“Vulnus Laceratum”
Nama Kelompok 9
Desi Ashari
Hafizah
Tartilisma Putri
Wiwin Tri Winarni
Astuti
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrohim
Asslamu’ alaikum warahmatulaahi wabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ ala, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bias menyelesaikan makalah
keperawatan luka dasar ini yang berjudul “Manajemen Luka Trauma ” ini dengan
baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak
Supriad,Ph.,D yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terimakasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bias selesai pada
waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan karya makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah
yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat dan bisa menambah wawasan. Akhir kata, billahi fii
sabililhaq fastabiqul khairat.
Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Tujuan Umum.............................................................................4
C. Tujuan Khusus...........................................................................4
D. Manfaat penulisan......................................................................5
E. Sistematika penulisan...............................................................6
A. TINJAUAN TEORI.......................................................................8
1.1 Definisi.........................................................................8
1.3 Etiologi..........................................................................12
iii
1.5 Patofisiologi.................................................................14
2.1 Pengkajian....................................................................20
B. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian............................................................................37
a. Identitas Pasien.............................................................37
b. Keluhan Utama...............................................................37
c. Alasan Masuk.................................................................37
a. Airway.............................................................................38
b. Breathing........................................................................38
c. Circulation......................................................................39
d. Disability.........................................................................39
e. Exposure........................................................................40
a. Riwayat Kesehatan........................................................40
iv
d. Hasil Laboratorium........................................................42
f. Pengobatan....................................................................42
4. Klasifikasi Data.....................................................................43
5. Analisa Data..........................................................................44
6. Diagnosa Keperawatan.......................................................45
7. Perencanaan Keperawatan.................................................46
A. Pengkajian.....................................................................................57
B. Diagnosa keperawatan.................................................................62
C. Perencanaan keperawatan..........................................................63
D. Implementasi.................................................................................66
E. Evaluasi.........................................................................................69
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................71
B. Saran..............................................................................................72
Daftar Pustaka
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
utama di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD
Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka yang tidak beraturan atau
compang camping, biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka
ini juga disebabkan oleh trauma yang tidak tajam seperti tepi meja, terkena
1
2
pendarahan tidak cepat dihentikan maka akan bisa menyebabkan terjadi nya
diketahui, pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang akan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau dari orang lain
Menurut WHO dalam jurnal Edukasi Berbasis Nutrisi dan budaya pada
penderita luka robek kronis (vulnus laceratum ) yang ditulis oleh Huda, N.,
Febriyanti, E., & de Laura, D. tahun 2018, angka kejadian vulnus laceratum
adalah 3.500 per 1000 populasi penduduk. Mayoritas vulnus laceratum pada
insiden luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit, diperoleh data untuk luka
bedah ada 110.30 juta kasus, luka trauma 1.110 juta kasus, luka lecet ada
20.40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus. (Martono, Jurnal Terpadu Ilmu
19,94% pada tahun 2016 lalu. Indonesia sendiri memiliki angka prevalensi
vulnus laceratum cukup tinggi, dari data Riskesdas tahun 2017 disebutkan
bahwa angka prevalensi cedera nasional adalah sebesar 8,2%. Angka ini
nya adalah cedera akibat jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor
(7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Prevalensi cedera
proporsi cedera luka robek menduduki urutan ketiga jenis luka terbanyak di
Indonesia. Jenis luka ini tertinggi ditemukan di Papua sekitar 48,5 persen dan
provinsi Sumatera Selatan angka prevalensi pada kasus luka robek adalah
sebesar 18,7%.
4
Pada saat 3 hari praktik di ruang IGD Bedah RS-YW Ibnu Sina Kota
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
Tahun 2021.
5
D. Manfaat Penulisan
2. Rumah Sakit
3. Penulis
selama pendidikan.
BAB II
A. TINJAUAN TEORI
1.1. Definisi
kaki. Selain itu terkilir dan kelelahan pada kaki juga bisa menjadi
laceratum.
8
9
pembuluh darah sebagai dari bentuk akibat trauma dan ruda paksa
(Novaprima, 2019).
menjadi 2 yaitu :
dibawahnya.
menembus dinding.
karena elastisitasnya.
1.2.1 Kulit
bertautan”.
proses di ferensiasi
b. Dermis
c. Lemak subkutan
1.3 Etiologi
diantaranya :
a. Alat tumpul
e. Bahan kimia terjadi akibat efek korosi dari asam kuat dan
basa kuat.
13
f. Trauma Fisika
darahm meningkat.
laceratum yaitu :
9.2.3 Bengkak
9.2.4 Perdarahan
1.5 Patofisiologi
hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepi nya antara
1.6 Penatalaksanaan
(efektif).
7) Oksidansia
17
kerak (Korts).
(konsentrasi 3%).
luka bakar.
mencuci tangan.
(Mansjoerm 2000:390).
Indonesia,2000 : 18).
c. Penjahitan Luka
19
atau pertertiam.
d. Penutupan Luka
1.6.2 Medis :
a. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi
b. Pemberian Antibiotik
2.2.2 Breathing
2.2.3 Circulation
2.2.4 Disability
yaitu composmentis.
2.2.5 Exposure
diagnostic.
2.2.1 Identitas
pendidikan, pekerjaan.
a. Sumber kecelakaan.
obat-obatan.
2.3.2 Sirkulasi
bradikardi.
2.3.4 Eliminasi
2.3.5 Neurosensory
kesemutan nyeri.
25
2.3.6 Nyeri/kenyamanan.
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa tidur, kulit nyeri panas,
cairan aktif.
4. Risiko infeksi.
meningkat.
menurun.
membaik.
membaik.
membaik
Hipovolemia Observasi
Edukasi.
Kolaborasi
membaik.
membaik
Observasi
oksigen >94%.
Edukasi
Kolaborasi
menurun
Observasi
memperingan nyeri.
Terapeutik
29
mengurangi nyeri.
Edukasi
Kolaborasi
proses penyakit.
Hipertermia
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
intravena
menurun.
menurun.
Observasi
Terapeutik
gangguan neuromuscular.
meningkat
menjadi menurun.
menurun.
Observasi :
mobilisasi.
Terapeutik
meningkatkan pergerakan.
Edukasi
dilakukan
Observasi
33
sistemik
Terapeutik
tinggi
Edukasi
cairan
tpm.
gangguan neuromuscular.
36
sebelumnya.
B. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
motor dengan luas luka 6 cm x 0,5 cm x 0,5 cm, dengan skala nyeri
a. Airway
Bebas □ Paten
b. Breathing
1) Fungsi Pernapasan
c) Respirasi : 20 x/menit
d) Krepitasi : □ Ya Tidak
c. Circulation
1) Keadaan sirkulasi
c) Suhu : 370c
f) Perdarahan : Ya □ Tidak
kanan
40
d. Disability
e. Exposure
1) Penilaian hipotermia/hipertemia
2) Pengkajian nyeri
: Teriris-iris
R : Kaki kanan
S : Skala 6 (NRS)
Reaki pupil
41
Table 2.1
Reaksi Pupil
Kanan Ukuran Kiri Ukuran
(mm) (mm)
Cepat 2,5 mm 2,5 mm
Konstriksi - -
Lambat - -
Dilatasi - -
Tidak Beraksi - -
3. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat Kesehatan
A : Allergies (Alergi)
makanan.
M : Medication (Pengobatan)
sakit)
42
injuri/sakit)
robekan.
P : Provokatif (penyebab)
Quality (kualitas)
: Radiation (paparan)
Skala 6
saat bergerak
43
e. Hasil Laboratorium
g. Pengobatan
2. IVFD RL 20 tpm.
4. KLASIFIKASI DATA
Table 2.2
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
a. Pasien mengatakan pusing a. Pasien tampak pucat
b. Pasien mengatakan merasa b. Bibir pasien tampak kering
lemah. c. Pasien tampak meringis.
c. Pasien mengatakan haus d. Nadi teraba lemah
d. Pasien mengatakan e. Pasien tampak sesekali
mengalami luka robek pada memegangi area yang nyeri.
44
5. ANALISA DATA
Table 2.3
Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1. Factor Risiko :
a. Kehilangan cairan
secara aktif. Risiko Hypovolemia
b. Trauma/perdarahan.
45
2. DS :
a. Pasien mengatakan
mengalami luka robek
pada daerah kaki kanan.
b. Pasien mengeluh nyeri
pada kaki kanan akibat Nyeri Akut
luka robekan.
DO :
a. Pasien tampak meringis.
b. Pasien tampak sesekali
memegangi area yang
nyeri.
c. Pengkajian nyeri.
O : Nyeri dirasakan
sejak beberapa
menit yang lalu setelah
ditabrak bentor.
P : Pada saat pasien
sedang mengendara
motor hendak pulang
kerumah tiba-tiba
sebuah bentor
menabrak kaki kanan
pasien
Q : Seperti tertusuk-
tusuk
R : Nyeri dirasakan di
area ekstremitas
bawa sebelah
46
kanan.
S : Skala 6 (NRS).
T : Hilang timbul
d. Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg P
: 20 x/menit
N : 110 x/menit
S : 370c
3. Factor Resiko : Resiko Perdarahan
Trauma
6. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Risiko Hypovolemia
1) Resiko infeksi
7. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Table 2.4
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Risiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Hypovolemia/ tindakan keperawatan Observasi
selama 1 x 6 jam a. Periksa tanda dan gejala
diharapkan status cairan hypovolemia (mis,
membaik dengan frekuensi nadi
kriteria hasil : meningkat, nadi
47
Table 2.5
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
Risiko Hipovolemia 09.10 1. Periksa tanda dan gejala Jam : 14.00
hypovolemia (mis, frekuensi S:
nadi meningkat, nadi teraba 1. Perdarahan pada luka robek
lemah, tekanan darah sudah tidak banyak
menurun, tekanan nadi O:
menyempit, turgor kulit 1. Terpasang Infus NaCl
menurun, membrane 20 tpm.
mukosa kering, volume 2. Tanda-tanda vital
urine menurun, hematocrit TD : 100/80 mmHg
meningkat, haus, lemah). Hasil P : 20 x/menit
: Nadi pasien teraba lemah, N : 110x/i
pasien merasa S : 360c
haus, pasien tampak lemah. CRT >2 detik
Tanda-tanda vital :
51
NaCl, RL).
09.45 Hasil : Pasien diberikan
cairan NacL 20 tpm.
Nyeri akut b/d agen 10.00 1. Mengkaji status nyeri yang Jam : 14.00
pencedera fisik dirasakan. S: pasien mengatakan luka robek
Hasil : pada area ekstremitas bawah
O : Nyeri dirasakan sejak sebelah kanan didapatkan
beberapa menit yang pada saat sedang mengendara
lalu terjadi setelah motor ketika mau pulang
ditabrak motor. kerumah.
P : Pada saat pasien sedang O :
mengendara motor 1. Pasien tampak meringis
hendak pulang kerumah 2. Pasien tampak sesekali
tiba-tiba memegangi area nyeri.
sebuah bentor 3. TTV :
menabrak kaki kanan TD : 90/60 mmHg
pasien.
53
Makassar diruang IGD Bedah pada Ny. F selama tiga hari dengan Vulnus
dialami klien selama berada di ruang IGD Bedah dengan menggunakan proses
Berikut ini akan membahas tentang perbedaan yang terjadi antara teori dan kasus
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
57
58
a. Airway
ditemukannya lendir.
bagian wajah.
b. Breathing
c. Circulation
tekanan darah yaitu 90/60 mmHg. Hal ini sama dengan teori
mekanisme
61
d. Disability
mm. hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
e. Exposure
yang terjadi pada exposure yaitu terdapat nyeri pada daerah luka
robek.
2. Pengkajian Sekunder
dimulai dari kepala hingga kaki (Head to toe) dan dapat pula
B. Diagnosa
2. Risiko syok
(robekan).
7. Risiko infeksi.
3. Risiko Infeksi
ditemukan antara teori dan kasus karena pada saat pengkajian tidak
C. Perencanaan Keperawatan
1. Hypovolemia Manajemen
Hipovolemia Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
2. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
Observasi
nyeri.
Terapeutik
Edukasi
nyeri.
Kolaborasi
66
3. Risiko Infeksi
D. Implementasi Keperawatan
1. Risiko Hypovolemia
TD : 90/60 mmHg
P : 20 x/menit
N : 110 x/menit
S : 370c
menit.
RL).
2. Nyeri akut
Hasil :
68
Q : Seperti tertusuk-tusuk
kanan.
S : Skala 6 (NRS).
T : Terus menerus.
d. Pemantauan TTV
Hasil :
TD : 90/60 mmHg
P : 20 x/menit
N : 110 x/menit
S : 36,90c
69
3. Risiko infeksi
Observasi
a. Monitor kondisi luka (meliputi ukuran luka, derajat luka,
perdarahan, warna dasar luka, infeksi, esudat, bau luka,
kondisi tepi luka).
Hasil : ukuran luka 6 cm x 0,5cm x 0,5 cm. terdapat
perdarahan sebanyak 200 cc, dan luka tampak kemerahan.
b. Monitor tanda dan gejala infeksi pada luka
Hasil : Luka tampak kemerahan, pasien tampak meringis.
Terapeutik
a. Bersihkan luka bagian dalam dengan menggunakan NaCl
0,9%.
Hasil : Luka pasien dibersihkan dengan menggunakan
cairan NaCL 0,9%
b. Lakukan pembalutan luka, jika perlu.
Hasil : Luka pasien dihecting sebanyak 23 jahitan, dengan
jahitan dalam yaitu sebanyak 6 jahitan, jahitan luar
sebanyak 12 jahitan dan dilakukan pembalutan luka dengan
kasa.
c. Oleskan salep, jika perlu.
Hasil : Luka pasien diberikan Povidone Iodine
Edukasi
a. Ajarkan prosedur perawatan luka.
Hasil : pasien mengerti apa yang telah diajarkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
Hasil : Pasien diberikan obat asam mafenamat 3x1
70
E. Evaluasi Keperawatan
penanganan segera, cepat dan tepat. Evaluasi yang dilakukan pada Ny. F
didapatkan ada beberapa diagnosa yang belum teratasi tetapi pasien agak
(Non Bedah).
sudah teratasi.
robek.
PENUTUP
B. KESIMPULAN
1. Pengkajian
kasus.
2. Diagnosa Keperawatan
c. Risiko Infeksi
71
72
3. Tindakan Keperawatan
4. Evaluasi
C. SARAN
1. Institusi Pendidikan
2. Rumah sakit
Laceratum Metatarsal.
3. Bagi perawat
73
merawat luka agar hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
(FLow, https://id.scribd.com/doc/316542431/Asuhan-Keperawatan-Vulnus-
Laceratum-KMB, 2016)
http://registrasi.rscahyakawaluyan.com/bankdata/pdf/392477298-Sak-Igd-
Revisi.pdf
Mansjoer, A. dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
74
75