Anda di halaman 1dari 7

Nomor 1

A. Menurut Analisis Saya, Klasifikasi penjahat berdasarkan status sosial dapat


menjadi subjek yang kompleks, karena kejahatan tidak selalu bergantung pada faktor-
faktor sosial atau ekonomi semata. Namun demikian, beberapa analisis dapat
dilakukan untuk memahami hubungan antara status sosial dan kejahatan.
a) Kejahatan yang dilakukan oleh individu miskin: Individu miskin seringkali
menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang berpotensi menjadi faktor pemicu
kejahatan. Beberapa penyebab fundamental kejahatan yang dilakukan oleh individu
miskin meliputi:
 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar: Ketika individu miskin tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, perumahan, atau pendidikan, mereka
mungkin terdorong untuk melakukan tindakan kriminal guna memperoleh sumber
daya yang dibutuhkan.
 Ketidaksetaraan ekonomi: Kesenjangan ekonomi yang besar antara kaya dan
miskin dapat menyebabkan frustrasi, ketidakpuasan, dan ketidakadilan sosial. Ini
dapat mendorong individu miskin untuk melakukan kejahatan sebagai upaya
untuk meraih keadilan atau memperbaiki kondisi kehidupan mereka.
 Lingkungan sosial yang terpapar kejahatan: Individu yang hidup di lingkungan
dengan tingkat kejahatan yang tinggi cenderung terpengaruh dan terlibat dalam
perilaku kriminal. Faktor-faktor seperti kelompok teman yang terlibat dalam
kejahatan atau kurangnya dukungan sosial dapat mempengaruhi seseorang untuk
terlibat dalam kegiatan kriminal.
b) Kejahatan yang dilakukan oleh individu kaya: Penjahatan yang dilakukan oleh
individu kaya seringkali berkaitan dengan kekuasaan, keuntungan finansial, atau
posisi sosial mereka. Beberapa penyebab fundamental kejahatan yang dilakukan oleh
individu kaya meliputi:
 Keserakahan dan keinginan untuk memperoleh lebih banyak kekayaan: Beberapa
individu kaya mungkin terlibat dalam kejahatan seperti korupsi, penipuan, atau
insider trading dalam upaya untuk memperoleh keuntungan finansial yang lebih
besar tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan.
 Kekuasaan dan akses yang melampaui batas: Individu kaya dengan akses ke
kekuasaan dan sumber daya yang luas dapat menyalahgunakan posisi mereka
untuk mencapai tujuan pribadi atau untuk melindungi kepentingan mereka. Hal
ini dapat melibatkan praktik korupsi, penyuapan, atau penyalahgunaan kekuasaan
lainnya.
 Lingkungan sosial yang memungkinkan: Individu kaya mungkin terlibat dalam
kejahatan karena mereka beroperasi dalam lingkungan yang memfasilitasi
perilaku tersebut. Lingkungan yang korup, norma sosial yang menerima
penipuan, atau kelompok sosial tertentu yang mendorong kejahatan dapat
berkontribusi pada kecenderungan individu kaya untuk terlibat dalam kegiatan
kriminal.

2. Menurut analisis saya, kriminalitas dapat terjadi di semua lapisan masyarakat,


tidak terbatas pada individu kaya atau miskin. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kriminalitas meliputi faktor sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, dan
lainnya. Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang kaya atau miskin terlibat
dalam kegiatan kriminal, dan tidak semua tindakan kriminal dilakukan oleh individu
yang kaya atau miskin. Pemerintah memiliki peran penting dalam menegakkan
hukum dan memastikan keamanan serta ketertiban masyarakat. Aturan yang tegas dan
penegakan hukum yang efektif dapat membantu menekan terjadinya tindak kriminal
dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua warga.

Namun, dalam menghadapi kriminalitas, penting juga untuk mempertimbangkan


pendekatan yang holistik dan inklusif. Penekanan terhadap pencegahan kriminalitas,
melalui upaya pendidikan, pengembangan ekonomi, dan pembangunan sosial, juga
merupakan aspek penting dalam memerangi kriminalitas. Mengurangi kesenjangan
sosial-ekonomi dan menciptakan peluang yang adil bagi semua anggota masyarakat
juga dapat membantu mengurangi dorongan terjadinya tindak kriminal. Selain itu,
sistem peradilan yang adil dan efisien juga penting untuk menangani kasus-kasus
kriminal dengan proporsionalitas dan keadilan. Dalam melaksanakan aturan yang
tegas, pemerintah juga harus memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia
dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya.

Secara keseluruhan, penanganan kriminalitas memerlukan pendekatan yang


komprehensif yang mencakup aspek hukum, pencegahan, pengembangan sosial, dan
penegakan hukum yang adil. Dengan cara ini, diharapkan bahwa masyarakat dapat
menjadi lebih aman dan terhindar dari kegaduhan yang ditimbulkan oleh tindak
kriminal.

Nomor 2
Menurut Analisis Saya, korupsi adalah masalah serius yang mempengaruhi
pembangunan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara. Untuk mencegah dan
memerangi tindak pidana korupsi, diperlukan strategi yang komprehensif dan efektif.
Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang tepat dalam tindak pidana korupsi:
1. Meningkatkan Transparansi: Transparansi adalah kunci dalam mencegah korupsi.
Pemerintah harus menerapkan kebijakan dan regulasi yang memastikan akses
terbuka terhadap informasi publik, termasuk anggaran negara, kontrak, dan
kebijakan lainnya. Penyampaian informasi yang jelas dan akuntabel dapat
mengurangi celah untuk korupsi.
2. Memperkuat Hukum dan Penegakan Hukum: Penting untuk memiliki kerangka
hukum yang kuat yang mengatur tindak pidana korupsi dan sanksi yang tegas
bagi pelaku korupsi. Hukuman harus adil, efektif, dan tidak terpengaruh oleh
kekuasaan politik atau kekayaan. Selain itu, penegakan hukum yang tegas dan
independen juga diperlukan untuk memberantas korupsi.
3. Mendorong Partisipasi Aktif Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam upaya
pencegahan korupsi sangat penting. Pendidikan dan kesadaran publik tentang
korupsi perlu ditingkatkan. Program pendidikan anti-korupsi dapat diperkenalkan
di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan lainnya untuk mengajarkan nilai-nilai
integritas, etika, dan akuntabilitas kepada generasi muda.
4. Menerapkan Sistem Pengawasan yang Efektif: Sistem pengawasan yang kuat
adalah kunci dalam mencegah korupsi. Mekanisme pengawasan internal dan
eksternal yang independen harus didirikan untuk mengawasi penggunaan
anggaran publik, proses pengadaan, dan tindakan pemerintah lainnya. Audit yang
transparan dan teratur juga harus dilakukan untuk memeriksa pengelolaan
keuangan pemerintah.
5. Memperkuat Integritas dalam Pemerintahan: Pembangunan integritas dan etika di
dalam pemerintahan sangat penting. Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan
sistem seleksi dan rekrutmen pegawai negeri yang berdasarkan kompetensi dan
integritas. Selain itu, kode etik dan standar perilaku yang jelas harus diberlakukan
dan dipatuhi oleh semua pegawai pemerintah.
6. Meningkatkan Kerjasama Internasional: Korupsi adalah masalah lintas batas,
oleh karena itu kerjasama internasional sangat penting. Negara-negara harus
bekerja sama dalam pertukaran informasi, pelacakan aset yang dicurigai, dan
ekstradisi pelaku korupsi. Perjanjian anti-korupsi regional dan internasional juga
perlu ditingkatkan.
7. Mendorong Penggunaan Teknologi: Pemanfaatan teknologi informasi dapat
membantu mengurangi peluang untuk korupsi. Penerapan sistem elektronik untuk
layanan yang lebih luas.

Nomor 3
Menurut analisis saya secara umum, kritikan yang mungkin diajukan oleh mazhab
"critical criminology" terhadap eksistensi hukum pidana secara umum dan hukum
pidana yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Harap dicatat bahwa analisis ini bersifat umum dan tidak mengacu
pada isi konkret UU tersebut, karena saya tidak memiliki akses langsung ke teks
hukum terbaru. Namun, saya akan mencoba memberikan pemahaman dasar mengenai
kritik yang bisa saja diajukan oleh mazhab tersebut. "Mazhab critical criminology"
adalah pendekatan dalam bidang kriminologi yang cenderung melihat kejahatan
sebagai produk dari ketidakadilan sosial, struktur kekuasaan, dan ketimpangan
ekonomi dalam masyarakat. Mazhab ini sering kali mengkritik sistem hukum pidana
konvensional karena dianggap sebagai alat kontrol sosial yang dipengaruhi oleh
ketidakadilan struktural.

Dan beberapa kritikan yang mungkin diajukan oleh mazhab "critical criminology"
terhadap eksistensi hukum pidana secara umum adalah sebagai berikut:
1. Ketidaksetaraan dalam penegakan hukum: Kritik ini berkaitan dengan cara
hukum pidana diterapkan secara selektif terhadap kelompok tertentu dalam
masyarakat, seperti kelompok miskin, minoritas, atau kelompok marginal.
Mazhab ini berpendapat bahwa sistem hukum pidana sering kali cenderung
memihak kelompok yang memiliki kekuatan atau status sosial yang lebih tinggi.
2. Penekanan pada pemasyarakatan dan hukuman: Kritikan ini mengarah pada fokus
terlalu besar pada pemasyarakatan dan hukuman sebagai bentuk penyelesaian
masalah kejahatan. Mazhab ini berpendapat bahwa pendekatan rehabilitasi,
perbaikan kondisi sosial, dan mencegah kejahatan jauh lebih efektif daripada
sekadar menghukum pelaku.
3. Tidak menangani akar penyebab kejahatan: Mazhab "critical criminology"
berargumen bahwa hukum pidana sering kali tidak menangani akar penyebab
kejahatan yang mendasarinya. Mereka berpendapat bahwa kejahatan terjadi
karena adanya ketidakadilan struktural, kemiskinan, kurangnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan yang layak, serta ketimpangan ekonomi. Oleh karena
itu, mazhab ini menekankan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam
menangani kejahatan, seperti perbaikan sistem sosial dan ekonomi.
4. Efek kriminalisasi terhadap kelompok rentan: Kritik ini menyoroti bagaimana
sistem hukum pidana sering kali memperparah ketidakadilan sosial dengan secara
tidak proporsional mengkriminalisasi kelompok rentan seperti orang miskin,
migran, atau kelompok minoritas.

Nomor 4
1. Pengaruh kondisi ekonomi terhadap tingkat kejahatan sangat signifikan. Kondisi
ekonomi yang buruk atau tidak stabil dapat meningkatkan insentif individu untuk
terlibat dalam kejahatan, terutama kejahatan ekonomi seperti pencurian. Beberapa
faktor yang dapat menjelaskan hubungan ini adalah:
a. Ketidakstabilan ekonomi: Ketika ekonomi mengalami kemerosotan atau tidak
stabil, tingkat pengangguran biasanya meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan
kesulitan ekonomi dan pengurangan peluang pekerjaan yang layak. Dalam situasi
tersebut, individu yang menghadapi kesulitan finansial cenderung mencari cara
alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka, termasuk melalui kejahatan.
b. Ketimpangan ekonomi: Jika kesenjangan ekonomi antara kelompok-kelompok
sosial yang berbeda sangat besar, hal ini dapat menciptakan ketidakpuasan sosial dan
rasa ketidakadilan. Orang-orang yang merasa terpinggirkan atau tidak memiliki
kesempatan yang adil untuk kemajuan ekonomi dapat merasa terdorong untuk terlibat
dalam kegiatan kriminal sebagai bentuk protes atau cara untuk memperoleh
keuntungan ekonomi.
c. Peluang kejahatan: Kondisi ekonomi yang buruk dapat menciptakan peluang
kejahatan yang lebih besar. Misalnya, penurunan pengamanan atau penurunan
pengawasan karena alasan ekonomi dapat memudahkan pelaku kejahatan untuk
melancarkan tindakan mereka. Selain itu, kebutuhan individu yang tidak terpenuhi
secara ekonomi dapat mendorong mereka untuk mencuri atau terlibat dalam kejahatan
lainnya sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan finansial.

2. Mengenai langkah yang ditempuh oleh aparat penegak hukum dalam menangani
perkara "Pencurian Etalase Warung sebesar Rp 500 ribu karena kondisi ekonomi,"
penting untuk mengevaluasi apakah musyawarah merupakan langkah yang tepat
dalam kasus ini adalah dengan musyawarah, atau penyelesaian perkara secara
kekeluargaan, sering digunakan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah tanpa
melibatkan proses peradilan formal. Langkah ini dapat bermanfaat dalam beberapa
situasi, terutama jika pelaku kejahatan memiliki alasan atau penyesalan yang jelas,
dan korban bersedia untuk memaafkan dan mencari solusi damai. Namun, dalam
kasus pencurian etalase warung dengan kerugian sebesar Rp 500 ribu, musyawarah
mungkin tidak menjadi langkah yang tepat. Meskipun jumlah kerugian tergolong
kecil, tindakan pencurian tetap merupakan pelanggaran hukum yang serius. Dalam
situasi ini, penting bagi aparat penegak hukum untuk memberikan sanksi yang sesuai
agar dapat memberikan efek jera dan menjaga keadilan bagi korban. Selain itu,
penting juga untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti apakah pelaku
merupakan pelaku berulang atau memiliki riwayat kejahatan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai