Anda di halaman 1dari 16

TANTANGAN MENGHADAPI KEAGAMAAN PADA LANSIA

(LANJUT USIA)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Agama

Dosen Pembimbing:
Agus Diannor, S.Sos.I, M.M

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Risma Wati (18.04.06620)
Risma Yulinda (18.04. 06621)
Sakdah (18.04.06625)
Siti Sarah (18.04.06633)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RASYIDIYAH KHALIDIYAH
AMUNTAI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini berjudul “ Tantangan
Menghadapi keagamaan pada Lansia” dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Agama.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman ke jahiliyah menuju
alam yang terang benderang bercahayakan iman, islam dan ihsan. Selanjutnya
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Agus Diannor, S.Sos.I,
M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Agama, yang telah
membimbing kami. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini hingga selesai.
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kesalahan di dalamnya. Kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi
pembaca.

Amuntai, 14 September 2020

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3


A. Pengertian Lansia ........................................................................................3
B. Perkembangan Agama pada Lansia ............................................................4
C. Tantangan Menghadapi Keagamaan pada Lansia .......................................6

BAB II PENUTUP ...............................................................................................11


A. Simpulan ...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut atau lansia merupakan periode akhir dari seluruh rentang
kehidupan yang identik dengan perubahan yang bersifat menurun dan
merupakan masa kritis. Lansia sering dianggap sebagai kelompok lemah yang
menjadi beban di masyarakat. Masyarakat awam memandang masa lansia
sebagai masa dimana seseorang mengalami penurunan dalam segala aspek,
terutama berkaitan dengan aspek kesehatan dan harapan hidupnya yang
semakin pendek, senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya
dalam menghadapi kematian terlebih lagi jika individu lansia itu kurang
menyadari perjalanan hidupnya kurang mentaati ajaran agamanya.
Pada lansia selain terjadi penurunan kemampuan fisik juga terjadi
penurunan pada psikis. Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis
terjadi berbagai perubahan pula. Perubahan-perubahan gejala psikis pada
lansia ikut mempengaruhi berbagai aspek kejiwaan dan tingkah laku. Aspek
kejiwaan salah satunya berkaitan dengan masalah keagaman seseorang.
Padahal lansia adalah masa kritis untuk mengevaluasi diri dengan meningkatkan
ketaatan beribadah melalui kegiatan keagamaan. Karena hal tersebut perlunya kita
mempelajari mengenani tantangan keaagamaan pada lansia sehingga kita
dapat mengetahui upaya untuk menanganinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lansia?
2. Bagaimana perkembangan keagamaan pada lansia?
3. Apa saja tantangan menghadapi keagamaan pada lansia?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian lansia.
2. Mengetahui perkembangan keagamaan pada lansia.
3. Mengetahui jenis-jenis tantangan keagamaan pada lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Proses penuaan (aging process) dalam perjalanan hidup manusia
merupakan suatu hal yang wajar, dan akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai umur panjang. Menurut teori perkembangan manusia dimulai dari
masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya masuk pada fase usia lanjut
dengan umur 60 tahun dan di atas 60 tahun.
Lanjut usia adalah tahap terakhir perkembangan pada kehidupan manusia
yang dimulai dari usia 60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau 125 tahun.
Adapun lanjut usia diklasifikasikan menjadi; lansia awal (65 hingga 74 tahun),
1
lansia menengah (75 tahun atau lebih), dan lansia akhir (85 tahun atau lebih).

Menurut UU No. 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia ada tiga


definisi lanjut usia:
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas.
2. Lanjut usia potensial adalah usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa.
3. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
2
lain.

Menurut Depkes RI, (2000) lanjut usia atau yang disingkat lansia adalah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Pengelompokkan lansia
berdasarkan Departemen Kesehatan RI (2003) meliputi: kelompok usia
prasenilis/virilitas, (kelompok yang berusia 45-59 tahun).

1
Pipit Festi W, Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektit dan Masalah, (Surabaya: UM
Surabaya Publishing, 2018), hlm. 5.
2
Ibid.

3
1. Kelompok lanjut usia adalah kelompok yang berusia 60 tahun atau
lebih.
2. Kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi adalah kelompok yang
berusia 70 tahun atau lebih, atau kelompok yang berusia atau lebih
dengan masalah kesehatan.
Sedangkan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), klasifikasi lanjut
usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) antara 45-59tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
3
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Jadi berdasarkan uraian di atas seorang disebut lansia (lanjut usia) di


mulai sejak seseorang berusia 60 sampai ke atas.
Sama seperti periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang lanjut
usia ditandai dengan perubahan fisik dan perubahan psikososial. Seseorang
yang sudah mengalami lanjut usia akan mengalami beberapa perubahan pada
intelektual, dan sosial kemasyarakatan. Adapun secara terperenci mengenai
beberapa perubahan secara alamiah pada setiap lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan fisik : Hal ini meliputi sel, sistem syaraf, sistem
pendengaran, dan sistem penglihatan.
2. Perubahan spiritual : Agama makin terintergrasi dan lansia makin
teratur dalam kehidupan keagamaannya.

B. Perkembangan Keagamaan pada Lansia


Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa lanjut usia dimulai ketika
seseorang berusia 60 ataupun 65 tahun. Menurut Hurlock (1981), terjadi
beberapa perubahan pada masa lanjut usia, diantaranya penampilan, internal,

3
Ibid., hlm. 6.

4
kemampuan sensorik, kamampuan motorik, kemampuan mental, minat
4
personal.

Sedangkan menurut Eriksoon, usia lanjut usia adalah usia memaknai apa
pun yang sudah dilakukan selama masa dewasa awal dan madya. Di sisi lain,
produktivitas lansia mulai menurun, termasuk gairah seksual yang sudah
5
menurun, dikarenakan menurunnya fungsi-fungsi organ dan mental lansia.
Hal ini membuat lansia menggunakan agama sebagai alat untuk memaknai
kehidupan pasca produktif dan menggunakan agama untuk mengisi aktivitas
kesehariannya. Oleh karena itu, agama pada orang lansia meningkat
dibandingkan agama pada masa dewasa awal dan madya.
Di sisi lain, asumsi umum mengatakan bahwa orang lansia semakin
mendekati akhir kehidupan. Agama-agama mengajarkan mengenai kehidupan
setelah kematian. Sehingga, kematian menjadi fenomena yang sangat
diperhatikan bagi setiap manusia, terutama orang lansia yang menganggap
dirinya sudah mendekati kematian. Kondisi kematian bisa membuat seseorang
menjadi cemas. Dalam psikologi, dikenal death healty (kecemasan terhadap
kematian).
Agama mengajarkan kehidupan setelah kematian beserta berbagai cara
untuk mempersiapkannya agar mencapai kebahagian di alam setelah
kematian. Agama dijadikan coping untuk menurunkan kecemasan setelah
kematian. Maka dari itu, kecemasan menghadapi kematian ini memiliki
korelasi negatif dengan religiositas. Semakin tinggi religiositas seseorang,
maka semakin rendah kecemasan menghadapi kematian. Sebaliknya,semakin
rendah religiositas seseorang, maka semakin tinggi kecemasan menghadapi
kematian.
Dalam hal ini, kita bisa memahami bersama bahwa orang yang tua akan
lebih memperkuat masalah agama dikarenakan menurunnya imunitas atau pun
4
Ahmad Saifuddin, Psikologi Agama Implementasi Psikologi untuk Memahami Perilaku
Beragama, (Jakarta Timur: Devisi dan Pranadamedia Group, 2019), hlm. 112.

5
Ibid., hlm. 13.

5
gairah dalam diri sebagaiman yang telah disebutkan tadi. Selain itu, samakin
tua sesorang, maka semakin besar potensi mereka dalam memikirkan
kematian. Menurut kami hal ini memang benar, sebagaimana yang kami temui
seorang nenek pernah berkata begini "Saya tidak ingin memikirkan apa-apa
lagi. Saya sudah tua dan saya sekarang hanya perlu banyak berbuat baik dan
memperbanyak amal. Karena usia saya sudah menjelang magrib menuju isya’.
Maka, hal ini sesuai dengan pemaparan dari materi yang kami tangkap tadi.
Namun sebenarnya, kecenderungan lansia memikirkan kamatian juga bisa
berdapak buruk bagi mereka hal ini dikarenakan meningkatnya kecemasan.

C. Tantangan Menghadapi Keagamaan pada Lansia


Dalam usia lanjut kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam
kondisi yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti
mereka. Itulah sebabnya, orang yang sudah berusia lanjut, kadang muncul
semacam umur dan hanya menunggu kematian saja, sebagaimana yang telah
kami paparkan di halaman sebelumnya. Dengan begitu pula, terkadang
muncul gejokak batin yang sulit untuk diatasi oleh mereka sendiri. Jika tidak
dapat di atasi, bukan tidak mungkin akan muncul tekanan batin dan gangguan
jiwa lainnya seperti stres, putus asa, dan pada akhirnya mereka akan
mengasingkan diri sebagai wujud dari rasa rendah diri. Penurunan pada lanjut
usia (lansia) tercantum jelas dalam Al-Quran:
Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban.
Dan menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang maha
6
mengetahui lagi maha kuasa” (Qs.Ar-Rum: 54).

Kondisi yang sudah udzur sebagaimana digambarkan ayat di atas akan


menyebab kan penurunan yang menggerogoti lanjut usia. Kelemahan biologis

6
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2014)
hlm. 414.

6
terlihat mempengaruhi keberadaan manusia usia lanjut. Penurunan pada fisik
bisaanya ditandai dengan bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut
membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak menggendor dan tampak
lebih besar, garis pinggang melebar, hidung menjulur lemas, bentuk mulut
akan berubah karena hilangnya gigi, mata kelihatan pudar, dagu berlipat dua
atau tiga, kulit berkerut dan kering, rambut menipis dan menjadi putih.
Sedangkan secara psikologis, ciri-ciri penurunannya adalah kesepian, duka
cita (Breavement), depresi, gangguan cemas, parafrenia, dan sindroma
7
diogenes. Banyaknya penurunan-penurunan ini kemudian masyarakat
menganggap lansia itu lemah dan membebankan. Akhirnya tidak sedikit
diantara mereka membawa bapak atau ibunya yang lanjut usia ke panti jompo
baik yang berada dibawah naungan dinas sosial maupun swasta.
Perawatan terhadap lansia sejatinya dilakukan oleh anak-anak, bukan ke
pada bidan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Perlakuan terhadap orang
tua menurut Islam, berawal dari rumah tangga. Allah menyebutkan
pemeliharaan secara khusus orang tua yang telah lanjut usia dengan
memerintahkan kepada anak-anak mereka untuk memperlakukan anak-anak
mereka dengan penuh kasih sayang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala , yang artinya:
“Jika salah seorang diantara mereka kedua atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam peliharaanmu, maka sesekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
8
(QS. Al-Isra: 23).

Al-Qur’an telah menuntut agar seorang anak berbuat baik kepada kedua
orang tuanya. Tanpa ada perilaku yang membuat mereka terluka. Sebagaimana
yang telah diperintahkam oleh Nabi. Terkadang orang yang sudah lanjut usia

7
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 97.
8
Muhammad Nasib Ar Rifa’i, Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Penerjemah Syihabuddin (Jakarta: Gema Insanu Press, 1999) hlm. 47.

7
sedikit bawel atau bahkan agak bawel dari biasanya. Mengapa? Karena
mereka kembali selayaknya seperti anak kecil.
Dalam kondisi sebagaimana di atas, agama dapat difungsikan dan
diperankan sebagai penyelamat. Sebab, melalui pengalaman ajaran agama,
lansia merasa memperoleh tempat bergantung. Menurut ajaran agama,
perlakuan terhadap lansia harus dilakukan dengan seteliti dan setelaten
mungkin.
Setiap orang yang memasuki usia lanjut memiliki gangguan psikologis dan
spiritual dalam hidupnya. Hal itu wajar terjadi terutama bagi orang yang
kurang siap menghadapi perubahan kehidupan. Indikator gangguan psikologis
9
menurut BKKBN sebagai berikut:

1. Kecemasan dan ketakutan


Perasaan ketidakpastian dalam menghadapi masa depan yang berubah
jauh dari pola hidup bisaanya, banyak dialami oleh lansia. Hal itu muncul
karena berbagai hal seperti daya tahan tubuh dan fungsi organ tubuh yang
menurun, kesibukan kerja dan posisi jabatan yang hilang, kehidupan
rumah tangga yang kurang harmonis dan sebagainya ikut mempengaruhi
kepribadian seseorang yang memasuki usia lansia. Setiap yang muda akan
tua dan setiap yang hidup akan mati. Karena itu persiapkan hidup dihari
dan persiapkan diri menghadapi kematian dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.

2. Mudah tersinggung dan cenderung emosional


Pertambahan umur dan perubahan fisik jasmani, langsung atau tidak
langsung akan mempengaruhi kemantapan emosional dan ketabahan
spiritual seseorang. Lansia umumnya memiliki kepribadian yang labil,
mudah tersinggung, takut kesepian, turun percaya diri, nostalgia dengan
masa jaya (lampau) dan merasa pernah berjasa tetapi tidak dihargai orang.

9
Mei Fitriani, Problem Psikospiritual Lansia dan Solusinya dengan Bimbingan
Penyuluhan Islam, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 36, No.1 Juni 2016, hlm. 78-79.

8
Sikap dan emosi tersebut hanya bisa diatasi dengan melakukan introspeksi
diri dan mawas diri sekaligus mendekatkan diri kepada Tuhan. Dunia ini
adalah tempat hidup dan mengabdikan diri sebagai bekal hidup yang lebih
abadi diakhirat. Upayanya yaitu dengan mengendalikan emosi dan
berusaha melakukan pendekatan diri kepada Tuhan.

3. Banyak bercerita, berkata dan kurang mau mendengar.


Salah satu sikap dan perilaku lansia umumnya suka bercerita panjang
dan berulang tentang kondisi masalalu yang sukses (nostalgia). Padahal
indra utama yang berfungsi ketika lahir adalah pendengaran. Karena itu,
lansia perlu melatih diri menjadi pendengar yang baik terhadap cerita dan
pengalaman yang lebih muda, sehingga dapat memberikan pandangan dan
nasehat kepada yang lebih muda. Banyak berbicara dan berkata-kata
kemungkinan besar akan banyak melakukan kesalahan termasuk cerita
yang ditambah sehingga dapat menjadi fitnah (dosa).
Sedangkan indikator lain tentang problem spiritual lansia mengacu pada
10
indikator-indikator distress spiritual yaitu:

1. Kurang dalam pengharapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian,


penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian.
2. Marah, memiliki rasa bersalah, dan koping buruk, menolak
berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan
teman dan keluarga.
3. Merasa terasingkan, tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif
(bernyanyi, mendengar atau menulis musik).
4. Tidak ada ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan
kepada bacaan agama, tidak mampu ibadah, tidak mampu
berpartisipasi dalam aktifitas agama, merasa ditinggalkan atau marah
kepada Tuhan.

10
Ibid., hlm. 80.

9
5. Tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu
pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktek keagamaan,
tidak mampu introspeksidan mengalami penderitaan tanpa harapan.

Menurut Annur Rahim Faqih, masalah-masalah keagamaan manusia


11
dapat dirinci sebagai berikut:

a. Problem ketidak beragamaan


Di mana seseorang atau kelompok individu tidak atau belum
beragama dan berkehendak untuk beragama, merasakan kesulitan
untuk memeluk atau menganut suatu agama disebabkan belum
mampu meyakinkan diri tentang agama mana yang paling tepat.
b. Problem pemulihan agama
Seseorang atau sekelompok individu yang belum menganut agama
dan berkehendak untuk beragama merasa kesulitan dalam memilih
suatu agama tertentu untuk dianut.
c. Problem kegoyahan iman
Seseorang atau sekelompok individu yang senantiasa goyah dalam
keimanannya, sehingga ada kecenderungan disuatu saat untuk
mengikuti agama yang satu, dan berkeinginan untuk mengikuti agama
lain.
d. Problem kerena perbedaan faham dan pandangan
Orang tersebut menderita konflik batin karena mendapatkan
informasi yang bertentangan mengenai keimanannya yang
menyebabkan sulit untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan.
e. Problem pelaksanaan ajaran agama
Seseorang tidak mampu menjalankan agama sebagaimana
mestinya. Semakin banyak permasalahan keagamaan dalam lansia,
maka semakin besar kemungkinan kesulitan untuk menghadapi masa

11
Dulhadi, Konseling Keagamaan Bagi Lanjut Usia (Lansia), Jurnal Dakwah, Vol. 11,
No. 22 tahun 2017, hlm. 114.

10
tersebut. Kurangnya pemahaman terhadap agama akan berdampak
buruk untuk keagamaan pada lansia itu sendiri.

Untuk mengatasi problem lansia tersebut diperlukan bimbingan


penyuluhan Islam untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri dan
lingkungannya serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat
mencapai kesejahteraan tersebut. Bimbingan keaagaman dapat dilakukan
bersama ustadz dan melalui majelis-majelis keagamaan. Semakin dekat
seseorang kepada Tuhan dan semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin
tentramlah jiwanya. Upaya penanganan pada dimensi Spiritual adalah pusat
tujuan hidup dan komitmen. Latihannya adalah berdoa, memaafkan,
mempraktekan ritual, berharap, tertawa, Istirahat dan bermeditasi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Lanjut usia adalah tahap terakhir perkembangan pada kehidupan manusia


yang dimulai dari usia 60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau 125 tahun.
Adapun lanjut usia diklasifikasikan menjadi; lansia awal (65 hingga 74 tahun),
lansia menengah (75 tahun atau lebih), dan lansia akhir (85 tahun atau lebih).
Perkembangan keaagama pada orang lansia meningkat, hal tersebut
dikarenakan usia lanjut usia adalah usia memaknai apa pun yang sudah
dilakukan selama masa dewasa awal dan madya. Di sisi lain, produktivitas
lansia mulai menurun, termasuk gairah seksual yang sudah menurun,
dikarenakan menurunnya fungsi-fungsi organ dan mental lansia. Hal ini
membuat lansia menggunakan agama sebagai alat untuk memaknai kehidupan
pasca produktif dan menggunakan agama untuk mengisi aktivitas
kesehariannya.
Berdasarkan uraian makalah, penulis menggunakan indikator problem
psikologi lansia yang telah dirumuskan oleh BKKBN yaitu:
a. Kecemasan dan ketakutan.
b. Mudah tersinggung dan cenderung emosional.
c. Banyak bercerita, berkata dan kurang mau mendengar

Untuk mengatasi problem lansia tersebut diperlukan bimbingan


penyuluhan Islam untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri dan
lingkungannya serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat
mencapai kesejahteraan tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ar Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir


Ibnu Katsir, Penerjemah Syihabuddin. Jakarta: Gema Insanu Press.
Dulhadi. 2017. Konseling Keagamaan Bagi Lanjut Usia (Lansia). Jurnal Dakwah,
Vol. 11, No. 22.
Fitriani, Mei. 2016. Problem Psikospiritual Lansia dan Solusinya dengan
Bimbingan Penyuluhan Islam. Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 36, No.1.
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kementrian Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV Darus


Sunnah.
Saifuddin, Ahmad. 2019. Psikologi Agama Implementasi Psikologi untuk
Memahami Perilaku Beragama. Jakarta Timur: Devisi dan Pranadamedia
Group.
W, Pipit Festi. 2018. Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektit dan Masalah.
Surabaya: UM Surabaya Publishing.

13

Anda mungkin juga menyukai