Anda di halaman 1dari 16

Respon Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea Arabica) Terhadap

Penggunaan Bahan Organik Paitan (Tithonia Diversifolia) Pada Tanah Ultisol

Usulan Penelitian

Di susun oleh:

OFEL SYAFAND DJOKA


91911407133030

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
POSO
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Usulan Penelitian

Respon Pertumbuhan Bibit Kopi Arabica (Coffea Arabica) Terhadap


Penggunaan Bahan Organik Paitan (Tithonia Diversifolia) pada Tanah Ultisol.

Yang diajukan oleh

OFEL SYAFAND DJOKA


91911407133030

Telah disetujui oleh :

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing II

Ridwan, SP.,M.P Dr. Abdul Rahim Saleh, SP.,M.Sc


NIDN.0905068204 NIDN.093038003

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usulan
penelitian ini.
Proposal ini berjudul “Respon Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea
Arabica) Terhadap Penggunaan Bahan Organik Paitan (Tithonia Diversifolia)
Pada Tanah Ultisol” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaiakan
studi strata 1, di Fakultas Pertanian Universitas Sintuwu Maroso Poso.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ridwan, SP.,M.P selaku dosen pembimbing 1 dan Dr. Abdul
Rahim Saleh, SP.,M.Sc selaku dosen pembimbing 2 yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis serta seluruh pihak yang telah memberikan
banyak bantuan bahkan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi lebih baik sehingga
dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Poso, 17 Februari 2023

Penulis

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peran

penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini karena kopi memberikan

sumbangan yang cukup besar bagi devisa negara. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (BPS, 2021), produksi kopi tahun 2019 sampai dengan 2021 cenderung

meningkat. Tahun 2019 produksi kopi sebesar 752,51 ton naik menjadi 762,38 ribu

ton pada tahun 2020 atau naik sebesar 1,31 persen. Data (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2021) menunjukkan luas areal perkebunan kopi pada tahun 2019 yang

diusahakan oleh Perkebunan Rakyat Seluas 1,22 juta hektar, kemudian meningkat

menjadi 1,23 juta hektar pada tahun 2020. Pada tahun 2021 luas areal Perkebunan

Rakyat meningkat menjadi 1,26 juta hektar. Oleh karena itu, perlu dilakukan

peningkatan produktivitas kopi arabika salah satunya pada proses pembibitan.

Kopi arabika termasuk tanaman buah yang memiliki waktu panen dan tingkat

kematangan tertentu yang biasanya ditandai dengan warna buah hijau saat muda,

agak kekuningan hingga kemerahan saat setengah tua dan merah terang sampai

merah gelap saat sudah tua (Abdullah et al, 2010). Permasalahan yang muncul

yaitu masih rendahnya produktivitas kopi dalam pengusahaan kopi di Indonesia,

agar dapat meingkatkan produktivitas dapat dilakukan dari proses pembibitan yang

sangat penting bagi pertumbuhan kopi. Bibit yang baik akan menghasilkan buah

kopi yang banyak. Agar mendapatkan hasil produktivitas kopi yang maksimal,

selama masa pembibitan media tanam dan pemupukan harus diperhatikan

(Dewantara et al, 2017) Lahan di Indonesia sebagian besar merupakan tanah

subur, namun masih banyak terdapat lahan marginal yang belum dapat

dimanfaatkan secara maksimal, contohnya Ultisol.


Sebaran tanah ultisol di Sulawesi yakni 4.303.000 ha. Tanah ini dapat di jumpai

pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Prasetyo dan Suriadikarta,

2006). Di Sulawesi Tengah luas tanah ultisol sekitar 528.172 hektar. (Hikmatullah

dan Suryani, 2014). Kendala Ultisol baik ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi

tanah, seperti bahan organik rendah sampai sedang, keasaman Aldd tinggi,

kandungan unsur hara N, P dan K rendah, nilai KTK dan KB rendah dan sangat

peka erosi. Walaupun tanah Ultisol mempunyai sifat kimia yang kurang baik, tetapi

jika dilakukan pengelolaan tanah yang sesuai bisa berproduksi secara optimal

(Hikmatullah dan Suryani, 2014). Untuk meningkatkan produktivitas tanah ultisol

dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara dan sifat kimia

tanah. Salah satunya dengan pemberian pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar terdiri atas bahan organik

yang telah melalui proses rekayasa yang dapat mensuplai bahan organik untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan

bahwa pupuk organik lebih ditujukan pada kandungan C-organik atau bahan organik

daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau,

pupuk kandang, sisa panen, limbah ternak, limbah industri pertanian dan limbah

kota. Kompos merupakan produk pembusukkan dari limbah tanaman dan hewan

hasil perombakkan oleh fungi, aktinomiset dan cacing tanah (Suriadikarta dan &

Simanungkalit, 2006). Pupuk organik akan menyumbang sejumlah unsur hara

apabila melalui proses dekomposisi salah satunya adalah pupuk kompos paitan

Tithonia diversifolia merupakan gulma tahunan yang berpotensi sebagai

sumber hara karena mengandung 3,59% N, 0,34% P dan 1,46% K (Bintoro et al.

2008). Pemanfaatan paitan dapat dijadikan pupuk hijau ataupun melalui


pengomposan yang dapat meningkatkan kandungan P dan K tanah. Disamping itu

juga dapat berfungsi sebagai biokumulator logam berat, akumulasi Zn tinggi pada

bagian daun, logam berat yang lain diserap dalam jumlah banyak adalah Cd, Cu

dan Ag (J Purwani 2017). Keunggulan lain dari tanaman ini adalah dapat tumbuh

baik pada lahan yang kurang subur. Tithonia diversifolia memiliki potensi cukup

tinggi pada pemulihan kesuburan tanah (Rahardia Tatra Septa, dkk, 2017).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan

organik paitan terhadap pertumbuhan bibit kopi arabika pada media tanah ultisol.

Manfaat Penelitian

Mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk anorganik terhadap

pertumbuhan bibit kopi arabika.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Tanaman Kopi


Klasifikasi tanaman kopi arabika (Rahardjo P, 2012)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermathopyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magniopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (Suku Kopi-kopian)

Genus : Coffea

Spesies : Coffea Arabica L.

Morfologi Tanaman

Berikut adalah morfologi tanaman kopi arabika menurut (Subandi M, 2011)

Akar

Akar dapat dikatakan tidak dalam karena lebih dari 90% dari berat akar

tersebut ada pada lapisan tanah 0-30 cm. Pohon kopi mempunyai susunan akar

sebagai berikut.

- Akar tunggang, lurus kedalam tanah, gunanya untuk tegaknya tanaman

dan menjaga kekeringan


- Akar lebar, akar yang keluar dari akar tunggang dengan arah ke samping

- Akar rambut dan bulu-bulu akar, akar yang keluar dari akar, berguna

untuk menghisap unsur hara

- Setiap ujung bulu akar ada tudung akar yang berguna untuk akar bila

akar tersebut menembus tanah.

Batang dan Cabang

Tanaman kopi kalau dibiarkan tumbuh tingginya dapat mencapai 10 m

berbatang tegak lurus, ruas-ruas dan memperlihatkan dimorfisa (dua bentuk) dalam

pertumbuhannya. Bagian tanaman yang tumbuh ortotropik dapat menghasilkan

pertumbuhan ortotropik dan plagiotropik, sedangkan yang tumbuh lagiotropik hanya

menghasilkan pertumbuhan lagiotropik saja. Pada tiap ketiak daun dapat tumbuh

tunas reproduksi beberapa kali, tetapi pada cabang primer hanya berbentuk 1 kali.

Karena buah kopi terbentuk pada cabang-cabang primer maka cabang ini sangat

penting. Khusus pada cabang-cabang primer yang kuat pertumbuhannya, kuncup-

kuncup tunas ini dapat tumbuh menjadi cabang.

Daun

Baik pada batang maupun cabang, daun tumbuh berhadapan serta

berpasang-pasangan. Pada cabang pasang-pasangan daun tersebut terletak pada

satu bidang. Tetapi pada batang dan wiwilan tidak demikian, melainkan pada

bidang-bidang bersilangan. Daun tanaman kopi akan menjadi lebar, tipis dan

lembek apabila intensitas cahaya terlalu sedikit. Dengan demikian daun bisa dipakai

untuk mengontrol pengaturan naungan. Perbedaan besar kecilnya dan tebal

tipisnya daun tergantung pada jenisnya, daun tanaman kopi arabika sendiri

berbentuk seperti talang dan berwarna hijau mengkilap.


Bunga dan buah

Bunga kopi terbentuk pada ketiak daun dari cabang terdapat 4 atau 5 tanda,

masing-masing terdiri dari 3 atau 5 bunga. Jadi tiap ketiak daun terdapat 12 atau 25

bunga. Pada keadaan yang optimal, jumlah bunga bisa mencapai lebih dari 6000 –

8000 bunga per pohon. Tetapi bunga yang dapat menjadi buah sampai masak

hanya berkisar antara 30 – 50%. Buah kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging

buah terdiri 3 bagian yaitu lapisan luar, lapisan daging buah dan lapisan kulit

tanduk.

Biji

Buah kopi mentah berwarna hijau dan ketika matang akan berubah menjadi

warna merah. Pada kopi Arabika banyak dijumpai dimana dalam 1 buah terdapat

banyak biji. Kulit luar dari buah mula-mula berwarna hijau tua, kemudian berangsur-

angsur berubah menjadi hijau, kuning akhirnya menjadi merah sampai menjadi

merah hitam.

Syarat Tumbuh

Kopi jenis arabika dapat tumbuh di ketinggian 500 – 2000 mdpl, tetapi yang

optimal adalah 800 – 1500 mdpl, dengan temperatur 17-20 derajat Celcius. Makin

tinggi suatu daerah di atas permukaan laut, makin lambat pertumbuhan kopi dan

makin lama pula masa non produktifnya.

Jumlah curah hujan untuk tanaman kopi tidak begitu penting dibanding

dengan distribusi curah hujan. Kopi Arabika agaknya lebih toleran karena jenis ini

menyerbuk sendiri. Curah hujan yang optimal adalah 2000 – 3000 mm/tahun

dengan lebih kurang 3 bulan kering, tetapi dengan hujan kiriman yang cukup.
Tanaman kopi Arabika memerlukan struktur tanah yang baik dengan kadar

bahan organik paling sedikit 3 %. Tata udara dan tata air tanah bila kurang baik

perakaran kopi akan menderita. Sehingga tanaman menjadi kerdil dan kekuningan.

Derajat keasaman tanah dari kopi sebaiknya antara 5,5 – 6,5 tetapi faktor lain juga

perlu diperhatikan demikian juga kesuburan kimia.

Klasifikasi Paitan

Tumbuhan ini di klasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Tithonia Desf. Ex Juss.

Spesies : Tithonia Diversifolia (Simangunsong dkk, 2021)

Morfologi Paitan

Berikut adalah morfologi tanaman Paitan (Tithonia Diversifolia) menurut

(Simangunsong dkk, 2021)

Morfologi paitan terdiri atas akar, batang, daun dan bunga. Paitan

mempunyai akar serabut, dengan menancap dalam di bawah tanah sehingga

tanaman ini cocok sebagai tanaman hias dan untuk menahan erosi ringan, selain
dari itu akar dari tumbuhan ini terdapat jutaan cendawan dan bakteri hidup

menempel pada akar yang berfungsi sebagai pelarut kalium dan fosfat

Batang dari tumbuhan ini mempunyai bentuk bulat dan berkayu, pada

bagian batang ditumbuhi ranting-ranting yang dapat mengeluarkan tangkai bunga,

batang dari paitan ini sendiri mudah untuk dipatahkan dan mudah untuk tumbuh

kembali. Warna daun yang hijau, bagian pangkalnya meruncing dan tulang daun

yang menyirip. Bunga paitan berwarna kuning dan orange, yang mempunyai ciri-ciri

bunga berbentuk oval dengan pinggiran daun bergerigi dan rata-rata panjang daun

sekitar 5-8 cm.

Kandungan Paitan

Paitan (Tithonia diversifolia) adalah salah satu jenis gulma tahunan yang

tumbuh subur dipinggir jalan, gulma tahunan ini yang layak dimanfaatkan sebagai

sumber hara bagi tanaman. Kandungan hara daun tithonia kering adalah 3,50 –

4,00% N; 0,35 – 0,38% P; 3,50 – 4,10% K; 0,59% Ca dan 0,27% Mg C-Organik

36,39% C/N 11,2 dan N-Total 3,11% (Peniwiratri dan Afany, 2022) Bagian tanaman

tithonia yang dapat digunakan sebagai bahan pupuk hijau adalah batang dan

daunnya. Pemanfaatan tithonia sebagai sumber hara, yaitu dapat dimanfaatkan

dalam bentuk pupuk hijau segar, pupuk hijau segar atau kompos. Paitan pupuk

hijau selain dapat meningkatkan bahan organik tanah, juga dapat meningkatkan

unsur hara di dalam tanah sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi

tanah yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan

ketahanan tanah terhadap erosi (Purwani, 2000)

Bahan Organik
Bahan organik mempunyai peranan penting dalam memperbaiki sifat tanah

baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Menurut Soniari (2006) bahwa bahan organik

merupakan sumber karbon yang merupakan sumber pakan dan energi untuk

mendukung kehidupan dan berkembangbiaknya berbagai jenis mikroba dalam

tanah. Mikroba merupakan faktor yang sangat penting dalam dekomposisi bahan

organik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan

bahan serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan

sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik merupakan pupuk yang

berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan atau limbah organik lainnya yang telah

melalui proses rekaya, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan

mineral dan atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara

dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah

(Hartatik & Widowati, 2015)

Tanah Ultisol

Ultisol merupakan jenis tanah yang umumnya dominan di daerah pertanian

dataran tinggi asam di Indonesia. Kendala utama dalam pengembangan lahan

pertanian ini adalah pH rendah, fiksasi P tinggi, kandungan Al, Fe dan Mn tinggi dan

kapasitas tukar kation rendah prasetyo Aplikasi dari bahan organik dapat

memperbaiki pH tanah dan menekan kelarutan Al (Suntoro, 2001) dan dapat

mengatasi toksisitas Al dan Fe, dan itu akan mengurangi aktivitas Al dan Fe oleh

fosfatfiksasi. Satu dari fraksi organik yang stabil (zat humat) yang memiliki

kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks dengan ion logam telarut dalam

tanah dalam humat (Ifansyah, 2013).


Tanah ultisol merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang

rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, pH yang bersifat

masam, Al-dd yang tinggi, kandungan P tersedia dalam tanah rendah karena ion P

dalam tanah diikat oleh oksida Al dan Fe serta kapasitas tukar kation (KTK) dalam

tanah ultisol tergolong rendah. Hal ini menyebabkan tanah miskin akan unsur hara.

Tanah sudah mengalami pelapukan lanjut sehingga kesuburan tanah menjadi

rendah. Pemberian bahan organik pada perlakuan kompos tithonia berpengaruh

terhadap P-tersedia tanah ultisol dengan nilai rataan tertinggi yaitu 39,65 ppm

(Siregar dkk, 2017).

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di desa Lape, Kecamatan Poso Pesisir pada

bulan Maret 2023 sampai pada bulan Juni 2023.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah gamal 6 kg, sekam padi, mikroba

pengurai, dedak 5 kg, pupuk kandang dan air kelapa (2 buah), kemudian bahan-

bahan tersebut terpisah dalam pembuatannya kemudian dilakukan fermentasi

selama 14 hari. Alat yang digunakan adalah sekop, parang, handphone, alat tulis,

timbangan digital, karung, polybag (15x20) handsprayer dan terpal.

Pelaksanaan Pembuatan Pupuk Organik

Cara pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut:

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Daun gamal dicincang sampai halus.

3. Siapkan ember plastik yang telah diisi larutan gula merah dan air kelapa

serta mikroba pengurai kemudian diaduk rata.

4. Rentangkan terpal sebagai pengalas tempat fermentasi pupuk.

5. Campurkan semua bahan dengan menggunakan sekop.

6. Semprotkan mikroba pengurai menggunakan handsprayer dengan dosis

300 ml/16 liter air diatas permukaan bahan.

7. Ratakan bahan yang sudah di campur, kemudian ditutup menggunakan

terpal, sehingga pupuk siap untuk difermentasi selama dua minggu.


8. Periksa bahan setiap dua hari sekali, jika kering semprotkan mikroba

dengan dosis 150 ml/8 liter air.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri dari

T0 : Kontrol

T1 : Pemberian pupuk kompos gamal 8 gram/polybag

T2 : Pemberian pupuk kompos gamal 11 gram/polybag

T3 : Pemberian pupuk kompos gamal 13 gram/polybag

T4 : Pemberian pupuk kompos gamal 15 gram/polybag

Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 20 unit

percobaan. Setiap percobaan terdiri dari 5 polybag sehingga seluruhnya terdapat

100 polybag.

Parameter Amatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan pertama dilakukan saat tanaman berumur dua minggu

setelah berkecambah. Cara pengukuran tinggi tanaman yaitu dimulai

dari batas tiang standar sampai pada ujung bibit tanaman kopi dengan

menggunakan mistar/penggaris.

2. Diameter Batang (mm)


Pengamatan pertama dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu

setelah berkecambah, kemudian dilanjutkan dengan interval 2 minggu

sekali.

3. Jumlah Daun (helai)

Perhitungan untuk pengamatan pertama dilakukan saat tanaman

berumur 2 minggu setelah tanaman tumbuh, perhitungan jumlah daun

dilakukan dengan cara menghitung jumlah jumlah daun dilakukan

dengan cara menghitung jumlah daun yang telah terbuka sempurna.

4. Luas daun

Luas daun diukur setelah dua minggu .

5. Laju pertumbuhan.

Laju pertumbuhan diukur pada saat tanaman mengeluarkan

kecambah.

Anda mungkin juga menyukai