Oleh:
Dimas Septian Mardi RusFani
NIM. 151710101128
Oleh:
Dimas Septian Mardi RusFani
NIM. 151710101128
NIM : 151710101128
Mengetahui,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Magang Kerja (MK) di UPT PSMB-LT Jember yaitu
untuk mempelajari Sertifikasi Mutu Tembakau di UPT PSMB-LT Jember yang
meliputi prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT Pengujian Sertifikasi Mutu
Barang – Lembaga Tembakau Jember dan kegiatan pelayanan inspeksi fumigasi
yang dilakukan oleh UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau
Jember dibeberapa perusahaan pengekspor tembakau di wilayah Kabupaten
Jember.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Magang Kerja(MK) di UPT PSMB-LT Jember adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau Jember.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menambah ilmu pengetahuan tentang
dunia kerja yang bergerak dibidang hasil pertanian (khususnya pelayanan
jasa).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tembakau
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman
perkebunan. Menurut Cahyono (2005) tanaman tembakau berperan penting bagi
perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber
pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong
berkembangnya agribisnis tembakau dan agroindustri. Menurut Direktorat Jenderal
Perkebunan (2016) menyatakan bahwa produksi tembakau terbanyak dihasilkan
dari pulau jawa dengan total produksi 150.485 ton dengan luas tanam 169.663 ha.
Menurut Matnawi (2012) tanaman tembakau dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisia : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabaccum L.
d. Bunga
Bunga tembakau merupakan bunga majemuk yang terdiri dari beberapa
tandan dan masing-masing berisi 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang.
Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya sedangkan
bagian lain berwarna putih. Kelopak memiliki 5 pancung sedangkan benang sari
berjumlah 5 tetapi yang satu lebih pendek dan melekat pada mahkota bunga. Kepala
putik atau tangkai putik terletak di atas bakal buah di dalam tabung. Letak kepala
putik dekat dengan benang sari dengan kedudukan sama tinggi.
e. Buah
Buah tembakau akan tumbuh setelah tiga minggu penyerbukan. Buah
tembakau berbentuk lonjong dan berukuran kecil berisi biji yang sangat ringan. Biji
tersebut dapat digunakan untuk perkembangbiakan tembakau tersebut. Tanaman
tembakau terdiri dari batang, daun tembakau, dan bunga. Tanaman tembakau
dipanen dengan cara bagian daun secara bertahap dipetik mulai dari daun paling
bawah, tengah, dan atas. Batang tembakau selanjutnya dimanfaatkan untuk kayu
bakar dan biji dari bunga digunakan (secara selektif) untuk bibit sedangkan daun
tembakau diproses menjadi rokok, cerutu, tembakau rajangan, atau diekspor dalam
bentuk tembakau yang sudah dikeringkan (krosok).
2.2 Hama Gudang
Tembakau kering (krosok dan rajangan) yang disimpan di dalam gudang
ternyata masih berpeluang diserang oleh hama gudang. Hama gudang tembakau
menjadi ancaman serius bagi eksportir tembakau karena hama dapat menurunkan
kualitas dan kuantitas daun tembakau sehingga tidak memiliki nilai ekonomis lagi.
Hama gudang tersebut akan membuat tembakau berlubang dan menyebabkan tidak
laku untuk dijual, terutama pada tembakau yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan cerutu.
Beberapa jenis hama yang biasa menyerang bahan pangan di gudang yaitu
Lasioderma serricorne (F.) atau lebih dikenal dengan nama Cigarette beetles dan
Setomorpha rutella Zell (Kalshoven (1981).
2.2.1 Lasioderma serricorne (F.)
Menurut Roll (2009 Lasioderma serricorne (F.) atau kumbang tembakau lebih
dikenal dengan nama Cigarette beetles. Serangga kecil ini menjadi penyebab utama
kerusakan daun tembakau di dalam tempat penyimpanan. Panjang tubuh kumbang
tembakau sekitar 2–3 mm dan memiliki warna coklat kemerahan yang dilengkapi
dengan sedikit bulu. Kumbang dewasa dapat hidup 23–28 hari sedangkan siklus
hidupnya berkisar 42–63 hari. Kumbang tembakau memiliki bentuk tubuh bulat
agak oval dan kepala sering ditutupi pronotum apabila dilihat dari atas. Sayap depan
ditutupi oleh bulu-bulu halus dan ketika diganggu, kumbang ini sering menarik
tungkainya dan membengkokkan kepalanya. Imago menyukai tempat gelap atau
kurang cahaya. Kumbang tembakau aktif menjelang sore hari dan akan terus aktif
sampai malam hari. Imago tidak makan tetapi hanya menghisap cairan. L.
serricorne hampir identik dengan Stegobium paniceum tetapi dapat dibedakan
dengan dua karakter setelah diidentifikasi.
Gambar 2.3 Kumbang Tmebakau/ Lasioderma serricorne (F.)
Serangan kumbang pada daun tembakau sering mengakibatkan daun
berlubang-lubang dan hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh eksportir tembakau
terutama untuk tembakau sebagai bahan cerutu. Menurut Zulnayati et al. (2004),
kerugian yang banyak ditimbulkan oleh kumbang tembakau terhadap tembakau
yang disimpan di dalam gudang yaitu pada instar larva karena pada fase inilah
kumbang sangat aktif mencari makan. Sehingga terjadi kerusakn pada tembakau
yang menyebabkan tidak laku terjual.
Daun tembakau yang telah terserang L. serricorne tidak lagi memiliki nilai
ekonomis karena hal itulah apabila gudang tembakau telah terkontaminasi atau telah
terserang L. serricorne maka eksportir tidak dapat lagi menghindari kerugian.
Ancaman L. serricorne pada gudang tembakau ini sangat membuat eksportir
mengalami kerugian besar (Zulnayati et al., 2004).
2.3 Fumigasi
Fumigasi adalah tindakan perlakuan terhadap media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan dengan menggunakan fumigan di dalam ruang yang kedap
gas udara pada suhu dan tekanan tertentu (Badan Karantina Pertanian, 2011).
Fumigasi sebagai perlakuan Karantina Tumbuhan bertujuan untuk membebaskan
media pembawa dari organisme pengganggu tumbuhan atau mencegah masuk dan
tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan. Oleh karena itu, fumigasi sebagai
perlakuan karantina harus dapat membunuh hama secara keseluruhan. Pemilihan
jenis fumigan dalam pelaksanaan fumigasi untuk keperluan tindakan Karantina
Tumbuhan tergantung pada OPT sasaran, jumlah waktu yang tersedia, jenis
komoditas yang difumigasi, biaya dan tingkat kesulitan aplikasi, kemungkinan
reaksi dengan material lain, serta persyaratan negara tujuan.
2.3.1 Verifikasi
Verifikasi merupakan kegiatan dalam rangka memperoleh informasi untuk
mendapatkan kepastian bahwa fumigasi layak untuk dilakukan. Hal-hal yang perlu
diverifikasi meliputi waktu dan tempat pelaksanaan fumigasi, komoditas (jenis,
jumlah, kondisi kadar air, kemasan/packing), penumpukan/stacking komoditas,
serta jenis hama dan dosis.
a. Waktu
Verifikasi waktu dilakukan untuk memastikan ketersedian waktu yang cukup
untuk melaksanakan kegiatan fumigasi sesuai standar. Waktu yang diperlukan
mencakup waktu untuk persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan fumigasi.
b. Tempat
Verifikasi tempat dilakukan untuk menilai kelayakan tempat fumigasi dengan
Fosfin. Verifikasi tempat pelaksanaan fumigasi meliputi sumber/daya listrik dan
air, terlindung dari angin kencang dan hujan, ventilasi dan pencahayaan yang
cukup, kondisi keamanan lingkungan, serta bebas genangan air atau banjir. Kondisi
lantai fumigasi harus kedap, tidak dapat ditembus gas sehingga mampu
mempertahankan konsentrasi fumigan pada tingkat minimum selama masa
perlakuan.
c. Komoditas
Verifikasi komoditas dilakukan untuk memastikan bahwa komoditas layak
untuk difumigasi dengan Fosfin. Beberapa verifikasi komoditas antara lain:
1. Jenis Komoditas
Beberapa jenis komoditas akan terpengaruh oleh Fosfin atau tidak dapat
difumigasi dengan Fosfin.
2. Jumlah/Volume Komoditas
Verifikasi jumlah/volume komoditas diperlukan untuk menyiapkan alat-alat
dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan fumigasi.
3. Kondisi Komoditas
Lapisan yang kedap gas (seperti lapisan plitur, lilin, cat, pernis, dan sejenisnya)
harus dibersihkan sebelum fumigasi dilaksanakan untuk menjamin keberhasilan
fumigasi. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan penetrasi gas berjalan dengan
baik. Komoditas yang dibungkus kemasan kedap gas seperti selofan (cellophane),
plastik film, kertas berlapis lilin/teer, kertas berlapis plastik (laminating),
alumunium foil, atau kertas yang kedap air harus dilubangi, dibuang, atau dibuka
sebelum dilakukan fumigasi. Pelubangan pada kemasan memungkinkan penetrasi
gas sehingga fumigasi dapat berlangsung efektif tanpa harus membuang, membuka,
atau merobek kemasan. Pelubangan yang memenuhi persyaratan fumigasi yaitu
minimum empat lubang dengan diameter 0,6 cm atau minimum lima lubang dengan
diameter 0,5 cm setiap 100 cm2.
d. Hama dan Dosis
Fumigan Verifikasi hama dilakukan untuk memastikan jenis dan stadia hama
yang akan difumigasi karena berpengaruh pada dosis yang akan digunakan dan
waktu pemaparan (exposure time) fumigan. Namun, penggunaan dosis juga
tergantung pada jenis komoditas dan permintaan pelanggan/ketentuan negara
tujuan.
e. Verifikasi Tumpukan Komoditas (Stacking)
Verifikasi tumpukan komoditas untuk memastikan kondisi tumpukan
komoditas cukup baik untuk sirkulasi gas di ruang fumigasi dan untuk memudahkan
penempatan selang monitor. Komoditas harus ditumpuk sedemikian rupa dan diberi
jarak dengan lantai minimum 5 cm sehingga memungkinkan sirkulasi gas berjalan
dengan baik di dalam ruang fumigasi dan memudahkan peletakan Fosfin secara
merata. Komoditas hendaknya disusun dengan menggunakan palet untuk
memungkinkan penetrasi gas ke dalam tumpukan dengan jarak minimum 5 cm
antara satu palet dengan palet lainnya apabila volume tumpukan relatif besar.
Tinggi, lebar, dan panjang tumpukan dalam setiap palet hendaknya tidak melebihi
2,5 m. Fumigasi dalam peti kemas atau kamar sebaiknya juga menggunakan palet
untuk menyusun atau menyangga komoditas. Jarak antara tumpukan komoditas
dengan dinding peti kemas atau kamar pada bagian atas dan sisi harus tidak kurang
dari 10 cm. Komoditas yang mudah menyerap gas (sorpsi) seperti rumput pakan
ternak (baled hay), tumpukan dapat dimuat hingga memenuhi seluruh ruangan peti
kemas atau kamar tanpa ada jarak antara tumpukan dengan dinding. Sorpsi adalah
penyerapan fumigan oleh bahan yang sedang difumigasi. Fumigan yang terserap
tidak dapat dilepas kembali karena bereaksi dengan bahan yang difumigasi.
2.4 Fosfin (Phosphine/PH3)
Pemilihan Fosfin sebagai fumigan dalam pelaksanaan fumigasi sebagai salah
satu alternatif bagi komoditas yang tidak direkomendasikan difumigasi dengan
menggunakan Metil Bromida seperti benih, produk makanan, produk olahan, serta
biji-bijian yang mengandung lemak dan protein tinggi karena selain merupakan
fumigan yang sangat beracun, Fosfin relatif aman terhadap komoditas yang
difumigasi. Perlakuan dengan Fosfin secara berulang-ulang relatif tidak
meninggalkan residu pada komoditas. Sesuai dengan ketentuan Codex
Alimentarius, batas residu untuk inorganic Phosphine yang diperbolehkan pada
biji-bijian belum diolah 0,1 mg/kg dan 0,01 mg/kg pada biji-bijian yang telah
diolah. Selain itu, penggunaan Fosfin banyak dipersyaratkan oleh negara-negara
tertentu karena ion Fosfin juga diketahui sebagai zat yang tidak menimbulkan
kerusakan pada lapisan ozon. Fumigasi menggunakan Fosfin harus memperhatikan
sifat fisik dan kimianya, serta dalam aplikasinya membutuhkan waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan Metil Bromida. Oleh karena itu yang perlu
diperhatikan sebelum pelaksanaan fumigasi dengan Fosfin adalah ketersedian
waktu yang cukup untuk pelaksanaan fumigasi, kandungan air komoditas yang akan
difumigasi, jenis komoditas, dan jenis organisme pengganggu tumbuhan yang
menjadi sasaran fumigasi.
Perlakuan fumigasi harus dilaksanakan di ruang yang kedap gas supaya
Cocentration Time Product (CTP) tercapai. Fumigasi yang dilakukan pada ruang
yang tidak kedap gas dapat mengakibatkan kegagalan fumigasi karena
berkurangnya konsentrasi yang dapat membunuh OPT sasaran dan dapat
membahayakan lingkungan sekitar karena dapat terpapar fumigan yang keluar dari
ruang fumigasi. Sungkup atau lembar penutup (sheet fumigation) dapat digunakan
apabila ruang fumigasi tidak kedap gas. Penggunaan sheet fumigation tidak
diperlukan jika dapat dibuktikan bahwa ruang sudah kedap gas.
Suhu ruangan merupakan faktor yang penting dalam menentukan
konsentrasi Fosfin yang efektif membunuh OPT sasaran. Di Indonesia yang
beriklim tropis (hangat), suhu ruang pada umumnya tidak menjadi masalah yang
serius bagi pelaksanaan fumigasi yang efektif. Suhu optimum untuk pelaksanaan
fumigasi dengan Fosfin minimum 21ºC. Suhu memiliki korelasi dengan lamanya
waktu papar fumigasi. Fumigasi pada suhu dibawah 21ºC akan memiliki waktu
papar yang lebih lama di bandingkan dengan fumigasi pada suhu 21ºC atau lebih.
Suhu dibawah 10ºC tidak disarankan untuk dilakukan fumigasi dengan Fosfin.
Suhu minimum ruang fumigasi masih perlu dipastikan selama fumigasi
berlangsung meskipun Indonesia beriklim tropis dan hal tersebut bukanlah masalah
yang serius dalam pelaksanaan fumigasi. Pencatatan suhu minimum dilakukan
berdasarkan informasi dari pihak berwenang untuk memastikan suhu minimum
sesuai dengan yang diharapkan.
BAB 3. METODOLOGI MAGANG KERJA
Staf
NIP. 19771209 201102 2 002 NIP. 19720704 200801 2 002
Dra. Satsiwi Pertiwi
Staf Staf
NIP. 19630909 198303 2 008
Sunito Rahayu Triastutik
Staf
NIP. 19680312 200701 1 029 NIP. 19630814 198503 2 003
Tutik Irawati
Staf Staf
NIP. 19680211 196910 2 001
Tristiyanto, S.Si Salim
Staf
NIP. 19841115 201403 1 001 NIP. 19690805 200901 1 002
Sumiyatno
Staf
NIP. 19610614 198303 1 013
M. Nisab
Staf
NIP.19730521 201001 1 002
Didik Saptono Wijaya
Staf
NIP. 118 19111983 012011 2731
Perdana Adi Nugraha, ST
Staf
NIP. 118 13041980 012010 2729
Joko Prabowo
Staf
NIP. 118 30081982 12011 2730
Esti Aditya Kusuma, S.ST
Staf
NIP. 125 03021993 042018 9826
Mokhamad Holik
Staf
NIP. 19650223 200701 1 007
Fibrian Fajar Triwijaksono
Staf
Mislan
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Magang Kerja di UPT PSMB–LT Jember maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT PSMB–LT Jember meliputi
penerimaan surat permohonan dari eksportir atau pelanggan, pembuatan lembar
disposisi, dan terjun ke lapangan. Kegiatan saat terjun ke lapangan meliputi
pemeriksaan kondisi yang difumigasi, pengukuran gas PH3, serta penerbitan
sertifikat inspeksi fumigasi dan sertifikat fumigasi.
2. Mahasiswa mengikuti pelaksanaan inspeksi fumigasi yang dilakukan oleh UPT
PSMB–LT Jember dibeberapa perusahaan pengekspor tembakau di wilayah
Kabupaten Jember.
6.2 Saran
Pelaksanaan Magang Kerja sudah cukup baik tetapi perlu ditingkatkan
supaya lebih baik lagi. Mahasiswa yang akan melaksanakan Magang Kerja
sebaiknya terlebih dahulu mencari informasi terkait tempat magang yang dituju
sehingga dapat menentukan topik yang akan dipelajari dan mampu mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin terkait topik yang dipilih. Selain itu, mahasiswa juga
harus mempelajari atau membaca ulang terkait pengetahuan/ilmuilmu dasar yang
sesuai dengan topik yang dipilih supaya saat terjun langsung ke lapangan akan
mudah memahami dan mengetahui apa yang akan dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA