CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN JIWA
OLEH:
INDRIADE RARA NINGTIAS
NIM: 1714314201014
LAPORAN
CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL JIWA
Pembimbing Institusi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan clinical study
tentang “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan
Kasus Gangguan Jiwa Halusinasi Halusinasi” dengan baik dan tidak ada halangan
apapun. Laporan clinical study ini ditulis untuk memenuhi tugas departemen
Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan laporan clinical study ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ns. Rahmawati Maulidia, M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan
2. Ns. Kurnia Laksana., M.Kep selaku penanggung jawab Departemen
Keperawatan Jiwa yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan clinical study.
3. Ns. Achmad Dafir Firdaus, M.Kep selaku pembimbing yang bersedia
membimbing, mengarahkan dan memberi masukan kepada kelompok dalam
menyelesaikan penyusunan laporan clinical study ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam
penyusunan laporan clinical study ini.
Kami menyadari bahwa laporan clinical study ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun laporan clinical
study ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN............................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 9
iv
BAB III ............................................................................................................................. 19
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................... 19
BAB IV ............................................................................................................................. 70
PENUTUP ........................................................................................................................ 70
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa bagian tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral
dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup
manusia yang utuh. Kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari sesorang dan
perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain (Andri et al.,
2019). World Health Organization (WHO) 2018 menyatakan kesehatan jiwa
adalah ketika seseorang dalam keadaan sehat dan bisa merasakan kebahagiaan
serta mampu dalam menghadapi tantangan hidup, bersikap positif terhadap diri
sendirii maupun orang lain, dan bisa menerimaa orang lain sebagimana mestinya.
prevalensi kejadian gangguann mental mental kkronik dan parah yang
menyerang 21 jutaa jiwa dan secara umum terdapat 23 juta jiwa di seluruh dunia,
≥ 50% jiwa dengan skizofrenia tidak menerima pperawatan yang ttepat, 90%
jiwa dengan skizoprenia yang tidak diiobati tinggal di Negara dengan
penghasilan rendah dan menengah. Prevalensi pasien dengan gangguan jiwa di
Indonesia tahun 2013 sebanyak 1,7 per mil dan terjadi peningkatan jumlah
menjadi 7 per mil tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi sensori
sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥ 90% penderita
gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi tetapi sebagian
besarnya mengalami halusinasi pendengaran yang dapat berasal dari dalam diri
individu atau dari luar individu tersebut, suara yang didengar bisa dikenalnya,
jenis suara tunggal atau multiple yang dianggapnya dapat memerintahkan tentang
perilaku individu itu sendiri (Rumah et al., 2020). Kasus halusinasi yang paling
sering terjadi yaitu halusinasi pendengaran, Halusinasi pendengaran adalah
6
mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan
musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun. Halusinasi
pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut (Agustina, 2018). Tingginya angka penderita
gangguan jiwa yang mengalami halusinasi merupakan masalah serius bagi dunia
kesehatan dan keperawatan di Indonesia. Penderita halusinasi jika tidak ditangani
dengan baik akan berakibat buruk bagi klien sendiri, keluarga, orang lain dan
lingkungan. Tidak jarang ditemukan penderita yang melakukan tindak kekerasan
karena halusinasinya (Andri et al., 2019).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
halusinasi.
7
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa halusinasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pasien gangguan
jiwa halusinasi.
1.4 Manfaat
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pasien gangguan jiwa halusinasi.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
9
2.2 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini
merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat,
mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut
sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap
stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon
tersebut sebagai berikut:
ADAPTIF MALADAPTIF
10
2.3 Etiologi Halusinasi
A. Predisiposisi
a. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga yang menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil.
b. Faktor sosiokulturasi
seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi
(UNWANTED CHILD), akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh aka dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
DMP.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahan zat adaptif.
11
B. Presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian,tidak mampu mengambilkeputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata. Masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangunatas dasar
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi (Stuart dan Laraia, 2005) yatu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini, meneangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan funsi ego.
d. Dimensi sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecenderungan untuk menyendiri.
12
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kemampuan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri.
13
2.5 Jenis – Jenis Halusinasi
Jenis Karakteristik
Halusinasi
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang keras
sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
sampai percakapan lengkap antara dua rang atau lebih.
Pikiran yang didengar, dimana pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu yang kadang-kadang membahayakan
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran
geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit dan
kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
Penghidu Membau bau-bauan seperti bau darah, urin atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia.
Pengecap Merasa mengecap rasa seperti darah, urin atau feses
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Kinesthetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa gerak
14
2.6 Fase – Fase Halusinasi
FASE KARAKTERISTIK PERILAKU YANG
MUNCUL
Fase 1: Comforting. Non – psikotik 1) Tersenyum atau tertawa
Pada tahap ini, 1) Mengalami sendiri
halusinasi mamapu kecemasan, kesepian, 2) Menggerakkan bibir tanpa
memberikan rasa rasa bersalah, dan suara
nyaman pada klien, ketakutan 3) Pergerakan mata yang
tingkat orientasi 2) Mencoba berfokus cepat
sedang. Secara unum pada pikiran yang 4) Respon verbal rambat,
pada tahap ini dapat menghilagkan diam, dan berkonsentrasi
merupakan hal yang kecemasan
menyenangkan bagi 3) Pikiran dan
klien. pengalaman sensorik
masih ada dalam
kontrol kesadaran
16
2.7 Penatalaksanaan
Pada pasien halusinasi penatalaksaan dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan, dan ketakutan pada
pasien halusinasi sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individualdan usahakan terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
dan dipegang .
17
e. Melibatkan keluraga dan petugas lainnya dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
Pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambunagndalam proses
keperawatan. Perawat menyarankan jangan menyendiri dan menyibukan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Tn. N berusia 27 Tahun, tinggal di Sawojajar, beragama Islam, tidak pernah
menempuh pendidikan , dan pekerjaan sebelumnya sebagai petani. Masuk
ruang perawatan tanggal 2 November 2020 diantar oleh Dinas Sosial dengan
keluhan bingung, tidur malam kurang, mendengar bisikan- bisikan, bicara
sendiri, tidak minum obat lagi karena kehabisan obat kurang lebih 3 bulan. Tn.
N sebelumnya pernah masuk RSJ Benwaras Malang dengan kasus yang sama
yaitu halusinasi Pendengaran. Sekarang pasien berada di ruang perawatan
mandiri, pasien dalam keadaan tenang, tidak gelisah, tetapi kontak mata
kurang dan kooperatif serta ADL mandiri. Dari hasil pengkajian yang perawat
lakukan di dapatkan pasien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
menyuruhnya jangan pergi, pasien mendengar suara tersebut pada malam hari
ketika pasien tidur dan suara itu terdengar hanya satu kali saja dalam satu hari.
Pada saat suara itu muncul pasien tidak merespon dan pasien langsung
menutup telinganya, pasien di Rumah Sakit mendapatkan terapi medik
Resperidone 2mg. Dari pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan hasil
analisa data yang sesuai dengan data subjektif dari pasien Tn. N yaitu Pasien
mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya jangan pergi,
Pasien mengatakan mendengar suara itu ketika tidur pada malam hari dan pada
saat suara itu muncul pasien tidak merespon dan langsung menutup telinganya
sedangkan data objektif dari pasien Tn. N yaitu pasien terlihat bingung, pasien
terlihat melamun, pasien menutup telinga.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda- tanda vital klien, tekanan darah
120/90 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5o C, respirasi 22 kali per
menit, tinggi badan 169 cm, berat badan 63 kg. Klien mengatakan tidak ada
keluhan fisik yang terjadi dan yang dirasakan pada dirinya. Tn N adalah anak
19
ke 3 dari 3 bersaudara. Ke 2 kakak perempuannya telah menikah dan tinggal
dengan suaminya, di rumah Tn N Tinggal bersama kedua orangtuanya dan
nenek dari ibunya yang seorang janda beranak satu. klien mengatakan suka
dengan seluruh anggota tubuhnya, karena klien bersyukur apa yang sudah
diberi tuhan. Identitas klien, klien mengatakan merasa puas dengan
keberadaannya sebagai seorang anak laki-laki yang bisa membantu orang
tuanya di sawah. Peran klien di keluarga adalah seorang anak laki-laki satu-
satunya dan dalam kehidupan bermasyarakat klien termasuk aktif dikegiatan
rukun warga. klien mengatakan jika warga masyarakat saat ini kurang begitu
menghargainya apalagi pernah di rawat di RSJ sebelumnya dan klien
menuturkan jika sebenarnya tidak betah jika harus tinggal dan kembali ke
rumah sakit karena merasa dirinya baik-baik saja tidak sakit.
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kedua orang
tuanya. Klien mengatakan dulu aktif dalam kegiatan masyarakat, tetapi
sekarang sudah tidak karena malas selalu mendapat stigma negatif di
lingkungan sekitar karena mantan pasien jiwa. Selain itu klien juga mengatakan
jika tidak tertib dalam menjalankan ibadah sholat 5 waktu selama di rumah.
Secara penampilan klien terlihat rapi dengan rambut tertata rapi dan bersih,
jenggot dicukur, kuku tidak panjang dan bersih, mandi 2 kali sehari, keramas
kurang lebih 2 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari, cara berpakaian juga
baik tidak acak-acakan. Pembicaraan saat dikaji, klien berbicara dengan cukup
jelas tetapi terkadang intonasi suara sedih, serta kontak mata terlihat kurang saat
diajak berkomunikasi, klien dapat menangkap topik pembicaraan dengan baik.
Aktifitas motorik klien terlihat lemas. Alam perasaan klien, klien mengatakan
merasa sedih karena tidak bisa bertemu dengan keluarganya dan ingin segera
bertemu dengan keluarganya. Afek klien datar saat setiap ditanya oleh perawat
dan orang lain, serta ekspresi klien juga murung. Interaksi klien saat
diwawancarai kooperatif dan mau menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
Isi pikir klien saat dikaji, klien mengatakan yang selalu terfikirkan adalah
20
neneknya yang sudah berusia lanjut. Pengkajian memori didapatkan dengan
klien dapat mengingat kejadian jangka panjang dan jangka pendek, seperti klien
mampu mengingat saat dulu dia masih kecil sering belanja ke pasar bersama
neneknya dan klien masih ingat dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya
beberapa waktu lalu, serta klien juga mengingat dengan baik kegiatan yang baru
saja dilakukannya. Tingkat kesadaran, klien sadar penuh, tidak ada disorientasi
waktu dan tempat. Klien dapat berkonsentrasi saat diajak berbicara dengan
dibuktikan dapat menjelaskan kembali apa yang telah dibicarakan dan klien
dapat berhitung secara baik dengan dibuktikan klien dapat melakukan
penjumlahan dan pengurangan. Klien mampu mengambil keputusan dengan
bantuan orang lain, saat ditanya “mau permen lolipop rasa strawberry atau
candy bar rasa coklat?” dan klien menjawab “yang lolipop rasa strawberry”.
Pada pengkajian didapatkan data bahwa klien mengatakan makan 3 kali
sehari secara mandiri dan habis satu porsi tiap makan. Klien mengatakan,
BAB sehari 1 kali yaitu saat sore hari dan untuk BAK kurang lebih bisa 6
sampai 7 kali sehari, dalam BAB dan BAK klien melakukan secara mandiri.
Kebutuhan mandi klien juga tercukupi, klien mengatakan mandi 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore. Klien juga mengatakan keramas kurang lebih 3 kali
seminggu dan menggosok giginya 3 kali sehari, klien juga menyisir rambutnya
dengan rapi dan berpakaian secara rapi. Saat ditanya kenapa dibawa ke RSJ
Benwaras klien mengingkarinya dengan mengatakan bahwa dia tidak sedang
sakit dan tidak gangguan jiwa. Kegiatan selama di rumah, klien mengatakan
membantu orang rumah seperti mencuci pakaian, menyapu dan kegiatan
tersebut dilakukan secara mandiri.
21
3.2 Pengkajian
Ruangan: - Tanggal Dirawat: 2 November 2020
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. N (L/P) Tanggal Pengkajian : -
Umur : 27 tahun RM No. :-
Alamat : Sawojajar
Pekerjaan : Petani
Informasi : Dinas Sosial
22
23
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
24
25
26
VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
klien mengatakan suka dengan seluruh anggota tubuhnya, karena
klien bersyukur
apa yang sudah diberi tuhan
b. Identitas:
klien mengatakan merasa puas dengan keberadaannya sebagai seorang
anak laki- laki yang bisa membantu orang tuanya di sawah.
c. Peran:
Peran klien di keluarga adalah seorang anak laki-laki satu- satunya
dan dalam kehidupan bermasyarakat klien termasuk aktif dikegiatan
rukun warga
d. Ideal diri:
Isi pikir klien saat dikaji, klien mengatakan yang selalu terfikirkan
adalah neneknya yang sudah berusia lanjut
e. Harga diri:
klien mengatakan jika warga masyarakat saat ini kurang begitu
menghargainya apalagi pernah di rawat di RSJ sebelumnya dan klien
menuturkan jika sebenarnya tidak betah jika harus tinggal dan kembali
ke rumah sakit karena merasa dirinya baik-baik saja tidak sakit.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
27
2. Genogram
Penyakit keluarga yang sama dengan klien tidak terkaji
Keterangan:
= Laki – laki = Tinggal serumah
= Perempuan = Klien
= Meninggal
28
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terkdekat:
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kedua orang
tuanya
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat:
Klien mengatakan dulu aktif dalam kegiatan masyarakat, tetapi sekarang
sudah tidak karena malas selalu mendapat stigma negatif di lingkungan
sekitar karena mantan pasien jiwa.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Mendapat stigma negatif di lingkungan sekitar karena mantan pasien
jiwa.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
2. BAB / BAK
Bantuan minimal Sebagaian Bantuan total
Catatan:
BAB = Klien mengatakan BAB sehari 1 kali yaitu saat sore hari
29
BAK = Klien mengatakan BAK kurang lebih bisasampi 6sampai 7 kali sehari
Dalam BAB dan BAK klien melakukan secara mandiri
3. Mandi
Bantuan minimal Sebagaian Bantuan total
Catatan:
klien mengatakan mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, klien uga
mengatakan keramas kurang lebih 3 kali seminggu dan menggosok giginya 3
kali sehari
4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Sebagaian Bantuan total
Penjelasan : Secara penampilan klien terlihat rapi dengan rambut tertata rapi
dan besih, jenggot dicukur, kuku tidak panjang dan bersih, cara berpakaian
juga baik tidak acak-acakan
30
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : ...................... s/d .....................
Tidur malam lama : ...................... s/d .....................
Aktivitas sebelum / sesudah tidur : ...................... s/d .....................
31
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan:
Klien mengatakan jika warga masyarakat saat ini kurang begitu
menghargainya apalagi pernah di rawat di RSJ sebelumnya
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraian:
Klien mengatakan dulu aktif dalam kegiatan masyarakat, tetapi sekarang sudah
tidak karena malas selalu mendapatkan stigma negatif di lingkungan sekitar
karena mantan pasien jiwa
c. Masalah dengan pendidikan, uraikan: -
d. Masalah dengan pekerjaan, uraikan: -
e. Masalah dengan perumahan, uraikan: -
f. Masalah dengan ekonomi, uraikan: -
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan: -
h. Masalah lainnya, uraikan: -
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
32
3.3 Analisa Data
NO. DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pasien mengatakan mendengar pendengaran
suara laki-laki yang
menyuruhnya jangan pergi
Pasien mengatakan mendengar
suara itu ketika tidur pada
malam hari dan pada saat suara
itu muncul pasien tidak
merespon dan langsung menutup
telinganya.
DO:
Pasien terlihat bicara sendiri
Pasien terlihat bingung
Pasien terlihat melamun
Pasien menutup telinga
33
3. DS : Isolasi sosial
Klien mengatakan jika
sebenarnya tidak betah jika
harus tinggaal dan kembali ke
rumah sakit karena merasa
dirinya baik-baik saja tidak sakit
alam perasaan pasien
mengatakan merasa sedih karena
tidak bisa bertemu dengan
keluarganya dan ingin segera
bertemu dengan keluarganya
isi pikir : klien mengatakan yang
selalu terfikirkan adalah
neneknya yang sudah berusia
lanjut
Klien mengatakan jika warga
masyarakat saat ini kurang
begitu menghargainya apalagi
pernah di rawat di RSJ
sebelumnya
Klien mengatakan dulu aktif
dalam kegiatan masyarakat,
tetapi sekarang sudah tidak
karena malas selalu
mendapatkan stigma negatif di
lingkungan sekitar karena
mantan pasien jiwa
DO :
Klien berbicara dengan cukup
jelas tetapi terkadang intonasi
suara sedih
Kkontak mata terlihat kurang
saat diajak berkomunikasi
Aktifitas motorik klien terlihat
lemas
Afek klien datar saat setiap
ditanya oleh perawt dan orang
lain, serta ekspresi klien juga
murung
34
3.4 Pohon Masalah Berdasarkan Kasus
35
3.5 Diagnosa Keperawatan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
RUANG : Perawatan Mandiri
NAMA PASIEN : Tn. N
No. Register :-
36
3.6 Strategi Pelaksanaan
NO. DIAGNOSA SP PASIEN SP KELUARGA
KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi SP1: membantu pasien mengenali halusinasi, SP 1: pendidikan kesehatan tentang pengertian
sensori: Halusinasi menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien,
pendengaran b.d mengajarkan pasien mengntrol halusinasi tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
sering menarik diri dengan cara menghardik halusinasi merawat pasien halusinasi.
(isolasi sosial)
SP 2: melatih pasien mengontrol halusinasi SP 2: melatih keluarga praktik merawat pasien
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain langsung dihadapan pasien.
2. Harga diri rendah SP 1: Mendiskusikan kemampuan dan aspek SP 1: Mendiskusikan masalah yang dihadapi
b.d tidak efektifnya positif yang dimiliki pasien, membantu pasien keluarga dalam merawat pasien di rumah,
koping individu menilai kemampuan yang masih dapat menjelaskan tentang pengertian, tanda dan
digunakan, membantu pasien gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
memilih/menetapkan kemampuan yang akan merawat pasien dengan harga diri rendah,
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih mendemonstrasikan cara merawat pasien
dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan dengan harga diri rendah, dan memberi
yang telah dilatih dalam rencana harian kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat
SP 2: Melatih pasien melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan kemampuan pasien
37
SP 2: Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan masalah harga diri
rendah langsung kepada pasien
3. Isolasi sosial b.d SP 1: Membina hubungan saling percaya, SP 1: Memberikan penyuluhan kepada keluarga
harga diri rendah membantu pasien mengenal penyebab isolasi tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi
sosial, membantu pasien mengenal keuntungan sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan sosial
dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan. SP 2: Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan masalah isolasi sosial
SP 2: Mengajarkan pasien berinteraksi secara langsung dihadapan pasien.
bertahap (berkenalan dengan orang pertama -
seorang perawat) SP 3: Membuat perencanaan pulang bersama
keluarga
SP 3: Melatih Pasien Berinteraksi Secara
Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-
seorang pasien)
38
3.7 Rencana Asuhan Keperawatan Sesuai dengan SP
Diagnosa 1:
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran b.d sering menarik diri (isolasi sosial)
Tanggal Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional TT
Keperawatan Standart
2/11/2020 Gangguan Tujuan Umum: Bina hubungan saling Memfasilitasi
persepsi Klien dapat percaya dengan keterbukaan dalam
sensori: mengontroI menggunakan prinsip mengungkapkan dan
Halusinasi haIusinasi yang kornunikasi terapeutik: penyelesaian masalah
pendengaran dialaminva Sapa klien dengan ramah
b.d sering baik verbal
menarik diri Tujuan Khusus 1 : maupun non verbal
(isolasi sosial) Klien dapat . Perkenalkan nama, nama
membina hubungan panggilan dan tujuan
saling percaya perawat berkenalan.
Tanyakan nama lengkap
Kriteria Hasil : dan nama panggilan yang
disukai klien.
Setelah 1x24 jam Buat kontrak yang jelas
interaksi klien Tunjukkan sikap juíur dan
menunjukkan tanda - menepati janji setiap kali
tanda interaksi
percaya kepada Tunjukan sikap ernpati
perawat: dan menerima apa adanya
Ekspresí wajah
Beri perhatian kepada
bersahabat.
39
Menunjukkan klien dan perhatian
rasa senang. kebutuhan dasar klien
Ada kontak Tanyakan perasaan klien
mata. dan masalah
Mau berjabat yang dihadapi klien
tangan. Dengarkan dengan penuh
Mau perhatian ekspresi
menyebutkan perasaan klien
nama.
Mau menjawab
salam.
Mau duduk
berdampingan
dengan
perawat.
Bersedia
mengungkapka
n masalah yang
dihadapi.
45
Diagnosa 2:
Harga diri rendah b.d tidak efektifnya koping individu
Tanggal Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional TT
Keperawatan Standart
2/11/2020 Harga diri Tujuan Umum: Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
rendah b.d Klien memiliki dengan menggunakan prinsip percaya akan
tidak konsep diri yang komunikasi terapeutik. menimbulkan
efektifnya positif Meliputi: kepercayaan klien pada
koping a. Sapa klien dengan ramah perawat sehingga akan
individu Tujuan Khusus 1: baik verbal maupun non memudahkan dalam
Klien dapat verbal pelaksanaan tindakan
membina hubungan b. Perkenalkan diri dengan selanjutkan
saling percaya sopan
dengan perawat c. Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
Setelah dua kali disukai klien
interaksi, klien d. Jelaskan tujuan pertemuan
menunjukkan e. Jujur dan menepati janji
ekspresi wajah f. Tunjukkan sikap empati
bersahabat, dan menerima klien apa
menunjukkan rasa adanya
senang. g. Beri perhatian dan
Ada kontak mata perhatikan kebutuhan
Mau menjawab dasar klien
salam
Klien mau
duduk
berdampingan
46
dengan perawat
Klien mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
47
Tujuan khusus 3: Diskusikan kemampuan Peningkatan kemampuan
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat mendorong klien untuk
kemampuan yang dilanjutkan pelaksanaannya mandiri
dimiliki untuk
dilaksanakan
Setelah 2 kali
interaksi klien
menyebutkan
kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
49
Diagnosa 3:
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
Tanggal Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional TT
Keperawatan Standart
2/11/2020 Isolasi sosial Tujuan Umum: Bina hubungan saling Dengan terbinanya
b.d harga diri Klien dapat percaya dengan: hubungan saling percaya
rendah beerinteraksi Beri salam setiap merupakan dasar untuk
dengan orang lain. interaksi interaksi perawat dengan
Perkenalkan nama, klien dan dasar untuk
Tujuan Khusus 1: nama panggilan merencanakan
Klien dapat perawat, dan tujuan perencanakan
membina hubungan perawat berkenalan selanjutnya.
saling percaya. Tanyakan dan panggil
nama kesukaaan klien
Setelah 1x interaksi Tunjukkan sikap jujur
klien menunjukkan dan menepati janji
tanda-tanda percaya Tanyakan perasaan
kepada/terhadap klien dan masalah yang
perawat: dihadapi klien
Wajah cerah, Buat kontrak interaksi
tersenyum yang jelas
Mau berkenalan Dengarkan dengan
Ada kontak penuh perhatian
mata ekspresi perasaan klien
50
Tujuan Khusus 2: 1. tanyakan pada klien Diketahuinya penyebab
Klien mampu tentang: akan dapat dihubungkan
menyebutkan orang yang tinggal dengan faktor presipitasi
penyebab menarik serumah/teman yang dialami klien.
diri. sekamar klien
Setelah 1x interaksi orang yang paling
klien dapat dekat dengan klien di
menyebutkan rumah/di ruang
minimal satu perawatan
penyebab menarik Apa yang membuat
diri dari Orang lain klien dekat dengan
dan lingkungan. orang tersebut
Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
Apa yang mebuat
klieen tidak dekat
dengan orang
tersebut
Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
51
Tujuan Khusus 3: 1. tanyakan pada klien Dengan mengetahui
Klien menyebutkan tentang: keuntungan dari
keuntungan manfaat hubungan berinteraksi klien
berhubungan sosial sosial diharapkan terdorong
dan kerugian kerugian menarik diri untuk berinteraksi
menarik diri 2. diskusikan bersama
klien tentang manfaat
Setelah 1x interaksi berhubungan sosial
klien dengan klien dan kerugian menarik
dapat menyebutkan diri
keuntungan 3. beri pujian terhadap
berhubungan sosial, kamampuan klien
misalnya: mengungkapkan
Banyak teman perasaannya
Tidak kesepian
Bisa diskusi
Saling menolong
Dan kerugian
menarik diri,
misalnya sendiri,
kesepian,tidak bisa
diskusi.
56
3.8 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa 1:
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran b.d sering menarik diri (isolasi sosial)
57
menutup perawat akan Pasien menutup telinga
telinganya. lakukan bersama
pasien, berapa lama A: Masalah belum teratasi
akan dikerjakan, dan
tempat pelaksanaan
asuhan keperawatan. P: Lanjutkan intervensi
e. Menjelaskan bahwa
perawat akan 1. Bina Hubungan Saling
merahasiakan Percaya dengan cara:
informasi yang Ucapkan salam setiap kali
diperoleh untuk berinteraksi dengan
kepentingan terapi pasien dan
f. Munjukkan sikap Berkenalan dengan
empati terhadap pasien pasien: perkenalkan nama
g. Memenuhi kebutuhan dan nama panggilan yang
dasar pasien bila perawat sukai, serta
memungkinkan. tanyakan nama dan nama
panggilan yang disukai
2) Membantu pasien pasien
menyadari gangguan Tanyakan perasaan dan
sensori persepsi keluhan pasien saat ini
halusinasi Buat kontrak asuhan apa
a. Menanyakan pendapat yang perawat akan
pasien tentang lakukan bersama pasien,
halusinasi yang berapa lama akan
dialaminya: tanpa dikerjakan, dan tempat
mendukung, dan pelaksanaan asuhan
menyangkal keperawatan.
halusinasinya.
58
b. Mengidentifikasi isi, Jelaskan bahwa perawat
situasi pencetus, akan merahasiakan
perasaan, dan upaya informasi yang diperoleh
yang sudah dilakukan untuk kepentingan terapi
pasien untuk Setiap saat tunjukkan
menghilangkan atau sikap empati terhadap
mengontrol halusinasi pasien
3) Melatih Pasien cara Penuhi kebutuhan dasar
mengontrol halusinasi: pasien bila
Secara rinci tahapan memungkinkan.
melatih pasien 2. Bantu pasien menyadari
mengontrol halusinasi gangguan sensori persepsi
dapat dilakukan sebagai halusinasi
berikut: Tanyakan pendapat
Menjelaskan cara pasien tentang
mengontrol halusinasi yang
halusinasi dengan dialaminya: tanpa
menghardik, 6(enam) mendukung, dan
benar minum obat, menyangkal
bercakap-cakap dan halusinasinya.
melakukan kegiatan Identifikasi isi, situasi
dirumah seperti pencetus, perasaan, dan
membereskan kamar, upaya yang sudah
merapihkan tempat dilakukan pasien untuk
tidur serta mencuci menghilangkan atau
baju. mengontrol halusinasi.
Memberikan contoh
cara menghardik, 3. Latih pasien cara
6(enam) benar mengontrol halusinasi:
59
minum obat, Secara rinci tahapan melatih
bercakapcakap dan pasien mengontrol
melakukan kegiatan halusinasi dapat dilakukan
dirumah seperti sebagai berikut:
membereskan kamar, Jelaskan cara
merapihkan tempat mengontrol halusinasi
tidur serta mencuci dengan menghardik,
baju. 6(enam) benar minum
Memberikan obat, bercakap-cakap
kesempatan pasien dan melakukan kegiatan
mempraktekkan cara dirumah seperti
menghardik, 6(enam) membereskan kamar,
benar minum obat, merapihkan tempat tidur
bercakap-cakap dan serta mencuci baju.
melakukan kegiatan Berikan contoh cara
dirumah seperti menghardik, 6(enam)
membereskan kamar, benar minum obat,
merapihkan tempat bercakapcakap dan
tidur serta mencuci melakukan kegiatan
baju yang dilakukan dirumah seperti
di hadapan Perawat membereskan kamar,
Memberi pujian merapihkan tempat tidur
untuk setiap serta mencuci baju.
kemajuan interaksi Berikan kesempatan
yang telah dilakukan pasien mempraktekkan
oleh pasien. cara menghardik,
Siap mendengarkan 6(enam) benar minum
ekspresi perasaan obat, bercakap-cakap
pasien setelah dan melakukan kegiatan
60
melakukan tindakan dirumah seperti
keperawatan untuk membereskan kamar,
mengontrol merapihkan tempat tidur
halusinasi. Mungkin serta mencuci baju yang
pasien akan dilakukan di hadapan
mengungkapkan Perawat
keberhasilan atau Beri pujian untuk setiap
kegagalannya. Beri kemajuan interaksi yang
dorongan terus telah dilakukan oleh
menerus agar pasien pasien.
tetap semangat Siap mendengarkan
meningkatkan ekspresi perasaan pasien
latihannya. setelah melakukan
tindakan keperawatan
untuk mengontrol
halusinasi. Mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus
agar pasien tetap
semangat meningkatkan
latihannya.
61
Diagnosa 2:
Harga diri rendah b.d tidak efektifnya koping individu
Klien mengatakan Kontak mata pasien Harga diri rendah Membina hubungan S:
jika warga terlihat kurang saat b.d tidak saling percaya dengan Klien mengatakan jika
masyarakat saat ini diajak efektifnya koping menggunakan prinsip warga masyarakat saat ini
kurang begitu berkomunikasi individu komunikasi terapeutik. kurang begitu
menghargainya Aktifitas motorik Mendiskusikan dengan menghargainya apalagi
apalagi pernah di klien terlihat lemas klien tentang aspek pernah di rawat di RSJ
rawat di RSJ positif dan kemampuan sebelumnya
sebelumnya yang dimiliki klien, Klien masih mengatakan
Klien mengatakan keluarga dan dulu aktif dalam kegiatan
dulu aktif dalam lingkungan masyarakat, tetapi sekarang
kegiatan Bersama klien buat sudah tidak karena malas
masyarakat, tetapi daftar tentang aspek selalu mendapatkan stigma
sekarang sudah positif klien, keluarga negatif di lingkungan
tidak karena malas dan lingkungan serta sekitar karena mantan
selalu mendapatkan kemampuan yang pasien jiwa.
stigma negatif di dimiliki klien
lingkungan sekitar b. Beri pujian yang O:
karena mantan realistis dan hindarkan Kontak mata pasien masih
pasien jiwa. member penilaian terlihat kurang saat diajak
negatif. berkomunikasi
62
c. Merencanakan bersama Aktifitas motorik klien
klien aktivitas yang juga masih terlihat lemas
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan A: masalah belum teratasi
klien yaitu kegiatan P: lanjutkan intervensi
mandiri dan kegiatan Membina hubungan saling
dengan bantuan percaya dengan
d. Meningkatan kegiatan menggunakan prinsip
sesuai kondisi klien komunikasi terapeutik.
e. Memberi contoh cara Mendiskusikan dengan
pelaksanaan kegiatan klien tentang aspek positif
yang dapat klien dan kemampuan yang
lakukan dimiliki klien, keluarga dan
f. Menganjurkan anjurkan lingkungan
klien untuk Bersama klien buat daftar
melaksanakan kegiatan tentang aspek positif klien,
yang telah keluarga dan lingkungan
direncanakan serta kemampuan yang
g. Memantau kegiatan dimiliki klien
kegiatan yang m. Beri pujian yang realistis
dilaksanakan klien dan hindarkan member
h. Memberi pujian atas penilaian negatif.
pujian atas usaha yang n. Merencanakan bersama
dilakukan klien klien aktivitas yang dapat
i. Mendiskusikan dilakukan setiap hari sesuai
kemungkinan kemampuan klien yaitu
pelaksanaan kegiatan kegiatan mandiri dan
setelah pulang kegiatan dengan bantuan
j. Memberi pendidikan
63
pendidikan kesehatan o. Meningkatan kegiatan
pada keluarga tentang sesuai kondisi klien
cara merawat klien p. Memberi contoh cara
dengan harga diri pelaksanaan kegiatan yang
rendah dapat klien lakukan
k. Membantu keluarga q. Menganjurkan anjurkan
keluarga memberikan klien untuk melaksanakan
dukungan selama klien kegiatan yang telah
dirawat direncanakan
l. Membantu keluarga r. Memantau kegiatan
keluarga menyiapkan kegiatan yang dilaksanakan
lingkungan di rumah klien
s. Memberi pujian atas pujian
atas usaha yang dilakukan
klien
64
Diagnosa 3:
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
69
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini
merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat,
mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.
Jenis-jenis halusinasi yaitu:
1. Pendengaran
2. Penglihatan
3. Penghidu
4. Pengecap
5. Perabaan
6. Cenesthetic
7. Kinesthetic
70
4.2 Saran
Bagi Perawat dan Rumah Sakit Diharapkan dapat meningkat kualitas asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dengan gangguan jiwa halusinasi
Diharapkan hasil studi kasus ini bisa untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan referensi tambahan bagi mahasiswa dalam melaksanakan
praktek asuhan keperawatan jiwa pada kasus halusinasi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019). Implementasi
Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius (JKA), 1(2), 146–155.
Rumah, D. I., Jiwa, S., Ildrem, P. M., Yanti, D. A., Sitepu, A. L., Sitepu, K., Novita,
W., & Purba, B. (2020). Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Ganguan Jiwa.
3(1).
72