Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman kopi adalah salah satu tanaman tahunan yang banyak dibudidayakan
untuk diambil bijinya untuk berbagai macam produk. Budidaya tanaman harus
memeprtimbangkan berbagai macam aspek seperti iklim lingkungan, topografi
hingga tanaman penaung bagi tanaman kopi, menurut Bunn. (2015) tanaman kopi
memiliki kepekaan terhadap perubahan kondisi lingkungan dan akan menjadi
perhatian dalam menangani budidaya kopi di masa depan serta tanaman kopi dapat
hidup hingga 30 tahun lamanya. Topografi lahan perkebunan kopi juga dapat
mempengaruhi kualitas pertumbuhannya, salah satu jenis kopi yang banyak
dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta tumbuh didataran rendah dengan
ketinggian 400-700 m dpl. Curah hujan memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan tanaman kopi jenis ini, tanaman kopi jenis robusta menghendaki curah
hujan 2000-3000 mm/tahun, namun juga dapat hidup pada curah hujan yang rendah
jika laju penguapan dan pengairannya dirancang dengan baik, karena ketersediaan air
sangan berpengaruh utamanya saat proses pembungaan dan pembentukan buah (Ryan
dan Soemarno. 2016). Tanaman kopi dapat tumbuh subur pada kondisi tanah yang
gembur dan subur (kaya bahan organik) dengan pH sekitar 4,5-6,0. Untuk menunjang
pertumbuhannya, tanaman kopi harus mendapatkan penyinaran yang teratur, akan
tetapi tidak bisa mendapatkan cahaya matahari secara langsung. Setiap jenis tanaman
kopi memiliki perbedaan contohnya kopi arabika dengan kopi robusta yaitu terlihat
dari perakarannya dimana kopi arabika ini memiliki akar yang menancap lebih dalam
dari kopi robusta sehingga kopi arabika lebih tahan kering dibandingkan dengan kopi
robusta.
Budidaya kopi bisa dilakukan dengan menggunakan naungan (sederhana dan
multistrata) dan tanpa menggunakan naungan. Dengan perlakuan yang berbeda, maka
morfologi pada tanaman kopi juga berbeda contohnya pada bagian stomata daun.
Pada tanaman kopi tanpa naungan memiliki jumlah dan kerapatan stomata terbanyak
dibandingkan dengan tanaman kopi yang ternaungi. Hal ini bisa terjadi karena daun
tanaman kopi yang ternaungi berkompetisi dalam fiksasi CO2 dengan tanaman
penaung, cahaya juga memiliki pengaruh bagi stomata saat proses fotosintesis.
(Suherman dan Edi Kurniawan, 2015). Pada budidaya tanaman kopi juga harus
memperhatikan iklim lingkungannya, jika ilkim disekitar tanaman kopi tidak sesuai
dengan tanaman kopi yang termasuk jenis tanaman C3 maka dapat menurunkan
kualitas tanaman tersebut dan berpotensi menjadi habitat hama maupun patogen
penyebab penyakit, Menurut Syakir. M dan Surmaini. E. (2017) kesehatan tanaman
kopi dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan penyakit seperti karat
daun yang disebabkan oleh cendawan.
Setiap spesies kopi memiliki syarat tumbuh yang berbeda-beda. Kopi Arabika
lebih cocok dibudidayakan di dataran tinggi, sedangkan kopi robusta akan tumbuh
maksimal pada dataran rendah. Faktor yang mempengaruhi produksi kopi antara lain;
perawatan, kondisi tanah dan cuaca. Tanaman kopi menghendaki tanah gembur dan
sedikit berpasir (Kahpi, 2018). Sebagian besar daerah penghasil kopi biasanya tadah
hujan dataran tinggi, karena topografi tanah tidak kondusif untuk pemasangan sistem
irigasi. Produksi kopi diutamakan pada kondisi tanah datar meskipun kopi juga dapat
tumbuh pada tanah curam. Tujuannya adalah untuk mempermudah mekanisasi yang
mendukung kebutuhan iklim mikro tanaman kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh
dengan baik ketika berada pada suhu optimal 15-30oC, hal tersebut dapat
dipertahankan dengan menambah tanaman naungan (Krishnan, 2016).

Keberadaan naungan pada perkebunan kopi memiliki peran penting dalam


meningkatkan komposisi biotik ekosistem. Hal ini dikarenakan keberadaan naungan
dapat menghambat pertumbuhan gulma, mengurangi aktivitas hama dan patogen.
Peran naungan juga dapat memperkaya seresah daun di tanah, sehingga
meningkatkan hara ketika telah terdekomposisi. Tanaman penaung ikut berperan
dalam mencegah erosi terutama perkebunan kopi di dataran tinggi. Hal ini
dikarenakan perakaran kuat dari pohon penaung tersebut (Ram, 2018).
Dapus :

Suherman dan E. Kurniawan. 2015. Keragaman Stomata Daun Kopi Pada Berbagai
Pohon Penaung Sistem Agroforestri. Jurnal Galung Tropika. 4(1):1-6

Ryan. M. S dan Soemarno, R. 2016. Pengelolaan Lahan Untuk Kebun Kopi. Malang.
Gunung Samudra

Bunn, C., Läderach, P., Ovalle Rivera, O., & Kirschke, D. (2015). A bitter cup:
climate change profile of global production of Arabica and Robusta coffee.
Climatic Change, 129(1–2), 89–101. https://doi.org/10.1007/s10584-014-1306-x

Syakir, M., & Surmaini, E. (2017). Perubahan Iklim Dalam Konteks Sistem Produksi
Dan Pengembangan Kopi Di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian, 36(2), 77. https://doi.org/10.21082/jp3.v36n2.2017.p77-90

Kahpi, A. (2018). Budidaya dan Produksi Kopi Di Sulawesi Bagian Selatan Pada
Abad Ke-19. Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Budaya, 12(1).
Ram AS. 2018. Sustaining Coffee Production: Present and Future. Proceedings of
ACA Annual Conference 2018, pp. 8-17. 11-12 November 2018, Mangshi,
China.
Krishnan, Sarada (2016). Oxford Research Encyclopedia of Environmental Science.
Hämtat från environmentalscience. oxfordre. com.

Anda mungkin juga menyukai