Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
” ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA GERIATRI”
Dosen Pengampu : DELVI YANTO, S.Kep., Ners.,M.Pd

Nama :
Aryan Roshandi (SR19213011)
Astutik (SR19213018)
Ratna Sari (SR19213002)
Siti Hazizah (SR19213008)
Syeva Amalia (SR19213025)

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH-SWT, karena hanya dengan rahmat-
Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah Keperawatan Kritis ini yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA GERIATRI”
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
karya makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun
ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir
kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat buat para teman-
teman.

Pontianak,25 september 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................1
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
A. Konsep Lansia........................................................................................................2
B. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................6
BAB III Asuhan Keperawatan Kritis pada Geriatri TN.CH..............................................10
A. Identitas Pasien......................................................................................................10
B. Riwayat Kesehatan................................................................................................10
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................29
A. Kesimpulan............................................................................................................29
B. Saran......................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, yaitu cara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, figure tubuh yang tidak proporsional dan daya ingat pun
menjadi lemah atau pikun (Nugroho, 2008).
Selain mengalami kemunduran pada fisiknya, lansia juga mengalami penurunan kemampuan
daya ingat atau biasa disebut demensia atau pikun, kehilangan memori secara perlahan,
kehilangan keseimbangan dan propriosepsi, tidak mampu melakukan tugas dengan baik,
kehilangan kepribadian seperti perasaan yang tidak stabil, rasa tersinggung, kurang
mempercayai orang lain dan lupa untuk melakukan hal yang penting misalnya saja merawat
diri dan lingkungannya (Rosdhal & Kowalski, 2014).

B.Rumusan Masalah
Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Tn.Cn

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. Cn

D. Manfaat Penelitian
Menambah wawasan tentang pemberian Asuhan Keperawatan kritis pada geatri pada Lansia

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari. Proses
penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,
ekonomi dan psikologis.(Mustika, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
2. Batasan usia lansia
Batasan usia lanjut usia (lansia) berbeda dari waktu ke waktu. Menurut World Health
Organization (WHO) lansia meliputi :
a. Usia Pertengahan (Middle age) antara usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut Usia (Elderly) antara usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut Usia Tua (Old) antara usia 75 – 90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very old) 90 tahun
Batasan usia lansia menurut Departemen Kesehatan RI (2006) dikelompokkan menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (Usia 55 – 59 tahun)
b. Usia Lanjut Dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(Usia 60 – 64 tahun)
c. Lansia Berisiko Tinggi yaitu bagi lansia yang menderita berbagai penyakit degeneratif
(Usia >65 tahun).
3. Teori Penuaan
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat beberapa teori penuaan
(aging process) yaitu:
a. Teori Biologis
Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai

2
meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang
bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh
selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel atau
organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis.
b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)
Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon perkembangannya. Perkembangan
seseorang akan terus berjalan walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi
terdiri dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of human needs),
yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat paling tinggi
(aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme), yaitu sifat
manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung
introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight
stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang adalah ego
integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia akan
berkembang menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup
penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil).
c. Teori Kultural
Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang menjelaskan bahwa
tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan
sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu 15 daerah dan dianut oleh
kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.
d. Teori Sosial
Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif
dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang
mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori kesinambungan
(adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan
meninggalkan peran dalam proses penuaan).
e. Teori Genetika
Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan memiliki
komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup
pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa
mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.
f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

3
Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang
sehinggal terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini disebut peristiwa autoimun (Hayflick,
1965).
g. Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak, kebingungan, pendengaran
yang menurun atau disebut dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin
(Martono, 2006).
h. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa lansia adalah orang
yang aktif dan memiliki banyak kegitan social. Continuity theory adalah perubahan yang
terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, dan disengagement
theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri dari pergaulan.
4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan
berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran) disebabkan
karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas 60 tahuhn.
2) Sistem Intergumen Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat
pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian menjadi
lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan
kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:
berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,
sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanut akan mengakibatkan nyeri,

4
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi
seperti tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa
jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga perenggangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan
ikat.
5) Sistem Respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan ruang
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan perenggangan torak
berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Perkemihan Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
8) Sistem Saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary
dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (daya ingat, Ingatan).
2) IQ (Intellegent Quotient).
3) Kemampuan Belajar (Learning).
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making).

5
7) Kinerja (Performance).
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Lingkungan.
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family. 9)
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
kensep diri.
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin matang
(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-
hari.
e. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang
berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian ini dilakukan dengan
tujuan menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri, melengkapi dasar-dasar
rencana keperawatan individu, membantu menghindarkan bentuk dan pandangan klien, dan
memberikan waktu kepada klien untuk menjawab.

6
1) Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum tinggal di panti, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk panti,
kamar dan penanggung jawab.
2) Riwayat Masuk Panti :
Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses nya sehingga dapat
bertempat tinggal di panti.
3) Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung, pasangan, dan anak-
anak)
4) Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan sumber-sumber pendapatan
dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
5) Riwayat Lingkup Hidup Meliputi :
tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di rumah, derajat privasi,
alamat, dan nomor telpon.
6) Riwayat Rekreasi Meliputi :
hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
7) Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat atau
klinik
8) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi
mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.
9) Status Kesehatan Saat Ini Meliputi :
status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang
lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah
kesehatan.
10) Obat-Obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya, atas nama dokter
siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
11) Status Imunisasi
Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
12) Nutrisi

7
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola konsumsi makanan dan
riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien dengan hipertensi perlu memenuhi
kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet
rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
13) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung kepala sampai
ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik
inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit,
kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera,
pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung,
tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan
lubang telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum
dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis.
b. Diagnosa Keperawatan
setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterpretasikan
kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnose keperawatan berdasarkan data yang
menyimpan dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari
tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat
diukur dan realistis. Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala
yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/gangguan yang lebih luas.
c. Intervensi
semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap
klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan. Tindakan
keperawatan dappat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu, tindakan kolaboratif
dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan terus menerus terhadap
kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.

d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang telah ditentukan
tercapai.

8
e. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose ,
perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA GERIATRI TN.CH

9
I.         PENGKAJIAN
Tanggal masuk                 : 21 Juni 2022 Pukul 04.00 WIB
Tanggal pengkajian          : 21 Juni 2022 Pukul 10.00 WIB
A.       Identitas Pasien
1.            N a m a                                    : Tn. Ch                      
2.            U m u r                                    : 53 Tahun
3.            Jenis Kelamin                          : Laki-laki
4.            Agama                                     : Islam
5.            Pekerjaan                                 : Swasta
6.            Alamat                                     : Cinderejo Kidul 6/9 Banjarsari, Surakarta
7.            Diagnosa Medis                      : CVA Haemoragik
8.            No. Register                            : 01014680
         Identitas Penanggung Jawab
1.            N a m a                                    : Ny. S
2.            U m u r                                    : 50 Tahun                                          
3.            Alamat                                     : Cinderejo Kidul 6/9 Banjarsari, Surakarta
4.            Hubungan                                : Istri dari klien

B.       Riwayat Kesehatan
1.        Keluhan utama
Penurunan Kesadaran
2.        Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelumnya pasien demam, kemudian dibawa berobat ke dokter umum dan dikatakan
ISK. ± 2 jam yang lalu pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam
kondisi ngorok. Sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak ada
kejang sebelumnya. Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Kasih Ibu pukul 00.15 WIB.
Kemudian dari RS Kasih Ibu klien dirujuk ke IGD RSU Dr Moewardi pukul 13.00 WIB.
Klien datang di IGD RS Dr. Moewardi Surakarta dalam keadaan tidak sadar dengan GCS
E1M2V1. Kemudian klien dirujuk ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif
dengan ventilator. Saat pengkajian di ICU klien soporokoma dengan GCS E1M2VET,
terpasang Ventilator dengan mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487, RR 38x/menit.
Vital Sign : TD 140/90 mmHg, Heart rate 160x/menit, Suhu : 38,5⁰C, dan SaO2 100%.
Kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +/- . Ada akumulasi secret di mulut dan di
selang ET, tidak terpasang mayo dan lidah tidak turun. Terdapat retraksi otot interkosta
10
dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan. CRT < 3 detik. Di
ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam, Ranitidin /12 jam, dan
infuse RL 20 tpm.
      
3.        Riwayat penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi kurang dari satu tahun.

4.        Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien

II.      PENGKAJIAN PRIMER
a.       Airway
Pada jalan napas terpasang ET, ada akumulasi sekret di mulut dan selang ET, lidah tidak
jatuh ke dalam dan tidak terpasang OPA.
b.      Breathing
RR :  38 kali/menit, tidak terdapat nafas cuping hidung, terdapat retraksi otot interkosta, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, ada suara ronkhi basah di basal paru kanan dan tidak
terdapat wheezing, terpasang Ventilator dengan mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487.
Suara dasar vesikuler.
c.       Circulation
TD 140/98 mmHg, MAP 112, HR 124x/menit, SaO2 100%, capillary refill < 3 detik, kulit
tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.
d.      Disability
Kesadaran : soporokoma, GCS : E1M2VET, reaksi pupil +/-, pupil miosis, dan besar pupil 2
mm.
e.       Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 38,5 ⁰C

III.   PENGKAJIAN SEKUNDER
A.       Tanda-tanda Vital
Tanggal TD MAP HR SaO2 RR Suhu
21/06/10 140/98 112 124 100 38 38,5

11
22/06/10 145/97 113 130` 100 20 38,2

23/06/10 88/51 63,3 96 97 17 40,7

B.                 Pemeriksaan Fisik


1.        Kepala
Bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada oedem
2.        Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, kedua pupil miosis,
reflek pupil +/-.
3.        Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada serumen
4.        Hidung
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas cuping hidung
5.        Mulut
Bibir pucat dan kotor, terpasang ET
6.        Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk.
7.        Thoraks
a.         Jantung
Inspkesi       : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi         : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi        : Pekak
Auskultasi   : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
b.        Paru-paru
Inspkesi       : Paru kanan dan kiri simetris, terdapat retraksi interkosta, tidak ada penggunaan
otot bantu napas, RR 38x/menit
Palpasi         : Tidak dikaji
Perkusi        : Sonor seluruh lapang paru

12
Auskultasi   : Suara dasar vesikuler, terdapat suara tambahan ronkhi basah di basal paru
kanan
8.        Abdomen
Inspeksi              : Datar
Auskultasi          : Bising Usus 13x/menit
Perkusi               : Timpani
Palpasi                : Tidak terjadi distensi abdomen
9.        Ekstremitas
Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1
10.    Genitalia
Bentuk penis normal, skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada jejas

C.    Pola Eliminasi
a)      Urin/shift
Tgl Frek BAK Warna Retensi Inkontinensia Jumlah
21/06/1 DC Kuning √ - 200 cc
0
22/06/1 DC Kuning √ - -
0
23/06/1 DC Kuning √ - -
0

         Pemeriksaan lab urin : Tidak ada


b)      Fekal
Tgl Frek BAB Warna Konsistensi
21/06/1 1x Kuning Lunak
0 kecoklatan
22/06/1 - - -
0
23/06/1 1x Kuning Lunak
0 kecoklatan
         Pemeriksaan lab feses : Tidak ada

13
D.    Tingkat Kesadaran
1.      GCS
Tgl Eye (e) Motorik (m) Verbal (v) Total
21/06/10 1 2 ET -
22/06/10 1 1 ET -
23/06/10 1 1 ET -

2.      Status Kesadaran
Tgl Composmentis Apatis Somnolen Sopor Soporocoma Coma
21/06/2 - - - - √ -
2
22/06/2 - - - - √ -
2
23/06/2 - - - - - √
2

E.     Tingkat ketergantungan
Tingkat Ketergantungan Klien Menurur Indeks KATZ
Aktivitas
Tgl Hygiene Berpakaian Eliminasi Mobilisasi Kontinen Makan Kategori
21/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu G
22/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu G
23/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu G

F.     Status Nutrisi dan Cairan


1.      Asupan Nutrisi
Tgl Hari Jumlah porsi Jumlah Kalori Kalori Total
ke- buah buah makanan
21/06/22 1 Spooling - - - -
22/06/22 2 Spooling - - - -
23/06/22 3 Spooling - - - -

14
Status nutrisi perhari               : F x A
                                                  ( BB x 30 kkal ) x indeks aktivitas
                                                  ( 60 x 30 kkal ) x 0,9
                                                  1620 kkal/hari         
Aminovel/comafusin hepar     : 200 kkal/botol
Total nutrisi yang diterima      : Sonde + 1 botol aminovel/comafusin hepar
                        1620 kkal/hari : sonde + 200 kkal
                        Jadi sonde/hari: 1420 kkal             @ shift : 473.3 kkal

2.      Cairan/24 jam
Tanggal Intake Output Balance Cairan
21/06/22 Parenteral : 1500 cc Urine : 200 cc + 1000 cc
IWL : 600
Feses : 200 cc
Muntah : -
Enteral : 500 cc Drainase : -
Total : 2000 cc Total : 1000 cc
22/06/22 Parenteral : 1800 cc Urine : - + 1800 cc
IWL : 600
Feses : -
Muntah : -
Enteral : 600 cc Drainase : -
Total : 2400 cc Total : 600

23/06/22 Parenteral : 500 cc Urine : -           100 cc


IWL : 600
Feses : 200
Muntah : -
Enteral : 200 cc Drainase : -
Total : 700 cc Total : 800

G.    Pemeriksaan Penunjang
1)        Laboratorium

15
Pemeriksaan Nilai Satuan 21/06/22 22/06/22 23/06/22
Nilai Nilai Nilai
Hb 13 - 16 % 13.8 12.3
Ht 40 - 54 % 44 38
Eritrosit 45 - 65 jt/ mmk 5.04 4.48
Leukosit 4 - 11 ribu/ mmk 8.4 7.4
Trombosit 150 - 400 ribu/mmk 84 37
Creatinin 0.6 - 1.3 mg/ dL 1.5 12.4
Albumin 3.4 - 5 mg/ dL 3.6 3.1
Gula Sewaktu 80 - 120 mg/ dL 118 482
Ureum 15 - 39 mg/ dL 28 319
Na 136 - 145 mmol/ L 139 132
K 3.5 - 5.1 mmol/ L 3.6 7
Cl 98 - 107 mmol/ L 106
Cholesterol 50 - 200 mg/ dL
Trigliserid 30 - 150 mg/ dL
Waktu 10 - 15 dtk
protrombin
PPT kontrol 12.8
Waktu 23.4 - dtk
tromboplastin 36.8
APPT kontrol 27.5
pH 7,35–3,45 7.334 7.312 7.315
pCO2 35 - 45 mmHg 27 27.6 30
pO2 83 - 103 mmHg 236.9 199.7 189.8
HCO3 18 - 23 Mmol/L 16.3 16.9 17.2
AADO2 <100
Laktat 0,4 - 2
Base Excess -10.2 -8.8 -8.4
FiO2 70 % 60% 40 %
2)        Hasil EKG
Kesan :

16
Ada gambaran ST depresi inferior

3)        Hasil Rontgen
Kesan :
-       Hasil Rontgen tanggal 23 Juni 2022 : Cor dan pulmo dalam batas normal, pulmo tidak
menunjukkan adanya infiltrate

4)        Pemeriksaan fundoskopi
Kesan :
Tidak ada

5)        Lain-lain.
 Tidak ada

H.    Therapy
Terapi 21/06/22 22/06/22 23/06/22
Cefriaxon 2 gr/24 jam √
Ranitidin 1 amp/12 jam √
Nexium 40 mg/12 jam √ √ √
Alinamin F 1 amp/12 jam √
Brainact 1 amp/12 jam √
Dexamethason 1 amp/8 jam √ √ √
Ecotrixon 2 gr/24 jam √ √

17
SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc NaCl) √ √
RL/ 24 jam 20 tpm √
Aminovel/24 jam 20 tpm √
NaCl 0.9%/24 jam 20 tpm √
Asering/ 24 jam 20 tpm √ √
Comafusin hepar/24 jam 20 tpm √ √
Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam √ √
Lasik 20 mg/jam √ √
Koreksi bicnat √
Methylprednison 40mg/12 jam √
Nebulizer/8 jam √ √ √

ANALISA DATA
Nama   : Tn. Ch                                                           No CM : 01014680
Usia     : 53 tahun                                                        DM       : CVA Haemoragik

NO TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

1 21/06/22 DS :  - Bersihan jalan napas Akumulasi secret di


10.20 DO : tidak efektif jalan napas
WIB KU soporokoma, terdapat
secret di ET dan mulut, RR
38x/menit, terdengar bunyi
ronkhi basah di basal paru

18
kanan
2 21/06/22 DS : - Pola napas tidak Depresi pusat
10.25 DO: efektif pernapasan (infark
WIB RR 38x/menit, terdapat serebri pada batang
retraksi intercosta, napas otak etcause
cepat dan dangkal, terpasang intracerebral
ventilator dengan mode P haemoragie)
SIMV dengan FiO2 70%,
PEEP + 5 dan SaO2 100%
3 21/06/22 DS : - Gangguan Kegagalan proses
10.30 DO: pertukaran gas difusi pada alveoli
WIB RR 38x/menit, terdapat
retraksi intercosta, napas
cepat dan dangkal, Hasil
BGA : PH 7,334; pCO2
27;pO2 236,9;HCO3 16,3;
BE -10,2 dengan interprestasi
Asidosis Metabolik
terkompensasi sebagian
4 21/06/22 DS : - Gangguan perfusi Perdarahan
10.35 DO: jaringan serebral intraserebal
WIB Kesadaran soporokoma, GCS
E1M2VET, pupil miosis
(2mm), reaksi pupil +/-
5 21/06/22 DS : - Resiko tinggi Prosedur invasif dan
10.40 DO: infeksi bedrest total
WIB Keadaan umum soporokoma,
panas dengan suhu 38,5⁰C,
terpasang ET dan infus line,
bedrest total, reflek motorik
-/-

19
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama   : Tn. Ch                                                           No CM : 01014680


Usia     : 53 tahun                                                        DM       : CVA Haemoragik
DX. KEPERAWATAN
NO TTD

1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi


secret di jalan napas, dapat ditandai dengan :
1.      Adanya sekret di ET dan mulut
2.      Terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan
2 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
(infark serebri pada batang otak etcause intracerebral haemoragie), dapat
ditandai dengan :
1.      Frekuensi napas tinggi RR 38x/menit
2.      Terdapat retraksi intercosta
3.      Napas cepat dan dangkal
3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan proses difusi
pada alveoli, dapat ditandai dengan :
1.      Napas cepat dan dangkal, RR 38x/menit
2.      Hasil BGA : Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian
4 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya
perdarahan intraserebral, dapat ditandai dengan :
1.      Penurunan kesadaran : Soporocoma
2.      GCS E1M2VET
3.      Pupil miosis
5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan
bedrest total

20
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama   : Tn. Ch                                                                                                                       No


CM               : 01014680
Usia     : 53 tahun                                                                                                                   
Diagnosa Medis : CVA Haemoragik
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
Dx. KEPERAWATAN HASIL
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Dody
tidak efektif keperawatan selama 3x 24 jam1.      Monitor adanya akumulasi secret dan
berhubungan dengan diharapkan jalan napas klien warnanya di jalan napas (ET dan
adanya akumulasi dapat efektif adekuat dengan mulut)
secret di jalan napas kriteria hasil : 2.      Auskultasi suara napas klien
         Sekret di ET dan mulut 3.      Monitor status pernapasan klien
berkurang atau tidak ada 4.      Monitor adanya suara gargling
         RR dalam batas 5.      Lakukan positioning miring kanan
normal(16-24x/menit) dan kiri
         Suara ronkhi berkurang 6.      Pertahankan posisi head of bed (30-
atau hilang 45⁰)
7.      Lakukan suction sesuai indikasi
Kolaborasi :
8.      Berikan nebulizer tiap 8 jam dengan
perbandingan berotec : Atroven : NaCl
yaitu 18 tetes : 16 tetes : 1 cc
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Dody
efektif berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam1.      Monitor keadaan umum dan vital
dengan depresi pusat diharapkan pola napas klien sign klien
pernapasan(infark dapat efektif dengan kriteria 2.      Pantau status pernapasan klien
serebri pada batang hasil : 3.      Pantau adanya retraksi otot intercosta
otak etcause
         Napas adekuat spontan 4.      Pertahankan head of bed (30-45⁰)
intracerebral (16-24x/menit) 5.      Monitor saturasi oksigen klien
haemoragie)          KU dan VS stabil Kolaborasi :
         Retraksi otot intercosta 6.      Pertahankan

21
berkurang penggunaan
         Weaning off ventilator ventilator dan
observasi setting
ventilator dengan
status pernapasan
klien

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Dody


pertukaran gas keperawatan selama 3x 24 jam1.      Monitor keadaan umum dan vital
berhubungan dengan diharapkan pertukaran gas sign klien
kegagalan proses klien dapat adekuat dengan 2.      Observasi status pernapasan klien
difusi pada alveoli kriteria hasil : 3.      Pantau adanya tanda-tanda hipoksia
         KU dan VS stabil 4.      Pertahankan head of bed (30-45⁰)
         Napas adekuat spontan Kolaborasi :
(16-24x/menit) 5.      Pantau hasil BGA sesuai indikasi
         BGA dalam batas normal 6.      Pertahankan penggunaan ventilator
dengan oksigenasi yang adekuat
4 Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Dody
jaringan serebral keperawatan selama 3x 24 jam1.      Monitor status neurologi
berhubungan dengan diharapkan perfusi jaringan 2.      Pantau tanda-tanda vital tiap jam
adanya perdarahan serebral klien dapat adekuat 3.      Evaluasi pupil, refleks terhadap
intraserebral dengan kriteria hasil : cahaya
         Kesadaran membaik 4.      Pantau adanya peningkatan TIK
         Reflek pupil +/+ 5.      Posisikan kepala lebih tinggi 30-45⁰
         Pupil isokon Kolaborasi:
6.      Pertahankan oksigenasi adekuat
melalui ventilator
7.      Berikan obat Brainact 1 amp/12 jam
5 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Dody
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam1.      Monitor KU dan VS termasuk suhu
adanya prosedur diharapkan tidak terjadi infeksi klien/jam
invasif dan bedrest pada klien dengan kriteria 2.      Pertahankan teknik aseptic setiap

22
total hasil : tindakan
         KU dan VS stabil 3.      Pantau adanya tanda-tanda infeksi
         Suhu normal (36.5-37.5) 4.      Lakukan personal dan oral care
         Leukosit normal setiap hari
5.      Lakukan early mobilization
6.      Lakukan penilaian CPIS setelah 48
jam perawatan
Kloaborasi :
7.      Berikan antibiotic sesuai indikasi
8.      Pantau hasil foto thorak

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama   : Tn. Ch                                                                                                                       No


CM               : 01014680
Usia     : 53 tahun                                                                                                                   
Diagnosa Medis : CVA Haemoragik
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
21/06/22 Hasil operan jaga malam tanggal S : - Dody
07.00 20/06/22: O:
WIB Pasien baru nama Tn. Ch masuk          Keadaan umum lemah,
ICU pukul 04.00 WIB pindahan kesadaran soporocoma dengan vital
dari RS. Kasih Ibu dengan CVA. sign : TD 140/88, HR 126x/menit,
Saat datang KU lemah, keadaan SaO2 100%, dan Suhu 38.2 ⁰C
soporocoma, napas tidak adekuat          GCS : E1M2VET, pupil miosis
sehingga pasang ET dan 2mm, reflek pupil terhadap cahaya
ventilator dengan mode SIM V +/-
VT 450, FiO2 60%, PEEP +5,          Masih terpasang ventilator P
rawat jalan napas(+), NGT SIMV, VT 465, RR 34, 70%, PEEP
dialirkan warna keruh, + 5
spooling(+) kalau perlu sonde.          Sekret di mulut dan ET
Terapi Brainact 1 amp/12 jam, berkurang

23
Ranitidin 1mp/12 jam dan          Masih terdapat retraksi otot
alinamin F 1 amp/12 jam. Cairan intercosta, RR 34x/menit
infuse RL 20 tpm.           Hasil BGA : PH 7,334; pCO2
27;pO2 236,9;HCO3 16,3; BE -10,2
Implementasi yang dilakukan dengan interprestasi Asidosis
hari ini: Metabolik terkompensasi sebagian
          Memonitor keadaan umum,          Masih ada suara ronkhi basah di
status neurologis klien dan vital basal paru kanan
sign klien/jam           Tidak terjadi tanda-tanda
          Memonitor status pernapasan peningkatan TIK
klien
          Mengobservasi adanya A :
akumulasi secret di mulut dan Dx. 1 : Masalah teratasi sebagian
ET, suara gargling serta Dx. 2 : Masalah belum teratasi
mengauskultasi bunyi napas klien Dx. 3 : Masalah belum teratasi
          Melakukan suction di mulut Dx. 4 : Masalah teratasi sebagian
dan ET P:
          Mempertahankan head of bed Lanjutkan dan optimalkan kembali
30⁰ intervensi dengan tetap memantau
          Melakukan oral care dengan KU dan vital sign serta status
antiseptik pernapasan klien serta kolaborasi
          Kolaborasi Memberikan untuk rencana koreksi bicnat,
terapi sesuai program: Cefriaxon nebulizer untuk jaga siang dan
2 gr, inj. Ranitidin 1 amp, nexium usulkan untuk extra pamol
40 mg, alinamin F 1 amp,
brainact 1 amp, dexamethason 1
amp/8 jam, methylprednison
          Menganalisa hasil BGA
          Melakukan alih baring miring
kanan, lateral dan miring kiri
22/06/22 Hasil operan jaga malam tanggal S : - Dody
07.00 21/06/22 : O:
WIB KU lemah, soporocoma, panas,          Keadaan umum lemah,

24
masih terpasang ventilator kesadaran soporocoma dengan vital
dengan mode P SIMV, VT 450, sign : TD 145/97, HR 130x/menit,
FiO2 60%, RR 12x/menit, PEEP SaO2 100%, dan Suhu 38.2 ⁰C
+5, Slym (+), suction (+), NGT          GCS masih E1M2VET, pupil
dialirkan masih bewarna miosis 2mm, reflek pupil terhadap
kecoklatan, spooling (+), vital cahaya +/-
sign stabil termonitor, BAB(-),          Masih terpasang ventilator P
BAK/DC produksi urin kurang. SIMV, VT 416, RR 20, 60%, PEEP
Pukul 02.00 WIB loading 1 flash + 5
RL dan pukul 06.00 WIB loading          Sekret di mulut dan ET sudah
1 flash NaCl 0.9%, infuse dan berkurang
injeksi masuk sesuai program.          Retraksi otot intercosta
Syring pump jalan precedek berkurang, RR 20x/menit
5cc/jam. Diet spooling. Hari ini          Hasil BGA post koreksi
lanjut program nebulizer dengan bicnat :PH 7,312; pCO2 27.6; pO2
komposisi sama sebelumnya. 199,7; HCO3 16,9; BE -8,8 dengan
interprestasi Asidosis Metabolik
Implementasi yang dilakukan terkompensasi sebagian
hari ini :           Masih ada suara ronkhi basah di
          Memonitor keadaan umum, basal paru kanan
status neurologis klien dan vital          Tidak terjadi tanda-tanda
sign klien/jam peningkatan TIK
          Mempertahankan head of bed          Balance cairan : + 1800 cc, urin
30⁰ dan memonitor status tidak keluar
pernapasan klien A:
          Memberikan nebulizer via Dx. 1 : Masalah teratasi sebagian
ventilator Dx. 2 : Masalah teratasi sebagian
          Melakukan suction di mulut Dx. 3 : Masalah belum teratasi
dan ET Dx. 4 : Masalah belum teratasi
          Mengauskultasi bunyi napas Dx. 5 : Masalah teratasi sebagian
klien P:
          Melakukan oral care dengan Lanjutkan dan optimalkan kembali
antiseptic intervensi, rencana kolaborasi cek

25
          Kolaborasi Memberikan BGA lagi dan darah rutin, ureum
terapi sesuai program: nexium 40 kreatinin, GDS, nebulizer masih
mg, dexamethason 1 amp, lanjut, dan lasik lanjut 20 mg/jam
dexamethason 1 amp, ecotrixon 2
gr, SNMC 1 amp (drip dalam 100
cc NaCl)
          Kolaborasi memberikan extra
lasik 20 mg/jam via syring pump
          Melakukan alih baring miring
kanan, lateral dan miring kiri
          Mengambil sampel darah
arteri untuk cek BGA post
koreksi bicnat.
23/06/22 Laporan jaga malam tanggal S : - Dody
07.00 22/06/22: O:
WIB KU lemah, koma, panas(+),          Keadaan umum lemah,
napas masih menggunakan kesadaran coma dengan vital sign :
ventilator dengan mode P SIMV, TD 88/51, HR 96x/menit, SaO2
FiO2 60%, RR 14, PEEP +5, 97%, dan Suhu 40.6 ⁰C
Slym (+), suction (+), Vital sign          GCS E1M1VET, pupil miosis 2
stabil. NGT dialirkan masih mm, reflek pupil terhadap cahaya
warna kecoklatan, spooling (+). -/-
BAB (-), BAK/DC produksi          Tidak nampak retraksi dada, RR
sangat kurang. Pagi ini rencana 17x/menit
cek BGA dan darah rutin, ureum          Masih terpasang ventilator
kreatinin, GDS, nebulizer masih dengan mode P SIMV, VT 340,
lanjut, dan lasik lanjut 20 mg/jam FiO2 40%, dan PEEP +5
          Secret di mulut dan ET
berkurang, masih ada ronkhi basah
Implementasi yang dilakukan di basal paru kanan
hari ini :           Skor CPIS : 3
          Memonitor keadaan umum,          Hasil BGA : PH 7,315 ; pCO2
status neurologis klien dan vital 30; pO2 189,8; HCO3 17,2; BE -8,4

26
sign klien/jam dengan interprestasi Asidosis
          Melakukan pemeriksaan GDS metabolik terkompensasi sebagian
          Mempertahankan head of bed          Hasil Ureum : 3.9, kreatinin
30⁰ dan memonitor status 12.4, lekosit 7.4 ribu/mmk, GDS :
pernapasan klien dan sesuaikan 482
dengan setting ventilator           Urin masih tidak keluar, balance
          Melakukan oral care dengan cairan : - 100 cc
antiseptic
          Mengambil specimen darah A :
untuk BGA, darah rutin, dan Dx. 1 : Masalah teratasi sebagian
ureum kreatinin Dx. 2 : Masalah teratasi sebagian
          Melakukan suction di mulut Dx. 3 : Masalah belum teratasi
dan ET Dx. 4 : Masalah belum teratasi
          Mengauskultasi bunyi napas Dx. 5 : Tidak terjadi infeksi
klien P:
          Kolaborasi Memberikan Lanjutkan dan optimalkan kembali
terapi sesuai program: nexium 40 intervensi, nebulizer lanjut/8 jam,
mg, dexamethason 1 amp, lasik lanjut 20 mg/jam, insulin
dexamethason 1 amp, ecotrixon 2 syring pump 4 unit/jam. Pantau
gr, SNMC 1 amp (drip dalam 100 haluaran urin
cc NaCl)
          Kolaborasi melanjutkan Jam 14.20 WIB, kondisi klien drop,
pemberian extra lasik 20 mg/jam gambaran EKG arrest, HR turun
via syring pump dan insulin 4 terus, Saturasi turun drop dibawah
unit/jam via syring pump normal, dilakukan RJPO selama 15
          Melakukan alih baring miring menit dengan SA 4 ampul,
kanan, lateral dan miring kiri Adrenalin 3 ampul. RJPO berhasil
          Melakukan skoring CPIS dengan vital sign TD 117/63, HR
126, dan SaO2 100% via bagging.
Setelah 20 menit kondisi klien drop
lagi dank lien dinyatakan meninggal
pukul 14.55 WIB

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
Perawat unut kritis merawat lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya ada
kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada
proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meski
pun gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tampak atau bersifat patologis. Oleh karena itu
pasien lansia dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang lebih intensif.

B. Saran
Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari segi
mental. Kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapkan bias langsung
secara komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien dengan lanjut usia.
Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/8962/4/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
http://repositori.unsil.ac.id/2565/4/BAB%202%20SKRIPSI%20PDF.pdf
https://eprints.umm.ac.id/41485/3/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/8608367/ASUHAN_KEPERAWATAN_GERONTIK
https://id.scribd.com/presentation/436566398/Konsep-Dasar-Keperawatan-Kritis

28

Anda mungkin juga menyukai