Anda di halaman 1dari 17

TB PARU

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Dosen : Indah Restika, S.Kep.,Ns

OLEH :
Kelas : A2
Klompok : I

Indrawati Baharudin (NH0116202) Muh.Nadir (NH0116097)


Muliana (NH0116099) Muh.Athal Aftal (NH0116095)
Nabila Indah Pratiwi (NH0116205) Ulfa Muhriana (NH0116201)
Muh.Wafri Matorang (NH0116093) Mirna Aptianti (NH0116091)
Risky Safitry (NH0116203) Munira U Papua (NH0116100)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KATA PENGGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang


telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang " TB Paru.
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAGULUAN .......................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II KONSEP MEDIS ........................................................................................ 3


A. Pengertian ......................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................. 3
C. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 3
D. Patofisiologi ..................................................................................................... 4
E. Penatalaksanaan ............................................................................................... 6
F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................... 7
G. Penyimpangan KDM ................................................................................... ....8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................... 9


A. Pengkajian ........................................................................................................ 9
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 10
C. Intervensi .......................................................................................................... 10
D. Implementasi ................................................................................................... 12
E. Evaluasi ........................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................ 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang
ditularkan melalui udara.Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi.Komplikasi. Penyakit TB paru bila tidak ditangani
dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura,
empiema, laryngitis dan TB usus.
Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah.Sejauh ini, Asia
termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia.Setiap
30 detik, ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari
22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia, di antaranya
Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari lima penderita TB
di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di Indonesia, angka
kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari korban
meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru
TB, dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia produktif. Jumlah penderita
TB di Indonesia merupakan ketiga terbesar di dunia setelah India dan China.
Mengingat akan bahaya TB paru dan pentingnya memberikan pelayanan pada
masyarakat, terutama untuk mendeteksi dini, memberikan terapi yang tepat serta
pencegahan dan penanganan maka dalam makalah ini akan di bahas segala teori
tentang TB paru dan hubungannya dengan kesehatan untuk kelangsungan hidup
sehat. Selain itu, dalam makalah ini juga akan dibahas peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien penderita TB paru.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya TB paru serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan TB paru di lapangan.

1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi TB paru
b. Untuk mengetahui etiologi TB paru
c. Untuk mengetahui patofisiologi TB paru
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis TB paru
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik TB paru
f. Untuk mengetahui pentalaksanaan TB paru
g. Untuk mengetahui definisi TB paru
h. Untuk mengetahui penyimpangan KDM dari TB paru
i. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan TB paru

2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Deinisi
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil microbacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu
penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar hasil
tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon
(Hood Alsagaf, 1995)
Batu darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah
distal,batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak
luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi (Hood Alsagaf, 1995).
B. Etiolog
1. Agen infeksius utama, Mybacterium tuberculosis adalah batang aerobik
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.
2. Mybacterium bivis dan Mybacterium avium pernah, pada kejadian yang
jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis
C. Manifestasi klinis
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respitorik
dan gejala sistemik :
1. Gejala Respiratorik
a. Batuk : gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

3
b. Batuk Darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darh, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari basar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dad : nyeri dada pada TB paru termauk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik
1. Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin
lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
2. Gejala sitemik lain : ialah keringat malam , anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise
3. Timbul gejala biasanya granual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, ssak nafas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneunomia.
TB paru termasuk insidius. Sebagian pasien menunjukkan demam tingkat
rendah, keletihan aneroksia, penurunan BB, berkeringat malam, nyeri dada
dan batuk menetap.
TB dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti berperilaku
tidak biasa dan perubahan status mental, demam, aneroksia dan penurunan
BB. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
D. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit
(Dannenberg, 1981 dikutip dari Price, 1995). Setelah berada diruang alveolus
(biasamya di bagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobus bawah) basil

4
tuberkolosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonokleat
tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh
makrofak. Alveoli yang diserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Basil juga dapat menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami infiltirasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk
sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh limfosit. Reaksi in biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini di sebut nekrosis
kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granolasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon
berbeda. jaringan granolasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Komplek
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram. Respon lain yang terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus
dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkuler yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk kepercabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang
kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembulu

5
darah atau (lomfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan
mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner) penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkolosis milier ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembulu darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
kedalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh.
E. Penetalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru adalah mencegah kekambuhan
atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lajutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari
obat obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama uang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin
dan etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah kanamisin, Kuinolon,
Makrolide dan Amoksilin + asam klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Disamping
itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
Directly Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO
yang terdiri dari lima komponen yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambilan keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung
sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan diunit pelayanan memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersedian paduan OAT jangka pendek yang cukup uang.
5. Pencacatan dan pelaporan yang baku.

6
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Sputum
a. Kultur : Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif, penting
untuk menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap
obat.
b. Ziehl-Neelsen : BTA Positif
2. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer) : reaksi positif menunjukan infeksi
masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk menunjukkan
keaktifan penyakit.
3. Foto Thorax : dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru,
simpanan kalsium lesi primer, efusi cairan, akumulasi udara, area cavitas,
area fibrosa, dan penyimpanan struktur mediastinal.
4. Darah :
a. LED : Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap pengobatan
dan prediksi tingkat penyembuhan.
b. Limfosit : menggambatkan status imunitas penderita
c. Elektrolit : Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru
kronis luas.
d. Analisa gas darah :hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya
kerusakan paru

7
G. Penyimpangan KDM

M. Tuberkulosis tertiup melalui udara M. Bovis

Menempel pada bronchiole atau alveulus

Polimerasi sel epitel di basil dan membentuk dinding antara basil dan organ
terinfeksi

Infeksi lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan

Demam, Anoreksia,Malaise, BB turun

Perubahan Nutrisi

Meluas ke paru-paru (bronchiolus atau pleura)

Pucat, anemia, lemah

Perubahan perfusi jaringan

batuk, nyeri dada

gangguan rasa nyaman nyeri

8
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Pada biodata bisa diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengalami demam, mengigil, batuk dan adanya sputum, lemah,
keringat dingin ketika malam, nyeri dada, nafas pendek, mual, muntah.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami gajala yang sama di
masa lalu, apakah klien pernah sakit sebelumnya atau perna dirawat di
rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang memiliki penyakit menular dan penyakit
Keturunan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
b. Berat badan : penurunan berat badan
c. Kulit
Inspeksi : kulit kering, kulit tampak bersisik
Palpasi : Turgor kulit menurun, kulit teraba hangat
d. Mulut
Inspeksi : bibir tampak kering
e. Thoraks dan Pernafasan
Inspeksi : pola nafas pendek, takipnea.
Perkusi : redup, hipersonor/timpani
Auskultasi : Vesikular, ronkhi (+) kiri dan kanan, basah kasar, Wheezing
(+) kanan dan kiri

9
B. Diagnosa keperawatan
1. Bersih jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum yang kental
2. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhab tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB Paru berhubungan dengan
kurang informasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan perubahan status
nutrisi
C. Intervensi
1. Bersih jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum yang kental
Kriteria hasil:
Sekret (-)
Bunyi napas vesikuler
Batuk (-)
Tanda-tanda vital normal
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, Kecepatan irama, dan penggunaan
alat bantu
b. Atur posisi kepala lebih tinggi
c. Ajarkan klien nafas dalam
d. Barikan cairan minimal 2500 ml/hari
e. Lakukan fisioterapi dada
f. Kolabora dengan tim medis untuk pemberian obat
2. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhab tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
Kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
Turgor kulit elastis dan kenyal
Berat badab klien dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia

10
b. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
c. Timbang BB dalam setiap hari
d. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan komposisi diet
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB Paru berhubungan dengan
kurang informasi
Kriteria hasil:
Klien dapat menjawab pertanyaan yang dianjurkan
Klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya
Intervensi
a. Kaji tingkat pemahaman klien tentang penyakit dan dan program
pengobatannya
b. Berikan penjelasan tentang penyakit dan program dan program
pengobatannya meliputi:
Pengertian TB paru
Penyebab
Tanda dan gejala TB paru
Proses penularan
Program pengobatan/perawatan
c. Minta klien secara verbal untuk mejelaskan kembali mengenai
penyakitnya
d. Berikan reinformasi posirif pada setiap penjelasan klien
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
Kriteria hasil:
Nyeri dada berkurang
Skala nyeri menurun
Wajah rilaks
Klien dapat beristirahat tanpa rasa nyeri
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik
b. Berikan tindakan untuk kenyamanan

11
c. Intruksikan dan bantu klien untuk melakukan teknik menahan dada
selama batuk
d. Berikan analgenik
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan perubahan status
nutrisi
Kriteria hasil:
Klien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
Keletihan (-)
Tonus otot baik
Intervensi :
a. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
b. Bantu klien melakukan aktivitas secara bertahap
c. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien
d. Latih klien untuk melakukan pergerakan pasif dan aktif
D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi /
pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
E. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Bersihan jalan nafas efektif
2. Nutrisi adekuat
3. Klien dapat memahami penyakitnya dan program pengobatannya
4. Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi.
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan
batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi
adalah M. Bovis dan M. Avium
B. Saran
Kami selaku penyusun makalah mengharapkan ada koreksi dalam hal
pembuatan makalah ini, dan semoga dengan adanya ttugas ini kami dapat bisa
lebih bermanfaat.

13
DAFTAR PUSTAKA
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem
Pernafasan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Manurung Santa dkk.20009.Asuhan Keperawatan Sitem Pernafasan Akibat
infeksi. Jakarta : CV. Trans Info Media
Hariayanto. A & Sulistyowati. R.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1
dengan Diagnosis NANDA Internasionnal. Jogjakarta : Ar Ruzz Media

14

Anda mungkin juga menyukai