Oleh:
Reny Ayuning D
P2AA14009
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting
dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia.
Sebagian besar kopi Indonesia diusahakan oleh petani dengan luas garapan rata–
rata berkisar antara 0,5 - 1 ha.
Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta ha dengan
produksi sebesar 675 ribu ton (Ditjenbun, 2004). Produktivitas tanaman kopi
Indonesia hanya sekitar 500 - 600 kg/ha.
Permintaan terbesar dari Amerika yaitu sebesar 1,4 juta ton, diikuti Eropa 2,8 juta
ton, Afrika 334 ribu ton, Asia Pasifik 670 ribu ton, dan konsumsi negara - negara
produsen 1.8 juta ton (LMC, 2006)
Jenis diversifikasi produk kopi meliputi kopi bubuk, kopi instan, kopi biji
matang (roasted coffee),kopi tiruan, kopi rendah kafein (decaffeinated
coffee), kopi mix, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam botol
dan produk turunan lainnya.
Dalam rangka meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu
kopi Indonesia pada tahun 2012 Direktorat Tanaman Rempah dan
Penyegar melaksanakan kegiatan intensifikasi, perluasan dan
peremajaan kopi seluas 13.500 ha di 15 provinsi 30 kabupaten.
Dari luasan tersebut untuk perluasan dan peremajaan kopi seluas
4.600 ha dengan benih kopi Somatic Embryogenesis (SE) seluas
4.400 ha dan kopi ekselsa seluas 200 ha. Pada tahun 2013 akan
dilaksanakan intensifikasi kopi arabika dan rosbusta seluas 5.610
ha yang terdiri dari arabika 3.510 dan robusta 2.100 ha. Kegiatan
intesifikasi kopi arabika dan robusta mencakup 12 provinsi 19
kabupaten yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Sulawesi,
NTT, Papua
Saat ini sudah ada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang baru mengenai kopi yaitu
SNI 2907-2008 : biji kopi. Syarat mutu umum kopi adalah :
1. Serangga hidup : tidak ada
2. Biji berbau busuk dan atau berbau kapang : tidak ada
3. Kadar air : max12,5% fraksi massa
4. Kadar kotoran : max 0,5% fraksi massa
1. PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KOPI
a. Ketinggian Tempat
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat
di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl) terutama kopi robusta. Kopi arabika
baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 m dpl.
Ketinggian tempat tanam berkaitan dengan cita rasa kopi.
b. Curah hujan dan Lahan
Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per
tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat
celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006).
c. Bahan Tanaman dan Lingkungan Tumbuh
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kopi robusta adalah dengan
perbaikan bahan tanam. Penggantian bahan tanam anjuran dapat dilakukan
secara bertahap, baik dengan metode sambungan di lapangan pada tanaman
kopi yang telah ada, maupun penanaman baru dengan bahan tanaman asal
setek. Adapun klon-klon kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP
288, BP358, BP 409, dan SA 203.
• Pemilihan kompoosisi klon berdasarkan kondisi lingkungan
• Sumber tanaman klonal kopi harus berasal dari kebun entres resmi, dapat
dalam bentuk entres maupun setek berakar.
2. Varietas Tanaman Kopi
3. Perbibitan dan Perbanyakan Tanaman
Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang
umum dilakukan.
a. Penyambungan Tanaman
Penyambungan kopi adalah penggabungan batang atas atau disebut entres pada
bibit kopi dewasa yang digunakan sebagai batang bawah. Pelaksanaan
penyambungan dilakukan di pembibitan menggunakan bibit kopi batang bawah
umur 5-6 bulan, dari saat benih disemaikan.
b. Penyetekan Tanaman
Penyetekan kopi yaitu perbanyakan kopi untuk menumbuhkan akar entres kopi
dengan menggunakan media tumbuh dan lingkungan. Media tumbuh yang
digunakan untuk penyetekan kopi terdiri dari campuran pasir, pupuk
kandang/humus dengan perbandingan 3:1. Bedengan setek di beri naungan yang
cukup dan disarankan untuk memilih pohon yang dapat meneruskan cahaya
matahari.
4. Penanaman
• Tata Tanam
Untuk lahan dengan kemiringan tanah kurang dari 15%, tiap klon ditanam
dengan lajur sama, berseling dengan klon lain. Pergantian klon mengikuti arah
timurbarat.
5. Pemupukan
Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap rendah
sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru,
mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan
penyakit.
a. Sistem Pemangkasan
Sistem pemangkasan yang lebih baik sangat dipengaruhi oleh kondisi ekologis
dan jenis kopi yang ditanam.
• Sistem berbatang tunggal lebih sesuai bagi jenis-jenis kopi yang banyak
membentuk cabang-cabang sekunder misal kopi arabika, karena sistem ini lebih
banyak diarahkan pada pengaturan peremajaan cabang.
• Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang oleh karena
itu lebih sesuai bagi daerah-daerah yang basah dan letaknya rendah, dimana
pertumbuhan batang-batang baru berjalan lebih cepat.
b. Tujuan Pemangkasan
Kedua sistem tersebut dapat dibedakan tiga macam pemangkasan yaitu:
• pemangkasan bentuk
• pemangkasan produksi (pemangkasan pemeliharaan)
• pemangkasan rejuvinasi (peremajaan)
7. Penaungan
Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah
masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun.
Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam
keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11 bulan sejak dari kuncup
sampai matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan.
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah
masak. Cara pemanenan dengan menggoyangkan dahan dengan tangan sehingga
buah-buah jatuh ke dalam sebuah keranjang atau pada kain terpal yang dibentangkan
di bawah pohon memang lebih cepat, namun menghasilkan kualitas biji kopi yang
lebih rendah (Starfarm, 2010b).
Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.
10. Pengolahan
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas,
seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang
hama/penyakit). Sortasi buah kopi juga dapat menggunakan air untuk memisahkan
buah yang diserang hama. Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus
dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas.
Buah kopi merah (superior) diolah dengan cara proses basah atau semi-basah, agar
diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran
hijau, kuning dan merah diolah dengan cara proses kering.
Penjemuran Buah kopi yang sudah dipanen dan disortasi harus sesegera
mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan
mutu. Buah kopi dikatakan sudah kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi
gemerisik.
Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur. Apabila udara
tidak cerah, pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis.
Penuntasan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5 %.
Kebiasaan merebus buah kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari
karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga
menurunkan mutu.
Pengupasan kulit buah kopi kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari
kulit buah, kulit tanduk dan kulit ari. Pengupasan dilakukan dengan enggunakan
mesin pengupas (huller).
Pengupasan kulit dengan cara menumbuk tidak dianjurkan karena
mengakibatkan banyak biji yang pecah.
Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk untuk
menghasilkan biji kopi beras dengan menggunakan mesin pengupas.
Sortasi Biji Kopi Beras Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan
ukuran, cacat biji dan benda asing. Sortasi ukuran dapat dilakukan dengan ayakan
mekanis maupun dengan manual. Cara sortasi biji yaitu dengan memisahkan biji-biji
kopi cacat agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan ketentuan
SNI 01-2907-2008.
Cara menentukan mutu biji kopi yaitu dengan pengambilan sampel. Sampel
diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari karung, kemudian di ambil
secara acak di setiap bagian karung sehingga diperoleh sebanyak 10 kg, setelah
diaduk secara merata diambil 200 – 300 g untuk ditentukan jenis mutunya
Kopi Arabika Indonesia diekspor dalam bentuk mutu 1, sedangkan Kopi
Robusta sekitar 60% diekspor dalam mutu 4, sekitar 30% diekspor dalam
mutu 5 dan mutu 6, sekitar 10% diekspor dalam mutu 1 dan mutu 2.
Standar ekspor kopi biji berdasarkan Standar mutu kopi biji yang berlaku
saat ini yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01-2907-2008 selain
itu juga memperhatikan sebagian Resolusi ICO (International Cofee
Organization) No. 407 tentang Coffee Quality Improvement Program.
Hal ini diatur dalam Peraturan Permendag RI No. 27/M.Dag/Per/7/2008
tanggal 18 Juli 2008
TERIMAKASIH