Oleh:
Dimas Septian Mardi RusFani
NIM. 151710101128
i
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 151710101128
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Magang Kerja berjudul “Studi Pelayanan Inspeksi Dan Sertifikasi Fumigasi
Di UPT. Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Dan Lembaga Tembakau Jember”
merupakan karya Dimas Septian Mardi RusFani NIM. 151710101128 telah diuji dan
disahkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 20 April 2022
Tempat : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Mengetahui,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
iii
RINGKASAN
Kata kunci : UPT. Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau (PSMB-
LT), Fumigasi, Sertifikasi fumigasi
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..……..i
LEMBAR
PERNYATAAN………………………………………………………………...………ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………iii
RINGKASAN…………………………………………………………………………..iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………....v
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………..………………….................7
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….……7
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………….8
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………...8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….9
2.1 Tembakau…………………………………………………………………....9
2.2 Hama Gudang………………………………………………………………12
2.3 Fumigasi …………………………………………………………………...13
2.4 Fosfin ………………………………………………………………….…...16
BAB 3. METODE MAGANG KERJA………………………………………………18
3.1 Tempat dan Waktu………………………………………………………….18
3.2 Bentuk dan Sifat Kegiatan………………………………………………….18
3.3 Metode Pelaksanaan…….……………………………………………….…18
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……………………………..……...20
4.1 Lokasi Perusahaan………………………………………………………….20
4.2 Sejarah Perusahaan…………………………………………………………20
4.3 Visi dan Misi Perusahaan…………………………………………………..21
4.4 Tenaga Perusahaan…………………………………………………………21
4.3 Peran Perusahaan…………………………………………………………...21
4.6 Kemampuan Perusahaan……………………………………………………22
4.7 Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan…………............................................23
4.8 Struktur dan Orgaisasi Perusahaan.. ……………………………………….24
4.9 Pengujian Rokok……………………………………………………………25
v
BAB 5.HASIL DAN
PEMBAHASAN………………………………………………..27
5.1 Inspeksi Fumigasi Di UPT PSMB-LT Jember……………………………….27
BAB 6.PENUTUP……………………………………………………………………..33
6.1Kesimpulan…………………………………………………………………...33
6.2 Saran………………………………………………………………………… 33
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………….34
LAMPIRAN…………………………………………………………………………...35
vi
PENDAHULUAN
7
disimpan di dalam gudang ternyata masih berpeluang diserang oleh hama gudang atau
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) (Cahyono 1998).
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Magang Kerja (MK) di UPT PSMB-LT Jember yaitu untuk
mempelajari Sertifikasi Mutu Tembakau di UPT PSMB-LT Jember yang meliputi
prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang –
Lembaga Tembakau Jember dan kegiatan pelayanan inspeksi fumigasi yang dilakukan
oleh UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau Jember dibeberapa
perusahaan pengekspor tembakau di wilayah Kabupaten Jember.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Magang Kerja(MK) di UPT PSMB-LT Jember adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau Jember.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menambah ilmu pengetahuan tentang dunia
kerja yang bergerak dibidang hasil pertanian (khususnya pelayanan jasa).
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tembakau
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan.
Menurut Cahyono (2005) tanaman tembakau berperan penting bagi perekonomian
Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi
petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis
tembakau dan agroindustri. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2016)
menyatakan bahwa produksi tembakau terbanyak dihasilkan dari pulau jawa dengan
total produksi 150.485 ton dengan luas tanam 169.663 ha.
Menurut Matnawi (2012) tanaman tembakau dapat di klasifikasikan sebagai berikut
:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisia : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabaccum L.
9
memiliki tinggi sekitar 120 cm. Nicotiana rustica L. memiliki daun mahkota bunga yang
berwarna kuning berbentuk seperti terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang,
bentuk daun bulat dan ujungnya tumpul, serta kedudukan daun pada batang mendatar
supaya terkulai. Tembakau ini merupakan varietas induk untuk tembakau cerutu yang
memiliki tinggi sekitar 90 cm.
Menurut Cahyono (1998), tanaman tembakau memiliki bagian-bagian tanaman yaitu:
a. Akar
Tanaman tembakau berakar tunggang menembus ke dalam tanah sampai
kedalaman 50-75 cm sedangkan akar kecilnya menyebar ke samping. Selain itu,
tembakau juga memiliki bulu akar. Perakarannya dapat tumbuh dan berkembang baik
dalam tanah yang gembur, mudah menyerap air, dan subur.
b. Batang
Batang tembakau agak bulat, lunak tetapi kuat, dan semakin ke ujung semakin
kecil. Ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun dan batang tanaman
tidak bercabang atau sedikit bercabang. Setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga
tumbuh tunas ketiak daun dengan diameter 5 cm. Fungsi dari batang yaitu tempat
tumbuh daun dan organ lainnya, tempat jalan pengangkutan zat hara dari akar ke daun,
dan sebagai jalan menyalurkan zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman.
c. Daun
Bentuk daun tembakau yaitu bulat lonjong, ujungnya meruncing, tulang daunnya
menyirip, serta bagian tepi daun agak bergelombang dan licin.
Daun tembakau berperan sebagai tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai
antibakteri dan antijamur. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daun tembakau
bagian atas dan tengah mengandung alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid
sedangkan daun tembakau bagian bawah hanya mengandung alkaloid, flavonoid dan
terpenoid (Puspita, 2011). Menurut Podlejski dan Olejniczak (1983), kandungan
senyawa kimia dalam daun tembakau dapat dilihat pada Tabel 2.1.
10
Tabel 2.1 Kandungan senyawa kimia daun tembakau
Komponen Komposisi (%bk)
Total Nitrogen 2.20
Protein Nitrogen 1.58
Nikotin 0,67
Nitrogen dari asam amino 0,30
Air terlarut karbohidrat 25,9
Selulosa 12,3
Pektin 13,4
Plypentosa 4,90
MInyak atsiri 0,13
Resin yang diekstrak menggunakan petroleum eter 6,20
Polifenol 4,39
Volatil karbonil (asetaldehid) 0,26
Asam organic 9,12
a. Asam oxalic 2,18
b. Asam citric 1.27
c. Asam malat 4,57
d. Asam Volatile 1.12
e. Abu 15,4
d. Bunga
Bunga tembakau merupakan bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan
dan masing-masing berisi 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang. Warna
bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya sedangkan bagian lain
berwarna putih. Kelopak memiliki 5 pancung sedangkan benang sari berjumlah 5 tetapi
yang satu lebih pendek dan melekat pada mahkota bunga. Kepala putik atau tangkai
putik terletak di atas bakal buah di dalam tabung. Letak kepala putik dekat dengan
benang sari dengan kedudukan sama tinggi.
11
e. Buah
Buah tembakau akan tumbuh setelah tiga minggu penyerbukan. Buah tembakau
berbentuk lonjong dan berukuran kecil berisi biji yang sangat ringan. Biji tersebut dapat
digunakan untuk perkembangbiakan tembakau tersebut. Tanaman tembakau terdiri dari
batang, daun tembakau, dan bunga. Tanaman tembakau dipanen dengan cara bagian
daun secara bertahap dipetik mulai dari daun paling bawah, tengah, dan atas. Batang
tembakau selanjutnya dimanfaatkan untuk kayu bakar dan biji dari bunga digunakan
(secara selektif) untuk bibit sedangkan daun tembakau diproses menjadi rokok, cerutu,
tembakau rajangan, atau diekspor dalam bentuk tembakau yang sudah dikeringkan
(krosok).
12
cahaya. Kumbang tembakau aktif menjelang sore hari dan akan terus aktif sampai
malam hari. Imago tidak makan tetapi hanya menghisap cairan. L. serricorne hampir
identik dengan Stegobium paniceum tetapi dapat dibedakan dengan dua karakter setelah
diidentifikasi.
2.3 Fumigasi
Fumigasi adalah tindakan perlakuan terhadap media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan dengan menggunakan fumigan di dalam ruang yang kedap gas
udara pada suhu dan tekanan tertentu (Badan Karantina Pertanian, 2011). Fumigasi
sebagai perlakuan Karantina Tumbuhan bertujuan untuk membebaskan media pembawa
dari organisme pengganggu tumbuhan atau mencegah masuk dan tersebarnya organisme
pengganggu tumbuhan. Oleh karena itu, fumigasi sebagai perlakuan karantina harus
13
dapat membunuh hama secara keseluruhan. Pemilihan jenis fumigan dalam pelaksanaan
fumigasi untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan tergantung pada OPT sasaran,
jumlah waktu yang tersedia, jenis komoditas yang difumigasi, biaya dan tingkat
kesulitan aplikasi, kemungkinan reaksi dengan material lain, serta persyaratan negara
tujuan.
2.3.1 Verifikasi
Verifikasi merupakan kegiatan dalam rangka memperoleh informasi untuk
mendapatkan kepastian bahwa fumigasi layak untuk dilakukan. Hal-hal yang perlu
diverifikasi meliputi waktu dan tempat pelaksanaan fumigasi, komoditas (jenis, jumlah,
kondisi kadar air, kemasan/packing), penumpukan/stacking komoditas, serta jenis hama
dan dosis.
a. Waktu
Verifikasi waktu dilakukan untuk memastikan ketersedian waktu yang cukup untuk
melaksanakan kegiatan fumigasi sesuai standar. Waktu yangdiperlukan mencakup
waktu untuk persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan fumigasi.
b. Tempat
Verifikasi tempat dilakukan untuk menilai kelayakan tempat fumigasi dengan
Fosfin. Verifikasi tempat pelaksanaan fumigasi meliputi sumber/daya listrik dan air,
terlindung dari angin kencang dan hujan, ventilasi dan pencahayaan yang cukup,
kondisi keamanan lingkungan, serta bebas genangan air atau banjir. Kondisi lantai
fumigasi harus kedap, tidak dapat ditembus gas sehingga mampu mempertahankan
konsentrasi fumigan pada tingkat minimum selama masa perlakuan.
c. Komoditas
Verifikasi komoditas dilakukan untuk memastikan bahwa komoditas layak untuk
difumigasi dengan Fosfin. Beberapa verifikasi komoditas antara lain:
1. Jenis Komoditas
Beberapa jenis komoditas akan terpengaruh oleh Fosfin atau tidak dapat
difumigasi dengan Fosfin.
2. Jumlah/Volume Komoditas
14
Verifikasi jumlah/volume komoditas diperlukan untuk menyiapkan alat-alat dan
bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan fumigasi.
3. Kondisi Komoditas
Lapisan yang kedap gas (seperti lapisan plitur, lilin, cat, pernis, dan sejenisnya)
harus dibersihkan sebelum fumigasi dilaksanakan untuk menjamin keberhasilan
fumigasi. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan penetrasi gas berjalan dengan baik.
Komoditas yang dibungkus kemasan kedap gas seperti selofan (cellophane), plastik
film, kertas berlapis lilin/teer, kertas berlapis plastik (laminating), alumunium foil, atau
kertas yang kedap air harus dilubangi, dibuang, atau dibuka sebelum dilakukan
fumigasi. Pelubangan pada kemasan memungkinkan penetrasi gas sehingga fumigasi
dapat berlangsung efektif tanpa harus membuang, membuka, atau merobek kemasan.
Pelubangan yang memenuhi persyaratan fumigasi yaitu minimum empat lubang dengan
diameter 0,6 cm atau minimum lima lubang dengan diameter 0,5 cm setiap 100 cm2.
d. Hama dan Dosis
Fumigan Verifikasi hama dilakukan untuk memastikan jenis dan stadia hama
yang akan difumigasi karena berpengaruh pada dosis yang akan digunakan dan waktu
pemaparan (exposure time) fumigan. Namun, penggunaan dosis juga tergantung pada
jenis komoditas dan permintaan pelanggan/ketentuan negara tujuan.
e. Verifikasi Tumpukan Komoditas (Stacking)
Verifikasi tumpukan komoditas untuk memastikan kondisi tumpukan komoditas
cukup baik untuk sirkulasi gas di ruang fumigasi dan untuk memudahkan penempatan
selang monitor. Komoditas harus ditumpuk sedemikian rupa dan diberi jarak dengan
lantai minimum 5 cm sehingga memungkinkan sirkulasi gas berjalan dengan baik di
dalam ruang fumigasi dan memudahkan peletakan Fosfin secara merata. Komoditas
hendaknya disusun dengan menggunakan palet untuk memungkinkan penetrasi gas ke
dalam tumpukan dengan jarak minimum 5 cm antara satu palet dengan palet lainnya
apabila volume tumpukan relatif besar. Tinggi, lebar, dan panjang tumpukan dalam
setiap palet hendaknya tidak melebihi 2,5 m. Fumigasi dalam peti kemas atau kamar
sebaiknya juga menggunakan palet untuk menyusun atau menyangga komoditas. Jarak
antara tumpukan komoditas dengan dinding peti kemas atau kamar pada bagian atas dan
sisi harus tidak kurang dari 10 cm. Komoditas yang mudah menyerap gas (sorpsi)
15
seperti rumput pakan ternak (baled hay), tumpukan dapat dimuat hingga memenuhi
seluruh ruangan peti kemas atau kamar tanpa ada jarak antara tumpukan dengan
dinding. Sorpsi adalah penyerapan fumigan oleh bahan yang sedang difumigasi.
Fumigan yang terserap tidak dapat dilepas kembali karena bereaksi dengan bahan yang
difumigasi.
16
gas. Penggunaan sheet fumigation tidak diperlukan jika dapat dibuktikan bahwa ruang
sudah kedap gas.
Suhu ruangan merupakan faktor yang penting dalam menentukan konsentrasi
Fosfin yang efektif membunuh OPT sasaran. Di Indonesia yang beriklim tropis
(hangat), suhu ruang pada umumnya tidak menjadi masalah yang serius bagi
pelaksanaan fumigasi yang efektif. Suhu optimum untuk pelaksanaan fumigasi dengan
Fosfin minimum 21ºC. Suhu memiliki korelasi dengan lamanya waktu papar fumigasi.
Fumigasi pada suhu dibawah 21ºC akan memiliki waktu papar yang lebih lama di
bandingkan dengan fumigasi pada suhu 21ºC atau lebih. Suhu dibawah 10ºC tidak
disarankan untuk dilakukan fumigasi dengan Fosfin. Suhu minimum ruang fumigasi
masih perlu dipastikan selama fumigasi berlangsung meskipun Indonesia beriklim tropis
dan hal tersebut bukanlah masalah yang serius dalam pelaksanaan fumigasi. Pencatatan
suhu minimum dilakukan berdasarkan informasi dari pihak berwenang untuk
memastikan suhu minimum sesuai dengan yang diharapkan.
17
BAB 3. METODOLOGI MAGANG KERJA
18
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Magang Kerja meliputi:
a. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara
langsung kepada karyawan yang bekerja di UPT PSMB–LT Jember
sehinggadapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin terkait perusahaan
dan tahapan inspeksi fumigasi yang dilakukan.
b. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat langsung dan membantu proses
inspeksi fumigasi yang dilakukan oleh UPT PSMB–LT Jember di beberapa
perusahaan eksportir tembakau yang berada di wilayah Kabupaten Jember
sehingga dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam inspeksi fumigasi.
c. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan di lapangan terkait
inspeksi fumigasi dan mendokumentasikannya dalam bentuk foto.
d. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data yang
berkaitan dengan tembakau dan inspeksi fumigasi sehingga dapat menambah
wawasan tentang inspeksi fumigasi meliputi persyaratan pelaksanaan fumigasi,
fumigan yang digunakan, dan lain sebagainya.
19
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
20
Mutu Barang (BPMB) dan berubah nama menjadi Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang (BPSMB) pada tahun 2001. Sejak tahun 2008, BPSMB berubah nama menjadi
UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau Jember (UPT PSMB–
LT Jember).
21
persiapan menghadapi tantangan global dan menjadikan Lembaga Tembakau sebagai
satu-satunya Pusat Informasi Tembakau sehingga dapat menjadi warisan budaya serta
menjadikan tembakau sebagai ikon dari Kabupaten Jember. Selain itu, UPT PSMB–LT
Jember juga berperan sebagai sarana edukasi karena memiliki Museum dan
Perpustakaan Tembakau. Museum dan Perpustakaan Tembakau menyajikan hal-hal
terkait tembakau seperti rajangan.
22
Komite Akreditasi Nasional (KAN) Jakarta yang meliputi Sertifikasi Pasar Rakyat dan
Sertifikasi Pupuk. UPT PSMB–LT Jember juga mengimplementasikan ISO 37001 :
2016 tentang Anti Penyuapan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, kebal
terhadap segala bentuk penyuapan, gratifikasi, dan bebas pungli. Hal tersebut
merupakan komitmen UPT PSMB–LT Jember didalam melayani stakeholder dan
bekerja profesional sepenuh hati.
23
4.8 Struktur Organisasni Perusahaan
STRUKTUR ORGANISASI
UPT PENGUJIAN SERTIFIKASI MUTU BARANG - LEMBAGA TEMBAKAU
(UPT PSMB - LT JEMBER)
Staf
NIP. 19771209 201102 2 002 NIP. 19720704 200801 2 002
Dra. Satsiwi Pertiwi
Staf Staf
NIP. 19630909 198303 2 008
Sunito Rahayu Triastutik
Staf
NIP. 19680312 200701 1 029 NIP. 19630814 198503 2 003
Tutik Irawati
Staf Staf
NIP. 19680211 196910 2 001
Tristiyanto, S.Si Salim
Staf
NIP. 19841115 201403 1 001 NIP. 19690805 200901 1 002
Sumiyatno
Staf
NIP. 19610614 198303 1 013
M. Nisab
Staf
NIP.19730521 201001 1 002
Didik Saptono Wijaya
Staf
NIP. 118 19111983 012011 2731
Perdana Adi Nugraha, ST
Staf
NIP. 118 13041980 012010 2729
Joko Prabowo
Staf
NIP. 118 30081982 12011 2730
Esti Aditya Kusuma, S.ST
Staf
NIP. 125 03021993 042018 9826
Mokhamad Holik
Staf
NIP. 19650223 200701 1 007
Fibrian Fajar Triwijaksono
Staf
Mislan
24
4.9 Pengujian rokok
Pengujian rokok di Unit Pelaksanaan Teknis Sertifikasi Mutu dan Barang –
Lembaga Tembakau (UPT PSMB-LT) Jember di mulai dari penerimaan sampel rokok
dari perusahaa, persiapan sampel uji, dan pengujian rokok. Berikut Merupakan
penjelasan dari masing-masing proses.
a. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sesuai dengan jenis rokok yang akan
di ujikan. Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan (2004) pengambilan
dilakukan secara acak sebanyak 6 batang untuk rokok kretek dan 3 batang untuk rokok
filter ,sampel diambil dari 10 pack contoh. Pengambilan contoh dilakukan secara streril
pengguakan jas laboratorium, pinset, kaos tangan plastik, dan masker. Semua
pengambilan yang dilakukan sesua prosedur yang ditetapkan. Pada setiap rokok dikasih
tanda batas sebesar ± 2 – 2,2 cm.
b. Pengkonsisian (Conditioning) sampel
Conditioning merupakan cara yang digunakan untuk mengkondisikan suatu
sampel dari keadaan luar yang dilakukan secara sengaja. Hal ini sesuai dengan Skiner
(1953) dimana teori ini mengungkapkan bahwa tikah laku bukanlah sekedar respon
25
terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja. Conditioning dilakukan selama
2 hari dengan suhu ± 22,10C dan Kelembapan ± 60,5. Hal ini sudah sesuai dengan
pedoman Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indnesia (2004) yang menyatakan
bahwa kodisikan rokok dalam conditioning chamber pada suhu (22±1)0C dan
kelembaban (60 ±5) % selama 48 jam.
26
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT PSMB–LT Jember yaitu:
1. Penerimaan Surat Permohonan dari Eksportir
2. Pembuatan Lembar Disposisi
3. Terjun ke Lapangan
Langkah-langkah inspeksi fumigasi:
Pemeriksaan kondisi yang akan difumigasi (terpal, ruangan, container)
Pengukuran gas PH3
Penerbitan sertifikat inspeksi fumigasi dan sertifikat fumigasi
28
5.1.2 Pembuatan Lembar Disposisi
Surat permohonan (dokumen) yang sudah diterima oleh resepsionis kemudian
diberikan kepada Subag TU untuk dibuatkan lembar disposisi. Lembar disposisi ini
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai isi dokumen dari pelanggan. Lembar
disposisi tersebut berisi pengirim surat, tanggal dan nomor surat, tanggal terima, nomor
agenda, sifat surat, perihal, serta ditujukan ke Kepala Seksi yang bertugas dalam hal
pelayanan teknis. Dokumen tersebut diberikan kepada Kepala Seksi Pelayanan Teknis
Jasa Penilaian Kesesuaian dan Kalibrasi untuk diperiksa kembali mengenai perihal
dokumen tersebut. Selain itu, Kepala UPT menugaskan 1 sampai 2 orang staff tertentu
untuk menjadi pengawas fumigasi baik dengan atau tanpa pengukuran gas Fosfin
(inspektor). Staff yang ditugaskan oleh KepalaUPT kemudian mencetak Surat Perintah
Tugas (SPT).
5.1.3 Terjun ke Lapangan
Inspektor yang telah ditugaskan untuk melakukan inspeksi fumigasi mendatangi
perusahaan yang mengajukan permohonan inspeksi fumigasi tersebut pada waktu yang
telah ditentukan dengan membawa lembar kendali serta lembar yang berisi identitas
fumigasi, pelaksanaan fumigasi, pelaksanaan pengukuran gas Fosfin, dan hasil
pengukuran kandungan gas Fosfin. Lembar kendali berisikan nomor, jenis kegiatan,
tanggal dan tempat kegiatan, nama pelanggan, pelaksana (jumlahnya sesuai dengan
lamanya waktu pengukuran dan inspektor yang bertugas dapat berbeda staff, sesuai
dengan SPT yang dikeluarkan oleh Kepala UPT), serta prosedur memperoleh sertifikat
fumigasi dimulai dari penerimaan permohonan hingga penerimaan sertifikat fumigasi
oleh pelanggan
a. Pemeriksaan Kondisi yang Difumigasi (terpal, ruangan, container)
Inspektor yang bertugas setelah tiba di perusahaan terkait langsung melakukan
pengisian lembar kendali meliputi identitas fumigasi dan pelaksanaan inspeksi. Pada
bagian identitas fumigasi yang perlu diisi yaitu nama inspektor, tanggal dan waktu
pelaksanaan, jumlah (terpal/kamar/container), jenis komoditi, volume ruangan, nama
fumigan, jumlah fumigan, jumlah kemasan (yang akan difumigasi), dan kelengkapan
sedangkan pada bagian pelaksanaan inspeksi, inspektor harus memberikan tanda
centang disetiap persyaratan yang ada seperti pengukuran volume ruangan,
29
pemeriksaan kondisi terpal/kamar/container, pemeriksaan penempatan selang,
pemeriksaan jumlah dan penempatan fumigan, serta pengontrolan terpal pada
lantai/pintu dan penumpukan snake sand. Lembar kendali bagian pelaksanaan
pengukuran gas PH3 dilakukan 24 jam setelah peletakan fumigan dan periodenya
disesuaikan dengan permintaan pelanggan dan jenis fumigasi yang dilakukan oleh
perusahaa tertentu dengan menggunakan Terpal/plastik lembaran sebanyak 1 terpal.
Komoditi (tembakau jenis BES/TBN/NO/2018) yang sudah dikemas rapi
menggunakan karton sebanyak 296 karton disusun terlebih dahulu dengan panjang
15,30 m; lebar 8,00 m; dan tinggi 1,70 m sehingga membentuk volume ruang sebesar
208 m3. Komoditi tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai sehingga perlu
diberi tatakan atau alas (biasanya terbuat dari kayu). Kemudian, plastik lembaran
dipasang mengelilingi tumpukan karton hingga tertutup semua. Plastik lembaran
tersebut cukup tebal (kira-kira 150–250 µm) yang diimpor langsung dari Jerman.
Plastik lembaran yang digunakan sebagai penutup tidak harus terbuat dari bahan
tertentu tetapi yang terpenting plastik tersebut dapat membuat ruangan fumigasi
menjadi kedap gas sehingga fumigasi dapat berjalan dengan efektif. Plastik lembaran
yang sudah terpasang kemudian dilakukan pengecekan untuk memastikan jika plastik
yang digunakan tidak cacat (sobek, berlubang, atau kerusakan pada sambungan)
sehingga dapat mengakibatkan ruang fumigasi tidak kedap gas dan mengalami
kebocoran gas. ). Fumigan kemudian dimasukkan ke dalam ruang fumigasi. Petugas
yang menempatkan fumigan harus menggunakan masker khusus supaya bau dari
fumigan tersebut tidak terhirup. Inspektor dan petugas lain yang berada di dalam
ruangan tersebut harus menggunakan masker supaya aman.
30
Fumigasi adalah tindakan perlakuan terhadap media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan dengan menggunakan fumigan di dalam ruang yang kedap gas
udara pada suhu dan tekanan tertentu (Badan Karantina Pertanian, 2011). Fumigasi
sebagai perlakuan Karantina Tumbuhan bertujuan untuk membebaskan media
pembawa dari organisme pengganggu tumbuhan atau mencegah masuk dan
tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan. Oleh karena itu, fumigasi sebagai
perlakuan karantina harus dapat membunuh hama secara keseluruhan. Pemilihan jenis
fumigan dalam pelaksanaan fumigasi untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan
tergantung pada OPT sasaran, jumlah waktu yang tersedia, jenis komoditas yang
difumigasi, biaya dan tingkat kesulitan aplikasi, kemungkinan reaksi dengan material
lain, serta persyaratan negara tujuan.
c. Penerbitan Sertifikat Inspeksi Fumigasi dan Sertifikat Fumigasi
Konsep sertifikat fumigasi yang sudah dibuat inspektor terakhir kemudian
diketik. inspektor juga membuat sertifikat inspeksi fumigasi. Sertifikattersebut
kemudian diberikan kepada Penyelia untuk dikoreksi (data yangdimasukkan sudah
sesuai atau belum dengan hasil inspeksi). Apabila sudah sesuai maka akan
ditandatangani oleh Penyelia tetapi apabila terdapat kesalahan maka inspektor harus
memperbaikinya. Setelah dikoreksi, kedua sertifikat tersebut diserahkan ke resepsionis
yang selanjutnya akan diserahkan kepada Kepala UPT untuk ditandatangani (jika
Kepala UPT tidak ada maka diserahkan kepada Kepala Seksi yang ada). Kemudian,
sertifikat yang sudah ditandatangani diserahkan ke pendistribusi dokumen untuk
distempel dan diberikan ke Pemeliknya kembali. Sertifikat akan diberikan apabila
pengguna jasa sudah melunasi biaya penggunaan jasa.
Sertifikat fumigasi berisi pemilik tembakau, jenis tembakau, jumlah kemasan,
nama inspektor, tanggal pelaksanaan inspeksi fumigasi, jenis dan jumlah fumigan,
lokasi dan volume ruang fumigasi, serta keterangan dari party tembakau.Sertifikat
inspeksi fumigasi berisi pemilik komoditi, penerima barang (komoditi), pelaksana
inspeksi fumigasi, serta deskripsi fumigasi meliputi tipe fumigasi, jenis dan bentuk
fumigan, volume ruang fumigasi, pelaksanaan fumigasi dan aerasi. Aerasi adalah
kegiatan mengangin-anginkan suatu ruangan dan komoditas yang telah difumigasi yang
31
bertujuan untuk menghilangkan sisa fumigan sampai dengan batas ambang aman
(Badan Karantina Pertanian, 2011).
32
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Magang Kerja di UPT PSMB–LT Jember maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Prosedur pelayanan inspeksi fumigasi di UPT PSMB–LT Jember meliputi
penerimaan surat permohonan dari eksportir atau pelanggan, pembuatan lembar
disposisi, dan terjun ke lapangan.
2. Kegiatan saat terjun ke lapangan meliputi pemeriksaan kondisi yang difumigasi,
pengukuran gas PH3, serta penerbitan sertifikat inspeksi fumigasi dan sertifikat
fumigasi.
6.2 Saran
Pelaksanaan Magang Kerja sudah cukup baik tetapi perlu ditingkatkan supaya
lebih baik lagi. Mahasiswa yang akan melaksanakan Magang Kerja sebaiknya terlebih
dahulu mencari informasi terkait tempat magang yang dituju sehingga dapat
menentukan topik yang akan dipelajari dan mampu mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin terkait topik yang dipilih. Selain itu, mahasiswa juga harus mempelajari atau
membaca ulang terkait pengetahuan/ilmuilmu dasar yang sesuai dengan topik yang
dipilih supaya saat terjun langsung ke lapangan akan mudah memahami dan mengetahui
apa yang akan dikerjakan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., Hasan, B.W. 2013. Teknik Budidaya Tembakau. Surabaya : Fakultas
Pertanian Universitan Merdeka Surabaya
Badan Karantina Pertanian. 2011. Tata Cara Pelaksanaan Fumigasi dengan Fosfin.
Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Cahyono, B. 1998. Tembakau : Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:
Kanisius.
Cahyono, B. 2005. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius,.
Yogyakarta
Direktorat Jendral Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017
TEMBAKAU. Jakarta : Sekertariat Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian
Pertanian.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revisi dan Terjemahan oleh
P.A Van der Laan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
MatnawiBadan Karantina Pertanian. 2011. Tata Cara Pelaksanaan Fumigasi dengan
Fosfin. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Dibawah Naungan. Yogyakarta: Kanisius
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 56 Tahun 2012. Pedoman
Penanganan Pascapanen Tembakau. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 913. Jakarta.
Podlejski, J. dan W. Olejniczak. 1983. Methods and Techniques in Research of Tobacco
Flavour. Nahrung. 27 (5) : 429-436.
Puspita, P. E. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tembakau Temanggung Varietas
Genjah Kemloko. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Roll, D. 2009. General Pest Control. Catetory 10A. A Study Guide for Commercial
Applicators. Pesticide and Fertilizer Regulation, Ohio. J. Agric. 3 (1) : 52-53.
Suryani, L. 2017. Efektivitas Fumigasi Fosfin Terhadap Mortalitas Kumbang Khapra
(Trogoderma granarium Everts). Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin.
27 Mei. Halaman 1-6.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: UGM Press.
Zulnayati, S. Suzana, dan P. Yuswani. 2004. Patologi Benih dan Hama Pasca Panen.
Medan: USU Press.
34
DOKUMENTASI
35