CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
INDRIADE RARA NINGTIAS
NIM: 1714314201014
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
Pembimbing Institusi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan clinical study
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Kasus Pada Kasus Perdarahan Post Partum
(Hemorrhagic Postpartum / HPP)” dengan baik dan tidak ada halangan apapun.
Laporan clinical study ini ditulis untuk memenuhi tugas departemen Keperawatan
Anak.
Dalam penyusunan laporan clinical study ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Rahmawati Maulidia, M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan dan
selaku pembimbing yang bersedia membimbing, mengarahkan dan memberi
masukan kepada kelompok dalam menyelesaikan penyusunan laporan clinical
study ini.
2. Ns. Feriana Ira Handian, M.Kep selaku penanggung jawab Departemen
Keperawatan Anak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan clinical study.
3. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam
penyusunan laporan clinical study ini.
Kami menyadari bahwa laporan clinical study ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun laporan clinical
study ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN............................................................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................................. 10
2.1 Definisi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) ........ 10
2.3 Klasifikasi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) ... 11
2.4 Etiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP) ........ 13
iv
BAB III ............................................................................................................................. 24
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................... 24
BAB IV ............................................................................................................................. 40
PENUTUP ........................................................................................................................ 40
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pada ibu pasca melahirkan merupakan masalah utama dalam
bidang obstetri sampai saat ini. Bersama-sama dengan preeclampsia atau
eklampsia dan infeksi merupakan trias penyebab kematian maternal utama baik
dinegara maju maupun dinegara sedang berkembang. Perdarahan postpartum
merupakan penyebab utama kematian maternal diseluruh dunia dengan insiden
sebesar 5% - 10% dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan postpartum
meliputi atonia uteri, retensio plasenta, laserasi jalan lahir, sisa plasenta dan
gangguan pembekuan darah. Estimasi waktu menuju kematian pada perdarahan
pospartum diperkirakan hanya berlangsung selama 2 jam, sementara itu
perdarahan antepartum membutuhkan waktu kira-kira 12 jam, oleh sebab itu
sangat penting untuk mengenali lebih dini dan memberikan penanganan segera.
(Simanjutak, 2020).
Faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu: usia, paritas, janin
besar, riwayat buruk persalinan sebelumnya, anemia berat, kehamilan ganda,
hidramnion, partus lama, partus presipitatus, penanganan yang salah pada kala
III, hipertensi dalam kehamilan, kelainan uterus, infeksi uterus, tindakan operatif
dengan anastesi yang terlalu dalam (Rachmania & Zakiah, 2019). Penyebab
kematian Ibu di Indonesia yaitu; perdarahan, pre eklamsi dan infeksi. Perdarahan
obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadinnya berkisar
3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Departemen Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat
mengakibatkan syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang
keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan
dapat menyebabkan hipovolemia berat. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak terselamatkan (Satriyandri & Hariyati, 2017).
6
Menurut data World Health Organitation (WHO) Angka kematian ibu pada
tahun 2015 sebanyak 303.000 kematian ibu terjadi diseluruh dunia. Di Asia
Tenggara perdarahan postpartum masih tergolong tinggi. Angka kematian ibu
akibat perdarahan postpartum 359/100.000 kelahiran hidup diantaranya adalah
atonia uteri 50-60%, retensiao plasenta 23- 29%, robekan jalan lahir 4-5%
(Rachmania & Zakiah, 2019).
Berdasarkan paparan diatas, pada makalah ini saya akan membahas terkait
asuhan keperawatan pada ibu dengan kasus perdarahan post partum atau
Hemorrhagic Postpartum (HPP).
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di dapatkan batasan masalah yang dapat
diangkat yaitu tentang asuhan keperawatan pada kasus perdarahan post partum
(hemorrhagic postpartum / HPP)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus perdarahan post
partum (hemorrhagic postpartum / HPP)
8
1.4 Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak:
1. Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan serta
teori-teori kesehatan khususnya dalam upaya penerapan dan sumber
informasi terkait asuhan keperawatan pada klien yang mengalami perdarahan
post partum (hemorrhagic postpartum / HPP).
2. Praktis
a. Bagi Perawat Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan
khususnya dalam praktek pelayanan keperawatan dengan perdarahan post
partum (hemorrhagic postpartum / HPP)
b. Bagi Rumah Sakit Hasil studi ini bisa menjadi masukan bagi pelayanan di
rumah sakit agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami perdarahan post partum
(hemorrhagic postpartum / HPP)
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
10
2.2 Epidemiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)
Perdarahan postpartum adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada saat melahirkan. Perdarahan postpartum terjadi pada sekitar 1% hingga 6%
dari semua kelahrian. Atonia uteri, penyebab utama perdarahan postpartum,
menyumbang 70% hingga 80% dari semua perdarahan (Wormer, Jamil dan
Bryant, 2019). Data dari beberapa sumber, termasuk beberapa uji randomized
trials yang dilakukan di negara industri, menunjukkan bahwa tingkat prevalensi
perdarahan postpartum lebih dari 500 mL adalah sekitar 5% ketika dilakukan
manajemen aktif diabndingkan 13% ketika tidak dilakukan. Tingkat prevalensi
perdarahan postpartum lebih dari 1000 mL adalah sekitar 1% ketika manajemen
aktif digunakan dibandingkan 3% ketika tidak digunakan (Smith dan Ramus,
2018).
11
Menurut jumlah perdarahan
Menurut jumlahnya, perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau
mayor >1000 ml. Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-
2000 ml atau berat >2000 ml Pembagian lain menurut Sibai adalah perdarahan
ringan (mild) apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat (severe) > 1500 ml,
dan massif > 2500 ml.
12
2.4 Etiologi Perdarahan Post Partum atau Hemorrhagic Postpartum (HPP)
1. Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) (Simanjutak, 2020) :
a. Tone – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan postpartum serius
b. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma melahirkan,
perinium, dan rectum.
c. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi
sebagai konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli air
ketuban.
2. Etiologi perdarahan postpartum secara khusus
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena (Astutik, 2018) :
a. Atonia uteri
Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat – serat myometrium terutama yang
berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlekatan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak
dapat berkontraksi. Faktor predisposisi yang mempengaruhi
perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan
kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin.
13
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas,
akan tetapi belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio plasenta
antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai benda mati,
dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan
terjadi degenerate sel ganas korio karsinoma.
d. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan
darah. Sebab tersering perdarahan postpartum adalah atonia uteri, yang
14
disusui dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun, gangguan
pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan postpartum.
Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan atau
penghancuran fibrin yang berlebih. Gejala – gejala kelainan
pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat,
kelainan pembekuan darah bisa berupa :
1) Hipofibrinogemia
2) Trombositopeni
3) Idiopathic trimbocytopeny purpura
4) HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los
platetet count)
5) Disseminated intravaskuler coagulation
6) Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebih dari
8 unit karena darah donor biasanya tidak segar shingga komponen
fibrin dan trombosit sudah rusak.
Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat terjadi setelah
abruption plasenta, retio jalan janin – mati yang lama didalam rahim,
dan pada emboli cairan ketuban.
15
tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta
sehingga pendarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat
dikurangi. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum
hamil dan derajat anemia saat kelahiran.
Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan
tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah
sangat banyak. Faktor predisposisi yang mempengaruhi perdarahan postpartum
antaralain : Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi
besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan cepat,
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (Astutik, 2018).
16
2.6 Pathway
Proses persalinan
Dilatasi pembuluh
darah
PERDARAHAN
POST PARTUM
16
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu
catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus
dan kebutuhan therapy yang mungkin.
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan pendarahan postpartum berdasarkan penyebabnya antara lain:
A. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk
tanda vital.
c) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika
tanda-tanda syok tidak terlihat ingatlah saat melakukan
evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk
dengan cepat
d) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok, oksigenasi
dan pemberian cairan cepat. Pemeriksaan golongan darah
dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi
darah.
17
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
f) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah.Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif .berikan 10 unit
oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk
h) Periksa kelengkapan plasenta, Periksa kemungkinan robekan
serviks , vagina dan perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah
j) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan
berhenti), periksa kadar Hemoglobin.
2) Penanganan khusus
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
b) Teruskan pemijatan uterus massase uterus akan menstimulasi
kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan
c) Oksitoksin dapat diberikan bersamaan atau beruntutan
d) Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi
tapi perdarahan uterus berlangsusng, periksa apakah
perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit
atau rujuk segera.
e) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan
darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks.
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Antisipasi dini
akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.
18
f) Jika perdarahan terus berlangsung
g) Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, jika terdapat tanda-
tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal
atau robeknya membrane dengan pembuluh darahnya),
keluarkan sisa plasenta tersebut.
19
C. Penanganan Robekan Jalan Lahir
Bentuk robekan penatalaksanaan
Episiotomi Menjahit mudah
Denominatornya jahitan hlmen
Bentuk seperti semula rapi
Perluasan episiotomi – Tergantung luasnya
robekan spontan Teknik menjahit :
Upayakan menjahit mukosa
rectum sehingga melipat kearah
luman
Jahit submukosa rectum berlapis
Jahit sfingter ani ekstermum
Jahit dindin vagina dengan
denominator hymen sehingga rapi
20
Robekan vagina bagian Jahit dengan tuntunan spekulom sehingga
bawah ujung perlukaan dapat dijahit
Dapat dari bawah, seluruh lapisan
Benangya dapat dipakai untuk menuntun
jahitan luka vagina ke bagian atasanya
21
sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan
dengan kuretase pada abortus.
22
a) Lakukan anestesi dengan demikian kuretase dapat dilakukan
dengan aman dan bersih
b) Jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan
untuk memperoleh kepastian
3) Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
a) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
b) Berikan antibiotika
c) Berikan pengobatan suportif:
Gizi yang baik
Vitamin dan praparat Fe.
2.9 Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu
anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa
berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan
intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ- organ seperti gagal
ginjal mendadak.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.2 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. K Nama Suami :. Tidak terkaji
Usia : 40 Tahun Usia : Tidak terkaji
Suku/bangsa: Indonesia Suku/bangsa : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji Agama : Tidak terkaji
Pendidikan: Tidak terkaji Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji Alamat : Tidak terkaji
Stts P’kawinan: Kawin LamaMenikah : Tidak terkaji
No RM : Tidak terkaji
24
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Alasan kunjungan ke rumah sakit
Pendarahan banyak dari vagina sejak 3 jam
3. Timbulnya keluhan
Tidak terkaji
6. Diagnosa medic
Perdarahan post partum atau hemorrhagic postpartum (HPP)
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Obstetri:
Menarche: Tidak terkaji Siklus: Tidak terkaji
Banyaknya: Tidak terkaji Lamanya: Tidak terkaji
HPHT: Tidak terkaji Keluhan: Tidak terkaji
25
2. Riwayat kehamilan,persalinan, nifas yang lalu: Tidak terkaji
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
No. Thn Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB PJ
Kehamilan
3. Genogram
Tidak terkaji
26
E. Riwayat Keluarga Berencana:
Melaksanakan KB: Tidak terkaji
Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang pernah atau sedang digunakan
Tidak terkaji
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi: Tidak terkaji
Masalah yang terjadi: Tidak terkaji
F. Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah dialami ibu
Tidak terkaji
G. Riwayat Lingkungan
Kebersihan
Tidak terkaji
Bahaya
Tidak terkaji
Lainnya Sebutkan
Tidak terkaji
.
27
H. Aspek Psikososial
1. Bagaimana pendapat ibu tentang penyakit saat ini
Tidak terkaji
28
Minum
Jenis minuman Tidak terkaji Tidak terkaji
Frekuensi/pola minum Tidak terkaji Tidak terkaji
Gelas yang dihabiskan Tidak terkaji Tidak terkaji
Sukar menelan Tidak terkaji Tidak terkaji
Pemakaian gigi palsu Tidak terkaji Tidak terkaji
Riw.masalah
penyembuhan luka Tidak terkaji Tidak terkaji
Nafsu makan Tidak terkaji Tidak terkaji
2. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola Tidak terkaji Tidak terkaji
Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna & bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
Upaya mengetasi Tidak terkaji Tidak terkaji
BAK
Frekuensi/pola Tidak terkaji Tidak terkaji
Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna & bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak terkaji
29
3. Pola personal hygine
Rumah Rumah Sakit
Mandi: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunaan sabun Tidak terkaji Tidak terkaji
Keramas: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunaan Shampo Tidak terkaji Tidak terkaji
Gosok gigi: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunaan odol Tidak terkaji Tidak terkaji
Ganti baju: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Memotong kuku: Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Kesulitan Tidak terkaji Tidak terkaji
Upaya yang dilakuan Tidak terkaji Tidak terkaji
30
Kegiatan waktu luang
Tidak terkaji
Keluhan dalam beraktifitas
Tidak terkaji
31
Hidung:
Reaksi alergi : Tidak terkaji
Sinus : Tidak terkaji
Lainnya sebutkan : Tidak terkaji
Pernafasan:
Jalan napas : Tidak terkaji
Suara napas : Tidak terkaji
Menggunakan otot-otot bantu pernapasan: Tidak terkaji
Lainnya sebutkan : Tidak terkaji
Sirkulasi Jantung:
Kecepatan denyut jantung apical: Tidak terkaji
Irama : Tidak terkaji
Kelainan bunyi jantung: Tidak terkaji
Nyeri dada : Tidak terkaji
Timbul : Tidak terkaji
Lainnya sebutkan: Tidak terkaji
32
Abdomen
a. Inspeksi
Mengecil : Tidak terkaji
Arah : Tidak terkaji
Linea : Alba/Negra
Tidak terkaji
Striae : Albicans/Lividae
Tidak terkaji.
Luka bekas operasi : Tidak terkaji
b. Palpasi
TFU : Tidak terkaji
Kontraksi : Tidak terkaji
Genitourinary
Perineum
Utuh / laserasi : Tidak terkaji
Episiotomi : Tidak terkaji
Jenis episiotomi : Tidak terkaji
( ) Medialis
( ) Lateralis
( ) Mediolateralis
Ruptur : Tidak terkaji
Tanda – tanda infeksi : Tidak terkaji
Lokhea : Rubra (lochea berlanjut sampai hari ke-10)
Warna : Merah kehitaman
Banyaknya : 3 kain panjang dan 3 pembalut
Bau : Tidak berbau
Oedem / Hematom : Tidak terkaji
33
Kondisi vesika urinaria: Tidak terkaji
Distensi : Tidak terkaji
Ekstremitas (integumen/muskuloskeletal):
Turgor kulit: Tidak terkaji
Warna kulit: Tidak terkaji
Kontraktur pada persendian ekstremitas: Tidak terkaji
Kesulitan dalam pergerakan: Tidak terkaji
Lainnya sebutkan: Tidak terkaji
K. Data Penunjang
1) Labratorium
Tidak terkaji
2) USG
Tidak terkaji
3) Rontgen
Tidak terkaji
L. Data Tambahan
Tidak terkaji
34
3.3 Analisa Data
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS: Kekurangan Volume Retraksi dan kontraksi
Ny. K mengeluh Cairan uterus
mengalami pendarahan
banyak dari vagina Dilatasi pembuluh darah
sejak 3 jam sebelum di
bawa ke rumah sakit. Perdarahan post partum
Ny. K mengatakan
darah yang keluar Kehilangan darah
berwarna merah
kehitaman, membasahi Kekurangan volume cairan
3 kain panjang dan 3
pembalut serta ada nyeri
perut.
DO:
KU: pucat
TTV
TD: 80/40 mmHg
N: 98 x/menit
Suhu: 38 °C
RR: 26 x/menit
35
3. DS: Resiko Syok Perdarahan post partum
Ny. K mengeluh
mengalami pendarahan Kehilangan darah
banyak dari vagina
sejak 3 jam sebelum di Jumlah cairan intravaskuler
bawa ke rumah sakit.
Ny. K mengatakan Resiko syok
darah yang keluar
berwarna merah
kehitaman, membasahi
3 kain panjang dan 3
pembalut serta ada nyeri
perut.
DO:
KU: pucat
Kesadaran
composmentis
TTV
TD: 80/40 mmHg
N: 98 x/menit
Suhu: 38 °C
RR: 26 x/menit
3.4 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan darah secara aktif
2. Nyeri b.d diskontinuitas pada jaringan
3. Resiko syok dibuktikan dengan adanya data Ny. K mengeluarkan darah
sebanyak 3 kain panjang dan 3 pembalut serta keadaan umum pucat.
36
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Kekurangan volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pengurangan Perdarahan:
kehilangan darah secara aktif 2x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan Uterus Postpartum (0460)
bisa teratasi
Definisi: penurunan cairan Definisi: pembatasan jumlah
intravascular, interstisial, dan Keparahan kehilangan darah (0413) kehilangan darah dari uterus
atau intraselular. Ini mengacu Definisi: keparahan tanda dan gejala perdarahan postpartum
pada dehidrasi, kehilngan internal atau eksternal
cairan saja tanpa perubahan Skala Outcome: 2 ke 5 Akitivitas-aktivitas:
natrium. Indikator 1 2 3 4 5 Pasang infus IV
041301 Kehilangan darah 1 2 3 4 5 Berikan produk darah jika
Kode: 00027 yang terlihat diperlukan
Domain 2: Nutrisi
041307 Perdarahan vagina 1 2 3 4 5 Pastikan klien dan keluarga
Kelas 5: Hidrasi tetap mendapatkan informasi
041309 Penurunan TD sistol 1 2 3 4 5
041310 Penurunan TD diastol 1 2 3 4 5 tentang kondisi klinis dan
041311 peningkatan denyut 1 2 3 4 5 manajamen yang dilakukan
nadi Sediakan perawatan perineal
041313 Kulit dan membran 1 2 3 4 5 Diskuskan kondisi yang ada
mukosa pucat dengan tim perawat untuk
penyediaan layanan dalam
1= Berat mengawasi status ibu
5= Tidak ada
37
2. Nyeri akut b.d diskontinuitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri (1400)
pada jaringan 2x24 jam diharapkan nyeri akut bisa teratasi
Definisi: pengurangan atau reduksi
Definisi: pengalaman sensori Kontrol Nyeri (1605) nyeri sampai pada tingkat
dan emosional tidak Definisi: tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri kenyamanan yang dapat diterima
menyenangkan yang muncul Skala Outcome: ke 4 oleh pasien
akibat kerusakan jaringan Indikator 1 2 3 4 5
actual atau potensial. 160504 Menggunakan 1 2 3 4 5 Akitivitas-aktivitas:
tindakan pengurangan Lakukan pengkajian nyeri
Kode: 00132 nyeri tanpa analgesik dengan PQRST.
Domain 12: Kenyamanan 160505 Menggunakan 1 2 3 4 5 Gali bersama pasien
Kelas 1: Kenyamanan fisik analgesik yang faktor-faktor yang dapat
direkomendasikan menurunkan atau
160511 Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5 memperberat nyeri
yang terkontrol Ajarkan penggunaan teknik
1= tidak pernah menunjukkan non farmokologi
5= secara konsisten menunjukkan Berikan individu
penurunan nyeri yang
optimal dengan peresepan
analgesik
Gunakan tindakan
pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat
38
3. Resiko syok dibuktikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Syok (4260)
dengan adanya data Ny. K 2x24 jam diharapkan resiko syok bisa teratasi
mengeluarkan darah sebanyak Definisi: mendeteksi dan
3 kain panjang dan 3 Keparahan Syok: Hipovolemik (0419) mengobati pasien yang beresiko
pembalut. Definisi: keparahan tanda dan gejala mengalami syok
ketidakcukupan aliran darah ke perfusi jaringan
Definisi: karenan penurunan drastic cairan intravaskuler. Aktivitas-aktivitas:
Rentan mengalami Monitor TTV
ketidakcukupan aliran darah Skala Outcome: 2 ke 5 Berikan dan pertahankan
ke jaringan tubuh, yang dapat Indikator 1 2 3 4 5 kepatenan jalan nafas sesuai
mengakibatkan disfungsi 041903 TD sistolik 1 2 3 4 5 kebutuhan
seluler yang mengancam jiwa, 041904 TD diastolik 1 2 3 4 5 Berikan cairan melalui IV atu
yang dapat mengganggu oral sesuai kebutuhan
041907 Nadi lemah dan halus 1 2 3 4 5
kesehatan. Anjurkan klien dan keluarga
041916 Pucat 1 2 3 4 5
mengenai tanda / gejala syok
Kode: 00205 yang mengancam nyawa
Domain 11: keamanan / 1= Berat Anjurkan pasien dan keluarga
perlindungan 5= Tidak ada mengenai langkah-langkah
Kelas 2: cedera fisik yang harus dilakukan terhadap
timbunya gejala syok
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan
abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah persalinan (Satriyandri
& Hariyati, 2017). Menurut waktu terjadinya perdarah postpartum dibagi atas
dua bagian, yaitu
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
4.2 Saran
Pada setiap ibu yang bersalin sebaiknya dilakukan pengukuran kadar darah
secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa
juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam. Sebagai tenaga kesehatan
khususnya penolong partus harus bisa mengenal perdarahan postpartum dan
penanganannya. Jika terdapat perdarahan abnormal pada ibu bersalin disertai
perubahan tanda vital maka penanganan harus segera dilakukan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, sri dan surani, ending. 2019. Analisis Determinan Yang Mempengaruhi
Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSI Sultan Agung Semarang Vol. 5
No. 2. Semarang. Universitas islam sultan agung
Rachmania , fitri dan Zakiah ,lela. 2019. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ibu
Nifas tentang Perdarahan Postpartum Vol.9. No. 4. Bogor. Artikel Penelitian
41