Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“ ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN DENGAN KOMPLIKASI :


RUPTURE UTERUS”

DOSEN PEMBIMBING :
VETTY PRISCILLA, MPH, M.KEP, SP.MAT

OLEH :
KELOMPOK 11

FIRMA NELIS EMI 1711316042


RISKA YUERLIN 1711316043
HUMAIRA 1711316044
NANDIA RIANTISA 1711316045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar
kita yakninya Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada
saat sekarang ini.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas mengenai “Asuhan Persalinan dengan Komplikasi : Ruptur Uterus”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi
ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Padang, September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................... 4


B. Tujuan ............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................... 5

A. Pengertian Rupture Uterus.............................................................. 5


B. Etiologi Rupture Uterus.................................................................. 5
C. Tanda dan Gejala Rupture terus .................................................... 5
D. Patofisiologi .................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis ........................................................................... 9
F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................. 10
G. Penatalaksanaan .............................................................................. 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 12

A. Pengkajian ...................................................................................... 12
B. Diagnosa......................................................................................... 13
C. Intervensi ........................................................................................ 13
D. Evaluasi........................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................. 17
KASUS RUPTURE UTERI ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruptur Uteri adalah robeknya dinding Uterus pada saat kehamilan
atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Angka
kejadian ruptur uteri di indonesia masih tinggi yaitu berkisar antara 1 : 92
sampai 1 : 428 persalinan. Angka-angka tersebut masih sangat tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara maju yaitu antara 1 :1250 sampai 1 :
2000 persalinan. Angka kematian ibu akibat ruptur uteri juga masih tinggi
yaitu berkisar antara 17,9% sampai 62,6%, sedangkan angka kematian anak
pada ruptur uteri berkisar 89,1% sampai 100%.
Janin umumnya meninggal pada ruptur uteri. Janin hanya dapat
ditolong apabila pada saat terjadinya ruptur uteri ia masih hidup dan segera
dilakukan laparatomi untuk melahirkannya. Angka kematian janin pada
ruptur uteri mencapai 85%.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan Ruptur Uteri.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa keperawatan mampu :
a. Menjelaskan pengertian.
b. Menyebutkan penyebab Ruptur Uteri.
c. Menjelaskan patofisiologi dan patway Ruptur Uteri.
d. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dan diaonostik Ruptur Uteri.
e. Mengetahui dan mampu melaksanakan Askep tentang Ruptur Uteri.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal ). Rupture uteri adalah robeknya dinding
uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa
robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi )

B. ETIOLOGI
Penyebab (etiologi) dari ruptur uteri adalah sebagai berikut :
 Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
 Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
 Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah
uterus ). ( Helen, 2001 )
Secara etiologi penyebabnya dibagi menjadi 2:
a. Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas
SC,miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia, pelepasan
plasenta secara manual
b. Karena peregangan yang luar biasa pada rahim, misalnya pada panggul
sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin penderita
DM, hidrops fetalis, post maturitas dan grande multipara.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
a. Dramatis
 Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak.
 Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
 Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
 Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan
darah menurun dan nafas pendek ( sesak )

5
 Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
 Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
 Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam
abdomen ibu
 Bagian janin lebih mudah dipalpasi
 Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi
tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
 Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan
disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
b. Tenang
 Kemungkinan terjadi muntah
 Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
 Nyeri berat pada suprapubis
 Kontraksi uterus hipotonik
 Perkembangan persalinan menurun
 Perasaan ingin pingsan
 Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
 Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
 Tanda-tanda syok progresif
 Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau
kontraksi mungkin tidak dirasakan
 DJJ mungkin akan hilang

D. PATOFISIOLOGI
a. Ruptur uteri spontan.
Ruptur uteri ini terjadi secar spontan pada uterus yang utuh (tanpa
parut). Faktor pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat berjalan
dengan baik karena ada halangan misalnya: panggul yang sempit,
hidrosefalus, janin yang letak lintang, dll. Sehingga segmen bawah uterus
makin lama makin diregangkan. Pad suatu saat regangan yang terus
bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium, maka
terjadilah ruptur uteri.

6
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri adalah
multiparitas, stimulus oksitosin, dll. Disini ditengah-tengah miometrium
sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding
uterus menjadi kurang, sehingga regangan lebih mudah menimbulkan
robekan.
Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun biasanya
melakukan tekanan keras kebawah terus-menerus pada fundus uterus, hal
ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang sudah
regang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri. Pemberian oksitosin
dalam dosis yang terlalu tinggi / indikasi yang tidak tepat bisa
menyebabkab ruptur uteri.
b. Ruptur uteri traumatic.
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh,
kecelakaan. Robrkan ini yang bisa terjadi pada setiap saat dalam
kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan
terhadap trauma dari luar. Yang lebih sering terjadi adalah ruptur uteri
yang dinamakan ruptur uteri violenta. Disini karena dystosia sudah ada
regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal untuk melahirkan janin
mengakibatkan timbulnya ruptur uteri.
Hal itu misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang
dilakukan bertentangan dengan syarat. Kemungkinan besar yang lain
adalah ketika melakukan embriotomi. Selain itu perlu dilakukan
pemeriksaan kavum uteri dengan tangan untuk mengetahui terjadinya
ruptur uteri.
c. Ruptur uteri pada luka bekas parut.
Diantar parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah
seksio sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri dari pada
parut bekas seksio sesarea profunda. Hal ini disebabkan karena luka pada
segmen bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih tenang
dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih
kuat.
Ruptur uteri pada bekas parut sesarea klasik juga lebih sering terjadi
pad kehamilan tua sebelum persalinan dimulai, sedang peristiwa tersebut
pada parut bekas seksio sesarea profunda umumnya terjadi waktu

7
persalinan. Ruptur uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan gejala-
gejala seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi
tanpa banyak menimbulkan gejala.
Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara mendadak,
melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas luka menipis untuk
akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur uteri. Disini biasanya
peritoneum tidak ikut serta sehingga terdapat ruptur uteri inkompleta.
Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul
perdarahan yang sebagian berkumpul di ligametum dan sebagian keluar.
Biasanya janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih
ada. Sementar itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada
perabaan tempet bekas luka. Jika arteria besar terluka, gejal-gejal
perdarahan, anemia dan syok, janin dalam uterus meningggal pula.

Pathway:

8
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala ruptur uteri mengancam (RUM).
a. Pasien nampak gelisah, ketakutan disertai dengan perasaan nyeri di
perut.
b. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan
mengerang kesakitan.
c. Pernapasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
d. Ada tanda dehidrasi pada partus yang lama yaitu mulut kering,
lidah kering dan haus, badan panas (demam).
e. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
f. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras sedangkan SBR
teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
g. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik
dan teregang keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung
kemih sehingga pada kateterisasi ada hematuria.
h. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin tidak teratur
(asfiksia).
i. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari
obstruksi seperti edema porsio, vagina, vulva.
2. Gejala ruptur uteri sebenarnya .
Inspeksi.
a. Pada his yang kuat sekali pasien merasa kesakitan yang luar
biasa, merasa perutnya seperti akan dirobek.
b. Gelisah, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps.
c. Pernapasan jadi dangkal dan cepat dan kelihatan haus.
d. Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
e. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak
terukur.
f. Keluar perdarahan pervagina yang biasanya tak begitu banyak.
g. Kadang-kadang ada perasan nyeri yang menjalar ke tungkai
bawah dan bahu.
h. Kontraksi uterus biasanya hilang.

9
Palpasi.
a. Teraba krepitasi pada kulit perut yang menansdakan adanya
emfisema subkutan.
b. Bila kepala janin sudah keluar dari kavum uiteri, jadi berada di
rongga perut, maka teraba bagian-bagian janin langsung ikulit
perut.
c. Nyeri tekan pada perut, terutama pada bagian yang robek.
Auskultasi.
a. Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi
beberapa mnit setelah ruptur.
Pemerisaan dalam.
a. Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan
mudah dapat terdorong ke atas dan disertai dengan perdarahan
pervagina yang akan banyak.
b. Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada
dinding rahim.
Kateterisasi.
a. Ada hematuria yang menandakan adanya robekan pada
kandung kemih.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Umum : Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi
dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan
perdarahan intra abdomen
2. Pemeriksaan Abdomen : Sewaktu persalinan, kontur uterus yang
abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat
menunjukkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi
dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding
abdomen diatas fundus yang berkontraksi. Kontraksi uterus dapat
berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin tiba-tiba
menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat
lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan
intraperitoneum

10
3. Pemeriksaan Pelvis : Menjelang kelahiran, bagian presentasi
mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin
telah mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan
pervaginam mungkin hebat.
4. Laparoscopy : Untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan
bentuk panggul / pelvis.
5. Pemeriksaan laboratorium : HB dan hematokrit untuk mengetahui
batas darah HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya
kehilangan darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan
anemia berat.
6. Urinalisis : Hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih

G. PENATALAKSANAAN
Ruptura uteri merupakan malapetaka untuk ibu maupun janin oleh
karena itu tindakan pencegahan sangat penting dilakukan setiap ibu bersalin
yang disangka akan mmengalami distosia, karena kelainan letak janin, atau
pernah mengalami tindakan operatif pada uterus seperti seksio sesarea, dan
lain-lain, harus diawali dengan cermat. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan
dapat segera dilakukan jika timbul gejala-gejala ruptura uteri, sehingga
ruptura uteri dicegah terjadinya pada waktu yang tepat
Penanganan
1. Pertolongan yang tepat untuk ruptura uteri adalah laporotomi.
Sebelumnya penderita diberi trasfusi darah atau sekurang-kurangnya
infus cairan garam fisiologik/ringer laktat untuk mencegah
terjadinnya syok hipovolemik.
2. Umumnya histerektomi dilakukan setelah janin yang berada dalam
rongga perut dikeluarkan. Penjahitan luka robekan hanya dilakukan
pada kasus-kasus khusus,dimana pinggir robekan masih segar dan
rata, serta tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi dan tidak terdapat
jaringan yang rapuh dan nekrosis.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,
keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-
kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti
gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan
tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep,
chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
 T/D : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
 Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
 Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
 Suhu : Normal/ meningkat
 Kesadaran : Normal / turun
Fundus uteri : lembek/keras, subinvolusi
Kulit : Dingin, berkeringat, kering, pucat, capilary refill
memanjan
Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan
3. Resiko gangguan maternal-fetal dyad berhubungan dengan komplikasi
kehamilan

12
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (terputusnya kontinuitas
jaringan dan syaraf pada dinding uterus)
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO. DIAGNOSA NOC NIC
1. (00205) Resiko syok (0413) Blood Loss Severity (4020) Bleeding Reduction
berhubungan dengan Domain II Physiological Health Domain 2 Physiological: Complex
hipovolemi Class E Cardiopulmonary Class N Tissue Perfusion Management
Domain 11 Safety/ (041301) Tidak tampak 1. Identifikasi penyebab perdarahan
Protection kehilangan darah 2. Monitor pasien dengan perdarahan
Class 2 Physical (041309) Tekanan darah sistolik 3. Monitor jumlah darah yang hilang
Injury normal (120mmHg) 4. Catat tingkat hemoglobin/
(041310) Tekanan darah hematocrit sebelum dan setelah
diastolic normal (80mmHg) kehilangan darah
(041316) Hemoglobin normal 5. Monitor tekanan darah dan
(11,7-15,5g/dL) parameter hemodinamik
(041317) Hematokrit normal 6. Instruksikan pasien unuk membatasi
(35-47%) gerakan
7. Jaga kepatenan akses IV
8. Atur transfusi darah jika diperlukan
9. Evaluasi respon psikologis pasien
terhadap perdarahan
2. (00032) Pola napas (0403) Respiratory Status (3350) Respiratory Monitoring
tidak efektif Airway Patency Domain 2 Physiological: Complex
berhubungan dengan Domain II Physiologic Health Class K Respiatory Management
kelelahan Class E Cardiopulmonary 1. Memantau kecepatan, irama,
Domain 4 Activity/ (041004) Tingkat pernapasan kedalaman, dan upaya pernapasan
Rest normal (21x/menit) 2. Pantau adanya kelelahan otot
Class 4 (041004) Irama pernapasan diafragma
Cardiovascular/ regular
Pulmonary responses (041015) Sesak tidak ada (3140) Airway Management
Domain 2 Physiological: Complex
Class K Respiatory Management
1. Lakukan auskultasi bunyi nafas
2. Posisi pasien untuk
memaksimalkan potensi ventilasi
3. Mengatur asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan

13
cairan
4. Berikan oksigen
3. (00209) Resiko cidera (1607) Prenatal Health (6800) High-Risk Pregnancy Care
maternal-janin Behavior Domain 5 Family
berhubungan dengan Domain IV Health Knowlegde Class W Childbearing Care
komplikasi kehamilan & Behavior 1. Tinjau riwayat obstretic untuk
Domain 8 Sexuality Class Q Health Behavior factor resiko yang berhubungan
Class 3 Reproduction (160701) Status kesehatan dengan kehamilan (misalnya rupture
terjaga membrane premature)
(160704) Pola kenaikan berat 2. Kenali factor demografis dan social
badan terjaga berhubungan dengan kehamilan
(160707) Hadir dalam kelas yang buruk (misalnya usia
edukasi tentang persalinan maternal)
3. Instruksikan pasien teknik self-care
(0111) Fetal Status: Antepartum untuk meningkatkan kesehatan
Domain I Functional Health (misalnya diet, aktivitas midifikasi,
Class B Growth & Development pentingnya pemeriksaan prenatal)
(011104) USG janin normal 4. Diskusikan resiko janin jika
(011105) Frekuensi pergerakan melahirkan premature pada berbagai
janin normal usia gestasional
(011106) Pola pergerakan janin 5. Monitor fisik dan psikologis
normal terhadap kehamilan
(011110) Nilai hasil biopsy 6. Ajarkan untuk menghitung
normal pergerakan janin
7. Lakukan test untuk mengevaluasi
status janin dan fungsi plasenta
(seperti pemeriksaan oksitosin,
USG, atau biopsy)
8. Sediakan support grub bagi ibu
9. Bantu untuk prosedur terapi janin
(misalnya pemindahan janin atau
operasi janin)
4. (00132) Nyeri akut (1605) Pain Control Pain Management (1400)
berhubungan dengan Domain IV Health Knowledge Domain 1 Physiological: Basic
agen cidera fisik & Behavior Class E Physical Comfort Promotion
(terputusnya Class Q Health Behavior 1. Lakukan penilaian yang
kontinuitas jaringan (160501) Dapat komprehensif dari rasa sakit seperti
dan syaraf pada mendeskripsikan penyebab lokasi, karakteristik, onset/ durasi,
dinding uterus) nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau
Domain 12 Comfort (160502) Onset nyeri dapat keparahan nyeri, dan faktor pencetus

14
Class 1 Physical dikenali 2. Tentukan dampak dari pengalaman
Comfort (160504) Nyeri terkontrol nyeri terhadap kualitas hidup (Mis,
dengan menggunakan tindakan tidur, nafsu makan, aktivitas,
non-analgesik kognisi, suasana hati, hubungan,
(160505) Nyeri terkontol kinerja kerja, dan peran tanggung
dengan menggunakan analgesic jawab)
yang direkomendasikan 3. Analisis faktor yang meningkatkan/
(160511) Melaporkan nyeri memperburuk nyeri
dapat terkontrol 4. Berikan informasi tentang rasa sakit,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan prosedur
antisipasi ketidaknyamanan
5. Control faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pasien dalam
menanggapi ketidaknyamanan
(misalnya, suhu kamar,
pencahayaan, kebisingan)
6. Memberikan istirahat/ tidur yang
memadai untuk memfasilitasi nyeri
7. Mengurangi atau menghilangkan
faktor-faktor yang memicu atau
meningkatkan rasa sakit (misalnya,
takut, kelelahan, dan kurangnya
pengetahuan)
8. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya, relaksasi,
terapi musik, akupresur, aplikasi
panas/ dingin, dan pijat) sebelum,
sesudah, dan, jika mungkin, selama
nyeri; sebelum nyeri terjadi atau
meningkat; dan bersama dengan
tindakan penghilang nyeri lainnya
9. Kolaborasi penggunaan analgesia
yang dikontrol oleh pasien (PCA)
10. Memantau interval kepuasan pasien
dengan manajemen nyeri

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding
rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi
penyebabnya adalah riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus
uterus, induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang
lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen
bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala ruptur uteri dapat
terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut
waktu terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum,
Menurut etiologinya, dan Menurut simtoma klinik

B. Saran
1. Untuk Mahasiswa/i
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah
ini serta dapat mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang
materi pembelajaran.
2. Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini
sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang
lainnya.

16
KASUS RUPTURE UTERI

KASUS.
Ny. A berusia 35 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal 8 Mei 2017 dengan
keluhan adanya perdarahan dan gerakan bayi pasif. HPHT 5 September 2016. Usia
kehamilan Ny. A 36 minggu untuk kehamilan ke-empat Ny. A. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik awal pasien terlihat kesakitan/ nyeri, tampak pucat, lemah dan
sesak. Tanda vital frekuensi napas cepat dan dangkal RR: 33x/menit, N: 110x/menit,
TD: 90/60 mmHg, T: 38,50C, kesadaran somnolen, konjungtiva: Anemis, His (-),
DJJ: tidak terdeteksi, ekspresi klien menyeringai karena nyeri dengan skala 8, BB:
75kg TB: 165cm. Pemeriksaan Palpasi: janin tunggal, dan tidak ada gerakan dari
janin. Pada pemeriksaan VT menunjukan pembukaan 2 dan kepala sudah masuk
PAP, pemeriksaan laboraturium menunjukan pasien mengalami anemia dengan Hb:
9mg/dL Ht: 28%. Riwayat obstetri G4P3A0. Riwayat ANC Ny.R teratur. Pasien
didiagnosa Ruptur Uteri.
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Status perkawinan : Menikah
MRS : 8 Mei 2017
2. Keluhan utama :
Pasien mengeluh adanya perdarahan dan gerakan bayi pasif.
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien merasa tidak ada gerakan pada janinnya sejak 2 hari yang lalu dan
mengalami perdarahan akhirnya pasien dibawah ke rumah sakit pada tanggal

17
8 Mei 2017 dan dilakukan pemeriksaan fisik awal pasien terlihat kesakitan,
tampak pucat, lemah dan sesak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak punya riwayat penyakit keturunan dan tidak ada riwayat alergi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
6. Riwayat menstruasi :
a. Menarche: 14 tahun
b. Lama haid: 1 minggu (7 hari)
c. Jumlah darah: 3 kali ganti pembalut per hari
d. HPHT: 5 September 2016
7. Riwayat obstetri :
a. G4P3A0: Ny. A hamil yang ke-empat kali dengan 3 persalinan tanpa
abortus
8. Pemeriksaan obstetric
a. Inspeksi
- Wajah: ada kloasma gravidarum
- Mamae: areola mamae menghitam, kelenjar montegeomery terlihat,
papila mamae menonjol, kolostrum belum keluar, tidak ada cairan
lain ,yang keluar.
- Abdomen: pembesaran perut melebihi usia kehamilan, terdapat linea
alba, nigra, dan strie gravidarum.
- Genetalia: keluar darah dari jalan lahir
b. Palpasi
- Leopold I: TFU 30 cm, teraba bagian bulat , lunak dan tidak
melenting (Bokong)
- Leopold II: Di sisi kanan teraba tahanan memanjang dari atas ke
bawah (punggung). Di sisi kiri teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas janin)
- Leopold III: Di bagian bawah teraba bulat, keras, melenting (kepala)
- Leopold IV: Bagian terendah janin sudah masuk PAP
c. Auskultasi
- DJJ: 0-0-0 (0x/menit)

18
d. Perkusi
- Reflek patella kanan dan kiri +/+
9. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan umum: lemah dan pucat
b. Tingkat kesadaran: somnolen
c. Antoprometri: BB hamil 75 kg, tinggi badan 165 cm
d. TTV: TD 90/60mmHg, N 110x/menit, T 38,5oC, RR 33x/menit
e. Kepala dan leher:
- Rambut: tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
- Mata: konjungtiva anemis
- Wajah: ada kloasma gravidarum
f. Thorak
- Inspeksi: frekuensi napas dangkal dan cepat (RR 33x/menit)
- Tidak ada nyeri dada, irama jantung normal
- Payudara: simetris, tidak ada nyeri tekan
g. Abdomen
- Inspeksi: ada striae
- Palpasi: HIS teraba, janin tunggal, kepala janin masuk PAP
- Auskultasi: DJJ 0x/menit
h. Genetalia
- VT: menunjukan pembukaan 2
i. Ekstremitas
- Edema, varises
- Review Of System (ROS)
B1 : Takipnea, sesak. frekuensi nafas cepat dan dangkal (RR 33x/menit)
B2 : Konjungtiva anemis, Hb: 9 mg/dL, Ht: 28%, Hipotensi (TD 90/60
mmHg) N: 110x/menit (nadi meningkat)
B3 : Kesadaran somnolen GCS: 4-4-5
B4 : Tidak ada kontraksi uterus
B5 : Tidak ditemukan masalah
B6 : Lemah
10. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium: Hb: 9 mg/Dl, Ht: 28%

19
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Ruptur uteri Nyeri akut
Pasien mengeluh
kesakitan/ nyeri Perluasan segmen bawah
DO: ke atas
P: Ruptur uteri (robekan
pada uterus) Retraksi meningkat
Q: Nyeri akut
R: Nyeri di seluruh lapang Robekan spontan
perut
S: Skala 8 (1-10) Nyeri Akut
T: Terus-menerus
2. DS : Ruptur uteri Pola nafas tidak efektif
Pasien mengeluh sesak
DO : Kontraksi uterus
RR 33x/menit
Nafas cepat dan dangkal Renggangan abdomen
menekan diafragma

Apex paru tertekan

Ekspensi dada inefektif

Nafas dangkal, cepat

Pola nafas tidak efektif


3. DS : Ruptur Uteri Resiko syok
Pasien mengeluh lemas
DO : Ruptur pembuluh darah
 Pasien tampak pucat utama
 Mata (konjungtiva)
anemis Perdarahan

20
 TD menurun (90/60)
 Hb: 9mg/dl Nadi naik, TD turun

Resiko syok
4. DS : Ruptur Uteri Resiko cidera maternal-
Pasien mengatakan janin
gerakan bayi pasif Mempengaruhi kondisi
DO : janin
Pemeriksaan palpasi: janin
tunggal, dan tidak ada Janin kekurangan nutrisi &
gerakan dari janin oksigen
Pemeriksaan auskultasi:
DJJ 0x/menit DJJ irreguler

Kondisi gawat janin

Resiko cidera janin

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (terputusnya kontinuitas
jaringan dan syaraf pada dinding uterus)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan
3. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemi
4. Resiko cidera maternal-janin berhubungan dengan komplikasi kehamilan

D. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. (00132) Nyeri akut (1605) Pain Control Pain Management (1400)
berhubungan dengan Domain IV Health Knowledge Domain 1 Physiological: Basic
agen cidera fisik & Behavior Class E Physical Comfort Promotion
(terputusnya kontinuitas Class Q Health Behavior 1. Lakukan penilaian yang
jaringan dan syaraf pada (160501) Dapat komprehensif dari rasa sakit seperti
dinding uterus) mendeskripsikan penyebab lokasi, karakteristik, onset/ durasi,

21
Domain 12 Comfort nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau
Class 1 Physical (160502) Onset nyeri dapat keparahan nyeri, dan faktor
Comfort dikenali pencetus
(160504) Nyeri terkontrol 2. Tentukan dampak dari pengalaman
dengan menggunakan nyeri terhadap kualitas hidup (Mis,
tindakan non-analgesik tidur, nafsu makan, aktivitas,
(160505) Nyeri terkontol kognisi, suasana hati, hubungan,
dengan menggunakan kinerja kerja, dan peran tanggung
analgesic yang jawab)
direkomendasikan 3. Analisis faktor yang meningkatkan/
(160511) Melaporkan nyeri memperburuk nyeri
dapat terkontrol 4. Berikan informasi tentang rasa
sakit, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung, dan
prosedur antisipasi
ketidaknyamanan
5. Control faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pasien dalam
menanggapi ketidaknyamanan
(misalnya, suhu kamar,
pencahayaan, kebisingan)
6. Memberikan istirahat/ tidur yang
memadai untuk memfasilitasi nyeri
7. Mengurangi atau menghilangkan
faktor-faktor yang memicu atau
meningkatkan rasa sakit (misalnya,
takut, kelelahan, dan kurangnya
pengetahuan)
8. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya,
relaksasi, terapi musik, akupresur,
aplikasi panas/ dingin, dan pijat)
sebelum, sesudah, dan, jika
mungkin, selama nyeri; sebelum
nyeri terjadi atau meningkat; dan
bersama dengan tindakan
penghilang nyeri lainnya
9. Kolaborasi penggunaan analgesia
yang dikontrol oleh pasien (PCA)
10. Memantau interval kepuasan pasien

22
dengan manajemen nyeri
2. (00032) Pola napas tidak (0403) Respiratory Status (3350) Respiratory Monitoring
efektif berhubungan Airway Patency Domain 2 Physiological: Complex
dengan kelelahan Domain II Physiologic Health Class K Respiatory Management
Domain 4 Activity/ Rest Class E Cardiopulmonary 1. Memantau kecepatan, irama,
Class 4 Cardiovascular/ (041004) Tingkat pernapasan kedalaman, dan upaya pernapasan
Pulmonary responses normal (21x/menit) 2. Pantau adanya kelelahan otot
(041004) Irama pernapasan diafragma
regular
(041015) Sesak tidak ada (3140) Airway Management
Domain 2 Physiological: Complex
Class K Respiatory Management
1. Lakukan auskultasi bunyi nafas
2. Posisi pasien untuk
memaksimalkan potensi ventilasi
3. Mengatur asupan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
4. Berikan oksigen
3. (00205) Resiko syok (0413) Blood Loss Severity (4020) Bleeding Reduction
berhubungan dengan Domain II Physiological Domain 2 Physiological: Complex
hipovolemi Health Class N Tissue Perfusion Management
Domain 11 Safety/ Class E Cardiopulmonary 1. Identifikasi penyebab perdarahan
Protection (041301) Tidak tampak 2. Monitor pasien dengan perdarahan
Class 2 Physical Injury kehilangan darah 3. Monitor jumlah darah yang hilang
(041309) Tekanan darah 4. Catat tingkat hemoglobin/
sistolik normal (120mmHg) hematocrit sebelum dan setelah
(041310) Tekanan darah kehilangan darah
diastolic normal (80mmHg) 5. Monitor tekanan darah dan
(041316) Hemoglobin normal parameter hemodinamik
(11,7-15,5g/dL) 6. Instruksikan pasien unuk
(041317) Hematokrit normal membatasi gerakan
(35-47%) 7. Jaga kepatenan akses IV
8. Atur transfusi darah jika diperlukan
9. Evaluasi respon psikologis pasien
terhadap perdarahan
4. (00209) Resiko cidera (1607) Prenatal Health (6800) High-Risk Pregnancy Care
maternal-janin Behavior Domain 5 Family
berhubungan dengan Domain IV Health Knowlegde Class W Childbearing Care
komplikasi kehamilan & Behavior 1. Tinjau riwayat obstretic untuk

23
Domain 8 Sexuality Class Q Health Behavior factor resiko yang berhubungan
Class 3 Reproduction (160701) Status kesehatan dengan kehamilan (misalnya
terjaga rupture membrane premature)
(160704) Pola kenaikan berat 2. Kenali factor demografis dan social
badan terjaga berhubungan dengan kehamilan
(160707) Hadir dalam kelas yang buruk (misalnya usia
edukasi tentang persalinan maternal)
3. Instruksikan pasien teknik self-care
(0111) Fetal Status: untuk meningkatkan kesehatan
Antepartum (misalnya diet, aktivitas midifikasi,
Domain I Functional Health pentingnya pemeriksaan prenatal)
Class B Growth & 4. Diskusikan resiko janin jika
Development melahirkan premature pada
(011104) USG janin normal berbagai usia gestasional
(011105) Frekuensi 5. Monitor fisik dan psikologis
pergerakan janin normal terhadap kehamilan
(011106) Pola pergerakan 6. Ajarkan untuk menghitung
janin normal pergerakan janin
(011110) Nilai hasil biopsy 7. Lakukan test untuk mengevaluasi
normal status janin dan fungsi plasenta
(seperti pemeriksaan oksitosin,
USG, atau biopsy)
8. Sediakan support grub bagi ibu
9. Bantu untuk prosedur terapi janin
(misalnya pemindahan janin atau
operasi janin)

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB.
Lippincot Company, Pholadelpia.
Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby
Year Book, Philadelpia.
Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan,
Gramedia, Jakarta.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya
Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.
Tabrani Rab (1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

25

Anda mungkin juga menyukai