Anda di halaman 1dari 45
LAPORAN CLINICAL STUDY DEPARTEMEN KEPERAWATAN BEDAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE II DISERTAI DENGAN ADANYA ULKUS KAKI (DIABETIC FOOT) PADA TN. S OLEH: INDRIADE RARA NINGTIAS. NIM: 1714314201014 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG DESEMBER 2020 LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN CLINICAL STUDY DEPARTEMEN KEPERAWATAN BEDAH LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE Il DISERTAI DENGAN ADANYA ULKUS KAKI (DIABETIC FOOT) PADA TN. S Laporan Clinical Study ini telah disetujui oleh Pembimbing Institusi Hari/Tanggal: Jumat / 01 Januari 2020 Pepbimbing Institusi (Ns. Regista Trigantara, M.Key NIDN. 0728038903 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan clinical study tentang “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Kasus Diabetes Melitus Tipe II Disertai Dengan Adanya Ulkus Kaki (Diabetic Foot) Pada Tn. S” dengan baik dan tidak ada halangan apapun. Laporan clinical study ini ditulis untuk memenuhi tugas departemen Keperawatan Anak. Dalam penyusunan laporan clinical study ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ns. Rahmawati Maulidia, M.Kep selaku Kaprodi $1 Imu Keperawatan 2. Ns. Sih Ageng Lumadi, M.Kep selaku penanggung jawab Departemen Keperawatan Bedah yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan clinical study. 3. Ns. Regista Trigantara, M.Kep selaku pembimbing yang bersedia membimbing, ‘mengarahkan dan memberi masukan kepada kelompok dalam menyelesaikan penyusunan laporan clinical study ini. 4, Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam penyusunan laporan clinical study ini. Kami menyadari bahwa laporan clinical study ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun laporan clinical study ini, Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua. Malang. 28 Desember 2020 DAFTAR IST LEMBAR PERSETUJUAN.wssnsenssnnesnnsesnenn KATA PENGANTAR DAFTAR ISL... BABI. PENDAHULUAN esses 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah .. 13 Tujua 13.1 Tujuan Umum mmnennnnnnnnnettnmnnnnnnnennnninne 8 13.2 Tujuan KhUsus.dmnrnnnnnnneenn 8 14 Manfaat, BABI ‘TINJAUAN TEORI... 21 Definisi B Klasifikasi Diabetes Mellitus 2.3 Epidemiologi 2.4 Etiologi Diabetic Foot ws. 2.5 Manifestasi Klinis ..ssssnnnunesnenassen 2.6 Klasifikasi Luka Diabetic Fo0t .wsensens 2.7 Patofisiologi.. 2.8 — Pathway. 2.9 Pemeriksaan Diagnostik. 2.10 Penatalaksanaan Medis iv BAB IIL, ASUHAN KEPERAWATAN.... 3.1 Pengkajian 32 A Data.. 33° Dingnosa Keperawatan, 34 Rencana Asuhan Keperawatan .. BABIV PENUTUP. 4a BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan Kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin, Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Fatimah, 2016). Hingga 14 Mei 2020, International Diabetes Federation (IDF) melaporkan 463 juta orang dewasa di dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global ‘mencapai 9,3 persen. Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1 persen penyandang diabetes (diabetesi) tidak terdiagnosis. Ini menjadikan_ status diabetes sebagai silent killer masih menghantui dunia. Jumlah diabetesi ini diperkirakan meningkat 45 persen atau setara dengan 629 juta pasien per tahun 2045. Bahkan, sebanyak 75 persen pasien diabetes pada tahun 2020 berusia 20- 64 tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri, Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPPD-KEMD ‘memperingatkan bahwa menurut data IDF, Indonesia berstatus waspada diabetes Karena menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi, yakni 10,681,400 orang per tahun 2020 dengan prevalensi 6,2 persen. Angka ini diperkirakan meningkat jadi 16,7 juta pasien per tahun 2045. Dengan data tahun ini, 1 dari 25 penduduk Indonesia atau 10 persen dari penduduk Indonesia mengalami diabetes. Untuk wilayah Jawa Timur, berdasarkan riskesdas pada tahun 2018 jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 2.6 %. Kenaikan jumlah penderita DM memiliki pengaruh besar pada peningkatan komplikasi pada pasien diabetes. Salah satu komplikasi yang menimbulkan permasalahan yang besar pada penderita diabetes adalah munculnya permasalahan kaki diabetik. Permasalahan kaki diabetik atau luka di kaki pada orang dengan diabetes mellitus dapat mengakibatkan amputasi hingga kematian jika tidak dilakukan pencegahan sejak penderita terdiagnosa diabetes mellitus. (Bowering & Embil, 2013). Berdasarkan survei awal pada tanggal 01-03 Februari 2016 terdapat 8 pasien yang mengalami penyakit DM, 6 diantaranya terdapat ulkus diabetikum (Samidah, Mirawati, & Mariyati, 2017). Sedangkan, diabetes melitus dengan komplikasi diabetic foot ulcers sebesar 8,70% dan kejadian amputasi sebesar 1,30% (Riskesdas, 2018) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah diabetes ‘mellitus yang disertai adanya luka gangren pada daerah kaki. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan disertai adanya luka gangren pada daerah kaki, 1.3 Tujuan 13.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan disertai adanya luka gangren pada daerah kaki. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui definisi diabetes mellitus 2. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes mellitus 3. Untuk mengetahui epidemiologi diabetes 4. Untuk mengetahui etiologi diabetic foot 5. Untuk mengetahui manifestasi Klinis diabetes mellitus dengan adanya ulkus 6. Untuk mengetahui klasifikasi luka diabetic foot 7. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus dengan adanya ulkus 8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik diabetes mellitus dengan adanya ulkus 9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis diabetes mellitus dengan adanya ulkus 1.4 Manfaat Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan disertai adanya luka gangren pada daerah kaki BAB IL ‘TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikelubkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, potiuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Fatimah, 2016). Diabetes Mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh tidak ada atau kurang efektifnya hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Insulin adalah kunci tubuh untuk mendapatkan glukosa yang dapat digunakan dalam bentuk energi (International Diabetes Federation, 2013). Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang. Pada diabetic foot terjadi gangguan sirkulasi darah yang berdampak pada rasa sakit di area kaki, gangguan persyarafan, dan infeksi pada kaki (Kurdi & Priyanti, 2019) 2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus 1. Diabetes melitus tipe 1 ‘Suatu kondisi kronis saat pankreas memproduksi insulin sedikit atau tidak sama sekali. Kondi inj biasanya muncul saat masa remaja, Gejala termasuk rasa haus meningkat, sering buang air kecil, lapar, lelah, dan penglihatan kabur. Pengobatan bertujuan menjaga kadar gula darah normal melalui pemantauan rutin, terapi insulin, diet, dan olahraga. 9 Gambar.3 Diabetes Melitus Tipe! |: Perut mengubah makanan eval isons ® 2. Gukosamasuk ke dalam ‘von dara 5. Pankress hachan sod 2 “iaimatavtiso c 5. Gukosa gu) Sim seta nena eam 4, edhe nein mans rena tikbisa ‘ela iran aran ‘Susrmenes ‘sautign soma sent ero abet Diabetes melitus tipe 2 ‘Suatu kondisi kronis yang mempengaruhi cara tubuh memproses gula darah (glukosa). Pada diabetes tipe 2, tubuh tidak memproduksi cukup insulin, atau menolak insulin, Gejala berupa rasa haus meningkat, sering buang air kecil, lapar, lelah, dan penglihatan kabur. Pada beberapa kasus, tidak ada gejala, Penanganan berupa diet, olahraga, obat, dan terapi insulin. Diabetes Melitus Tipe It > BH van sreran Obesitas ota “an penese, Faktorhereditas monpimengmntan ve peretaran dovah danfettorannys " gukors arena ‘menyebatranresistensinsuln repstgnstinin e108 ish many ©... corns, Diabetes gestasional Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya berlangsung hingga proses melahirkan, Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa pun, namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan, 10 2.3 Epidemiologi Data epidemiologi menunjukkan estimasi risiko ulkus diabetikum adalah 15% dari keseluruhan penderita diabetes. a, Global Lebih dari 150 juta penduduk dunia pada tahun 2016 menderita diabetes dan hampir seperempatnya berisiko memiliki ulkus diabetikum. 25% kasus ulkus diabetikum berdampak pada amputasi organ. 40% kasus ulkus diabetikum dapat dicegah dengan rawat Iuka yang baik. 60% kasus ulkus diabetikum berkaitan erat dengan neuropati perifer. Diestimasikan bahwa risiko mengalami komplikasi ulkus kaki diabetes adalah 15%. b. Indonesia Pada tahun 2016, World Health Organization mencatat _angka prevalensi diabetes di Indonesia adalah 7% dari total populasi. Sejak tahun 1980, angka prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan survei awal pada tanggal 01-03 Februari 2016 terdapat 8 pasien yang mengalami penyakit DM, 6 diantaranya terdapat ulkus diabetikum (Samidah, Mirawati, & Mariyati, 2017). ¢. Mortalitas & Morbiditas Pada tahun 2015, disetimasikan sekitar 1.6 juta kematian disebabkan oleh diabetes. Diabetes diperkirakan akan berada di posisi ke-tujuh sebagai penyebab kematian terbanyak pada tahun 2030, Diabetes menyebabkan kematian sebanyak 6% dari total kematian dari seluruh usia di Indonesia pada tahun 2016. Diabetes menyebabkan sekitar 50,000 kematian di tahun 2016 pada kelompok usia 70 tahun ke atas. Untuk ulkus diabetikum sendiri, mortalitas seringkali diasosiasikan dengan sclerosis yang terjadi di arteri besar seperti arteri Koroner atau renal Angka survival jangka panjang untuk pasien dengan amputasi_ buruk, a terutama pada pasien dengan peripheral artery disease (PAD) atau insufisiensi renal. Prediktor kematian yang signifikan pada pasien dengan amputasi adalah usia, kelamin laki-laki, insufisiensi renal kronik, dialisis, dan PAD. Amputasi untuk ulkus diabetes menyebabkan morbiditas yang tinggi; sekitar 0.03% -1.5% pasien dengan ulkus diabetik akan memerlukan amputasi. [1,3] Pada pasien dengan neuropati, bila manajemen yang baik telah sukses menyembuhkan ulkus diabetikum, tingkat rekurensi adalah 66% dan tingkat amputasi meningkat menjadi 12% 2.4 Etiologi Diabetic Foot Etiologi ulkus diabetik temasuk neuropati, penyakit pembuluh darah (vaskulopati), tekanan dan deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik. Secara umum faktor-faktor tersebut dibagi menjadi : A. Faktor Predisposisi 1. Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan neuropati otonom. Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati motorik, neuropati sensorik, limited joint mobility, dan komplikasi DM yang lain (seperti mata kabur), 3. Neuropati sensorik pada kaki bisa menyebabkan terjadinya trauma yang tidak disadari, Neuropati motorik juga menyebabkan otot intrinsik lemah ntuk menampung berat badan seseorang dan seterusnya terjadilah trauma, 2 B. Faktor Presipitasi 1. Perlukaan di kulit Gamur). 2. Trauma. 3. Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama. C. Faktor Yang Memperlambat Penyembuhan Luka 1. Derajat Iuka. 2. Perawatan Iuka, 3. Pengendalian kadar gula darah. 2.5 Manifestasi Klinis Tanda dan Gejala paling umum pada penderita diabetic foot yaitu: Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis) Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil) Nyeri saat istirahat Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus) ‘Adanya kalus di telapak kaki f. Kulit kaki kering dan pecah-pecah 2.6 Klasifikasi Luka Diabetic Foot Derajat 0: Tidak ada /esi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai_kelainan bentuk kaki seperti “ claw,eallus “ © Derajat 1: Ulkus superfisial terbatas pada kulit. © Derajat I :U/kus dalam menembus tendon dan twlang © Derajat IIT : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis. © Derajat IV. : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis. © Derajat V__: Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai, B a Tingkatan Luka Diabetes Stage 1 Su 2.7 Patofisiologi Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi Kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang ‘memerlukan tindakan amputasi. Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu. genetik, metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata. mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak 4 yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki. Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau_hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau fuka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi Komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi. Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak. 15 2.8 Pathway Kroes Poteimus oy Get Forerang Odoesitas, Coaya hidup, Aerapnagy Ulan, Gone tit zc yoo Maton \ wagers \ngutin Reactor Ina 4 eat wie! Gebveeso Intima y > Goorenedgene ds pen . + ae Pontieas erbenti Pavmtvcan re Mciatsne tne & Wats 4 we Aesqmnepy pee w y wanes ‘ \ewar pars ate \Katetanon ’ len % + Geom erat don \riteran oY foudoterertitor wei EE ZEEE re arose = 7 Resto a tupac Feces Go eee / eee SESE oer asian \ ease ceimbongen Dist. tee gedore ( eegicert O05 adar (eo Qa. phate > Katong ee quae gee Sesy . ae i Hebutalnos a. Seer aa dr en W = (i eee Seg EE ign ml + oe . 7 \ Melo - a + ‘Peainogati > REWKO Rew Keturangar ume Coton. Cedero. ane Kerutaron Interior bait 16 2.9 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah 2.10 1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis. 2. Pemeriksaan glukosa darah, 3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka sehingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat. 4, Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu. Penatalaksanaan Medis, Penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan yang agresit dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup: a. Debridement local radikal pada jaringan sehat. b. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotic, contohnya : © Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin, ofloxacin), sulfonamides. Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams cefloxitin, * Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans yang paling umum digunakan adalah quinolon G. Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah insulin, neurotropik, Kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan oksoferin solution. ¢. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun. 4. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris ny Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi secara umum: 1. Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada. ‘Memperbaiki sirkulasi. Pengamatan kaki teratur. Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi, dan pengendalian gula dara), 5. Sepatu khusus. 6. Kerjasama tim yang baik 7. Penyuluhan pasien 18 BAB IIT ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian A. Identitas Klien Nama Ta. S Usia 55th Jenis Kelamin — :Laki-laki No.RM 212.08 170 Tel. Masuk 217 Maret 2020 Tel. Pengkajian __:17 September 2020 Alamat ‘Wagir- Malang Sumber Informasi — :Klien No. Telepon 7 Nama klg. Dekat yng bisa dihubungi: Ny. M Status Pernikahan : Tidak Menikah Agama Islam Status sIstri Suku Jawa Alamat : Wagir- Malang Pendidikan SMA. No. Telepon i Pekerjaan Wiraswata Pendidikan :SMP Lama Bekerja— :20th Pekerjaan :Tbu Rumah Tanga Status Kesehatan Saat Ini 1. Keluhan utama Klien mengatakan terdapat luka pada kaki sebelah kanan, dan luka tidak sembuh-sembuh 2. Diagnosa Medis a. DM Type 2 on Insulin Tx b. Diabetic Food Wagne 3 19 Riwayat Kesehatan Saat Ini Saat MRS: Klien mengatakan 2 minggu sebelum masuk RS Klien mengeluh kaki kanan terkena paku, awalnya bengkak lama kelamaan menjadi melupuh seperti kena api kemudian pecah dan menjadi luka, Luka makin lama makin melebar, terasa nyeri dan keluar nanah dari luka tersebut, Kemudian pasien dibawa periksa ke poli RSSA dan disarankan untuk rawat inap. Akhirnya pasien dirawat di Ruang 29. Keluhan Saat pengkajian : Klien mengatakan lemas dan terdapat luka dikaki sebelah kanan dan luka tidak sembuh-sembuh. Riwayat Kesehatan Terdahulu 3. Penyakit yang pernah dialami. : a. Kecelakaan (jenis & waktu) : tidak pernah b.Operasi (jenis & wakiu) > amputasi ibu jari kaki kiri Kurang lebih bulan Agustus 2009 c. Penyakit: © Akut - * Kronis — : Klien mengatakan mempunyai riwayat DM sudah 20 tahun yang lalu, Klien minum obat glibenclamide 1x5 mg tab dan tiap kali obatnya habis klien rutin Kontrol dikli ik 24 jam didekat rumah, Klien juga mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi. 4. Alergi (obat, makanan, plester, dll): Tipe Reaksi ‘Lamanya oO 5. Imunisasi (\) BCG (\) Hepatitis (\) Polio (V) Campak (\) DPT O) 20 6. Kebiasaan Jenis Frekuensi Jumiah Lamanya Merokok_ oO Kopi © Alkohol oO 7. Obat-obatan yang digunakan Tenis Lamanya Dosis Glibenclamide + 20 tahun 1x5 mg tablet C. Riwayat Keluarga Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus ‘maupun Hipertensi GENOGRAM [ ¢ ood 50 OO 24 Keterang: O : Perempuan : Laki-laki : Garis Perkawinan | : Garis Keturunan : Meninggal : Tinggal serumah D. Riwayat Lingkungan Jenis Rumah Pekerjaan Kebersihan Bahaya kecelakaan Polusi Ventilasi Pencahayaan Pola Aktivitas-Latihan Jenis Rumah Rumah Sakit Makan/Minum oO oO Mandi oO oO * Berpakaian 0 0 * Toiletting 0 0 2 * Mobititas 0 0 ‘© Berpindah 0 0 © Berjalan 0 0 © Naik tangga 0 0 Pemberian Skor: O=mandiri, 1=alat bantu, 2=dibantu orang lain (1 orang), orang lain (>1 orang), 4=tidak mampu Pola Nutrisi Jenis Rumah Rumah Sakit Makan # Jenis diivmakanan Dit RS ‘+ Frekuensi/pola 3 x schari 3 x sehari © Porsi yang dihabiskan 1 porsi habis 1 porsi habis ‘© Komposisimenu Nasi, sayur, lauk nasi, sayur, lauk © Pantangan rendah karbohidrat, rendah karbohidrat © Nafsu makan baik baik ‘© Fluktuasi BB 6 bl trhr Minum * Jenis minuman air putih air putih ‘* Frekuensi/pola minum + Sx /hari 5x /hati © Gelas yang dihabiskan 1 gelas habis 1 gelas habis ¢ Sukar menelan: tidak ada tidak ada ‘© Pemakaian gigi palsu tidak ada tidak ada G. Pola Eliminasi Jenis BAB Frekuensi/pola Konsistensi Warna & bau Kesulitan Upaya mengetasi BAK Frekuensi/pola Konsistensi Waa & bau Kesulitan Upaya mengetasi H, Pola Tidur-Istirahat * Tidur malam: Lamanya ‘Tidur siang: Lamanya 2 Fam S/o ~ Kenyamanan stl tidur ~ Jam... - Kenyamanan stl tidur - Kebiasaan sbl tidur - Kesulitan - Upaya mengatasi Rumah, 3x sehari padat lunak_ kuning kecoklatan, bau khas tidak ada tidak ada + 6-7x hari cair kuning keruh, bau khas tidak ada tidak ada Rumah 1,5 jam 13.00-14.30 nyaman 4 jam 20.00-03.00 nyaman tidak ada tidak ada tidak ada Rumah Sakit 1X sehari tunak kuning kecoklatan, bau khas 4-5x /hari cair kuning keruh, bau khas Rumah Sakit 1 jam 13.00-14.00 nyaman 4 jam 20.00-03.00 nyaman i Pola Kebersihan Dit Rumah Rumah Sakit ‘* Mandi: Frekuensi 2x sehari 2x / sehari ~ Penggunaan sabun menggunakan sabun hanya diseka © Keramas: Frekuensi 2x seminggu tidak pernah © Penggunaan Shampo menggunakan shampo = © Gosok gigi: Frekuensi 2x sehari 2x sehari - Penggunaan odol ‘menggunakan odol menggunakan odol © Ganti baju: Frekuensi 1x sehari 1x sehari ‘* Memotong kuku: Frekuensi seminggu 1x seminggu Ix * Kesulitan tidak ada tidak ada ‘© Upaya yang dilakuan tidak ada tidak ada Pola Toleransi Koping Stress 1. Pengembilan keputusan: ( ) sendiri, (V ) dibantu orang lain, istrinya ‘Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll) 2. 3. Klien mengatakan bahwa biaya dan perawatan diri selama di RS ditanggung oleh anaknya 4. Yang biasa dilakukan apabila stres/mengalami masalah 5 . Klien mengatakan bahwa apabila stres / mengalami masalsh selalu didiskusikan dengan istri dan anak-anak nya a 5. Harapan setelah menjalani perawatan 7. Klien mengatakan saat ini pasien ingin cepat sembuh dan lukanya cepat mengering serta tidak menjalar kemana-mana 8, Perubahan yang dirasa setelah sakit 9, Dengan kondisis yang sekarang ini Klien tidak putus asa, Klien selalu optimis akan hidupnya 25 K. Pola peran & Hubungan 1. Peran dalam keluarga 2. Klien sebagai kepala keluarga tetapi selalu bersikap demokratis dalam mengambil keputusan dengan mengajak diskusi anggota keluarga yang lain. 3. Sistem pendukung: suami/istri/tetangga/teman/keluarga/tidak ada, sebutkan, 4, Istri dan anaknya 5. Kesulitan dalam keluarga—() Hub. dgn orang tua © Hub.dgn pasangan (© Hub. dgn sanak saudara() Hub. dgn anak () ) Lain-lain sebutkan tidak ada 6. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS 7. Klien mengatakan tidak ada masalah peran/ hubungan dengan keluaraga selama perawatan di RS, Klien selalu berkomunikasi dengan anggota keluarganya dalam mengambil keputusan. 8. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi 9. Tidak ada L. Pola Komunikasi 1. Bicara:( Y) Normal (V) Bahasa utama: jawa ( Tidak Jelas (© Bahasa daerah ( Bicara berputar-putar (© Rentang pethatian (\) Mampu mengerti pembicaraan orang lain © Afek., 2. Tempat tinggal: () Sendiri (© Kos/asrama () Bersama orang lain. yaitu: istri dan anak-anaknya 3. Kehidupan Keluarga a, Adat istiadat yag dianut: Jawa b. Pantangan adat dan agama yang dianut: Tidak ada c. Penghasilan Keluarga: —() < Rp 250.000 Rp 1 juta—1,5 juta O Rp 250.000 500.000. (V1) Rp 1,5 juta ~2 juta © Rp 500.000 = 1 juta > 2 juta 26 M. Pola Seksualitas 1, Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: () Tidak ada (9) Ada 2. Upaya yang dilakukan pasangan: (V) Perhatian _() Sentuhan ( Lain-lain, seperti N. Pola Nilai & Kepereayaan 1, Apakah tuhan dan agama penting untuk anda: ( ¥) Ya () Tidak 2. Kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah (jenis dan frekuensi): Klien maupun keluarga klien beragama Islam, mereka selalu menjalankan Tbadah Sholat 5 waktu 3. Kegiatan keagamaan yang tidak dapat dilakukan di RS: tidak ada 4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: tidak ada O. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum:Pasien lemah a. Kesadaran: Composmentis, b. Tanda tanda vital: Tek.darah : 130/80mmHg Suhu 1 36,2°C Nadi : 80x/m Pernapasan =: 20x/m 2. Kepala dan leer a. Kepala: * Bentuk meshopeal Massa (-) Distribusi Rambut merata Warna kulit kepala Jembab (agak kotor) * Keluhan: pusing/sakit kepala/migren/lainnya, sebutkan Pusing b. Mata © Bentuk Simetris Pupil: () Reaksi terhadap cahaya ( V) Isokor ( ) Meiosis ( ) Pin Point () Midriasis © Tanda radang: - © Fungsi penglihatan: () Baik (\)) Kabur Penggunaan alat bantu: Oya (\) tidak 7 Apabila ya: () kaca mata () lensa kontak wiki () plus....kavki © Pemeriksaan mata terakhir: tidak pernah # Riwayat operasi tidak ada c. Hidung © Bentuk simetris Warna bersih Pembengkakan (-) Nyeri tekan (-) Pendarahan (-).. © Riwayat Atergi (-) Cara mengatasi (-) * Penyakit yang pernah terjadi (-) 4d. Mulut dan tenggorokan © Warna bibir putih Mukosa kering Ulkus (-) Lesi (-) Massa (-) Warna lidah putih Perdarahan gusi (-) Karies (-) Gangg bicara (-) © Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah e. Telinga © Bentuk simetris Warna bersih Lesi (-) Massa (-) Nyeri (-) Nyeri Tekan (-) © Fungsi Pendengaran baik Alat bantu pendengaran (-) * Masalah Yang Pernah Terjadi: (-) f Leher * Kekakuan (-) Nyeri/nyeri tekan (-) © Benjolan/ Massa (-) Keterbatasan gerak (-) * Vena jugularis : tidak _ada_pembesaran Tiroid tidak ada_pembesaran Trakea Keluhan: (-) simetri 3. Upaya untuk mengatasi (-) 4. Dada ‘+ Bentuk Normal chest Pergerakan Dada simetri © Nyeri/nyeri tekan (-) Massa (-) Peradangan (-)Taktil Fremitus simetris Pola Nafas reguler © Jantung Inspeksi: tidak ada ictus cordis Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 4-5 Sinistra 28 Perkusi: Dullnes Auskultasi: suara I dan 2 tunggal, gallop (-), murmur (-) = Paru: Inspeksi: normochest, lesi tidak ada, oedema tidak ada Palpasi: tidak ada massa Perkusi: sonor disemua lapang paru Auskultasi: Rh (-), wh (-), vesikuler 5. Payudara dan ketiak ‘* Benjolan/Massa: (~) Nyeri/nyeri tekan (-) © Bengkak (-) Kesimetrisan: Simetris 6. Abdomen ‘* Inspeksi: tidak ada lesi, tidak ada luka ‘* Auskultasi : Bising usus 10x/menit © Perkusi: shift dullnes ‘© Palpasi: massa (-), nyeri tekan (-) 7. Genitalia © Inspeksi bersih, tidak mengalami gangguan, tidak terpasang kateter © Palpasi © Keluhan 8. Ekstremitas + Kekuatan otot: 5/5 Kontraktur (-) Pergerakan (+) Deformitas (-) Pembengkakan () Edema (+) Nyeri/nyeri tekan (+) Pus/luka (+) ¢ Kaki kanan terdapat ulkus dipunggung kaki dengan grade 3. Luas ulkus kurang lebih 4x7 cm dengan kedalaman 0,5em. Ulkus basab, ada pus serta daerah sekitar ulkus kehitaman, 29 9. Kulit dan Kuku © Kulit: Warn coklat Jaringan parut (-) Les (-) Suhu 36,2 Tekstur kering, Turgor <2 detik © Kuku: — Warna normal Bentuk normal Lesi (-)Pengisian Kapiler <3 detik P. Hasil pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Hasil pemeriksaan laborat pada tanggal 4 September 2012 1. Darah Lengkap Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Hb 8.36 gr% 12-15 Hematokrit 245% 35-47 Eritrosit 3,23 juta/mmk 39-56 MCH 25,90 pq 27-32 MCV 75,90 fL. 76-96 MCHC 34,10 qd 29-36 Leukosit 6,95 ribu/mmk +l Trombosit 298 ribu/mmk 150-400 RDW 14.6% 11,6-14,8) MPV 7A3 IL 411 30 2. Pemeriksaan Kimia Klinik Tenis Pemeriksaan Hasil Normal Gula Darah Sewaktu 273 mg/dl 80-100 Ureum 56 mgidl 15-39 (Creatinin 175 0,60-1,30 Natrium 135 mmoVL, 135-145 Kalium 51 mmol/L 3551 Chlorida 112 mmoW/L 98-107 Calcium 202 mmol 2,12-2,52, b. Radiologi Q. Pengobata a. Terapi ~ Infus NaCl 0,9 % 40 tpm = Injeksi_—: Actrapit 2 unit jam 6,12,18 Insulatat 6 unit jam 22 - Dit lunak DM rendah garam - Perawatan Luka setiap hari 3.2 Analisa Data NO. DATA MASALAH ETIOLOGT KEPERAWATAN 1. | DS: Resiko Ketidakstabilan | Obesitas, gaya hidup, Klien mengatakan Kadar Gula Darah | usia, genetik, pola makan ‘mempunyai riwayat DM sudah 20 tahun yang Resistensi insulin lalu, klien minum obat + glibenclamide 1x5 mg DM tipe II tab dan tiap kali obatnya habis klien rutin kontrol Glukosa intraseluler diklinik 24 jam didekat ‘menurun rumah dan Klien juga mengatakan memiliki Resiko ketidakstabilan riwayat penyakit kadar gulah darah hipertensi © Kesadaran: Composmentis © Penglihatan kabur © Gula Darah Sewaktu: 273 mg/dl 2 Ketidakefektifan Hiperglikemia © Klien juga Perfusi Jaringan Perifer + ‘mengatakan Gg pembuluh darah memiliki riwayat ’ penyakit hipertensi Suplai darah ke jaringan Klien mengeluh pusing KU: lemah Kesadaran: Composmentis Konjungtiva anemis Warna bibir putih Mukosa kering TIV: - TD: 130/80mmH = RR: 20x/menit perifer menurun Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 32 3 Kerusakan Integritas DM tipe I Klien mengatakan 2 Kulit + ‘minggu sebelum masuk Pankreas berhenti RS Klien mengetuh kaki memproduksi insulin kanan terkena paku, + awalnya bengkak lama Hiperglikemia kelamaan menjadi + melupuh seperti kena api Penumpukan glukosa kemudian pecah dan protein menjadi luka dan luka + tidak sembuh-sembuh, Ulkus diabetikum DO: Kerusakan integritas © Kaki kanan klien kulit terdapat ulkus dipunggung kaki dengan grade 3. Luas ulkus kurang lebih 4x7 cm dengan kedalaman 0,5em. Ulkus basah, ada pus serta daerah sekitar ulkus kehitaman, 7 Nyeri Akut DM tipe IT © Klien mengeluh kaki + kanan terkena paku, awalnya bengkak Jama kelamaan menjadi melupuh seperti kena api kemudian pecah dan menjadi luka. Luka makin lama makin melebar, terasa nyeri dan keluar nanah dari luka tersebut. Klien mengatakan Jemas dan terdapat Jka dikaki sebelah kanan dan luka tidak sembuh-sembuh, Pankreas berhenti memproduksi insulin ’ Hiperglikemia + Penumpukan glukosa protein Ulkus diabetikum + Debridemen Nyeri akut 33 © Prterkena paku Q tidak terkaji R: punggung kaki kanan S: tidak terkaji ‘T: 2 minggu (akut) KU: lemah Kesadaran: Composmentis * TV: - TD: 130/80mmH = RR: 20x/menit © Kaki kanan klien terdapat ulkus dibagian punggung kaki dengan sgrade 3. Luas ulkus kurang lebih 4x7 em dengan kedalaman 0,5em. Utkus basah, ada pus serta daerah sekitar ulkus: kehitaman. © Edema (+) Nyeri/nyeri tekan (+) Pus/luka (+) 5. | DS: Resiko cidera ea Klien mengatakan pusing dan lemah, Gg pembuluh darah DO: Peredaran darah © Fungsi penglihatan: terganggu kabur + © Konjungtiva Retinopati anemis + © TD: 130/90mmH Pandangan kabur + Perubahan persepsi sero pentiatan Resiko cidera 34 3.3 Diagnosa Keperawatan 1. 2. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah b.d glukosa intraseluler menurun Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bd suplai darah ke jaringan perifer menurun Kerusakan integritas kulit bd ulkus diabetikum Nyeri akut b.d debridemen Resiko cedera bd Retinopati 35 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan NO. DIAGNOSA NOC NIC T Resiko ketidakstabilan kadar gula darah b.d glukosa intraseluler menurun: Definisi: kerentanan terhadap variasi kadar glukosa atau gula darah dari rentang normal, yang dapat mengganggu kesehatan, Kode: 00179 Domain 2: nutrisi Kelas 4: metabolisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko ketidakstabilan kadar gula bisa teratasi Kadar Gula Darah (2300) Definisi: tingkat kadar glukosa dalam plasma dan urin yang berada dalam rentang normal Skala Outcome: Dipertahankan pada apa yang telah dirasakan oleh sien dan ditingatkan ke 4 Indikator 1]2]3]4]5 230001 | Glukosa darah 1/2]3/4]5 230004 | Hemoglobin glikosilat [1 [2[3[4[5 230005 | Fruktosamin 1[2[3[4[5 230007 | Urin glukosa 1/2/3/4/5 230008 | Urin keton 1[2[3[4[s 1= deviasi berat dari kisaran normal 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal, ‘Manajemen Hiperglikemi (2120) Definisi: pencegahan dan perawatan kadar glukosa di atas normal itas-aktivitas: © Berikan insulin sesuai resep Dorong asupan cairan oral Monitor status cairan (termasuk input dan output) sesuai kebutuhan Monitor akses IV sesuai kebutuhan ‘© Antisipasi situasi dimana aka nada kebutuhan peningkatan insulin ‘+ Bantu pasien dalam menginterpretasikan kadar gula darah ¢ Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan Ketidakefektifan perfust jaringan perifer b. d suplai darah ke jaringan perifer ‘menurun Definisi : Penurunan sirkula perifer yang dapat mengganggu kesehatan darah ke Kode : 00204 Kelas : 4 = Respons Kardiovaskular / Pulmonal. Domain : 4 = Aktivitas / Istirahat, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bisa teratasi Perfusi jaringan perifer (0407) Definisi : Kecukupan aliran darah melalui pembuluh kecil diujung kaki dan tangan, untuk mempertahankan fungsi jaringan, Skala Outcome: Dipertahankan pada apa yang telah dirasakan oleh pasien dan ditingatkan ke 4 Indikator 1/2|3/4 040710 | Suhu Kult _ujung [1 ]2]3]4 kaki dan tangan 040730 [Kekuatan denyut [1 ]2|3]4 adi karotis 040727 Tekanan darah }1]2]3]4 sistolik 040728 ‘Tekanan darah ]1]2/3/4 diastolik, 040713 Nyeri diujung kaki | 1] 2 4 dan tangan yang terlokalisasi Kerusakan kulit 1/2|3/4 Rubor 123 [4 Tr i berat dari kisaran normal 5: Tidak ada devia isarab normal ‘Pengecekan kulit (3590) Definisi : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga kulit dan integritas membran mukosa Aktivitas ~ aktivitas : © Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstrimedema atau drainase. Amati warna, kehangatan, bengkak,edema,dan ulserasi pada ekstermitas © Gunakan alat pengkaji untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko mengalami kerusakan integritas kulit. Monitor warna dan suhu kulit. Monitor kulit untuk adanya ruam danlecet. © = Monitor infeksi, terutama dari daerah edema © Dokumentasikan perubahan membran mukosa. 7 ‘Monitor tanda-tanda vital (6680) Definisi : pengumpulan dan analisis data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah Komplikasi © Monitor TD setelah pasien ‘meminum obat ‘© Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus menerus dengan tepat ‘© Ambil nadi apical dan radial secara simultan dan perhatikan perbedaannya dengan tepat Periksa secara berkala keakuratan instrument yang digunakan untuk perolehan data pasien 38 Kerusakan integritas kulit bd ulkus diabetikum Definisi: kerusakan pada epidermis dan atau dermis Kode: 00046 Domain 11: keamanan / perlindungan Kelas 2: cedera fisik Setclah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit bisa teratasi Integritas Jaringan: Kulit & Membran Mukosa Definisi: Keutuhan struktur dan fungsi fisiologis kulit Skala Outcome: 2 ke 4 Indikator IPB 110113 | Integritas kulie 1[2/3 [4/5 T1015 | Lesi pada kulit 1(2/3 [4/5 TIO1I7 | Jaringan parut 1[2/3|4/5 110123 | Nekrosis 1[2/3 [4/5 I= sangat terganggu / berat 5 tidak terganggu / tidak ada Perawatan Luka (3660) Definisi: Pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan luka Aktivitas-aktivit: ‘+ Angkat balutan dan plester perekat © Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan tepat + Berikan perawatan ulkus pada kulit yang diperlukan ‘© Oleskan salep yang sesuai dengan lesi © Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka * Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat © Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase * Periksa luka setiap kali perubahan balutan + Bandingkan dan catat setiap perubahan luka Dorong cairan yang sesuai Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur 9 perawatan luka © Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi © Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan 4 Nyeri akut bd debridemen Definisi: pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan ‘tual atau potensial. Kode: 00132 Domain 12: Kenyamanan Kelas 1: Kenyamanan fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri akut bisa teratasi Kontrol Nyeri (1605) Definisi: tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri Skala Outcome: Dipertahankan pada apa yang telah dirasakan oleh pasien dan ditingatkan ke 4 Tndikator IP BEES 160504 | Menggunakan 1/23 /4]s5 tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik Menggunakan T/2/3]4 analgesik yang direkomendasikan 160511 | Melaporkan nyeri 1 yang terkontrol S| T= tidak pernah menunjukkan 5= secara Konsisten menunjukkan ‘Manajemen Nyeri (1400) Definisi: pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien Akitivitas-aktivitas: © Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST. ‘© Gali bersama pasien faktor- faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri © Ajarkan penggunaan teknik non farmokologi ‘+ Berikan individu penurunan nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik © Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat Resiko cidera bd retinopati Definisi Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi Tingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defentif individu, yang dapat mengganggu kesehatan Kode : 00035 Kelas : 2 = Cedera Fisik, Domain : 11 = Keamanan / Perlindungan, Setclah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan resiko cidera bisa teratasi Fungsi Sensori : Penglihatan (2404) Definisi: kemampuan untuk mengindera dengan tepat gambaran (secara) visual Skala Outcome: Dipertahankan pada apa yang telah dirasakan oleh pasien dan ditingatkan ke 5 Indikator iPBEE 240411 | Penglihatan kabur_[1 [2/3 [45 240412 | Penglihatan 1/2[3la[s terganggu 240418 | Pusin, PBs 1: Sangat terganggu 5: Tidak terganggu Pencegahan Jatuh (6490) Malakanakan pengecekan khusus dengan pasien yang memiliki resiko cedera karena jatuh. Aktivitas — aktivitas : mempengaruhi resiko jatuh, Identifikasi karakteristik dari Jingkungan yang mungkin meningkatkan potensi jatuh. ‘* Monitor, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi © Kunci kursi roda, tempat tidur selama melakukan pemindahan pasien. © Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera. ‘© Gunakan pegangan tangan dengan panjang dan tinggi yang tepat untuk mencegah Jatuh dari tempat tidur. * Sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan, 4 Sediakan lampu malam hari di sisi tempat tidur. Sediakan pegangan pada tangga dan pegagan tangan yang dapat dilihat pasien. Sediakan permukaan lantai tidak ticin dan anti selip. Ajarkan anggota keluarga mengenai faktor resiko yang berkontribusi dan bagaimana keluarga bisa menurunkan resiko cedera. Anjurkan untuk meningkatkan keamanan, 42 BABIV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, esemutan (Fatimah, 2016). Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi Karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang. Pada diabetic foot terjadi gangguan sirkulasi darah yang berdampak pada rasa sakit di area kaki, gangguan persyarafan, dan infeksi pada kaki (Kurdi & Priyanti, 2019) ‘Tanda dan Gejala paling umum pada penderita diabetic foot yaitu: a. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis) b, Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil) ©. Nyeri saat istirahat d. Kerusakan jaringan (necrosi fe. Adanya kalus di telapak kaki ulkus) f Kulit kaki kering dan pecah-pecah, 4.2 Saran Bagi Perawat dan Rumah Sakit Diharapkan dapat meningkat kualitas asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dengan diabetes melitus. ¢ Diharapkan hasil studi kasus ini bisa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan referensi tambahan bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktek asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan adanya ulkus pada kaki. 41 DAFTAR PUSTAKA. ‘Samidah, 1, , M., & Mi Kejadian Ulkus Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus Di Rs Bhayangkara Tk Iii Polda Bengkulu Tahun 2016. Journal of Nursing and Public Health, 5(1), 6 10. https://doi.org/10.37676/jnph. v5il.548 ati, D. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Samidah, 1, , M., & Mariyati, D. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus Di Rs Bhayangkara Tk lii Polda Bengkulu Tahun 2016, Journal of Nursing and Public Health, 5(1), 6-10. https://doi.org/10.37676/jnph.vSil 548 Bowering, Keith & Jhon M.Embil. (2013). Clinical Practice Guidelines Foot Care. Canadian Journal of Diabetes, Elsevier Lis is -world-diahetes-day-2020-beri- pethatian-pada-caregiver-dengan-diabetesi https://www_alomedika.com/penyakit/endokrinologi/ulkus-diabetikunvepidemiologi Moorhead, sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier. 42

Anda mungkin juga menyukai