( LITOPENAEUS VANNAMEI )
PT. SINAR BARRU PRIMA, KABUPATEN BARRU,
SULAWESI SELATAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan Pencipta Alam dan seluruh isinya atas segala
rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua dalam menjalani
setiap aktifitas keseharian kita. Tak lupa juga kami haturkan salam dan shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai teladan bagi para ummatnya dan rahmat bagi seluruh alam semesta
Laporan tugas akhir ini dibuat berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT.
Sinar Barru Prima Kabupatan Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Selama dua bulan, mulai Mei
Ucapan terima kasih dan doa yang tak terhingga kepada Ayahanda Ince Ismail Saing dan
Ibunda tercinta Ince Kaedang , yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, dukungan
moril dan materil serta doa tulus sehingga tugas akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Selain itu terima kasih pula penulis haturkan kepada beberapa pihak yang turut berperan
1. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. sebagai Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
2. Dr. Nur Alam Kasim, S.Pi., M.Si sebagai Ketua Jurusan Agribisnis Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
3. Mutmainna, S.P, M.Si sebagai pembimbing I dan Tien Kumalasari,
4. Yunarti, S.P, M.Si sebagai penguji I dan Ilyas, S.Kom,, M.Si sebagai penguji II.
5. Aulia Saputra PT. Sinar Barru Prima sebagai kepala produksi, sekaligus selaku
pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan saat malakukan penelitian, serta para
karyawan dan staf pegawai yang berada di PT. Sinar Barru Prima, yang turut membantu
6. Bapak/Ibu Dosen beserta teknisi yang ada di Jurusan Agribisnis khususnya dan Politeknik
7. Para sahabat serta teman – teman dari Jurusan Agribisnis Perikanan, terkhusus Angkatan
XXVII.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
INTISARI ........................................................................................................ xi
BAB I . PENDAHULUAN
2.1 Manajemen.................................................................................... 5
2.2 Pembenihan.................................................................................. 11
2.3 Larva udang vanname .................................................................. 13
BAB III . METODE PENELITIAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Hal.
Sektor perikanan merupakan salah satu sector yang penting dalam peningkatan devisa
negara, selain itu perikanan juga menjadi sumber kebutuhan hewani bagi masyarakat
Sektor perikanan budidaya laut di Indonesia memiliki potensi seluas 24.000.000 ha.
Dari jumlah potensi perikanan budidaya laut tersebut yang baru termanfaatkan seluas 178.435
ha, atau hanya sekitar 0,7 persen dari potensi perikanan budidaya laut yang dimiliki. Hal ini
berarti sektor perikanan budidaya laut di Indonesia masih memiliki peluang pengembangan
hingga seluas 23.821.565 ha. Ini merupakan jumlah yang sangat besar yang jika mampu
dikembangkan secara optimal akan bisa memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi
(Peribudi, 2017)
Selain perikanan budidaya, juga terdapat potensi perikanan budidaya kolam dengan
seluas 541.000 ha. Dari jumlah potensi budidaya kolam tersebut baru dimanfaatkan sebesar
24,4 persen atau sekitar 131.776 ha. Potensi budidaya perairan Indonesia di kolam ini masih
ada peluang pengembangan seluas 409.324 ha. Dari potensi perikanan budidaya Indonesia
tersebut, peluang investasi dalam sektor budidaya perikanan di Indonesia baik di tambak
maupun kolam masih sangat terbuka lebar. Perikanan budidaya Indonesia masih memiliki
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari potensi dari jenis budidaya
perairan umum indosensia seluas 145.125 ha. Dari jumlah potensi budidaya perikanan di
perairan umum tersebut yang baru dimanfaatkan mencapai luas 1.798 ha atau hanya sekitar
Selain satu komoditi perikanan yang banyak di budidayakan baik di perairan luas
maupun budidaya kolam/ tambak adalah komoditi udang .tahun 2015, produksi udang
Sulawesi Selatan mencapai kurang lebih 40 ribu ton atau melampaui target yang ditetapkan
sebesar 38 ribu ton. Berdasarkan data dari dinas kelautan dan perikanan (2015) bahwa potensi
budidaya udang di tambak cukup tinggi terutama udang windu dan udang vanname dengan
Salah satu daerah penghasil udang vanname adalah Kabupaten Barru. Potensi budidaya
kolam di Kabupaten Barru sebesar 153 ton/ ha. Faktor utama keberhasilan budidaya udang
vanname adaah pembenihan larva. larva merupakan salah satu faktor utama keberhasilan
dalam budidaya. Karena itu benur yang banyak diminati para petambak ini harus ditingkatkan
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini selayaknya mampu menjadi pendorong
dalam menghasilkan benur yang benar-benar berkualitas bagi pengembangan budidaya udang
vannamei di Indonesia.
PT. Sinar Barru Prima menfokuskan pada pembenihan larva. Keberhasilan budidaya ini
tergantung dari sistem manajemen yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
tertarik untuk meneliti tentang Manajemen pembenihan larva udang vanname di PT. Sinar
Kabupaten Barru sebagai salah satu sektor budidaya udang menggunakan teknologi
budidaya udang supra intensif dengan produktivitas tinggi disebutkan bahwa pada 2011, di
Kabupaten Barru, lahir teknologi budidaya udang supra intensif dengan produktifitas tertinggi
di dunia yakni 153 ton/ha/musim tanam, atau 306 ton/tahun . Namun dalam kurun waktu
terakhir ini produksi udang dari hasil budidaya mengalami penurunan drastis akibat serangan
patogen, baik bakteri maupun virus. Upaya pemerintah dalam rangka untuk memulihkan
kondisi budidaya yang sedang menurun tersebut dilakukan melalui alternatif udang vannamei,
yang pada akhirnya udang jenis ini mampu menjadi komoditas perikanan yang memiliki
prospek yang cukup baik karena bernilai ekonomis dan banyak diminati masyarakat (Direktorat
Pembenihan, 2011).
Pembenihan udang vanname khususnya pembenihan larva dapat di lakukan dengan baik
melalui penerapan kegiatan manajemen, sistem manajemen yang dapat diterapkan antaranya,
penerapan fungsi manajemen. Hal ini untuk mengantisipasi hal tersebut maka dilakukan
melalui upaya pembenihan udang vannamei baik berskala kecil atau skala mini hatchery hingga
usaha pembenihan yang dimiliki pemerintah. Fungsi manajemen yang di lakukan oleh PT.
Pengendalian, Pengawasan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan tugas akhir
ini yaitu bagaimana melakukan manajemen yang baik untuk pembenihan larva udang vanname
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem manajemen pembenihan larva
Manfaat dalam penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
teknik pemeliharaan larva udang vannamei (Litopenaeus Vannamei) di PT. Sinar Barru Prima,
2.1. Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa inggris “management” yang berasal dari kata dasar
“manage”. Definisi manage menurut kamus oxford adalah “to be in charge or make decisions
organisasi). Dan definisi management menurut kamus oxford adalah “the control and making
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” atau “pimpinan yang bertanggung jawab
controlling people or things” (proses berurusan dengan atau mengendalikan orang atau benda).
b. Menurut R. Terry : “Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang
telah ditetapkan”.
d. Menurut Lawrence A. Appley : “Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan
mengendalikan sesuatu”.
penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan
h. Menurut Mary Parker Follet : “Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan
alat yang tersedia semaksimum mungkin. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam
Manajemen merupakan kegiatan pokok yang dilakukan seorang pimpinan karena dia
menjabat sebagai manajer untuk mengolah input menjadi output melalui proses manajemen.
Kegiatan peranan yang harus dilakukan seorang manajer akan selalu dan harus ada disetiap
jenjang manajemen dalam struktur organisasi baik di posisi manajer puncak, madya, dan lini.
Perbedaan nya hanyalah terletak pada wewenang dalam mengambil keputusan di mana
semakin ke atas seseorang dalam kedudukan nya pada posisi organisasi maka semakin besar
Fungsi manajemen yaitu berbagai elemen dasar yang ada dan berada pada proses
manajemen yang menjadi sebuah patokan bagi manajer untuk melaksanakan tugasnya. Berikut
1. Perencanaan ( Planning )
Merupakan kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara terbaik untuk
wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan organisasi dengan efisien. Beberapa pengertian menurut para ahli yaitu:
sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap
keseluruhan.
orang, alat-alat, tugas, tugas,kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatuorganisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah
ditetapkan.
menempatkan orang - orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang
3 Pengawasan
sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan
4 Pengendalian
melakukan pengukuran terhadap kinerja organisasi, memantau perkembangan tugas yang telah
terjadi. Dalam fungsi pengendalian ini, seorang manajer selalu mengawasi jalannya suatu tugas
atau kegiatan yang terarah ke pencapaian Tujuan Organisasi yang telah ditetapkannya.
2.2 Pembenihan
Pembenihan adalah suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan tahap
kegiatan selanjutnya, yaitu pembesaran atau suau kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk
menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponen input bagi
kegiatan pembesaran Pembenihan udang galah dalam produksi benih udang galah kelas benih
sebar ukuran larva, juwana dan tokolan adalah suatu rangkaian kegiatan produksi, proses
produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih udang galah (SNI, 2006).
Adapun kegiatan pembenihan Menurut Effendi (2004), Kegiatan pembenihan meliputi
pemeliharaan induk, pemijahan induk, penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih, serta
a. Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur
dan sperma). Penumbuhan dan pematangan ikan dapat dipacu melalui pendekatan
lingkungan, pakan serta hormonal. Pada pendekatan lingkungan media hidup dibuat
seoptimal mungkin sehingga nafsu makan biota budidaya tinggi didalam wadah
pemeliharaan. Pakan yang diberikan pada induk memiliki kualitas yang baik terutama
kandungan asam amino (protein, asam lemak, karbohidrat, mineral dan jumlah dan rasio
yang sesuai).
b. Pemijahan induk
Pemijahan induk adalah proses pembuahan telur oleh sperma. Induk yang telah matang
gonad berarti telah siap melakukan pemijahan. Proses pemijahan dapat berlangsung secara
alami dan bantuan, sehingga masing-masing disebut pemijahan alami dan pemijahan
buatan. Dalam pemijahan alami, telur dibuahi oleh sperma didalam air setelah dikeluarkan
oleh induk betina, proses ini biasanya didahului oleh aktifitas percumbuan oleh kedua induk
tersebut. Pada pemijahan buatan, pembuahan telur oleh sperma dilakukan oleh bantuan
manusia. Telur dipaksa keluar dari tubuh induk betina. Pemijahan dapat berlangsung
c. Penetasan telur
Penetasan telur bertujuan untuk mendapatkan larva, untuk itu telur hasil pemijahan
diambil dari bak pemijahan kemudian diinkubasikan dalam media penetasan dalam wadah
khusus sehingga disebut wadah penetasan. Wadah ini berbentuk bak, tangki, akuarium,
pembenihan, hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia paling kritis dalam siklus
hidup biota budidaya, sehingga pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling sulit.
Pemeliharaan larva dan benih meliputi persiapan wadah, penebaran larva, pemberian pakan
Pakan alami (live food) merupakan salah satu jenis pakan yang digunakan dalam bidang
akuakultur. Selain pakan alami dalam akuakultur dikenal pakan buatan dan pakan
tambahan.
(Gambar 1). Somartjati dan Suriawan 2006. Klasifikasi vannamei adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthtropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Melacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeideae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Ciri – ciri subfilum crustacea yaitu memiliki 3 pasang kaki jalan yang berfungsi untuk
mencapit, terutama dari ordo decapoda seperti litopenaeus chinensis, L. Indicus, L.Japonicus,
Kepala udang vaname terdiri dari antemula, antena, mandibula, dan 2 pasang maxillae
(Martosudar mo dan Ranomihardjo 1983). Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3
pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda).
makan. Endopodite kaki jalan menempel pada cephalothorax yang dihubungkan oleh coxa.
Bentuk peripoda beruas-ruas yang berujung di bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk
capit (kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4 dan ke-5). Di antara coxa dan
dactylus, terdapat ruang yang berturut-turut disebut basic, ischium, merus, carpus, dan cropus.
Pada bagian aischium terdapat duri yang bisa digunakan untuk mengindentifikasi beberapa
Martosudarmo dan Ranamihardjo (1983) menyatakan bahwa bagian dada terdiri dari
delapan ruas masing-masing ruas mempunyai sepasang anggota badan yang disebut
tharcopoda. Tharcopoda pertama sampai dengan ketiga dinamakan maxliped yang berfungsi
sebagai pelengkap bagian mulut dalam memegang makanan. Thracopoda lainnya (kelima
sampai dengan keenam) berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut periopoda. Periopoda
pertama sampai dengan ke tiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari jenis
panaeid.
Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas. Ruas pertama sampai kelima masing-masing
memiliki sepasang badan yang dinamakan pleopoda yanng berfungsi sebagai alat untuk
berenang oleh karena itu bentuknya pendek dan berbulu. Pada ruas keenam abdomen terdapat
kaki renang yang berubah bentuk menjadi dua pasang ekor kipas atau yang sering disebut
uropoda diantara uropoda terdapat bagian yang ujungnya runcing yang disebut telson kedua
Felix dan Peres (2002) menyatakan udang vaname termasuk hewan hetereseksual, yaitu
alat kelamin jantan dan betina terpisah. Udang jantan mempunyai alat kelamin yang disebut
petasma terletak pada pleopoda pertama atau kaki ranang pertama. Sedangkan alat kelamin
betina disebut telicum terletak diantara preopoda keempat dan kelima. Pada udang jantan
gonadnya akan berkembang menjadi testis sebagai penghasil sperma dan pada betina
berkembang menjadi ovarium yaitu indung telur yang berfungsi sebagai penghasil telur
Secara umum pakan yang diberikan pada udang selama masa pemeliharaan ada 2 jenis
yaitu pakan alami (Fitoplankton dan zooplankton) dan pakan buatan. Jenis pakan alami udang
vaname bevariasi tergantung dari tingkatan umur udang. Selain pakan alami,untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi larva harus diberikan pakan buatan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan.
Menurut Haliman dan Dani (2005) pada stadia naupli sistim pencernaannya belum
sempurna dan masih memiliki cadang makanan berupa kuning telur sehingga pada stadia ini
benih udang vaname belum membutuhkan makanan dariluar. Sednngkan pada stadia larva
tampak seperti udang dewasa dan membutuhkan pakan dari luar dan sudah mulai aktif
bergerak.
2.3.2.1 Habitat
dalam daur hidupnya, pada umumnya udang-udang bersifat bentis (di dasar) dan hidup pada
permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer
(soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir. Daur hidup bertelur ditengah laut dan
larvanya bergerak ke daerah pantai dan mencapai daerah estuaria pada awal stadia juvenile,
Berdasarkan hasil penelitan terhadap larva udang bernilai niaga pada benih udang stadia
post larva pada umumnya ditemukan disepanjang pantai pemusatan nener bandeng dengan
dasar berpasir-pasir, yang diselang-selangi oleh terdapatnya cangkang -cangkang karang dan
batu-batu kecil, dalam hal ini udang vaname lebih menyukai tekstur tanah dasar lempung
berdebu (Lumpur dan Pasir). Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sesuai bagi udang
Pada habitat aslinya (Gambar 2), , udang vaname matang gonad (mature), kawin
(mating) dan bertelur (spawning) berada pada perairan dengan kedalaman sekitar 70 meter
dari daerah pantai di Amerika selatan, Tengah dan Utara, dengan suhu antara 26–280C dan
salinitas sekitar 30 ppt. Telur menetas dan larva berkembang di laut dalam sebagai tempat
perkembangan zooplankton. Post larva udang vaname bergerak mendekati pantai dan
menetap di dasar estuaria, di estuaria tersedia nutrien air laut dengan salinitas dan suhu yang
bervariasi dari pada di laut terbuka. Setelah beberapa bulan di daerah estuaria, udang muda
kembali ke lingkungan laut menjauhi pantai, dimana aktivitas mature , mating,dan spawning
terjadi.
Setelah menetas, menjadi larva tingkat pertama disebut nauplius. Nauplius akan
berkembang menjadi zoea setelah 45–60 jam. Zoea berkembang menjadi mysis setelah 5 hari.
Mysis berkembang menjadi post larva setelah 4–5 hari. Selama stadi nauplius sampai denga
Post larva yang hidup dipantai berkembang menjadi udang muda (juvenile) di rawa-rawa
atau air payau. Setelah dewasa, udang beruaya ke laut untuk memijah. Selama proses
pertumbuhan udang mengalami pergantian kulit (molting) (Lim, 1989). Untuk lebih jelasnya
siklus hidup udang vaname. dapat di lihat pada Gambar 2 sebagai berikut:
Haliman (2005) siklus hidup udang vanname sebelum ditebar di tambak yaitu stadia
naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia pasca larva .Adapun ciri-cirinya adlah sebagai
berikut:
1. Stadia Naupli
Pada stadia ini larva berukuran 0,32–3,30 mm.Sistim pencernaannya belum sempurna
dan masih memiliki cadang makanan berupa kuning telur,sehingga pada stadia ini benih udang
2. Stadia Zoea
jam.Larva sudah berukuran 1,05–3,30 mm.Stadia ini mengalami moulting sebanyak 3 kali
yaitu stadia zoea 1, zoea 2 dan zoea 3. Lama proses penggantian kulit sebelum memasuki stadia
berikutnya (mysis)sekitar 4–5 hari. Pada fase ini larva sudah mulai tampak aktif mengambil
3. Stadia Mysis
Pada stadia ini benih sudah merupai udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor
kipas (uropods) dan ekor (telson).Benih pada stadi ini sudah bisa menyantap pakan yang
Pada stadia ini, benih udang vaname sudah tampak seperti udang dewasa. Hitungan stadia
yang digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya, PL 1 berarti post larva berumur 1 hari, pada
Program pemberian pakan pada budidaya udang putih merupakan langkah awal yang
harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan
selama masa pemeliharaan Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk
kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha
budidaya sangat penting kerena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal
ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna
memaksimalkan penggunaan pakan. Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini:
4. kontrol pakan
5. sampling
Menurut Soeharmanto (2012) jenis pakan yang diberikan pada larva udang vaname
selama proses pemeliharaan ada dua jenis yaitu pakan alami (fitoplankton dan zooplankton)
dan pakan komersil (buatan). Masing-masing makanan tersebut diberikan dengan jumlah dan
frekuensi sesuai dengan stadia larva. Jenis pakan alami yang dikultur adalah Chaetoceros sp
Pemanenan Chaetoceros sp dilakukan pada siang hari di hari ke tiga. Dengan asumsi
pada saat tersebut kandungan pupuk pada media kultur telah banyak yang diserap oleh alga
sehingga tidak terbawa masuk ke bak pemeliharaan yang dapat menyebabkan meningkatnya
dilakukan denga cara volume yaitu pemanenan alga bersama dengan air media kultur. Hari
ketiga merupakan puncak populasi dan merupakan fase terbaik untuk ditransfer ke bak
pemeliharaan larva Chaetoceros sp. Merupakan jenis alga dari kelompok diatomae di mana
mengandung HUFA dan Omega 3 yang dapat meningkatkan anti bodiy yang sangat
dibutuhkan oleh larva udang vaname terutama pada fase-fase transisi seperti dari stadia naupli
ke stadia zoea, dimana di fase ini sering dikenal dengan istilah zoea syndrome atau zoea lemah
yaitu larva kelihatan lemah dan tubuh kotor yang dapat menyebabkan mortalitas hingga 90%
(Elovaraa 2001). Selain itu Lavilla et al .(1998) menyatakan bahwa Chaetoceros sp dapat
menekan laju pertumbuhan bakteri vibriosis harveyi selama proses pemeliharaan larva.
Pakan alami dari jenis zooplakton yang diberikan pada larva udang vaname adalah
Artemia salina dengan cara dilakukan pengkulturan selama 24 jam dalam wadah berupa galon
mineral volume 20 liter, baru kemudian dapat diberikan pada larva udang pada M 3-PL1 dengan
kepadatan 3-4 individ/ml, pada PL2-PL5 dengan kepadatan 8-10 individu/ml dan PL6-PL10
dengan kepadatan 11-13 individu/ml. Jumlah dan frekuensi pemberian Artemia salina dapat
Selain pakan alamia selami proses pemeliharaan larva udang vaname diberikan juga
pakan tambahan berupa pakan komersil yang tujuannya untuk menjaga agar tidak sampai
terjadi penurunan nafsu makan selama pemeliharaan larva. Manajemen pemberian pakan dapat
22.00, 02.00
Flake 6 ppm/hr
6 07.00, 10.00, 14.00
22.00, 02.00
Lancy PL 8 ppm/hr
Flake 8 ppm/hr 6 07.00, 10.00, 13.00, 17.00,
22.00, 02.00
Artemia 60/ind/hr 3
Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang Vannamei untuk memenuhi
syarat gizi diperlukan pakan buatan. Yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu
dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi
kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting,
jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak
saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti
halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula
untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini
Protein
Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme
1. Pemeliharaan jaringan
2. Pembentukan jaringan
4. Pertumbuhan
Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam persentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam
menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk
setiap stadia hidupnya, pada stadis larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah
dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuhan udang lebih pesat dibanding yang
dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini
sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva maih cenderung bersifat
karnivora. Makanan yang baik bagi udang Vannamei adalah yang mengandung protein paling
bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah
ditebar.
Lemak
Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein
maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya
dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain :
1. Sumber energi
3. Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdap
4. at pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam
bentuk trigliserida.
makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol
berperan dalam proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui
makanan akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan
sebanyak 0,5%.
Karbohidrat
Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan sebagai
sumber eneIrgi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan
karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat dan jenis udangnya. Secara
lemak dan protein tetapi tidak mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh.
Kandungan karbohibrat untuk makanan larva udang diperkirakan lebih rendah 20%.
Vitamin
Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan salah satu vitamin
dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-
beda, secara umum kegunaan vitamin bagi udang adalah untuk Pigmentasi, peranan dari
vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang.
Mineral
Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang berperan
keseimbangan osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca
dan P yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan
Untuk perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup (sintasan --- SR) udang yang
dipelihara, parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal.
Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan monitoring dan pengamatan
parameter kualitas air media. Pengamatan parameter kualitas air yang dilakukan selama
b. Suhu
Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang adalah suhu air
media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang mengalami stres dan bahkan mati
disebabkan oleh perubahan suhu dengan rentang perbedaan yang tinggi. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada tambak dengan kedalaman kurang dari satu meter.
Sebagai contoh musim kemarau (musim bediding) dan perbedaan suhu yang sangat
mencolok antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian para ahli,
terbukti bahwa pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata
berpengaruh terhadap nafsu makan udang (Byod, 1989). Hasil pengamatan dari kedua
petak ujicoba terukur suhu air media berkisar antara 26,7 – 29,8oC, dari data kisaran
suhu ini menunjukan cukup optimal untuk proses metobolisme udang yang dipelihara.
c. Salinitas
Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya berpengaruh tehadap
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang (Anonim, 1985). Udang Vaname
dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas 5 – 30 ppt (Anonim, 1985), bahkan
jenis udang Vaname mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 – 50 ppt. Namun
apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang Vaname
relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami
gangguan terutama pada saat udang sedang ganti kulit dan proses metabolisme.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT. Sinar Barru Prima, lokasi ini di pilih secara perpossive
pertimbangan bahwa PT. Sinar Barru Prima melakukan pembenihan larva udang vanname.
Kegiatan ini dilakukan selama 2 bulan yaitu dari bulan Mei- Juli 2017
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun
hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain,
peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau
secara tidak langsung sekunder yaitu: Buku, instansi terkait seperti dinas perikanan Barru,
internet.
Metode ini dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada PT. Sinar Barru Prima
yang terkait dengan kegiatan di lapangan melalui wawancara dengan staf, teknisi, atau
karyawan. Data yang di hasilkan dalam wawancara adalah (1) Data benih yang digunakan baik
mengenai jenis, jumlah dan untuk penebaran (2) pakan yang digunakan (3) perencanaan
a. Budidaya adalah kegiatan pemeliharaan benih udang vanname dalam suatu wadah. Agar
b. Pembenihan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih dari telur sampai menjadi benih
siap tebar
c. Manajemen adalah suatu seni dalam ilmu dan proses pengorganisasian seperti
d. Larva adalah bentuk muda hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis, hingga
dewasa
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Sinar Barru Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
hatchery benur udang vaname ( pembenihan udang vaname). Perusahaan ini terletak
Sulawesi selatan.
Berdiri sejak tahun 2006 hingga saat ini, perusahaan ini terus menerus bekerja sama
dengan konsumen, tidak hanya melalui pelayanan yang professional, tetapi juga dengan
mempertahankan kualitas benur yang maksimal dan menjaga agar rantai produksi
yang berkelanjutan.
Visi
Misi
PT. sinar barru prima menyediakan fasilitas perusahaan baik dari segi fasilitas
b. Modul produki
c. Dapur
d. Gudang pakan
f. Mess karyawan
a. Komputer
b. Ac
c. Mesin genset
d. Peralatan labolaturium
e. Peralatan produksi
b. Head Of Unit Hatchery : adalah kepala hatchery unit, yang memimping dan
administrasi hatchery
perusahaan
h. Gudang : adalah bagian yang menyiapkan bahan pakan dan membuat pakan dalam
proses produksi
i. Me : adalah bagian diluar karyawan dengan kata lain mahasiswa magang atau
penelitian
Untuk gambar struktur organisasi PT. Sinar Barru Prima ada pada lampiran 1.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembenihan adalah suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan tahap
kegiatan selanjutnya, yaitu pembesaran atau suau kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk
menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponen input bagi
teratur dan terstruktur dengan baik, sehinggah di perlukan sistem manajemen yang baik dalam
pembenihan tersebut. Adapun sistem manajemen yang di lakukan oleh PT. Sinar Barru Prima
yaitu:
5.1.1. Perencanaan
Perencanaan/Planning, yaitu suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang
akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan ini biasanya
Perencanaan yang di lakukan ialah untuk menghasilkan kualitas larva yang tinggi maka
dari itu perancanaan alat dan bahan seperti mesin, pakan dan unsur lainya di siapkan, adapun
rencana kerja atau kegiatan : pengaturan jadwal pemberian pakan, menentukan dosis
pemberian pakan, menentukan jadwal karyawan, menentukan pasilitas setiap bak dan
pemberian nutrisi tambahan seperti vitamin dan sodium. Adapun kegiatan persiapan
pembenihan
A. Persiapan Pembenihan
Persiapan pembenihan adalah proses persiapan kegiatan yang akan di lakukan terlebih
Dari kegiatan persiapan pembenihan langkah yang lebih banyak menggunakan waktu
dari semua langkah dalam persiapan pembenihan adalah pengisisan air. Pengisian air dilakukan
B. Penebaran larva
Naupli yang akan di tebar berasal dari BLK Lampung dan CPB Situbondo dengan
menggunakan pesawat terbang kemudian menggunakan mobil box untuk sarana transportasi
dari bandara ke lokasi heachery. Kantong yang berisi Naupli dibuka dengan menggunakan
aklimatisasi kedalam bak pemeliharaan dengan tujuan untuk penyesuaian diri dari
lingkungannya yaitu suhu dan salinitas yang baru, setelah suhu dan salinitas telah sama dengan
kualitas air yang ada dalam bak pemeliharaan dilakukan pelepasan naupli yang masih ada pada
ember kemudian ember atau wadah aklimatisasi di angkat, kemudian permukaan bak ditutup
dengan menggunakan plastik putih untuk mempertahankan suhu yang optimal. Ada pun jumlah
C. Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva adalah kombinasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memelihara larva termasuk pemberian pakan, vitamin, sodium dan bahan- bahan pendukung
serta penanganan lainya untuk mencapai hasil yang baik saat produksi. Adapun kegiatan
pemeliharaan :
Tabel. 3 Pemeliharaan Larva di PT. Sinar Barru Prima
Pada kegiatan pemeliharaan larva di PT. Sinar Barru Prima, kegiatan yang paling pokok
dalam pemeliharaan adalah pemberian pakan yang dilakukan 8 jam dalam satu hari, dalam
pemberian pakan ini tidak boleh lewat dari jam yang telah di tentukan, adapun jam pemberian
pakan antara lain jam 07, 11, 13, 17, 19, 23, 01, 05, begitupun untuk pakan alami yang
dilakukan 3 kali sehari dan harus di lakukan sesuai jam yang telah di tentukan antara lain jam
09, 03, dan 21 malam, dalam pemberian pakan alami larva menyediakan 2 macam pakan alami
seperti planton dan artemia , pakan alami planton diberikan khusus larva yang berada di stadia
naopli sampai mysis, sedangkan untuk pakan artemia di berikan khusus larva yang sudah
berstadia PL , hal ini di lakukan agar mencapai kualitas larva yang maksimal.
D. Panen
Panen dilakukan apabila ada permintaan, adapun tingkat larva yang diminta oleh
konsumen ialah pada stadia PL 5 dan seterusnya, adapun prosedur atau langkah panen yang
dilakukan, selang pembuangan air bak di beri kelambu atau seser kemudian dibuka setelah
kelambu berisi larva maka larva di pindahkan ke ember yang telah di isi air menggunakan seser
sendok kemudian di aklimitasi di bak 500 liter sebelum dilakukan packing atau persiapan
pengiriman
Dalam tahap ini jumlah benur yang di panen tergantung permintaan dan persediaan dari
bak larva, dalam artian pihak PT. Sinar Barru Prima dapat memenuhi keinginan konsumen
ataupun menolak keinginan konsumen dalam artian jumlah benur/ larva udang vanname,
adapun lokasi pemasaran yang di tujukan: Takalar, kendari, Makassar, Goa, Bone, dan
Bantaeng. dalam proses packingnya tidak sama, tergantung jarak tujuan dan menggunakan
pengiriman transportasi apa saja, jika jaraknya dekat maka packing hanya cukup sterefom di
plaster dan es batu dua biji di dalamnya. jika pengiriman jauh/menggunakan transportasi udara
maka sterefom di lapisi kertas koran di dasar sterefom dan di atasnya dan pemberian es batu
tiga biji, setelah sterefom di plaster kemudian sterefom di kemas dengan plastik khusus
sterefom, sedangkan plasternya pun di dobol sampai sterefomnya terpacking rapi dan kuat.
agar selama dalam perjalanan benur aman dari benturan dan penyebab kematian, stres lainnya.
5.1.2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang
telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan
tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua
pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi , meliputi penempatan tenaga kerja. Setiap karyawan yang ditempatkan harus sesuai
Di PT. Sinar Barru Prima khususnya pada kegiatan pembenihan larva membutuhkan 8
tenaga kerja. Dimana penanggung jawab hatchery yaitu Aulia Saputra. Dibagian pemeliharaan
larva ada 6 orang dan 2 orang di bagian pakan alami, untuk bagian pemeliharaan di bagi
menjadi 2 kelompok piket ada pagi hari dan ada malam hari, dalam pembagian piket di lakukan
secara roling setiap 3 hari, dan untuk bagian pakan alami tidak ada pembagian piket dan
5.1.3 Pengendalian
melakukan pengukuran terhadap kinerja organisasi, memantau perkembangan tugas yang telah
terjadi. Dalam fungsi pengendalian ini, seorang manajer selalu mengawasi jalannya suatu tugas
atau kegiatan yang terarah ke pencapaian Tujuan Organisasi yang telah ditetapkannya.
5.1.4 Pengawasan
sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan
hatchery. Pengawasan ini di lakukan oleh kepala produksi pembenihan yang bertanggung
jawab penuh dalam pelaksanaan pembenihan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
pengawasan:
a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target pembenihan sesuai dengan
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas kesalahan yang mungkin ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian
Hal yang sangat penting yang perlu dipehatikan dalam manajemen pembenihan larva
udang vaname adalah stadia larva, dosis pakan dan frekuensi pemberian sedangkan
manajemen pakan larva udang vaname diberikan pakan buatan, pakan buatan (Prophan 00, 01,
dan Flake) dengan prekuensi pemberian 8 kali dalam sehari dan kualitas air padah wadah
pemeliharaan larva udang vanamei sesuai dengan kondisi kualitas air yang ditentukan pada
SNI (Standar Nasional Indonesia) pada pengukuran suhu antara 29-32oC dan salinitas antara
29-32 ppt.
6.2 saran
Demi terciptanya tujuan yang diinginkan dalam suatu usaha pembenihan yaitu
menciptakan produksi benih yang optimal dan berkualitas maka perlu di perhatikan adalah
persiapan bak yang baik, pemberian pakan yang tepat dan teratur, pengelolaan kualitas air
sesuai (SNI).
DAFTAR PUSTAKA
Boyd C.E. 1989. Water Quality Managemen In Pond Fish Cuture.Fishery Education and
Training Institute, Alabama
Elovaraa AK. 2001. Sharimp Farming Manual. Pratical Technology For Intensive Comersial
Shrimp Production. USA: United States of American (USA)
Felix. G.L dan M Perez 2002 Current Status of Pasific While Shirimp Litopenaeus vanname.
Departamento de Investigactiones Tecnológicas. Unuversitas de sonora Mexico
Haliman. R.W. dan Adijaya. S.D. 2005. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lavilla. 1998. Will Microbial Manipulation Sustain the Ecological Balance in Shrimp
Hatcheries. In Advances In Shrimp Bioteknology by T.W. Flagel. Bangkok, Thailand.
SNI 01-7252-2006. 2006. Benih Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Kelas Benih Sebar
Soeharmanto, D. 2012. Petunjuk Teknis Pembenihan Udang Vaname. Balai Budidaya Air
Payau Situbondo.
Wyban. J.A. dan Sweeney, J.A. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The
Oceanic Institute. USA.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. struktur organisasi PT.SINAR BARRU PRIMA yaitu :
Hand Of Hatchery
Head Of Head Of
Head Of Unit Hatchery
F&A F&A
NIM : 1422050525
JURUSAN : Agribisnis
Kab. Pangkep
TELEPON : 082259703962
E-MAIL : incemaulanaibrahimismail@gmail.com
Semua data yang diisikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.