Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PERDARAHAN POST PARTUM


(HEMORRHAGIC POSTPARTUM / HPP)

OLEH:
INDRIADE RARA NINGTIAS
NIM: 1714314201014

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
DESEMBER 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PERDARAHAN POST PARTUM


(HEMORRHAGIC POSTPARTUM / HPP)

Laporan Clinical Study ini telah disetujui oleh


Pembimbing Institusi
Hari/Tanggal: Jumat / 18 Desember 2020

Pembimbing Institusi

(Ns. Rahmawati Maulidia, M.Kep)


6
NIK. 07314315096

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan clinical study
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Kasus Pada Kasus Perdarahan Post Partum
(Hemorrhagic Postpartum / HPP)” dengan baik dan tidak ada halangan apapun.
Laporan clinical study ini ditulis untuk memenuhi tugas departemen Keperawatan
Anak.
Dalam penyusunan laporan clinical study ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Rahmawati Maulidia, M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan dan
selaku pembimbing yang bersedia membimbing, mengarahkan dan memberi
masukan kepada kelompok dalam menyelesaikan penyusunan laporan clinical
study ini.
2. Ns. Feriana Ira Handian, M.Kep selaku penanggung jawab Departemen
Keperawatan Anak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan clinical study.
3. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam
penyusunan laporan clinical study ini.
Kami menyadari bahwa laporan clinical study ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun laporan clinical
study ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua.

Malang, 14 Desember 2020

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv

BAB I .................................................................................................................................. 6

PENDAHULUAN............................................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 8

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 8

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 8

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 8

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 9

BAB II .............................................................................................................................. 10

TINJAUAN TEORI ......................................................................................................... 10

2.1 Definisi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) ........ 10

2.2 Epidemiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) 11

2.3 Klasifikasi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) ... 11

2.4 Etiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) ........ 13

2.5 Patofisiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) 15

2.6 Pathway ............................................................................................................. 16

2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 17

2.8 Penatalaksanaan ............................................................................................... 17

2.9 Komplikasi ........................................................................................................ 23

iv
BAB III ............................................................................................................................. 24

ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................... 24

3.1 Skenario Kasus ................................................................................................. 24

3.2 Pengkajian ........................................................................................................ 24

3.3 Analisa Data ...................................................................................................... 35

3.4 Diagnosa ............................................................................................................ 36

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................ 37

BAB IV ............................................................................................................................. 40

PENUTUP ........................................................................................................................ 40

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 40

4.2 Saran ................................................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 41

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pada ibu pasca melahirkan merupakan masalah utama dalam
bidang obstetri sampai saat ini. Bersama-sama dengan preeclampsia atau
eklampsia dan infeksi merupakan trias penyebab kematian maternal utama baik
dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang. Perdarahan postpartum
merupakan penyebab utama kematian maternal diseluruh dunia dengan insiden
sebesar 5% - 10% dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan postpartum
meliputi atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, sisa plasenta dan
gangguan pembekuan darah. Estimasi waktu menuju kematian pada perdarahan
pospartum diperkirakan hanya berlangsung selama 2 jam, sementara itu
perdarahan antepartum membutuhkan waktu kira-kira 12 jam, oleh sebab itu
sangat penting untuk mengenali lebih dini dan memberikan penanganan segera.
(Simanjutak, 2020).
Faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu: usia, paritas, janin
besar, riwayat buruk persalinan sebelumnya, anemia berat, kehamilan ganda,
hidramnion, partus lama, partus presipitatus, penanganan yang salah pada kala
III, hipertensi dalam kehamilan, kelainan uterus, infeksi uterus, tindakan operatif
dengan anastesi yang terlalu dalam (Rachmania & Zakiah, 2019). Penyebab
kematian Ibu di Indonesia yaitu; perdarahan, pre eklamsi dan infeksi. Perdarahan
obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadinnya berkisar
3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Departemen Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat
mengakibatkan syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang
keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan
dapat menyebabkan hipovolemia berat. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak terselamatkan (Satriyandri & Hariyati, 2017).

6
Menurut data World Health Organitation (WHO) Angka kematian ibu pada
tahun 2015 sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi diseluruh dunia. Di Asia
Tenggara perdarahan postpartum masih tergolong tinggi. Angka kematian ibu
akibat perdarahan postpartum 359/100.000 kelahiran hidup diantaranya adalah
atonia uteri 50-60%, retensiao plasenta 23- 29%, robekan jalan lahir 4-5%
(Rachmania & Zakiah, 2019).
Berdasarkan paparan diatas, pada makalah ini saya akan membahas terkait
asuhan keperawatan pada ibu dengan kasus perdarahan post partum atau
Hemorrhagic Postpartum (HPP).

7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di dapatkan batasan masalah yang dapat
diangkat yaitu tentang asuhan keperawatan pada kasus perdarahan post partum
(hemorrhagic postpartum / HPP)

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus perdarahan post
partum (hemorrhagic postpartum / HPP)

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi perdarahan post partum (hemorrhagic
postpartum / HPP)
2. Untuk mengetahui etiologi perdarahan post partum (hemorrhagic
postpartum / HPP)
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis perdarahan post partum
(hemorrhagic postpartum / HPP)
4. Untuk mengetahui patofisiologi perdarahan post partum (hemorrhagic
postpartum / HPP)
5. Untuk mengetahui komplikasi perdarahan post partum (hemorrhagic
postpartum / HPP)
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang perdarahan post partum
(hemorrhagic postpartum / HPP)
7. Untuk melakukan pengkajian pada klien yang mengalami perdarahan post
partum (hemorrhagic postpartum / HPP)
8. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami
perdarahan post partum (hemorrhagic postpartum / HPP)
9. Untuk menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
perdarahan post partum (hemorrhagic postpartum / HPP)

8
1.4 Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak:
1. Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan serta
teori-teori kesehatan khususnya dalam upaya penerapan dan sumber
informasi terkait asuhan keperawatan pada klien yang mengalami perdarahan
post partum (hemorrhagic postpartum / HPP).

2. Praktis
a. Bagi Perawat Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan
khususnya dalam praktek pelayanan keperawatan dengan perdarahan post
partum (hemorrhagic postpartum / HPP)

b. Bagi Rumah Sakit Hasil studi ini bisa menjadi masukan bagi pelayanan di
rumah sakit agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami perdarahan post partum
(hemorrhagic postpartum / HPP)

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai referensi dan menambah wawasan khususnya para mahasiswa
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
perdarahan post partum (hemorrhagic postpartum / HPP).

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)


Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan
abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan (Satriyandri
& Hariyati, 2017).
Perdarahan pasca persalinan menurut Astutik (2018) didefinisikan sebagai
kehilangan 500ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000ml
atau lebih setelah seksiosesaria (Astutik, 2018).
Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi
pada seorang ibu bersalin yang kehilangan darah lebih dari 500 ml (Rodiani &
Setiawan, 2019)
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui vagina yang
berlebihan kapanpun setelah melahirkan atau aborsi sampai dengan 6 minggu.
Perdarahan terjadi dalam 24jam disebut perdarahan postpartum primer.
Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan ibu telah memiliki
persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi, kehilangan lebih dari 500mL menjadi
perunjuk pertimbangan kemungkinan perdarahan postpartum (Kurniati, 2013).
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
perdarahan postpartum sebagai kehilangan darah kumulatif lebih besar dari atau
sama dengan 1.000 mL atau kehilangan darah disertai dengan tanda atau gejala
hipovolemia dalam waktu 24 jam setelah proses kelahiran (termasuk kehilangan
intrapartum) terlepas dari cara persalinannya. Ini berbeda dengan definisi yang
lebih tradisional dari perdarahan postpartum sebagai perkiraan kehilangan darah
lebih dari 500 mL setelah kelahiran pervaginam atau kehilangan lebih dari 1.000
mL setelah kelahiran sesar (ACOG 2017).

10
2.2 Epidemiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)
Perdarahan postpartum adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada saat melahirkan. Perdarahan postpartum terjadi pada sekitar 1% hingga 6%
dari semua kelahrian. Atonia uteri, penyebab utama perdarahan postpartum,
menyumbang 70% hingga 80% dari semua perdarahan (Wormer, Jamil dan
Bryant, 2019). Data dari beberapa sumber, termasuk beberapa uji randomized
trials yang dilakukan di negara industri, menunjukkan bahwa tingkat prevalensi
perdarahan postpartum lebih dari 500 mL adalah sekitar 5% ketika dilakukan
manajemen aktif diabndingkan 13% ketika tidak dilakukan. Tingkat prevalensi
perdarahan postpartum lebih dari 1000 mL adalah sekitar 1% ketika manajemen
aktif digunakan dibandingkan 3% ketika tidak digunakan (Smith dan Ramus,
2018).

2.3 Klasifikasi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)


 Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah
perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah
perdarahan lebih dari 500 cc setelah 24 jam pasca persalinan. Penyebab
utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta.
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang lebih
200 ml. episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100ml dan kadang – kadang
lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami peningkatkan jumlah darah dan
cairan sehingga kehilangan 500 ml darah pada wanita sehat setelah melahirkan
tidak mengakibatkan efek yang lebih serius. Akan tetapi kehilangan darah
sekalipun dengan jumlah yang lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang
berbahaya pada wanita yang anemis (Astutik, 2018).

11
 Menurut jumlah perdarahan
Menurut jumlahnya, perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau
mayor >1000 ml. Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-
2000 ml atau berat >2000 ml Pembagian lain menurut Sibai adalah perdarahan
ringan (mild) apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat (severe) > 1500 ml,
dan massif > 2500 ml.

Tabel klasifikasi perdarahan post partum berdasarkan jumlah


perdarahan (Simanjutak, 2020)

12
2.4 Etiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)
1. Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) (Simanjutak, 2020) :
a. Tone – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius
b. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan,
perinium, dan rectum.
c. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi
sebagai konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli air
ketuban.
2. Etiologi perdarahan postpartum secara khusus
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena (Astutik, 2018) :
a. Atonia uteri
Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat – serat myometrium terutama yang
berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlekatan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak
dapat berkontraksi. Faktor predisposisi yang mempengaruhi
perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan
kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin.

13
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas,
akan tetapi belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio plasenta
antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai benda mati,
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan
terjadi degenerate sel ganas korio karsinoma.

c. Laserasi jalan lahir


Perdarahan yang terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir
(perineum, vulva, porsio, atau uterus). Robekan pada perineum, vulva,
vagina dan persio biasanya terjadi pada persalinan pervaginam.

d. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan
darah. Sebab tersering perdarahan postpartum adalah atonia uteri, yang

14
disusui dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan postpartum.
Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan atau
penghancuran fibrin yang berlebih. Gejala – gejala kelainan
pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat,
kelainan pembekuan darah bisa berupa :
1) Hipofibrinogemia
2) Trombositopeni
3) Idiopathic trimbocytopeny purpura
4) HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los
platetet count)
5) Disseminated intravaskuler coagulation
6) Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebih dari
8 unit karena darah donor biasanya tidak segar shingga komponen
fibrin dan trombosit sudah rusak.
Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat terjadi setelah
abruption plasenta, retio jalan janin – mati yang lama didalam rahim,
dan pada emboli cairan ketuban.

2.5 Patofisiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)


Patofisiologi dari perdarahan postpartum antara lain karena kontraksi rahim
yang lemah setelah anak lahir meningkat insidennya pada kehamilan dengan
pembesaran rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion,
anak terlalu besae ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti
pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada kehamilan usia
lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga anak
dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Perdarahan postpartum dini jarang
disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa
sering menyebabkan pendarahan pada akhir masa nifas,. Kadang – kadang
plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetric membuat batas – batas durasi kala

15
tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta
sehingga pendarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat
dikurangi. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum
hamil dan derajat anemia saat kelahiran.
Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan
tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah
sangat banyak. Faktor predisposisi yang mempengaruhi perdarahan postpartum
antaralain : Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi
besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan cepat,
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (Astutik, 2018).

16
2.6 Pathway
Proses persalinan

Atonia Retensio Robekan jalan lahir

Tidak ada retraksi Plasenta tidak Nyeri Diskontinuitas pada


dan kontraksi terlepas jaringan

Dilatasi pembuluh Plasenta melekat di Pecah pembuluh


darah uterus darah pada area
perineum
Retraksi dan
kontraksi uterus

Dilatasi pembuluh
darah

PERDARAHAN
POST PARTUM

Kehilangan darah Kekurangan


Volume Cairan
Jumlah cairan Darah dalam
intravaskuler sirkulasi

Resiko Syok Darah ke jaringan

Jumlah hemoglobin Hipoksia Sesak nafas


dalam darah
Penurunan Ketidakefektifan
Curah Jantung Suplai O2 ke jaringan Pola Nafas
Ketidkefektifan Perfusi
Hipoksia jaringan Jaringan Perifer

16
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.

2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu
catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus
dan kebutuhan therapy yang mungkin.

2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan pendarahan postpartum berdasarkan penyebabnya antara lain:
A. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk
tanda vital.
c) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika
tanda-tanda syok tidak terlihat ingatlah saat melakukan
evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk
dengan cepat
d) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok, oksigenasi
dan pemberian cairan cepat. Pemeriksaan golongan darah
dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi
darah.

17
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
f) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah.Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif .berikan 10 unit
oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk
h) Periksa kelengkapan plasenta, Periksa kemungkinan robekan
serviks , vagina dan perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah
j) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan
berhenti), periksa kadar Hemoglobin.

2) Penanganan khusus
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
b) Teruskan pemijatan uterus massase uterus akan menstimulasi
kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan
c) Oksitoksin dapat diberikan bersamaan atau beruntutan
d) Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi
tapi perdarahan uterus berlangsusng, periksa apakah
perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit
atau rujuk segera.
e) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan
darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks.
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Antisipasi dini
akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.

18
f) Jika perdarahan terus berlangsung
g) Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, jika terdapat tanda-
tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal
atau robeknya membrane dengan pembuluh darahnya),
keluarkan sisa plasenta tersebut.

B. Penanganan Retensio Plasenta


1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengejan, jika merasa adanya plasenta dalam vagina,
keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan.
Lakukan katerisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berian oksitoksin 10 unit IM, jika
belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III
4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian
oksitoksin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan
tali pusat terkendali
5) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk
mengeluarkan plasenta secara manual, jika perdarahan terus
berlangsung, lakukan uji pembedahan darah sederhana.
Kegagalan terbentuknya pembentukuan setelah 7 menit atau
adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan menunjukan
koagulapati.

19
C. Penanganan Robekan Jalan Lahir
Bentuk robekan penatalaksanaan
Episiotomi  Menjahit mudah
 Denominatornya jahitan hlmen
 Bentuk seperti semula rapi
Perluasan episiotomi –  Tergantung luasnya
robekan spontan  Teknik menjahit :
 Upayakan menjahit mukosa
rectum sehingga melipat kearah
luman
 Jahit submukosa rectum berlapis
 Jahit sfingter ani ekstermum
 Jahit dindin vagina dengan
denominator hymen sehingga rapi

Robekan serviks  Serviks yang robek, ditarik dengan dua


tena lulom sehingga perlukaan tampak
 Teknik menjahitnya
- Dengan jarum besar, seluruh lapisan
seviks
- Tidak perlu terlalu keras asalkan
perdarahan berhenti (terlalu keras
menyebabkan nekrosis)
Amputasi serviks  Bekas amputasi serviks dapat
menimbulakan perdarahan
 Dijahit secara jelujur terkunci sehingga
perdarahan terhenti

20
Robekan vagina bagian  Jahit dengan tuntunan spekulom sehingga
bawah ujung perlukaan dapat dijahit
 Dapat dari bawah, seluruh lapisan
 Benangya dapat dipakai untuk menuntun
jahitan luka vagina ke bagian atasanya

D. Penanganan robekan serviks


1) Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang
terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina isiadika tertekan
oleh kepala bayi
2) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
pendarahan banyak maka segera lihat bagaian lateral bawah kiri dan
kanan dari portio
3) Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera dihentikan, jika setelah eksplorasi lanjutan
tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan. Jahitan dimulai
dari ujung atas robekan kemudian kea rah luar sehingga semua
robekan dapat dijahit.
4) Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan
5) Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda
infeksi
6) Bila terdapat deficit cairan, lakukan restorasi dan bia kadar Hb < 8
g% berikan transfusi darah.

E. Penanganan sisa plasenta


Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuratase. Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta
dapat dikeluarkan secara manual. Kuretase harus dilakukan dirumah

21
sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan
dengan kuretase pada abortus.

F. Penanganan manual plasenta


1) Setelah 15 menit pemberian oksitoksin 10 IU IM, plasenta belum
lepas, ulangi pemberian oksitoksin 10 IU IM, tunggu 15 menit
2) Bila sudah 15 menit belum ada tanda-tanda pelepasan, tidak ada
perdarahan pasang infus segera rujuk
3) Bila ada tanda perdarahan lakukan plasenta manual (Yulianti,
2019).

G. Terapi penanganan perdarahan post partum secara umum antara


lain:
a. Infus dan transfusi darah
b. Tergantung dari sumber perdarahannya :
1) Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka
a) Dijahit kembali
b) Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
2) Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :

22
a) Lakukan anestesi dengan demikian kuretase dapat dilakukan
dengan aman dan bersih
b) Jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan
untuk memperoleh kepastian
3) Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
a) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
b) Berikan antibiotika
c) Berikan pengobatan suportif:
 Gizi yang baik
 Vitamin dan praparat Fe.

2.9 Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu
anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa
berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan
intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ- organ seperti gagal
ginjal mendadak.

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Skenario Kasus


Ny. K umur 40 tahun datang ke RSUD Maharani dengan keluhan pendarahan
banyak dari vagina sejak 3 jam sebelum MRS, darah berwarna merah kehitaman,
membasahi 3 kain panjang + 3 pembalut dan ada nyeri perut. Sebelum pasien
melahirkan dirumah di tolong dengan bidan, 10 hari yang lalu, BB anak 3900 gr,
anak langsung menangis. Plasenta lahir 20 menit kemudian kesan di akui oleh
bidan lengkap. Selama masa nifas, keluar darah berbongkah berwarna merah
segar seperti darah haid, dan tidak berbau. Riwayat demam tidak ada. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pucat, kesadaran composmentis
kooperatif, suhu 38oC, TD 80/40 mmHg, Nadi : 98 x/menit, RR : 26 x/menit

3.2 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. K Nama Suami :. Tidak terkaji
Usia : 40 Tahun Usia : Tidak terkaji
Suku/bangsa: Indonesia Suku/bangsa : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji Agama : Tidak terkaji
Pendidikan: Tidak terkaji Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji Alamat : Tidak terkaji
Stts P’kawinan: Kawin LamaMenikah : Tidak terkaji
No RM : Tidak terkaji

24
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Alasan kunjungan ke rumah sakit
Pendarahan banyak dari vagina sejak 3 jam

2. Keluhan utama saat ini


Ny. K mengeluh mengalami pendarahan banyak dari vagina sejak 3 jam
sebelum di bawa ke rumah sakit. Ny. K mengatakan darah yang keluar
berwarna merah kehitaman, membasahi 3 kain panjang dan 3 pembalut serta
ada nyeri perut.

3. Timbulnya keluhan
Tidak terkaji

4. Faktor yang memperberat


Tidak terkaji

5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi


Tidak terkaji

6. Diagnosa medic
Perdarahan post partum atau hemorrhagic postpartum (HPP)

C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Obstetri:
 Menarche: Tidak terkaji Siklus: Tidak terkaji
 Banyaknya: Tidak terkaji Lamanya: Tidak terkaji
 HPHT: Tidak terkaji Keluhan: Tidak terkaji

25
2. Riwayat kehamilan,persalinan, nifas yang lalu: Tidak terkaji
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
No. Thn Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB PJ
Kehamilan

3. Genogram
Tidak terkaji

D. Pos Partum sekarang


 Riwayat persalinan sekarang
10 hari yang lalu Ny. K melahirkan di rumah ditolong oleh bidan, BB anak
3900 gr, anak langsung menangis. Plasenta lahir 20 menit kemudian kesan di
akui oleh bidan lengkap

 Tipe persalinan : Bantuan


 Lama Persalinan : Tidak terkaji
Kala I : …………………. Jam
Kala II : …………………..Jam
Kala III : …………………..Jam
Kala IV : ………………….. Jam

26
E. Riwayat Keluarga Berencana:
 Melaksanakan KB: Tidak terkaji
 Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang pernah atau sedang digunakan
Tidak terkaji
 Sejak kapan menggunakan kontrasepsi: Tidak terkaji
 Masalah yang terjadi: Tidak terkaji

F. Riwayat Kesehatan
 Penyakit yang pernah dialami ibu
Tidak terkaji

 Pengobatan yang didapat


Tidak terkaji

 Riwayat penyakit keluarga: Tidak terkaji


( ) Penyakit Diabetes Mellitus
( ) Penyakit Jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya: sebutkan

G. Riwayat Lingkungan
 Kebersihan
Tidak terkaji

 Bahaya
Tidak terkaji

 Lainnya Sebutkan
Tidak terkaji
.

27
H. Aspek Psikososial
1. Bagaimana pendapat ibu tentang penyakit saat ini
Tidak terkaji

2. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari?


Bila ya, bagaimana
Tidak terkaji

3. Bagaimana dukungan pasangan terhadap keadaan saat ini


Tidak terkaji

4. Bagaimana sikap anggota keluarga lainnya terhadap keadaan saat ini


Tidak terkaji

5. Lainnya sebutkan: Tidak terkaji

I. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Pola Nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan
 Jenis diit/makanan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Frekuensi/pola Tidak terkaji Tidak terkaji
 Porsi yang dihabiskan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Komposisi menu Tidak terkaji Tidak terkaji
 Pantangan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Nafsu makan Tidak terkaji Tidak terkaji

28
Minum
 Jenis minuman Tidak terkaji Tidak terkaji
 Frekuensi/pola minum Tidak terkaji Tidak terkaji
 Gelas yang dihabiskan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Sukar menelan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Pemakaian gigi palsu Tidak terkaji Tidak terkaji
 Riw.masalah
penyembuhan luka Tidak terkaji Tidak terkaji
 Nafsu makan Tidak terkaji Tidak terkaji

2. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
 Frekuensi/pola Tidak terkaji Tidak terkaji
 Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
 Warna & bau Tidak terkaji Tidak terkaji
 Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Upaya mengetasi Tidak terkaji Tidak terkaji

BAK
 Frekuensi/pola Tidak terkaji Tidak terkaji
 Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
 Warna & bau Tidak terkaji Tidak terkaji
 Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak terkaji

29
3. Pola personal hygine
Rumah Rumah Sakit
 Mandi: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunaan sabun Tidak terkaji Tidak terkaji
 Keramas: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunaan Shampo Tidak terkaji Tidak terkaji
 Gosok gigi: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunaan odol Tidak terkaji Tidak terkaji
 Ganti baju: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
 Memotong kuku: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
 Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
 Upaya yang dilakuan Tidak terkaji Tidak terkaji

4. Pola istirahat dan tidur


Rumah Rumah Sakit
 Tidur siang: Lamanya Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jam .....s/d...... Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kenyamanan stl tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
 Tidur malam: Lamanya Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jam .....s/d...... Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kenyamanan stl tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kebiasaan sbl tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
- Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak terkaji

5. Pola aktifitas dan latihan


 Kegiatan dalam pekerjaan: Tidak terkaji
 Waktu bekerja: Tidak terkaji
 Olahraga: Tidak terkaji

30
 Kegiatan waktu luang
Tidak terkaji
 Keluhan dalam beraktifitas
Tidak terkaji

6. Pola Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


 Merokok:
Tidak terkaji
 Minuman Keras:
Tidak terkaji
 Ketergantungan obat:
Tidak terkaji
.
J. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum: Pucat Kesadaran: Composmentis
 Tekanan Darah: 80/40 mmHg Nadi: 98 x/menit
 Respirasi: 26 x/menit Suhu: 38 oC
 Berat Badan: Tidak terkaji Tinggi Badan: Tidak terkaji

Kepala, mata, telinga, hidung dan tenggorokan:


Kepala: Bentuk Tidak terkaji
Keluhan Tidak terkaji
Mata:
 Kelopak mata : Tidak terkaji
 Gerakan mata : Tidak terkaji
 Konjungtiva : Tidak terkaji
 Sklera : Tidak terkaji
 Pupil : Tidak terkaji
 Akomodasi : Tidak terkaji
 Lainnya sebutkan: Tidak terkaji

31
Hidung:
 Reaksi alergi : Tidak terkaji
 Sinus : Tidak terkaji
 Lainnya sebutkan : Tidak terkaji

Mulut dan Tenggorokan:


 Gigi geligi : Tidak terkaji
 Kesulitan menelan: Tidak terkaji
 Lainnya sebutkan : Tidak terkaji

Dada dan Axilla


 Mammae : Tidak terkaji
 Areolla mammae : Tidak terkaji
 Papila mammae : Tidak terkaji
 Colostrum : Tidak terkaji

Pernafasan:
 Jalan napas : Tidak terkaji
 Suara napas : Tidak terkaji
 Menggunakan otot-otot bantu pernapasan: Tidak terkaji
 Lainnya sebutkan : Tidak terkaji

Sirkulasi Jantung:
 Kecepatan denyut jantung apical: Tidak terkaji
 Irama : Tidak terkaji
 Kelainan bunyi jantung: Tidak terkaji
 Nyeri dada : Tidak terkaji
 Timbul : Tidak terkaji
 Lainnya sebutkan: Tidak terkaji

32
Abdomen
a. Inspeksi
 Mengecil : Tidak terkaji
 Arah : Tidak terkaji
 Linea : Alba/Negra
Tidak terkaji
 Striae : Albicans/Lividae
Tidak terkaji.
 Luka bekas operasi : Tidak terkaji

b. Palpasi
 TFU : Tidak terkaji
 Kontraksi : Tidak terkaji

Genitourinary
Perineum
 Utuh / laserasi : Tidak terkaji
 Episiotomi : Tidak terkaji
Jenis episiotomi : Tidak terkaji
( ) Medialis
( ) Lateralis
( ) Mediolateralis
 Ruptur : Tidak terkaji
 Tanda – tanda infeksi : Tidak terkaji
 Lokhea : Rubra (lochea berlanjut sampai hari ke-10)
Warna : Merah kehitaman
Banyaknya : 3 kain panjang dan 3 pembalut
Bau : Tidak berbau
Oedem / Hematom : Tidak terkaji

33
 Kondisi vesika urinaria: Tidak terkaji
 Distensi : Tidak terkaji

Ekstremitas (integumen/muskuloskeletal):
 Turgor kulit: Tidak terkaji
 Warna kulit: Tidak terkaji
 Kontraktur pada persendian ekstremitas: Tidak terkaji
 Kesulitan dalam pergerakan: Tidak terkaji
 Lainnya sebutkan: Tidak terkaji

K. Data Penunjang
1) Labratorium
Tidak terkaji

2) USG
Tidak terkaji

3) Rontgen
Tidak terkaji

4) Terapi yang didapat


Tidak terkaji

L. Data Tambahan
Tidak terkaji

34
3.3 Analisa Data
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS: Kekurangan Volume Retraksi dan kontraksi
Ny. K mengeluh Cairan uterus
mengalami pendarahan
banyak dari vagina Dilatasi pembuluh darah
sejak 3 jam sebelum di
bawa ke rumah sakit. Perdarahan post partum
Ny. K mengatakan
darah yang keluar Kehilangan darah
berwarna merah
kehitaman, membasahi Kekurangan volume cairan
3 kain panjang dan 3
pembalut serta ada nyeri
perut.

DO:
 KU: pucat
 TTV
TD: 80/40 mmHg
N: 98 x/menit
Suhu: 38 °C
RR: 26 x/menit

2. DS: Nyeri Akut Proses persalinan


Ny. K mengatakan nyeri
dibagian perutnya Robekan jalan lahir

DO: Diskontinuitas pada jaringan


TTV:
TD: 80/40 mmHg Nyeri akut
N: 98 x/menit
Suhu: 38 °C
RR: 26 x/menit

35
3. DS: Resiko Syok Perdarahan post partum
Ny. K mengeluh
mengalami pendarahan Kehilangan darah
banyak dari vagina
sejak 3 jam sebelum di Jumlah cairan intravaskuler
bawa ke rumah sakit.
Ny. K mengatakan Resiko syok
darah yang keluar
berwarna merah
kehitaman, membasahi
3 kain panjang dan 3
pembalut serta ada nyeri
perut.

DO:
 KU: pucat
 Kesadaran
composmentis
 TTV
TD: 80/40 mmHg
N: 98 x/menit
Suhu: 38 °C
RR: 26 x/menit

3.4 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan darah secara aktif
2. Nyeri b.d diskontinuitas pada jaringan
3. Resiko syok dibuktikan dengan adanya data Ny. K mengeluarkan darah
sebanyak 3 kain panjang dan 3 pembalut serta keadaan umum pucat.

36
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Kekurangan volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pengurangan Perdarahan:
kehilangan darah secara aktif 2x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan Uterus Postpartum (0460)
bisa teratasi
Definisi: penurunan cairan Definisi: pembatasan jumlah
intravascular, interstisial, dan Keparahan kehilangan darah (0413) kehilangan darah dari uterus
atau intraselular. Ini mengacu Definisi: keparahan tanda dan gejala perdarahan postpartum
pada dehidrasi, kehilngan internal atau eksternal
cairan saja tanpa perubahan Skala Outcome: 2 ke 5 Akitivitas-aktivitas:
natrium. Indikator 1 2 3 4 5  Pasang infus IV
041301 Kehilangan darah 1 2 3 4 5  Berikan produk darah jika
Kode: 00027 yang terlihat diperlukan
Domain 2: Nutrisi
041307 Perdarahan vagina 1 2 3 4 5  Pastikan klien dan keluarga
Kelas 5: Hidrasi tetap mendapatkan informasi
041309 Penurunan TD sistol 1 2 3 4 5
041310 Penurunan TD diastol 1 2 3 4 5 tentang kondisi klinis dan
041311 peningkatan denyut 1 2 3 4 5 manajamen yang dilakukan
nadi  Sediakan perawatan perineal
041313 Kulit dan membran 1 2 3 4 5  Diskuskan kondisi yang ada
mukosa pucat dengan tim perawat untuk
penyediaan layanan dalam
1= Berat mengawasi status ibu
5= Tidak ada

37
2. Nyeri akut b.d diskontinuitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri (1400)
pada jaringan 2x24 jam diharapkan nyeri akut bisa teratasi
Definisi: pengurangan atau reduksi
Definisi: pengalaman sensori Kontrol Nyeri (1605) nyeri sampai pada tingkat
dan emosional tidak Definisi: tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri kenyamanan yang dapat diterima
menyenangkan yang muncul Skala Outcome: ke 4 oleh pasien
akibat kerusakan jaringan Indikator 1 2 3 4 5
actual atau potensial. 160504 Menggunakan 1 2 3 4 5 Akitivitas-aktivitas:
tindakan pengurangan  Lakukan pengkajian nyeri
Kode: 00132 nyeri tanpa analgesik dengan PQRST.
Domain 12: Kenyamanan 160505 Menggunakan 1 2 3 4 5  Gali bersama pasien
Kelas 1: Kenyamanan fisik analgesik yang faktor-faktor yang dapat
direkomendasikan menurunkan atau
160511 Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5 memperberat nyeri
yang terkontrol  Ajarkan penggunaan teknik
1= tidak pernah menunjukkan non farmokologi
5= secara konsisten menunjukkan  Berikan individu
penurunan nyeri yang
optimal dengan peresepan
analgesik
 Gunakan tindakan
pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat

38
3. Resiko syok dibuktikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Syok (4260)
dengan adanya data Ny. K 2x24 jam diharapkan resiko syok bisa teratasi
mengeluarkan darah sebanyak Definisi: mendeteksi dan
3 kain panjang dan 3 Keparahan Syok: Hipovolemik (0419) mengobati pasien yang beresiko
pembalut. Definisi: keparahan tanda dan gejala mengalami syok
ketidakcukupan aliran darah ke perfusi jaringan
Definisi: karenan penurunan drastic cairan intravaskuler. Aktivitas-aktivitas:
Rentan mengalami  Monitor TTV
ketidakcukupan aliran darah Skala Outcome: 2 ke 5  Berikan dan pertahankan
ke jaringan tubuh, yang dapat Indikator 1 2 3 4 5 kepatenan jalan nafas sesuai
mengakibatkan disfungsi 041903 TD sistolik 1 2 3 4 5 kebutuhan
seluler yang mengancam jiwa, 041904 TD diastolik 1 2 3 4 5  Berikan cairan melalui IV atu
yang dapat mengganggu oral sesuai kebutuhan
041907 Nadi lemah dan halus 1 2 3 4 5
kesehatan.  Anjurkan klien dan keluarga
041916 Pucat 1 2 3 4 5
mengenai tanda / gejala syok
Kode: 00205 yang mengancam nyawa
Domain 11: keamanan / 1= Berat  Anjurkan pasien dan keluarga
perlindungan 5= Tidak ada mengenai langkah-langkah
Kelas 2: cedera fisik yang harus dilakukan terhadap
timbunya gejala syok

39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan
abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan (Satriyandri
& Hariyati, 2017). Menurut waktu terjadinya perdarah postpartum dibagi atas
dua bagian, yaitu
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)

2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)

Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) (Simanjutak, 2020) :

a. Tone – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius


b. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan, perinium,
dan rectum.
c. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi sebagai
konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli air ketuban.

4.2 Saran
Pada setiap ibu yang bersalin sebaiknya dilakukan pengukuran kadar darah
secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa
juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam. Sebagai tenaga kesehatan
khususnya penolong partus harus bisa mengenal perdarahan postpartum dan
penanganannya. Jika terdapat perdarahan abnormal pada ibu bersalin disertai
perubahan tanda vital maka penanganan harus segera dilakukan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Simanjutak, leo. 2020. Perdarahan postpartum Vol.1 No.1 Juli. JVIEKS

Hariyati, nena riski dan satriyandri, yekti. 2017. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum Vol. 1, No.1. Yogyakarta.
Journal of Health Studies

Wahyuni, sri dan surani, ending. 2019. Analisis Determinan Yang Mempengaruhi
Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSI Sultan Agung Semarang Vol. 5
No. 2. Semarang. Universitas islam sultan agung

Rachmania , fitri dan Zakiah ,lela. 2019. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ibu
Nifas tentang Perdarahan Postpartum Vol.9. No. 4. Bogor. Artikel Penelitian

41

Anda mungkin juga menyukai