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Fungsi dari kedua sistem saraf ini
adalah saling berbalikan. SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi
dua bagian yaitu
1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari receptor
pada kulit atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya
kesusunan saraf pusat. Jadi besifat ascendens
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke
effector (Muscle and Glands) yang bersifat desendens untukmenjawab
impuls yang diterima dari reseptor di kulit dan otot dari lingkungan
sekitar (Bahrudin, 2013)
l

E. Berbagai penyakit ganguan sara


Ada beberapa gangguan atau penyakit yang mungkin terjadi hingga
mengganggu fungsi vital dari sistem saraf pada manusia. Berikut adalah macam-
macam penyakit saraf tersebut
:

1. Alzheime
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang menyerang sel-sel otak dan
neurotransmitter (bahan kimia yang membawa pesan di antara sel-sel otak).
Penyakit ini memengaruhi fungsi otak, memengaruhi ingatan Anda, dan cara
Anda berperilaku
2. Parkinso
Penyakit Parkinson adalah gangguan yang terjadi ketika sel-sel saraf tidak
menghasilkan cukup dopamin, yaitu bahan kimia yang sangat penting untuk
kelancaran kontrol otot dan gerakan
3. Multiple sclerosi
Multiple sclerosis adalah penyakit kronis yang memengaruhi saraf pusat.
Kondisi ini ditandai dengan adanya kerusakan pada selubung pelindung
(mielin) yang mengelilingi serabut saraf di otak dan sumsum tulang belakang
4. Bell’s pals
Bell’s palsy adalah kondisi lemah atau lumpuh tiba-tiba pada satu sisi wajah.
Ini disebabkan karena adanya saraf di wajah Anda yang meradang. Biasanya
kondisi ini hanya sementara dan bisa pulih dalam jangka waktu tertentu
5. Epileps
Epilepsi adalah kondisi yang ditandai dengan kejang yang berulang atau
kambuhan. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya gangguan aktivitas listrik
di otak
6. Meningiti
Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan selaput
di sekitar otak dan sumsum tulang belakang (meninges) mengalami radang.
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri
7. Ensefaliti
Ensefalitis merupakan penyakit infeksi yang ditandai dengan munculnya
peradangan pada jaringan otak. Sama seperti meningitis, penyakit ini juga
disebabkan oleh infeksi virus
8. Tumor ota
Tumor otak adalah gumpalan sel abnormal yang tumbuh di otak. Gumpalan
ini bisa jinak, tetapi bisa juga ganas atau kanker otak. Kondisi ini bisa
merusak otak Anda dan tidak dapat menjalankan fungsi normalnya
9. Cedera otak dan tulang belakan
.

cedera otak adalah cedera terkait otak yang memengaruhi seseorang secara
sik, emosional, dan sikap. Ada dua bentuk cedera yang mungkin terjadi,
yaitu cedera traumatik dan nontraumatik. Adapun stroke merupakan salah
satu bentuk cedera nontraumatik yang mungkin terjadi. Serupa dengan
cedera otak, cedera tulang belakang adalah kerusakan pada sumsum tulang
belakang hingga menyebabkan hilangnya fungsi, perasaan, dan mobilitas
tubuh. Cedera ini paling sering disebabkan oleh trauma
F. Ciri-ciri atau gejala penyakit sara
Kerusakan saraf akibat gangguan atau penyakit tertentu menyebabkan bekas luka
atau lesi di sistem saraf Anda. Ini berarti neuron Anda sudah tidak dapat lagi
mengirim sinyal ke seluruh tubuh Anda dengan benar. Adapun kondisi ini dapat
menimbulkan berbagai gejala atau ciri-ciri, yaitu
1. Sakit kepala
2. Penglihatan buram
3. Kelelahan
4. Mati rasa atau kesemutan
5. Bagian tubuh tertentu bergetar atau tremor
6. Hilang ingatan
7. Kehilangan koordinasi tubuh
8. Hilang kekuatan atau melemahnya otot (atro otot)
9. Masalah emosional
10. Perubahan perilaku
11. Kejang
12. cadel
G. Pemeriksaan penunjan
1. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk memeriksa fungsi dan kondisi
sistem saraf, termasuk kemampuan sensorik dan motorik pasien, fungsi saraf
kranial, kesehatan mental, dan perubahan perilaku
2. Uji laboratorium, seperti tes darah dan tes urine, untuk membantu diagnosis
penyakit dan memahami lebih jauh tentang penyakit yang diderita penderita.
Uji laboratorium termasuk pemeriksaan awal sakit saraf, dan dapat
menggambarkan kondisi sistem saraf pasien secara umum
fi
.

fi
:

3. Pemindaia
Metode pemindaian dapat memberikan gambaran organ dalam tubuh,
termasuk organ sistem saraf yang mengalami kerusakan. Hasil pemeriksaan
pemindaian dapat berupa gambar dua atau tiga dimensi. Contoh metode
pemindaian yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis sakit saraf adalah foto
Rontgen, CT scan, MRI, dan uoroskopi
4. Uji genetik, melalui sampel air ketuban (amniosentesis) atau ari-ari (CVS), dan
USG kehamilan, untuk mengetahui apakah anak mengalami sakit saraf
bawaan
5. Biops
Biopsi merupakan prosedur pengambilan sampel jaringan yang akan
diperiksa di laboratorium guna mendeteksi kelainan saraf. Sampel yang
paling sering digunakan adalah otot dan saraf, serta jaringan tumor pada
otak. Prosedur biopsi untuk mengambil jaringan tumor otak biasanya lebih
rumit, dan membutuhkan waktu pelaksanaan serta pemulihan yang lebih
lama dibanding biopsi jaringan otot dan saraf
6. Angiogra
Angiogra merupakan tes untuk mendeteksi apakah ada pembuluh darah
yang tersumbat. Tes ini dapat membantu diagnosis stroke, pembengkakan
pembuluh darah otak dan untuk menentukan tempat dan ukuran tumor otak.
Angiogra melibatkan pemindaian menggunakan sinar X untuk menghasilkan
gambar pembuluh darah yang tersumbat
7. Analisis cairan serebrospina
Tes ini dilakukan dengan mengambil dan memeriksa cairan yang melindungi
otak dan saraf tulang belakang. Cairan yang diperiksa bisa memberikan
informasi ada tidaknya perdarahan, infeksi, dan gangguan saraf lain.
Pengambilan cairan serebrospinal dilakukan melalui metode pungsi lumbal
dan dilakukan di rumah sakit
8. Elektroensefalogra (EEG
Tes ini dilakukan untuk memonitor aktivitas otak dengan menempelkan
sensor di kepala. EEG dapat mendeteksi penyakit saraf yang disebabkan
kelainan kejang, kerusakan otak akibat cedera, in amasi pada otak atau saraf
tulang belakang, kelainan psikiatrik, dan kelainan metabolik atau degeneratif
pada otak
i

fi
fi
fi

f
)

fl
.

fl
9. Elektromiogra (EMG)
Tes ini dilakukan untuk mendiagnosis kelainan saraf dan otot, serta penyakit
saraf tulang belakang. Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan sensor
di sekitar otot, da
f
n

dilaksanakan di rumah sakit atau laboratorium khusus. Tes EMG dapat


dilaksanakan bersama dengan tes kecepatan konduksi saraf atau nerve
conduction velocity (NCV)
10. Electronystagmography (ENG). Tes ini terdiri dari beberapa rangkaian
metode pengujian yang digunakan untuk mendiagnosis pergerakan abnormal
mata, vertigo, dan gangguan Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan
sensor di sekitar mata
11. Diskogra . Tes ini merupakan tes pemindaian untuk mengevaluasi nyeri
punggung. Tes ini dapat melibatkan pemindaian foto Rontgen atau CT scan
untuk menghasilkan gambar kondisi punggung dan saraf tulang belakang
secara visual
12. Evoked potentials. Tes ini dilakukan untuk mengukur sinyal elektrik ke otak
yang dihasilkan indera pendengaran, sentuhan, atau penglihatan
13. Thermography. Tes ini dilakukan dengan menggunakan inframerah untuk
mengukur perubahan temperatur kecil antara dua sisi tubuh atau pada salah
satu organ
H. Pengobatan Sakit Sara
Pada banyak kasus, kerusakan saraf tidak bisa disembuhkan secara total. Tapi
ada beberapa penanganan untuk mengurangi gejalanya. Tujuan pertama
pengobatan sakit saraf adalah untuk menangani kondisi medis yang menjadi
penyebabnya serta mencegah kerusakan saraf lebih lanjut. Beberapa di
antaranya adalah
1. Pengobatan untuk mengatasi kondisi autoimun
2. Membatasi kadar gula darah pada penderita diabetes
3. Memperbaiki gizi
4. Mengganti obat, jika obat menyebabkan kerusakan saraf
5. Memberikan pereda rasa sakit, antidepresan trisiklik, atau beberapa obat
antikejang untuk mengurangi nyeri saraf
6. Fisioterapi, misalnya terapi listrik
7. Pembedahan untuk mengatasi tekanan atau trauma pada saraf
8. Transplantasi sara
fi
.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Saraf adalah mekanisme yang memungkinkan tubuh bereaksi terhadap
perubahan pada berbagai lingkungan eksternal dan internal yang senan asa terjadi. Fungsi
system saraf Sebagai Alat Komunikasi Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia
luar, Sebagai Alat Pengendali Sebagai pengendali atau pengatur kerja organ-organ tubuh
sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsiny, Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh
terhadap perubahaan keadaan sekitar. Penyakit ganguan system saraf yaitu Alzheimer,
Parkinson, Mul ple sclerosis, Epilepsi, Meningi s, Ensefali s, Tumor otak, Cedera otak dan
tulang belakang. Adapun kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala atau ciri- ciri, yaitu:
Sakit kepala, Penglihatan buram, Kelelahan, Ma rasa atau kesemutan, Bagian tubuh
tertentu bergetar atau tremor, Hilang ingatan, Kehilangan koordinasi tubuh, Hilang kekuatan
atau melemahnya otot (atro otot), Masalah emosional, Perubahan perilaku, Kejang dan
cadel.
B. Saran

1. Memberikan evaluasi pada mahasiswa dalam bentuk teori konsep yang lebih sering
kepada mahasiswa agar terhindar dari kesalahan dalam membuat teori konsep dan
dalam penyusunya harus didukung dengan motivasi sehingga teori konsep yang dibuat
menjadi bermakna serta diharapkan tidak ditemukan miskonsepsi pada teori
konsepny

2. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai teori
teori Neurologi dapat melakukan teknik analisis

ti
a

fi
ti
ti
ti

ti




DAFTAR PUSTAKA

Indrawa NL, Razimian. Bawang Dayak Si Umbi Ajaib Penakluk Aneka Penyakit. Jakarta: PT
Agromedia Pustaka; 2013.
Parker. Stave. (2007). Ensiklopedia Tubuh Manusia. Jakarta: Erlangga. Prihartan Lini. (2012).
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dan Ber kir Krea f Siswa Melalui Mul media Interak f
Pada Materi Sistem Saraf. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Rahayu P.A. (2013). Analisis Kelayakan Mul media Interak f Pada Materi Sistem Saraf Manusia
Bagi Siswa SMA Kelas XI Semester Genap. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan
ti

ti
fi
ti
ti
ti
ti
ti

Anda mungkin juga menyukai