Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HIPERTENSI PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II

ADE TRI PUTRA HUMENA (19010001)

APRILIANSI MAUWE TELAO (19010004)

DOSEN PENGAMPUH :

Ns. Nining Nirmalasari, S.Kep,.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulliah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Hipertensi Pada Lansia”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ns. Nining Nirmalasari, S.Kep,.M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Keluarga.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari keterbatasan pengetahuan yang


kami miliki, tidak lepas dari peran berbagai pihak baik moril maupun spiritual, oleh karna itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih sebesarnya kepada semua pihak yang
telah membantu Dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermafaat untuk
penulis dan pembaca.

Poso, Mei 2022

Kelompok II

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................................1


B. Tujuan ...............................................................................................................................1
C. Manfaat .............................................................................................................................2

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia.........................................................................................................3


B. Konsep Tekanan Darah......................................................................................................5
C. Konsep Dasar Hipertensi...................................................................................................8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................................13
B. Saran ...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah
lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2%
dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan
hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 jutaorang atau 11,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.
Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor resiko
terjadinya berbagai masalah kesehatan. Masalah umum yang dialami para lansia adalah
rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai penyakit karena berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme
homeostatis, oleh karena hal tersebut lansia mudah terserang berbagai penyakit.
Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang dapat
menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler.
Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain
hipertensi, diabetes mellitus, jatung oroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya. Macam-
macam masalah kesehatan tersebut yang sering menimpa lansia yaitu hipertensi yang bisa
menjadi awitan dari berbagai masalah kardiovaskuler lainnya yang lebih gawat.
Prevalensi kejadian hipertensi sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada usia
diatas 65 tahun. Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit hipertensi pada lansia
adalah hal biasa. Sehingga mayoritas masyarakat menganggap remeh penyakit ini.
Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung dan
stroke (Muhammad, 2010).

B. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep tentang lansia;
2. Untuk mengetahui konsep tentang tekanan darah;
3. Untuk mengetahui konsep tentang hipertensi;

C. Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang lansia;
2. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang tekanan darah;
3. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang hipertensi;

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian Lansia
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan mengalami
penurunan tugas dan fungsi ini dan memasuki tahap lanjut, kemudian meninggal.
Pengertian Lansia menurut UU No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lian (Wahyudi,2000).
Sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depos,1999).
Pada Lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap suatu penyakit
(Constantinides,1994).
Secara biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, dan sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk Lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga
dan masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk Lansia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
Negara barat, penduduk Lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini
dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap
pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan
tetapi, di Indonesia penduduk Lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati oleh warga muda.
2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, Lansia di golongkan menjadi 4, yaitu :
 Usia pertengahan 45-59 tahun
 Lanjut Usia 60-74 tahun
 Lanjut Usia Tua 75-90 tahun
 Lansia sangat tua >90 tahun
3. Perubahan Fisik Lansia
Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia akibat proses menua.
Menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan fisik dan fungsi
Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan fungsi sel,
sistem syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,
sistem pengaturan suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem
reproduksi, sistem endokrin, dll.
2) Perubahan mental
Terjadi perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah
curiga, bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum
ditemukan pada lansia adalah mengharapkan tetapi diberi peran dalam
masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia
diantaranya:
- Perubahan anatomi
- Perubahan fisiologi
- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan
- Lingkungan
Perubahan mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga
Intelegensi Quotion (IQ).
3) Perubahan psikososial
Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami kehilangan antara lain :
- Kehilangan fungsional
- Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan mengalami 
penurunan fungsi kognitif meliputi belajar, persepsi, pengertian,
pemahaman,dll. Sehingga dapat mengakibatkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi lambat.
Sementara fungsi psikomotor meliputi hal-hal yang berhubungan dengan gerak.
- Kehilangan yang berkaitan dengan pekerjaan. Perubahan dapat diawali
dengan masa pension. Meskipun tujuan ideal pension adalah agar para lansia
menikmati hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebagai 
kehilangan penghasilan, jabatan, peran, kegiatan, dll.
- Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Berkurangnya fungsi indera,
gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional pada lansia.
Tindakan untuk mengurangi fungsional pada lansia sebaiknya di cegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang 
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa dipisahkan.

B. Konsep Tekanan Darah


1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini secara
khusus digunakan untuk meujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi
kontraksi arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari
jantung. Rentang waktu terjadi kontraksi disebut systole. Tekanan diastole adalah
tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkontraksi atau beristirahat. Pada
kurva denyut jantung tekanan diastole adalah tekanan darah yang digambarkan pada
rentang diantara grafik denyut jantung. Tekanan darah adalah tekanan yang
dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding
pembuluh darah (James,2008).
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukan
tekanan systole pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastole pada nilai 80 mmHg.
Nilai tekanan darah pada orang dewasa pada normalnya berkisar antara 100/60
sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare,
2001).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan
darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Bila tekanan darah diketahui lebih
tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah
darah tinggi.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri. Walaupun hasilnya
sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya yang dapat
ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu yeri inflamasi pada lokasi
penusukan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan ekimosis bila jarum
lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. sphygmomanometer 
tersusun  atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang
berhubungan dengan ringga dalam manset.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah
Tekanan darah manusia tidak konstan, namun dipengaruhi banyak faktor secara
kontinu sepanjang hari. Fakto-faktor yang mempengaruhi tekanan adarah menurut
Perry & Potter yaitu :
1) Usia
Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal tersebut
berhubungan dengan berukuran elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri
akan semakin kaku, sehingga pertahanan pada arteri akan semakin besar dan
meningkatkan tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah keseluruh
tubuh menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen.
2) Stress
Stress akan merangsang saraf simpatik dalam tubuh yang mengakibatkan 
meningkatnya frekuensi darah.
3) Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang
terdapat pada laki-laki dan tekanan darah yang ada perempuan. Pada masa
pubertas, laki-laki cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tekanan darah perempuan. Pada wanita setelah menopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada laku-laki pada usia
tersebut.
3. Klasifikasi Tekanan Darah
4.
5. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa
Kategori systolic, mmHg diastolic, mmHg
Hypotensi < 90 atau < 60
Normal  90 – 119 Dan 60 – 79
Prahipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Tahap 1 hipertensi 140 – 159 Atau  90 – 99

Tahap 2 hipertensi ≥ 160 or ≥ 100


Tabel diatas menunjukan klasifikasi tekanan darah yang berlaku bagi orang dewasa
berusia >18 tahun.
Kategori tekanan darah sistole dan diastole
- Normal : 120 mmHg – 130 mmHg
                85 mmHg – 95 mmHg
Untuk lansia tekanan diastole 140 mmHg masih  dianggap normal.
- Tingkat Hipertensi pada manusia
 Stadium 1 (Hipertensi ringan) : 90-99 mmHg dan 140-159 mmHg
 Stadium 2 (Hipertensi sedang) : 100-109 mmHg dan 160-179 mm
 Stadium 3 (Hipertensi berat) :  110-119 mmHg dan 180-209 mmHg
 Stadium 4 (Hipertensi maligna)  : >120 mmHg atau >210 mmHg
Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan diastilik,yaitu:
 Hipertensi derajat I : Jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg
 Hipertensi derajat II : Jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg
 Hipertensi derajat III : Jika tekanan diastolic >120 mmHg
4. Mengukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmanometer
dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brikialis yang diletakan disiku. Bunyi detak
jantung dapat di dengar pada arteri briakialis, tempat bunyi pertama sebagai tekanan
sistole dan diastole pada darah.

C. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yangdibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien, etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi essensial
atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
mempunyaipenyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak
penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi
sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan
secara potensial.
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun;
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku;
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya;
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi;
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi
menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu
peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan
mencakup ± 90 % dari kasus hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua
selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat dari
penyakit lain dan menyangkut ± 10 % dari kasus hipertensi.
4. Gejala Klinis Hipertensi
Gejala pada Hipertensi dibedahkan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
5. Faktor-Faktor penyebab Hipertensi
a. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:
- Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua yang
menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2003).
- Faktor Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi wanita
pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada
pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL) yang  merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses terosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price &
Wilson, 2006).
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Marliani, 2007). 

- Faktor Usia
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau
kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
b. Faktor Yang dapat di Ubah
- Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
- Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi). Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk.
- Kebiasaan merokok
Menurut Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok
berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama
merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok perhari menjadi
dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak merokok yang diduga
penyebabnya adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh
sistem saraf otonom.
- Mengkonsumsi Garam Berlebih
WHO  merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
- Minum alcohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu  faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
- Minum Kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
- Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan latihan
olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi jantung.
Jantung yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah seharusnya dijaga
kesehatannya. Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai
contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak tertangani secara baik akan
berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir
dengan kematian. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan
olahraga yang teratur.

B. Saran
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga senam secara
rutin, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian, yaitu:

      Jika kelebihan bobot badan, kurangilah


      Kurangi asupan natrium (sodium)
      Usahakan cukup asupan kalium (potasium)
      Batasi konsumsi alcohol
DAFTAR PUSTAKA

Aji Subekti, Insan. 2012. Olahraga Bagi Usia Lanjut.


http://insanajisubekti.wordpress.com/2012/04/17/olahraga-bagi-usia-lanjut/ ,
diakses 26 November 2013

Arumdita. 2010. Klasifikasi Tekanan Darah.


http://arumdita.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-tekanan-darah.html ,
diakses 26 November 2013.
Departemen Kesehatan. 2012. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Buku
Saku.
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ,
diakses 26 November 2013.
Fhajar Pranama, Vendyik. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada
Lansia Hipertensi Di Desa Pomahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo, Karya Tulis,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1-abstrak-i.pdf ,
diakses 21 November 2013.
Kadulli, Arnold. 2012. Proposal Hipertensi Pada Lansia.
http://arnoldkadulli12081991.blogspot.com/2012/11/proposal-hipertensi-pada-lansia.html ,
diakses pada 26 November 2013.
Karya, Teguh. 2012. Olahraga Pada Lansia Pengidap
Hipertensi, http://teguhkarya277.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo_31.html
, diakses 26 November 2013.
Rachman , Fauzia. 2011. Berbagai Faktor Yang Berhubungan Dengan  Kejadian Hipertensi
Pada Lansia (Studi Kasus di Rumah Sakit Dr.Kariadi            Semarang), Karya Tulis
Ilmiah, Universitas     Diponegoro
Semarang. http://eprints.undip.ac.id/33002/1/Fauzia.pdf ,   diakses 24 November 2013.
Setiawan, Yahmin. 2012. Olahraga Untuk
Lansia. http://www.lkc.or.id/2012/05/22/olahraga-untuk-lansia/, diakses 24 November
2013.

Anda mungkin juga menyukai