SKRIPSI
Oleh :
I Made Bendesa Yudiantara
C1M017052
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
i
Oleh
I Made Bendesa Yudiantara
C1M017052
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui :
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Budidaya Pertanian, Agroekoteknologi,
Ir. Aluh Nikmatullah, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Uyek Malik Yakop, M.Sc., Ph.D.
NIP. 196502241992032003 NIP. 196003251987031002
Tanggal Pengesahan :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas segala
rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Keberadaan Parasitoid Telur Spodoptera Frugiperda pada tanaman
Jagung Dengan Sistem Tanam Yang Berbeda Di Pulau Lombok. Diharapkan dari
skripsi ini dapat dihasilkan informasi yang bermanfaat baik bagi peneliti maupun
petani mengenai parasitoid telur dari Spodoptera frugiperda sehingga dapat
dijadikan agen hayati untuk mengendalikan hama tersebut.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada bapak Dr. Ir. Bambang Supeno, MP., selaku dosen pembimbing utama
dan bapak Dr. Ir. Tarmizi, MP., selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan bimbingan dalam menulis skripsi ini sehingga dapat
mempermudah dalam menyelesaikan skripsi ini dengan benar dan tanpa halangan
berarti.
Penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan dan kekeliruan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak agar skripsi ini menjadi lebih
baik lagi untuk kedepannya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi acuan
penulis dalam melakukan penelitian nantinya dan semoga bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vii
RINGKASAN ........................................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................... 2
1.2.1 Tujuan Penelitian................................................... 2
1.2.2 Kegunaan Penelitian.............................................. 2
1.3 Hipotesis............................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 3
2.1 Tanaman Jagung (Zea mays)............................................. 3
2.2 Sistem Tanam Monokultur dan Polikultur………………. 4
2.3 Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda)................................ 5
2.4 Ekobiologi Parasitoid......................................................... 7
2.5 Hubungan Sistem Tanam Tanaman Jagung Dengan Keberadaan
Parasitoid Hama Spodoptera Frugiperda........................... 10
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 15
3.2 Bahan dan Alat Percobaan................................................. 15
3.3 Metode Penelitian.............................................................. 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian....................................................... 15
3.4.1 Penentuan Lokasi Penelitian.................................. 15
3.4.2 Ploting.................................................................... 16
3.4.3 Pengambilan Sampel.............................................. 16
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Telenomus remus Nixon.............................................................. 8
2. Chelonus insularis Cresson......................................................... 8
3. Cotesia marginiventris Cresso.................................................... 9
4. Trichogramma spp........................................................................ 10
5. Plot Pengambilan Sampel.............................................................. 16
6. Karakteristik Morfologi Family Platygrastidae........................... 19
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Telur Terparasit Pada Sistem Tanam Monokultur.......... 21
2. Jumlah Telur Terparasit Pada Sistem Tanam Polikultur............. 21
3. Tingkat Parasitasi Parasitoid Pada Sistem Tanam Monokultur. . 23
4. Tingkat Parasitasi Parasitoid Pada Sistem Tanam Polikultur..... 23
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Jumlah Telur Terkoleksi dan Tingkat Parasitasi Parasitoid 32
2. Dokumentasi Lampiran............................................................... 36
x
RINGKASAN
BAB I. PENDAHULUAN
udara (brace) tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah. Panjang batang
berkisar antara 60-300 cm tergantung dari tipe jagung, terdapat 10-40 ruas
batang. Tunas batang yang berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Daun
jagung muncul dari buku-buku batang jagung, sedangkan pelepah daun
menyelubungi ruas batang untuk melindungi dan memperkuat batang jagung
(Muhadjir, 2018).
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan culture
berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu
jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Polikultur
adalah model pertanian yang menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik dan
melestarikan keanekaragaman hayati lokal. Keanekaragaman hayati yang
dimaksud tidak hanya dari segi flora (tumbuhan) tetapi juga fauna yang ada
(Sabirin, 2010).
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera frugiperda
Serangga ini berasal dari Amerika dan telah menyebar di berbagai negara. Pada
awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung di daerah Sumatera
(Kementan 2019). Hama ini menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat
mengakibatkan kegagalan pembetukan pucuk/daun muda tanaman.Larva ini
memiliki kemampuan makan yang tinggi. Larva akan masuk ke dalam bagian
tanaman dan aktif makan disana, sehingga bila populasi masih sedikit akan sulit
dideteksi. Imagonya merupakan penerbang yang kuat dan memiliki daya jelajah
yang tinggi (CABI 2019).
Spodoptera frugiperda bersifat polifag, beberapa inang utamanya adalah
tanaman pangan dari kelompok Graminae seperti jagung, padi, gandum, sorgum,
dan tebu sehingga keberadaan dan perkembangan populasinya perlu diwaspadai.
Adapun kerugian yang terjadi akibat serangan hama ini pada tanaman jagung di
negara Afrika dan Eropa antara 8,3 hingga 20,6 juta ton per tahun dengan nilai
kerugian ekonomi antara US$ 2.5-6.2 milyar per tahun (FAO & CABI 2019).
Telur diletakkan pada malam hari pada daun tanaman inang, menempel
pada permukaan bagian bawah dari daun bawah, dalam kelompok 100-300 butir
dan kadang-kadang dalam dua lapisan, biasanya ditutupi dengan lapisan
pelindung rambut abdomen. Penetasan telur membutuhkan 2-10 hari (biasanya 3-
5). Larva muda makan jauh ke dalam lingkaran pucuk tanaman; instar pertama
makan secara berkelompok pada bagian bawah daun muda yang menyebabkan
bagian bawah daun habis dan hanya tersisa kerangka daun (efek skeletonizing)
yang khas, dan titik pertumbuhannya dapat terhenti. Larva yang lebih besar
bersifat kanibal, sehingga hanya ada satu atau dua larva pertanaman. Tingkat
perkembangan larva melalui enam instar dipengaruhi oleh kombinasi dari
makanan dan kondisi suhu, dan biasanya membutuhkan waktu 14-21 hari. Larva
yang lebih besar nokturnal kecuali saat ketika mencari sumber makanan lain.
Pupasi terjadi di dalam tanah, atau jarang di daun tanaman inang, dan
membutuhkan waktu 9-13 hari. Imago dewasa muncul pada malam hari, dan
biasanya menggunakan periode pra-oviposisi alami untuk terbang sejauh
beberapa kilometer sebelum oviposit, suatu saat bermigrasi untuk jarak yang
jauh. Rata-rata, imago hidup selama 12-14 hari (CABI, 2017).
7
beberapa predator serangga yang aktif malam hari, dan lebih banyak spesies
serangga herbivora sebagai alternatif bagi pemangsa ketika mangsa lain langka
atau pada tahap yang tidak tepat siklus hidup mereka (Geno & Geno, 2001 dalam
Simmon, 2005).
Adanya musuh alami akan menyebabkan populasi hama dapat dikendalikan
pada batas ambang yang tidak merugikan secara ekonomi. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa 53% kepadatan populasi hama berkurang pada
pertanaman polikultur. Beberapa jenis tanaman yang ditanam secara simultan
akan meningkatkan kepadatan predator dan parasit yang mampu menekan
populasi hama sehingga penggunaan pestisida berkurang. Beberapa spesies yang
ditanam pada polikultur juga dapat menunda inisiasi penyakit tanaman dengan
mengurangi penyebaran spora akibat modifikasi kindisi mikroklimat yang tidak
sesuai bagi spora tersebut (Lithourgidis, et al., 2011).
Altieri et al. (1978) melaporkan bahwa polikultur kacang hijau dengan jagung
menurunkan populasi Empoasca kraemeri sebesar 26% dan populasi Diabrotica
balteata 45% pada tanaman kacang hijau sedangkan serangan hama Spodoptera
frugiperda menurun sebesar 15 % pada tanaman jagung. Diversifikasi pola tanam
monokultur dengan jenis tanaman lain yang bukan tanaman inang suatu jenis
hama kelihatannya merupakan strategi yang efektif dalam pengelolaan hama di
daerah tropis.
Polikultur antara kentang dengan tagetes dapat menekan populasi keempat
hama yang menyerang tanaman kentang. Hal ini menunjukkan bahwa, ada
pengaruh penggunaan tanaman perangkap terhadap penurunan populasi hama
tersebut. Penanaman tumpangsari atau polikultur menyebabkan populasi
serangga dan serangannya lebih rendah dari penanaman monokultur. Hasil
penelitian Sutrisna et al., (2010) pola tanam Tumpangsari kentang dan seledri
dapat menurunkan serangan hama daun Trips sebesar 44 persen dan hama kutu
daun M. persicae sebesar 55,6 persen pada tanaman kentang.
Strategi yang perlu diperhatikan dalam polikultur adalah menetapkan jenis
13
dan disain pertanaman yang efektif untuk menciptakan distribusi spasial dan
temporal yang menyediakan mangsa (pakan) danhabitat sehingga menarik musuh
14
14
15
1 4
2 5
3.5 Identifikasi
Identifikasi dilakuakan dengan mengamati spesimen parasitoid yang
terkoleksi di lapangan. Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri morfologi meliputi
bentuk dan venasi sayap, tungkai, tipe antenna, dan pengamatan morfologi
dilakukan dengan menggunakan mikroskop stere. Kemudian hasil pengamtan
tersebut dibandingkan dengan karakteristik morfologi parasitoid Spodoptera
frugiperda yang mengacu pada buku karangan Nonci et al., 2019, Boror, 1992,
dan penelitian sebelumnya.
18
19
h
a a
a
b
g
c
b
b
c c
f
d
A e B C
d b
c
b
19 a
a D E
20
terparasit sebanyak 38 butir , telur yang menetas menjadi larva sebanyak 84 butir,
dan tidak ditemukan telur yang rusak. Pada kecamatan Praya telur yang dikoleksi
sebanyak 584 butir, telur yang terparasit sebanyak 425 butir, telur yang menetas
menjadi larva sebanyak 159 butir, dan tidak ditemukan telur yang rusak. Pada
kecamatan Suela telur yang dikoleksi sebanyak 75 butir, telur yang terparasit
sebanayak 21 butir, telur yang menetas menjadi larva sebanyak 54 butir, dan tidak
ditemukan telur yang rusak. Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui jumlah
telur terbanyak terdapat di kecamatan Sikur dengan 4.742 butir telur.
Berdasarkan tabel 2. Di atas dapat diketahui jumlah telur yang terkoleksi,
terparasit, menetas menjadi larva dan telur yang rusak pada kawasan dengan
sistem tanam polikultur. Di kecamatan Terara telur yang dikoleksi sebanyak 528
butir, telur yang terparasit sebanyak 472 butir, telur yang menetas menjadi larva
sebanyak 56, dan tidak ditemukan telur yang rusak. Pada kecamatan Bayan telur
yang dikoleksi sebanyak 124 butir, telur yang terparasit sebanyak 103 butir, telur
yang menetas menjadi larva sebanyak 21 butir, dan tidak ditemukan telur yang
rusak. Pada kecamatan Jonggat telur yang dikoleksi sebanyak 1.169 butir, telur
yang terparasit sebanyak 998 butir, telur yang menetas menjadi larva sebanyak 99
butir, dan telur yang rusak sebanyak 72 butir. Pada kecamtan Kediri (Jagaraga)
telur yang dikoleksi sebanyak 978 butir, telur yang terparasit sebanyak 921 butir,
telur yang menetas menjadi larva sebanyak 57 butir, dan tidak ditemukan telur
yang rusak. Pada kecamatan Kediri (Montong Are) telur yang dikoleksi sebanyak
331 butir, telur yang terparasit sebanyak 246 butir, telur yang menetas menjadi
larva sebanyak 85 butir, dan tidak ditemukan telur yang rusak. Dari hasil
pengamatan pada tabel 2. Di atas dapat diketahui bahwa jumlah telur terbanyak
terdapat di Kecamatan Jonggat dengan 1.169 butir telur.
22
23
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa jumlah total telur yang
dikoleksi memiliki perbedaan antara sistem tanam monokultur dan polikultur,
pada sistem tanam monokultur memiliki jumlah total telur yang lebih tinggi yaitu
sebanyak 5.522 butir dibandingkan dengan sistem tanam polikultur yaitu
sebanyak 3.130 butir. Setelah dilakukan Uji-t diperoleh bahwa terdapat
perbedaan jumlah telur yang terkoleksi antara sistem tanam monokultur dan
polikuiltur.
Berdasarkan data di atas tingkat parasitasi oleh parasitoid jenis Telenomus
23
remus nixon dari ordo hymenoptera dan famili platygrastidae ini menunjukan
hasil yang berbeda, pada sistem tanam monokultur diperoleh tingkat parasitasi
24
nya lebih rendah yaitu sebesar 80,33 % dibandingkan dengan sistem tanam
polikultur tingkat parasitasi nya yang lebih tinggi yaitu sebesar 87,54 %, artinya
sistem tanam polikultur dapat lebih efisien dalam menyediakan musuh alami
khususnya parasitoid dari Spodoptera frugiperda dalam upaya pengendaliannya.
Setelah dilakukan Uji-t diperoleh bahwa terdapat perbedaan tingkat parasitasi
telur ntara sistem tanam monokultur dan polikuiltur.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sistem tanam polikultur memiliki
tingkat parasitasi yang lebih tinggi ini dikarenakan adanya ketersediaan makanan
bagi musuh alami hama tersebut, Manipulasi habitat yang baik dapat digunakan
dalam pengendalian OPT kaitannya dengan penyediaan makan alternative dari
musuh alami yang membantu pengendalian OPT serta dapat digunakan sebagai
inang alternative atau perlindungan alami (Gontijo, 2019). Secara alami semua
organisme di alam mempunyai musuh. Contohnya yaitu wereng coklat yang
bermusuhan dengan predator (Lycosa, Paederus, Coccinella, dsb), parasitoid
(Cytorrhinus), dan pathogen (Beauveria). Adanya kegagalan dari peran musuh
alami dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kematian musuh alami karena
ketiadaan tempat berlindung saat penyemprotan dan kekurangan makanan saat
tidak ada tanaman (Wijayanti, et al.¸ 2019).
Peningkatan keanekaragaman tanaman dapat dilakukan dengan
membudidayakan tanaman pendamping yang di tanam berdampingan dengan
tanaman utama (Landis et al. 2000). Tanaman pendamping tidak harus tanaman
berbunga. Tanaman tanpa bunga juga masih dapat menyediakan sumber pangan
musuh alami dan tempat berlindung musuh alami. Kehadiran musuh alami
dengan bantuan tanaman pendamping, secara terus menerus dapat menurunkan
tingkat serangan dari OPT (Snyder, 2015).
Telenomus remus Nixon mampu memparasitisasi seluruh massa telur,
bahkan telur yang terletak di lapisan dalam dari tanaman jagung,karena seperti
yang kita ketahui bahwa ada 3 lokasi dari tanaman jagung yang di jadikan
sebagai tempat peletakan telur oleh hama ini yaitu lokasi yang tidak terpapar
24
langsung oleh sinar matahari di antaranya yaitu : atas daun, bawah daun dan
lokasi antara bakal daun dan daun dewasa (Figueiredo et al., 2010).
25
25
BAB V PENUTUP
26
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Ditemukan satu family platygrastidae yang menjadi parasitoid pada
telur hama Spodoptera frugiperda pada sistem tanam monokultur dan
polikultur di Pulau Lombok.
2. Berdasarkan hasil indentifikasi parasitoid ini memiliki tubuh berwarna
hitam mengilap dengan ukuran kurang lebih 1,2 mm, Yang terbagi
menjadi 3 bagian yaitu caput, thorax dan abdomen. karakter kuat dari
platygrastidae jenis ini terletak pada bentuk tubuh, warna tubuh, sayap
dan bentuk antena yang dapat diajadikan pembeda dengan parasitoid
telur hama Spodoptera frugiperda yang lainnya.
3. Pada sistem tanam monokultur diperoleh telur sebanyak 5.522 butir
telur, telur terparasit sebanyak 4.436 butir, telur yang menetas menjadi
larva sebanyak 837 butir, dan telur yang rusak sebanyak 249 butir.
Sedangkan pada sistem tanam polikultur diperoleh telur sebanyak
3.130 butir, telur yang terparasit sebanyak 2.740 butir, telur yang
menetas menjadi larva sebanyak 318 butir, dan telur yang rusak
sebanyak 72 butir.
4. Diperoleh tingkat parasitasi parasitoid pada sistem tanam polikultur
lebih tinggi yaitu 87,54 % dibandingkan dengan sistem tanam
monokultur yaitu 80,33 %
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai parasitoid telur hama
Spodoptera frugiperda yang ada di Pulau Lombok,
26 PUSTAKA
DAFTAR
27
Altieri, M.A., Charles A.F.,AART Van Schoonhoven and Jerry D.Doll, 1978. A
Review of Insect Prevalence in Maize (Zea Mays L. and Bean (Phaseolus
vulgaris L.) Polycultural Systems. Field Crops Research, 1:33-39.
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual: Maize (A
Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra
Cave, R.D., 2000. Biology, ecology and use in pest management of Telenomus
remus. Biocontrol 21: 21–26.
Chamuene et al., 2007. Cropping systems and pest management strategies in the
Morrumbala region of Mozambique: enhancing smallholders cash crop
production and productivity. African Crop Science Conference
Proceedings Vol. 8. pp. 1045- 1047
De Sousa, H.F.A., 2007. Effect of strip intercropping of cotton and maize on pests
incidence and yield in Morumbala District, Mozambique. African Crop
Science Conference Proceedings Vol. 8. Pp. 1053-1055.
Harahap IS. 2018. Fall Armyworm on Corn a Threat to Food Seceruty in Asia
Pacific Region. Jawa Barat. Bogor
Hasan S.M. 2012. Karakteristik biologis dan persyaratan termal dari agen
kontrol biologis Telenomus remus (Hymenoptera: Platygastridae) yang
dipelihara pada Fase telur Entomologi. 105 : 73–81.
Landis, D.A., Wratten, S.D. & Gurr G.M. 2000. Habitat Management To
Conserve Natural Enemies Of Arthropod Pests In Agriculture. Annual
Review of Entomology, 45: 175-201
Lithourgidis, A.S, C.A. Dordas, C.A. Damalas, and D.N. Vlachostergios ( 2011 ).
Annual intercrops: an alternative pathway for sustainable agriculture.
Australian Journal of Crop Science.
Nurindah & D.A. Sunarto, 2008. Konservasi Musuh Alami Serangga Hama
28 Kapas. Perspektif 7(1):1-11.
sebagai Kunci Keberhasilan PHT
Nonci, Nurnina., Muis A., Kalqunty H.S,. 2019. Pengenalan Fall Army Warm
29
Pomari, A.F., Bueno, A.F., Bueno, R.C.O.F., Menezes Junior, A.O., 2012.
Biological characteristics and thermal requirements of the biological
control agent Telenomus remus (Hymenoptera: Platygastridae) reared on
eggs of diferent species of the genus Spodoptera (Lepidoptera: Noctuidae).
Ann. Entomol. Soc. Am. 105:72–81.
Snyder, W.E. & Ives, A.R. 2003. Interactions between generalist and specialist
natural enemies: Parasitoids, predators and pea aphid
biocontrol Ecology, 84: 91-107
Wijayanti, R., Supriyadi dan Wartoyo. 2019. Manipulasi Habitat sebagai solusi
terjadinya Outbreak Wereng Coklat
https://eprints.uns.ac.id/13749/1/Publikasi_Jurnal_(108).pdf
30
31
LAMPIRAN
Lokasi Jumlah
32 Parasitasi %
Telur Telur
Terkoleksi Terparasit
33
no monokukt polikult
34
ur ur
1 4741 528
2 0 124
3 122 1169
4 584 978
5 75 331
4741 528
Mean 195,25 650,5
Variance 69691,58333 251793,6667
Observations 4 4
Pooled Variance 160742,625
Hypothesized Mean Difference 0
df 6
t Stat -1,605829471
P(T<=t) one-tail 0,079717183
t Critical one-tail 1,943180274
P(T<=t) two-tail 0,159434365
t Critical two-tail 2,446911846
Berdasarkan hasil analisis uji t diatas diperoleh t hitung (-1,60) lebih kecil
dari t tabel (1,94), maka H1 Diterima dan H0 Ditolak artinya terdapat perbedaan
jumlah telur terkoleksi antara sistem tanam monokultur dengan polikultur.
1 83,35 % 89,39 %
2 0% 83,06 %
3 31,1 %4 85,37 %
4 72,77 % 94,17 %
5 28 % 74,32 %
83,35 89,39
Mean 32,9775 84,23
66,5600666
Variance 899,7034917 7
Observations 4 4
Pooled Variance 483,1317792
Hypothesized Mean
Difference 0
df 6
t Stat -3,297594496
P(T<=t) one-tail 0,008228578
t Critical one-tail 1,943180274
P(T<=t) two-tail 0,016457156
t Critical two-tail 2,446911846
Berdasarkan hasil analisis uji t diatas diperoleh t hitung (-3,29) lebih kecil
dari t tabel (1,94), maka H1 Diterima dan H0 Ditolak artinya terdapat perbedaan
tingkat parasitasi telur antara sistem tanam monokultur dengan polikultur
35
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian