USULAN PENELITIAN
Oleh:
WIDI WIDYANINGSIH
NPM : 17.07.1.0018
USULAN PENELITIAN
Oleh:
WIDI WIDYANINGSIH
NPM : 17.07.1.0018
NPM : 17.07.1.0018
Mengesahkan,
karuniaNya, penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas akhir kuliah yaitu
Usulan Penelitian. Usulan Penelitian ini penyusun disusun sesuai arahan serta
Genetik Galur Harapan Kedelai Hitam (Glycine Soja) Pada Karakter Hasil‖.
Penyusun berharap agar usulan penelitian ini dapat diterima dan direalisasikan
untuk dijadikan sebuah penelitian sebagaimana salah satu tugas akhir kuliah.
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya yang
bantuan dan dorongan baik berupa materi maupun spiritual dari berbagai pihak
yang tak ternilai harganya. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
1. Acep Atma Wijaya, SP., MP. Selaku Ketua Pembimbing yang telah banyak
penyusunan.
2. Umar Dani, SP., MP. Selaku Anggota Pembimbing yang telah memberikan
3. Dadan Ramdani Nugraha, SP., MP. Selaku Ketua Penelaah yang telah
iv
4. Miftah Dieni Sukmasari, SP., MP. Selaku Anggota Penelaah yang telah
5. Dr. Sri Ayu Andayani, SP., MP., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Majalengka.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan, mendukung serta
memberikan motivasi.
hingga masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
Penyusun
v
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 9
vi
3.2 Bahan dan Alat Percobaan........................................................................ 21
3.4.4 Pemupukan............................................................................................ 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 34
vii
DAFTAR LAMPIRAN
...............................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Hingga kini produksi kedelai nasional masih belum dapat memenuhi kebutuhan
Badan Pusat Statistik (2016) bahwa produksi kedelai tahun 2015 hanya 963.183
ton, padahal kebutuhan kedelai nasional per tahun mencapai 2 juta ton sehingga
pemerintah harus impor kedelai hingga 1,19 juta ton senilai 165.816 dollar
kurun waktu 2014 - 2015, terjadi penurunan luas areal panen kedelai sebesar
1.590 ha. Tahun 2014, BPS mencatat 615.685 ha luas lahan kedelai dan menurun
menjadi 614.095 ha pada tahun 2015, dengan rata-rata produksi yang masih
rendah berkisar 1,55 hingga 1,57 t/ha. Pengembangan kedelai ke depan diarahkan
kedelai nasional salah satunya adalah dengan perakitan kultivar unggul berdaya
hasil tinggi. Menurut Barmawi (2007) bahwa salah satu usaha yang dapat
1
2
melalui persilangan tanaman pada tetua yang bersifat unggul untuk mendapatkan
varietas baru yang memiliki sifat lebih baik dari tetuanya. Hal ini dapat
diusahakan dengan cara seleksi terhadap populasi beberapa tanaman dari hasil
umumnya lebih mudah dari pada kedelai kuning. Kedelai hitam umumnya hanya
digunakan untuk bahan baku kecap. Kendala yang dihadapi pada kedelai hitam
masih belum mendapat perhatian besar dari peneliti maupun pemerintah. Hal ini
industri.
baku kecap tidak hanya meningkatkan kualitas warna kecap menjadi coklat hitam.
Namun juga akan meningkatkan nilai gizi terutama protein. Menurut Ku et al,
(2000) bahwa lebih dari itu, kandungan antosianin yang terdapat pada kulit
Manfaat lain dari kedelai hitam yaitu dapat digunakan untuk mengatasi
kematian terbesar di dunia. Salah satu cara untuk mencegah timbulnya penyakit
tersebut. Kandungan lain kedelai hitam yaitu asam amino esensial, vitamin E,
saponin dan kaya akan antioksidan misalnya dengan flavonoid, isoflavon, dan
hitam tidak hanya menjadi pemasok industri namun berperan sebagai sumber
nutrisi.
Melihat manfaat kedelai hitam (Glycine soja) yang besar maka perlu
melalui pemuliaan tanaman dapat dihasilkan varietas unggul kedelai hitam yang
memiliki potensi hasil tinggi. Menurut Utomo et al, (2018) bahwa keberhasilan
pembentukan varietas unggul ditentukan oleh keragaman dari bahan genetik. Hal
ini menunjukkan bahwa populasi dasar yang akan dievaluasi memiliki peranan
pada plasma nutfah yang telah tersedia atau dengan melakukan seleksi pada
Salah satu tahap penting dalam perbaikan varietas adalah seleksi yang
(Miftahorrahman, 2010). Menurut Allard (1992) dalam seleksi ada dua hal yang
sangat penting yaitu seleksi dapat bekerja secara efektif hanya dalam perbedaan
4
karakter yang dapat diwariskan dan seleksi tidak dapat menciptakan variabilitas
Karakter hasil dan komponen hasil merupakan karakter target seleksi dalam
karakter yang paling baik untuk dijadikan kriteria seleksi atau karakter yang masih
polong per tanaman dapat digunakan sebagai karakter seleksi untuk memperbaiki
daya hasil kedelai. Menurut Iqbal et al. (2010) melaporkan bahwa karakter
komponen hasil seperti jumlah cabang per tanaman, jumlah polong per tanaman
dan bobot 100 biji dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan untuk
rendah.
kultivar unggul baru. Galur-galur tersebut belum diketahui nilai duga parameter
Informasi ini sangat diperlukan dalam kegiatan seleksi tanaman. Penelitian ini
telah ada dan sekaligus dalam usaha peningkatan produksi. Persilangan antar tetua
yang tepat untuk memperbesar keragaman genetik masih menjadi pilihan utama
yang mengendalikan sifat, dan metode persilangan yang digunakan (Adie dan
untuk mendapatkan keturunan (galur) yang mewarisi sifat-sifat baik dari kedua
tetuanya.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah :
dan parameter genetik tanaman kedelai hitam (Glycine soja). Sehingga kedelai ini
bisa digunakan oleh para petani kedelai untuk menghasilkan produk yang lebih
sedikit. Padahal dari segi syarat tumbuh kedelai hitam (Glycine soja) lebih cocok
ditanam di daerah tropis. Cikuray dan Merapi merupakan dua varietas unggul
kedelai hitam yang memiliki kadar protein cukup tinggi, akan tetapi ukuran
bijinya tergolong kecil. Sedangkan pada Mallika, varietas kedelai hitam yang
6
dilepas tahun 2007, memiliki biji kecil (9,50 g/100 biji) dengan kadar protein
identifikasi genotip yang memiliki sifat unggul untuk kemudian di seleksi, dan
diuji daya hasilnya. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin pada galur-
galur kedelai terpilih, sehingga didapatkan galur kedelai yang berdaya hasil tinggi
mendapatkan genotip yang lebih baik melalui seleksi. Keragaman karakter dan
pada populasi tertentu berdasarkan karakter yang diamati dan dapat dijadikan
sebagai dasar kegiatan seleksi (Agustina & Waluyo, 2017). Hasil Penelitian
heritabilitas dan keragaman genetiknya luas. Nilai varians genetik yang memiliki
kriteria luas yaitu pada karakter jumlah polong isi pertanaman, jumlah biji
pertanaman, bobot biji pertanaman, dan bobot biji per 100 biji pertanaman. Hal ini
karakter yang dimilikinya (Meena et al., 2016). Nilai duga heritabilitas memiliki
memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor
maka peluang untuk mendapatkan varietas unggul semakin besar dan berguna
untuk menentukan kemajuan genetik yang diperoleh dari seleksi. Menurut Zen
(1995) seleksi terhadap sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat
dilakukan pada generasi awal, sedangkan sifat yang mempunyai nilai heritabilitas
rendah, seleksi dapat dilakukan pada generasi akhir. Sifat – sifat yang
dikendalikan oleh gen bukan aditif menyebabkan kemajuan genetik yang rendah.
Hal ini disebakan oleh pengaruh tindak gen yang bukan aditif tidak diwariskan
dan akan lenyap semasa seleksi (Hyaward, 1990). Menurut Brewbaker, 1964
genetik. Oleh sebab itu kemajuan genetik melalui proses seleksi akan berlangsung
seleksi. Bila nilai kemajuan seleksi suatu karakter tinggi berarti besar peluang
nilai kemajuan seleksi rendah, maka kegiatan seleksi pada karakter yang
bersangkutan dapat dilakukan pada satu kali generasi untuk membentuk populasi
yang seragam atau kegiatan seleksi dapat dihentikan karena perbaikan yang akan
pendugaan nilai kemajuan seleksi sangat menetukan kelanjutan dari proses seleksi
1.6 Hipotesis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosea
Genus : Glycine
berbentuk semak, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga (trifoliate),
bulu pada daun dan polong tidak terlalu pada dan umur tanaman antara 72-90 hari
biji, kulit biji, embrio, akar, batang, daun, bunga, polong, dan perkecambahan.
9
10
1. Biji (Semen)
Bentuk dari biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar
berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak diantara keping biji
Indonesia kedelai dikelompokkan dengan kriteria besar (berat >14 g/100 biji),
sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Sebagian besar biji tersusun
oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara kulit biji dan kotiledon
2. Kulit Biji
Kulit biji kedelai terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, hipodermis, dan
parenkim. Pada epidermis terdapat sel-sel palisade yang diselubungi oleh lapisan
kutikula. Pada kedelai liar sering ditemukan bagian yang memantulkan cahaya
lebih kuat (light line) dibandingkan dinding sel lainnya (Esau, 1965). Lapisan
parenkim terdiri dari 6-8 lapisan tipis yang terdapat pada keseluruhan kulit biji
kecuali pada hilum yang tersusun oleh tiga lapisan parenkim, pada lapisan terluar
terdapat ruang interseluler yang berhubungan langsung dengan sel hourglass. Sel
terjadinya pertukaran udara dari dalam embrio dengan lingkungan luar sebagai
3. Warna Biji
Warna kulit biji kedelai bervariasi dari kuning, hijau, coklat, hitam hingga
kombinasi berbagai warna atau campuran. Pigmen kulit biji sebagian besar
terletak di lapisan palisade, terdiri dari pigmen antosianin dalam vakuola, klorofil
tersebut. Lapisan palisade dan parenkim dalam hilum juga mengandung pigmen
sehingga intensitas warnanya lebih gelap. Kotiledon pada embrio yang sudah tua
umumnya berwarna hijau, kuning, atau kuning tua. Kombinasi berbagai pigmen
yang ada di kulit biji dan kotiledon akan membentuk warna biji yang bermacam-
4. Embrio
Tanaman kedelai memiliki embrio yang terdiri atas dua kotiledon, sebuah
plumula dengan dua daun yang telah berkembang sempurna, dan sebuah radikel
hipokotil. Ujung radikula dikelilingi jaringan yang dibentuk oleh kulit biji. Pada
lapisan epidermis terdapat stomata yang terletak pada lapisan atas maupun bawah.
Sel mesofil tersusun oleh satu sampai tiga lapisan palisade yang menyatu dengan
parenkim gabus di bagian tengah kotiledon. Sel mesofil berisi aleuron dan
minyak. Pada kotiledon tersebar beberapa kristal oksalat. Panjang plumula sekitar
dilengkapi dengan sepasang stipula. Sistem vaskular dari daun pertama adalah
menjari dan berisi inisiasi protosilem, metasilem dan beberapa elemen protofloem
yang telah matang. Panjang radikel hipokotil sekitar 5 mm, terletak pada ujung
12
poros embrio. Hipokotil tersusun oleh jaringan epidermis, kortek, dan stele (Adie
5. Perkecambahan
melakukan imbibisi setelah biji ditanam pada kondisi tanah yang lembab. Garis
terang (light line) yang terdapat pada sel epidermis diduga menjadi penyebab
imbibisi melalui keseluruhan permukaan biji, termasuk daerah hilum dan mikrofil.
Setelah kulit biji dan embrio berimbibisi maksimal, biji akan kehilangan bentuk
kelembaban dan suhu sesuai, calon akar akan muncul dari kulit biji yang retak di
daerah mikrofil dalam 1-2 hari. Pertumbuhan calon akar ke dalam tanah terjadi
sangat cepat ketika mencapai panjang 2-3 cm, cabang akar pertama akan muncul.
bagian atas hipokotil mencapai permukaan tanah terlebih dahulu dan mendorong
perkecambahan hingga daun dan akar terbentuk sempurna (Adie dan Krisnawati,
2016).
13
6. Akar (Radix)
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang
terbetuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat
barisan sepanjang akar tunggang, cabang akar sekunder, cabang akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari
setelah tanam. Panjang akar tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti
kekerasan tanah, populasi tanaman, varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat
mencapai kedalaman 200 cm, namun pada pertanaman tunggal dapat mencapai
250 cm. Populasi tanaman yang rapat dapat mengganggu pertumbuhan akar.
Umumnya sistem perakaran terdiri dari akar lateral yang berkembang 10-15 cm di
atas akar tunggang. Menurut Carlson (1973) mengatakan bahwa sistem perakaran
yang terletak 15 cm diatas tanah bisa berfungsi untuk menyerap dan mendukung
kehidupan tanaman.
dan mikrobia lain disekitar daerah perakaran. Pembesaran bintil akar berhenti
pada minggu keempat setelah terjadinya infeksi bakteri. Ciri bintil akar yang telah
leghemoglobin, yang diduga aktif menambat nitrogen, sebaliknya bintil akar yang
berwarna hijau diduga tidak aktif. Bintil akar telah lapuk pada minggu keenam
7. Batang (Caulis)
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embiro berakhir pada
epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga
pertama dan ujung batang. Sistem perakaran diatas hipokotil berasal dari epikotil
dan tunas aksiler. Pola percabangan akar dipengaruhi oleh varietas dan
lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan kesuburan tanah (Adie dan
Krisnawati, 2016). Kedelai berbatang semak dengan tinggi 30-100 cm, biasanya
tanaman kedelai hitam memiliki batang dengan tinggi sekitar 56,9 cm. Batang
tanaman yang tumbuh dapat dibedakan dengan dua tipe yaitu determinate dan
tidak dapat tumbuh lagi pada saat tanaman sudah berbunga, sementara
indeterminate adalah batang yang masih dapat tumbuh lagi atau bertunas daun
baru meskipun tanaman sudah mulai berbunga (Suhartina dan Kuswantoro, 2011).
8. Daun (Folium)
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe yaitu : (1) kotiledon atau daun biji,
(2) dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profilia. Daun
primer berbentk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak
sepasang stipula yang terletak pada dasar daun yang menempel pada sepasang
15
stipula yang terletak pada dasar daun yang menempel pada batang. Tipe daun
yang lain terbentuk pada batang utama, dan pada cabang lateral terdapat daun
trifoliat yang secara bergantian dalam susunan yang berbeda. Anak daun bertiga
pertama pada permukaan bagian atas menjadi epidermis atas daun. Lapisan kedua
dan ketiga akan berkembang menjadi jaringan palisade. Sel-sel pada lapisan
Namun pada umumnya sel-sel dari lapisan tersebut akan berkembang menjadi
parenkim gabus, seperti juga jaringa pada lapisan kelima dan keenam. Lapisan
ketujuh atau terluar pada permukaan bawah akan menjadi epidermis bawah daun
9. Bunga (Flos)
lingkungan, termasuk panjang hari dan suhu. Tanaman memasuki fase reproduktif
kuntum bunga setiap kelompok. Ada dua tipe pertumbuhan batang dan permulaan
perkembangan tanaman. Ketika buku kotiledon, daun primer dan daun bertiga
dalam fase vegetatif, bunga pertama muncul pada buku kelima atau keenam dan
16
atau buku diatasnya. Bunga muncul kearah ujung batang utama dan kearah ujung
Indonesia berkisar 47-75 buah (rata-rata 57 bunga) dan kisaran jumlah polong isi
dari 33 hingga 64 buah (rata-rata 48 polong isi) (Adie dan Krisnawati, 2016).
Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih dari
400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya berisi
2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping dengan panjang ± 2-7 cm.
Polong masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, cokelat, atau hitam.
Warna polong tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna
mulai berkembang menjadi buah, namun tangkai putik dan benang sari
mengering. Kelopak buka tetap ada selama perkembangan buah dan kadang
mahkota bunga juga masih tersisa ketika buah masak. Periode pengisian biji (seed
filling period) pada kedelai merupakan fase paling kritis dalam pencapaian hail
optimal. Pada fase tersebut terjadinya kekurangan atau kelebihan air, serangan
hama atau penyakit, dan sebagainya akan berpengaruh buruk pada proses
17
pengisian biji. Polong muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning atau
kedelai adalah faktor iklim (suhu, sinar matahari, curah dan distribusi hujan), dan
faktor kesuburan fisiko-kimia dan biologi tanah (solum, tekstur, pH, ketersediaan
hara, kelembaban tanah, bahan organik dalam tanah, drainase dan aerasi tanah,
1. Iklim
peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya iklim dan tanah.
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila
lama penyinaran (panjang hari) melampui batas kritis. Setiap varietas mempunyai
panjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis, maka kedelai
akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua varietas kedelai
b. Intensitas Penyinaran
menahan sinar matahari hingga 20% pada umumnya masih dapat ditoleransi oleh
tanaman kedelai, tetapi bila melebihi 20% tanaman mengalami etiolasi. Intensitas
penyinaran yang hanya 50% dari total radiasi normal dilaporkan menekan
c. Suhu
menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Pada suhu tanah rendah (<15°C)
Sementara pada suhu tinggi (>30°C) banyak biji yang mati akibat laju respirasi air
dari dalam biji terlalu cepat. Suhu tinggi berasosiasi dengan transpirasi yang
tinggi, defisit tegangan uap air yang tinggi, dan cekaman kekeringan pada
tanaman. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 22
d. Kelembaban Udara
udara terutama berpengaruh terhadap proses pematangan biji dan kualitas benih.
Curah hujan yang tinggi selama proses pengeringan polong menurunkan kualitas
19
biji dan mutu benih, karena polong dan biji menyerap kelembaban dari luar. Pada
hujan yang tinggi, sehingga banyak polong bercendawan dan biji kedelai
dkk., 1980 dikutip Sumarno dan Manshuri 2007). Fluktuasi suhu dan kelembaban
udara yang ekstrim berpengaruh negatif terhadap vigor perkecambahan benih dan
e. Curah Hujan
yang dipanen pada umur 80-90 hari berkisar antara 350-450 mm, setara dengan
2. Tanah
kedalaman lapisan olah, pH, kandungan hara, kandungan bahan organik, dan
tanah yang hampir jenuh air (kapasitas lapang) asal tidak terjadi penggenangan,
terutama pada awal stadia vegetatif. Namun pada dasarnya kedelai adalah
tanaman aerobik, yang lebih sesuai pada tanah yang agak lembab dengan kadar
kelembaban 70-80% kapasitas lapang, tanah berdrainase baik tetapi memiliki daya
genotif, fenotife dan ragam lingkungan, nilai heritabilitas, kemajuan genetik, nilai
korelasi fenotipe dan geneotipe, merupakan informasi dasar bagi upaya perbaikan
suatu karakter tanaman melalui seleksi atau kegiatan pemuliaan lainnya. Falconer
tanaman merupakan resultante dari faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antar
faktor genetik dan lingkungan. Dalam pendugaan parameter genetik, nilai ragam
genotipe, fenotipe dan lingkungan dapat dipisahkan dan dapat diduga antara satu
kemajuan genetik.
merupakan komponen utama dalam upaya perbaikan sifat tanaman sesuai dengan
tanaman dalam pemuliaan bergantung pada seberapa luas variabilitas genetik yang
ada dari suatu meteri yang akan diseleksi variabilitas genetik menunjukkan
tempat sekitar 829 m dpl. Tipe iklim C3 menurut Oldemen tipe iklim bisa dilhat
pada Lampiran 1. Waktu percobaan dimulai pada bulan Desember 2020 sampai
Maret 2021. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan percobaan padat dilihat pada
Lampiran 2. Lahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lahan tegalan
ajir, cangkul, kored, tugal, cantingan, kamera, dan alat tulis. Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah 13 genotip uji dan 2 kultivar cek
(Deskripsi pada lampiran 6). Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik
faktorial yang diulang sebanyak tiga kali. Ukuran petak 5 meter x 1,2 meter
dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Jarak antar petak 30 cm. Tata letak Percobaan
21
22
Perlakuan yang akan diujikan dalam penelitian ini yaitu 13 genotif uji
kedelai hitam dan 2 genotif cek kedelai hitam. Adapun rincian 15 genotif tersebut
sebagai berikut :
Genotip Uji Kultivar Cek
G₁ = BS 64 G₆ = BS 123 G₁₁ = BS 69 G₁₄ = Detam 1
G₂ = BS 74 G₇ = BS 100 G₁₂ = BS 77 G₁₅ = Mutiara 3
G₃ = BS 87 G₈ = BS 111 G₁₃ = BS 140
G₄ = BS 66 G₉ = BS 102
G₅ = BS 72 G₁₀ = BS 141
Terdapat 13 genotip uji dan 2 kultivar cek yang akan diulang sebanyak tiga
kali dengan memakai rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial. Sehingga
Rancangan respon yang akan diamati yaitu semua yang berkaitan dengan
1. Pengamatan Penunjang
Pengamatan serangan hama dan penyakit dilakukan pada obyek tetap yaitu
meliputi pertumbuhan tanaman, OPT, musuh alami dan unsur iklim. Pengamatan
selama percobaan di lapangan. Data pengamatan curah hujan harian diperoleh dari
c) Analisis Tanah
mengetahui sifat fisik dan sifat kimia tanah yaitu dengan cara pengambilan sampel
secara diagonal dengan kedalaman 0-15 cm. kemudian sampel tanah tersebut
2002). Setelah itu, tanah baru bisa diamati di labolatorium Universitas Padjajaran.
2. Pengamatan Utama
1) Hasil
yaitu ketika pertama kali muncul bunga. Pengamatan ini dihitung berdasarkan
yang sudah matang secara fisiologis seperti daun, batang, dan polong sudah
dikeringkan terlebih dahulu. Polong yang nanti akan dihitung merupakan semua
dikeringkan terlebih dahulu. Polong yang nanti akan dihitung merupakan semua
kemudian dimasukan kedalam kantong kertas dan dihitung berapa jumlah biji per
tanaman kedelai.
Pengamatan bobot biji per tanaman ini dilakukan pada saat panen dengan
cara dimasukan kedalam kantong kertas untuk dikeringkan dengan sinar matahari
Rata-rata bobot per 100 biji diamati setelah dilakukannya pemanenan yang
pada suhu tinggi sekitar 80°C hingga berat bijinya berada dalam keadaan konstan.
Bobot 100 biji yang dihitung berasal dari masing-masing tanaman sampel.
Pengamatan bobot biji per plot ini dilakukan pada saat panen dengan cara
(RAK) non faktorial, dengan model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + Bj + εij
Keterangan :
a) Heritabilitas
Keterangan:
h = nilai heritabilitas
= varians genetik
26
= Varians fenotif ( )
2004), yaitu tinggi jika x > 0,50, sedang jika 0,20 ⦤ x ⦤ 0,50 dan rendah jika 0 <
x < 0,20.
b) Kemajuan Genetik
Keterangan :
h² = nilai Heritabilitas
σp = Varians fenotip
= Nilai rata-rata
Kriteria kemajuan genetik dibagi menjadi tiga yaitu < KGHî 3.3% = rendah
3.3%, < KGH î 6.6% = agak rendah 6.6 % dan < KGH î 10% = cukup tinggi KGH
10% = tinggi
c) Kemajuan Seleksi
i=
Keterangan :
i = intensitas seleksi
µ = ratan parameter
σ = standar deviasi
genotip kultivar cek. Benih kedelai yang digunakan adalah benih kedelai hitam.
meter. Setelah bedengan selesai maka dilakukan pembuatan plot percobaan yang
3.4.3 Penanaman
kedelai 13 genotip dimasukkan pada lubang tanam dengan jumlah 2 biji per
lubang tanam. Kemudian untuk 2 genotip kultivar cek ditanam pada ukuran
bedengan yang sama dengan jarak tanam 40 x 15 cm dengan jumlah 2 biji per
lubang. Benih kedelai yang sudah dibenamkan di lubang tanam, kemudian ditutup
3.4.4 Pemupukan
lubang tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Phonska dengan dosis 250
kg/ha. Setelah melakukan pemupukan, lubang yang tadi kemudian ditutup dengan
tanah.
28
3.4.5 Pemeliharaan
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hst diganti dengan biji.
2. Penyiraman
dengan menggunakan pompa. Sumber air yang digunakan berasal dari sungai
terdekat.
3. Penyiangan
yang tumbuh di dalam petak atau di luar petak. Pembersihan atau penyiangan
3.4.6 Panen
kultivar. Panen dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi
bukan karena serangan hama atau penyakit, daun berguguran, buah mulai berubah
29
dari warna hijau menjadi warna kuning kecoklatan, polong terlihat tua, batang
berwarna kuning kecoklata. Umur panen kedelai yang akan dipanen sekitar 75
Adarsh, M.N., P. Kumari. 2015. Combining ability and gene action studies for
important horticultural traits in chilli, Capsicum annuum L. Int. J. Farm. Sci.
5:251- 262.
Adie MM, Krisnawati A. 2012. Kedelai Hitam: Varietas, Kandungan Gizi dan
Prospek Bahan Baku Industri. Badan Litbang Pertanian.
Akhtar, M.S., Y. Oki, T. Adachi, and Md. H.R. Khan. 2007. Analyses of genetic
parameters (variability, heritability, genetic adavanced, relationship of yield
and yield contributing characters) for some plant traits among Brassica
cultivars under phosphorus starved environmental cues. J. Faculty Environ.
Sci. Tech. 12(12):91-98.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Produksi Tanaman Padi dan Palawija. Diakses
dari http://bps.go.id.
30
31
Esau, K. 1965. Plant anatomy, 2nd edn. John Wiley & Sons, New York.
Ginting E, Antarlina SS, Widowati S. 2009. Varietas unggul kedelai untuk bahan
baku industri pangan. J Penel Pengem Pert 28(3): 79-87.
Herawati, R., B.S. Purwoko, I.S. Dewi. 2009. Keragaman genetik dan karakter
agronomi galur haploid ganda padi gogo dengan tipe baru hasil kultur
antera. J. Agron. Indonesia 37:87-94.
Meena, M. ., Kumar, N., Meena, J. K., & Rai, T. (2016). Genetic variability,
heritability and genetic advance in chilli, Capsicum annuum. Bioscience
Biotechnology Reaserch Communications, 9(2), 258–262. Retrieved from
http//www.bbrc.in/
32
Nazar, A., Mustikawati, D.R, Yani, A. 2008. Teknologi Budidaya Kedelai. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Seri buku inovasi: TP/02/2008.
Nazar, A., Mustikawati, D.R, Yani, A. 2008. Teknologi Budidaya Kedelai. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Seri buku inovasi: TP/02/2008
Pandini, F., N.A. Vello, A.C.A. Lopes. 2002. Heterosis in soybean for seed yield
components and associated traits. Braz. Arch. Biol. Technol. 45:401-412.
Rosmaina, Syafrudin, Hasrol, Yanti, F., Juliyanti, & Zulfahmi. (2016). Estimation
of variability, heritability and genetic advance among local chili pepper
genotypes cultivated in peat lands. Bulgarian Journal of Agricultural
Science, 22(3), 431–436.
Singh. L. 1983. Modern Techniques of Raising Field Crops. New Dehli: Oxford
and IBH Pulishing.
Smitha, R.P. and N. Basvaraja. 2007. Variability and Selection Strategy for Yield
Improvement in Chilli . Karnataka Journal Agriculture Science. 20(1):109-
111.
Suharsono, M. Jusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan
pendugaan kemajuan seleksi populasi f2 dari persilangan kedelai kultivar
Slamet x Nokonsawon. Jurnal Tanaman Tropika. Volume 9(2): 86— 93 .
Tekrony, D.M., D.B. Egli, and A.D. Phillips. 1980. Effect of field weathering on
the viability and vigor of soybean seed. Agron. J. 72:749-753.
Zen, S. 1995. Heritabilitas, korelasi genotipik dan fenotipik karakter padi gogo.
Zuriat. 6(1): 25-32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kriteria Tipe Iklim di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran Ciparanje, Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa barat Menurut Oldemen Berdasarkan Data
Curah Hujan 10 Tahun Terakhir.
Tahun Rata-
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 rata
Januari 8 192 213 238 179 141,2 90,5 199 191 273 172,47
Februari 112 236 221 128 443 287 206 329 239 357,5 255,87
Maret 110 208 359 542 256 500 441,5 346 292 357,5 341,18
April 131 172 279 360 166 226,7 166,5 0 298 174 197,6
Mei 126 94 191 30 44 91 61 53 124 191 100,5
Juni 24 113 155 104 12 47,5 24,5 0 33 30 54,25
Juli 8 0 0 102 0 113,2 31 0 0 29,5 28,37
Agustus 0 0 0 18 0 43 0 0 39 20 12
September 0 0 0 17 0 281 14 12 0 6,5 33,05
Oktober 86 92 4 72 15 378,7 191,5 99 125 285,5 134,87
November 241 319 104 304 173 391,5 527 192 483 515,5 324,95
Desember 324 506 447 511 256 84,5 258 0 324 183 291,04
Jumlah 1.170 1.932 1.973 2.426 1.543 2.585,3 2.011,5 1.230 2.148 2.423
Rata-rata 97,5 167 164,4 202,1 130,2 215,4 167,6 102,5 179 201,9
Rata-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 rata
BB 2 4 5 5 3 6 4 2 5 5 4,1
BL 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2,8
BK 6 5 4 4 6 4 6 8 4 4 5,1
Rata-rata 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
35
36
berturut-turut = 5,1 kemudian penentuan tipe iklim Oldeman dapat dilihat dengan
kriteria penentuan tipe iklim Oldeman dan penentuan zona agroklimat Oldeman,
tipe C3 (hanya dapat 1 kali padi dan palawija 2 kali atau sayuran, harus hati – hati
Tipe Penjabaran
Iklim
A Sesuai untuk sayuran atau padi terus menerus tapi produksinya kurang
karena pada umumnya intensitas radiasi rendah sepanjang tahun.
B1 Sesuai untuk padi terus menerus, perlu dilaksanakan pola tanam mutu
37
Pelaksanaan Percobaan
Kegiatan Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Benih
Persiapan Lahan
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan
Panen
Pengamatan Hasil
Analisis Data
Keterangan :
= Kegiatan yang akan dilaksanakan
39
Tanggal analisis :
Tempat :
No Laboratorium :
Kepala Laboratorium :
Asal Tanah :
U1 U2 U3
G₆ = BS 123 G₅ = BS 72 G₃ = BS 87
G₉ = BS 102 G₁ = BS 64 G₉ = BS 102
G₅ = BS 72 G₆ = BS 123 G₁₁ = BS 69
Ket :
Jarak tanam = 15 cm x 40 cm
DETAM - 1
Sifat Kualitatif
Sifat Kuantitatif
Kandungan nutrisi
Kekeringan : Peka
Suyamto, Arifin
44
MUTIARA 3
Sk Mentan : 1175/kpts/SR.120/11/2014
varietas Cikuray
Kurnia Paramitasari.