Anda di halaman 1dari 48

RESPON IKAN MAS (Cyprinus carpio) PADA PEMBIUSAN

MENGGUNAKAN MINYAK CENGKEH

SKRIPSI

MURNIATI S

E.271 05 019

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
RESPON IKAN MAS (Cyprinus carpio) PADA PEMBIUSAN
MENGGUNAKAN MINYAK CENGKEH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Perikanan pada Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako

SKRIPSI

Oleh

MURNIATI S.

E.271 05 019

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
            RINGKASAN

Respon Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Pada Pembiusan Menggunakan Minyak


Cengkeh

                   ( Murniati S / E 271 05 019 )


 

Penanganan ikan mas selama transporasi merupakan salah satu kendala,

karena dapat menimbulkan mortalitas tinggi. Agar dapat diangkat dengan kepadatan

tinggi maka proses metabolisme tubuh harus diatur,dengan cara pembiuasan dengan

menggunakan minyak cengkeh.

Pembiusan terhadap ikan dengan menggunakan minyak cengkeh dinilai

lebih muda, dikarenakan minyak cengkeh lebih murah(dibandingkan dengan obat

obat kimia), mudah didapatkan serta hasilnya lebih efektif. Kelebihan lain dari

pembiusan dengan menggunkan minyak cengkeh ini adalah setelah mengalami

pembiusan, ikan tetap berlendir dan tidak kehilangan nafsu makan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon ikan mas pada pembiusan

dengan menggunakan minyak cengkeh, serta dapat megetahui konsentrasi minyak

cengkeh yang tepat untuk pengangkutan beih ikan mas. Penelitian dilaksanakan

selama 2 bulan, yaitu pada bulan juni sampai dengan Juli 2012, bertempat di jalan

Abadi, Kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah. Metode

Penelitian yang digunakan adalah pemberian minyak cengkeh dengan dosis 5 ppm,

10 ppm dan 15 ppm dengan pengacakan sampel. Teknik pengambilan sampel


dilakukan dengan mengacak sampel ikan yang akan dibius dengan menggunakan

minyak cengkeh. Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak tiga kali.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan durasi bius dipengaruhi oleh

konsentrasi minyak cengkeh yang dipakai selama penelitian, semakin tinggi dosis

minyak cengkeh yang diberikan, semakin lama durasi bius yang diperlukan.
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Ikan Mas (Cyprinus Carpio)

Pada Pembiusan Menggunakan Minyak Cengkeh”.

Pada pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini penulis banyak

mendapat petunjuk, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebebsar-

besarnya kepada ibu Ir. Novalina Serdiati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama

dan ibu Madinahwati, S.Pi, M.Si selaku dosen Pembimbing anggota atas segala

kerelaan hatinya meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan serta

petunjuk bagi penulis sejak dari rencana penelitian hingga selesainya penyusunan

skripsi. Melalui kesempatan ini penulis juhga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Madinawati S.Pi.,M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan.

2. Bapak Kasim Mansur ST.,M,Si Dosen Wali yang telah membantu dan

membimbing dalam kelancaran studi

3. Bapak Dr.Ir. FadlyY.Tantu.,M.Si, atas dorongan semangatnya.

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Budidaya Perairan yang telah mendidik dan

membantu penulis dalam menyelesaikan studi.


5. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Sikki Husen

(almarhum) dan Ibunda Hasna Pasarai beserta saudaraku yang telah mencurahkan

kasih sayangnya, bimbingannya, bantuan moril dan materil, serta do’a yang tiada

henti-hentinya sehingga penyusunan hasil penelitian sesuai dengan yang

diharapkan.

6. Kepada rekan-rekankerja Nuansa Post Group, terimakasih atas segala dorongan

semangatnya selama ini,dan juga buat sahabatku Novin Angraeni S,pi

Hafrida Angge.,S.Sos., Yoel.S.Pi.,Ardiansyah,Jefry, Sahlah Asapa,Saifudin.,S.Pi,

serta rekan-rekan lain yang tidak saya sebutkan namanya terima kasih atas segala

bantuan, dukungan dan kesetiaan serta kebersamaan yang terjalin selama ini.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hasil penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi perbaikan penulisan-penulisan selanjutnya.

Semoga hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi diri

penulis. Semoga Allah SWT tetap melimpahkan rahmat dan tauhid kepada kita

sekalian, Aamiin.

Palu, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

RINGKASAN ...................................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas ............................................ 5

2.2 Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Mas ...................................... 7

2.3    Kebiasaan Hidup........................................................................... 8

2.4 Obat Bius ........................................................................ 8

2.5 Minyak Cengkeh ........................................................................... 9

2.6 Kualitas Air ...............................................................................   10


III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat .................................................................. 12

3.2 Materi Penelitian .............................................................. 12

3.2.1.  Organisme Uji .................................................................. 12

3.2.2.  Alat dan Bahan penelitian   ................................................ 12

3.3 Metode Penelitian ................................................................... 13

3.3.1. Cara Kerja ....................................................................... 13

3.3.2. Perlakuan dan Rancangan Percobaan ............................. 13

3.4 Variabel Yang Diamati ............................................................. 14

3.5 Pengukuran Kualitas Air ............................................................. 14

3.6 Analisis Data ............................................................................... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Waktu Mulai Terbius ............................................................... 16

4.2 Durasi Mulai terbius ................................................................. . 17

4.3 Sintasan .................................................................................... 20

4.4 Pengamatan Kualitas Air ............................................................ 20

V. KESIMPUALAN DAN SARAN

5.1   Kesimpulan ................................................................................ 23

    5.2 Saran ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Alat yang di gunakan ............................................................................ 12

2. Rata-Rata Waktu Mulai Terbius Ikan Mas (dalam menit) ............... 16

3. Rata-Rata Durasi Bius Ikan Mas (dalam menit) ............................. 17

4. Kualitas Air Selama Penelitian ..................................................... 21


I.    PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk

dalam famili Cyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas

Teleostrei. Ikan Mas sudah lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di

dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling populer di

masyarakat. Selain dikenal dengan nama ikan mas, ikan ini dikenal

dengan nama dengan nama Ikan Karper ataupun ikan tombro. Kini telah banyak

dikenal ras banyak ras persilangan ikan mas antara lain Ikan mas Merah, Si Nyonya,

Taiwan, Majalaya, Kaca, Kumpai dan lain-lain

(http://hibiikan.blogspot.com/2009/09/kla-sifikasi ikan mas.html).

Menurut Kordi (2005), pengangkutan ikan terkadang menimbulkan

permasalahan yaitu stres, sehingga dapat merugikan para pembudidaya. Ikan yang

stres muda mengalami kematian. Kematian ikan umumnya disebabkan  karena sering

terjadi gesekan antar tubuh ikan dan menimbulkan metabolisme ikan. Olehnya itu, di

perlukan penanganan hasil dari proses pengangkutan yang efektif.

Penanganan ikan mas selama transportasi merupakan salah satu kendala karena

dapat menimbulkan mortalitas tinggi dan luka akibat benturan fisik yang

terjadi karena aktivitas renang dimana dapat menimbulkan infeksi saa. Agar dapat

diangkut dengan kepadatan tinggi maka proses metabolisme tubuh harus di hentikan.
Berbagai bahan di gunakan untuk membius, diantaranya minyak cengkeh (Zonneveld

dkk.1991).

 Menurut Khairuman (2008), obat bius di golongkan ke dalam bahan kimia

yang dapat menghilangkan keseimbangan, kesadaran, dan aksi refleks penerima

dengan bertambahnya kosentrasi bahan pembius tersebut. Bahan anastesis yang

digunakan tidak mengandung racun bagi ikan dan manusia, dan mudah larut dalam

media pelarutnya, misalnya menggunakan pembius alami.

Bahan pembius yang digunakan pada ikan mas adalah minyak cengkeh. Minyak

cengkeh berasal dari penyulingan serbuk bunga cengkeh kering dan banyak

dimanfaatkan dalam industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian. 

Penggunaan minyak cengkeh sebagai obat bius karena waktu pemulihannya cepat,

mudah didapatkan, tidak menimbulkan residu dan harganya relatif murah

(Akhdiat,1997). Selain dosis minyak cengkeh yang tepat, kepadatan ikan selama

pengangkutanjuga perlu untuk menghemat wadah pengangkutan dengan mengurangi

stres danmortalitas. Untuk itu dirasa perlu untuk melaksanakan penelitian tentang

respon ikan mas (cyprinus carpio) pada pembiusan menggunakan minyak cengkeh

dalam transportasi tertutup.

Proses pengangkutan merupakan salah satu proses yang penting, karena tidak

menutup kemungkinan pembeli ikan berasal dari tempat yang jauh, sehingga perlu

penanganan khusus untuk mengangkut ikan ke tempat yang dituju, terutama ikan
yang masih hidup. Menurut Rizki dalam Effendi (2004), transportasi ikan hidup

adalah memindahkan ikan dari satu daerah yang merupakan sentra produksi kedaerah

lain yang merupakan sentra konsumen. Tujuan dari pengangkutan adalah kegiatan

memindahkan atau membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu tempat ke

tempat lainnya. Tujuan utama pengangkutan adalah barang yang dibawa bisa sampai

di tempat tujuan dalam keadaan utuh, atau tidak rusak sedikitpun.

Pengakutan ikan ada dua sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.

Sistem terbuka adalah sistem pengangkutan ikan dimana air dalam wadah angkut

kontak langsung dengan udara sebagai sumber oksigen. Sistem ini umumnya

digunakan untuk mengangkut ikan dalam jarak yang dekat, misalnya dari kolam ke

kolam dalam lokasi yang sama. Bisa juga untuk jarak jauh, dan waktu yang lama,

asalkan dilengkapi instalasi pengangkutan dan persediaan oksigen yang cukup

selama pengangkutan.

Sistem tertutup adalah sistem pengangkutan ikan dimana air dalam wadah

angkut tidak kontak langsung dengan udara bebas, karena tertutup rapat oleh wadah

angkut. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan selama pengangkutan berasal dari tabung

oksigen yang dihembuskan sebelumnya. Sistem ini bisa digunakan, baik untuk jarak

dekat maupun jarak jauh, baik untuk waktu yang singkat maupun untuk waktu yang

lama.
Tujuan dari pembiusan selama pengangkutan yaitu untuk menghindari

terjadinya kegiatan metabolisme pada ikan yang akan menyebabkan penurunan

kualitas air pada wadah hidup ikan tersebut. Selain itu untuk mengurangi tingkat stres

pada ikan selama pengangkutan, maka laju metabolisme harus di kurangi untuk

komsusmsi oksigen dan hasil sekresi.

1.2  Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon ikan mas pada pembiusan

menggunakan minyak cengkeh, dapat mengetahui kosentrasi minyak cengkeh yang

tepat untuk pengangkutan ikan mas. Hasil dari penelitian ini di harapakan dapat

memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang pembiusan ikan, serta

dosis yang tepat dari minyak cengkeh untuk memperoleh efek bius yang cepat, lama

pingsan dan aman bagi ikan.

 
II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Mas

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih

kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di

Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang

terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa,

Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di

Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi

berdasarkan karakteristik morfologisnya. Menurut Khairuman dan Amri(2008),

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:

Phyllum : Chordata

Subphyllum :Vertebrata

         superclass : Pisces

               Class : Osteichthyes

                     subclass : Actinopterygii

                          Ordo : Cypriniformes

                               subordo : Cyprinoidea

                                   Family : Cyprinidae

                                       subfamily : Cyprininae
                                              genus : Cyprinus

                                                    species : Cyprinus carpio

                        Gambar 1:Mas ikan mas (cyprinus caprio).

Menurut fungsinya ras-ras ikan mas yang ada di Indonesia digolongkan

menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama ialah ras ikan komsumsi dan

kelompok kedua adalah ras ikan mas hias. Lebih lanjut Susanto(1997), Ikan Mas

(karper, Common Carp) yang di kenal di Indonesia memiliki nama latin Cyprinus

carpio dari keluarga Cyprinid. Common Carp adalah strain asli ikan mas yang

mendominasi keberadaan ikan ini di perairan. Ikan mas dapat hidup sendiri maupun

berkelompok di perairan tawar yang berlumpur. Bentuk badan Ikan Mas pada

umumnya adalah agak gemuk dengan tubuh panjang membulat pada bagian perut dan

pipih di bagian ekor. Varian Common Carp ini dapat tumbuh lebih cepat terutama di

kolam budidaya berarus sedang. Warna dominan pada tubuhnya coklat keemasan,

varian warna lain pada ikan mas adalah kuning, merah, hitam, putih dan corak
kombinasi dari warna-warna tersebut. Mulutnya dapat dilebarkan dengan struktur

bibir lunak dan mempunyai dua pasang sungut. Bagian kepala tanpa sisik, sedangkan

seluruh tubuh dipenuhi sisik agak besar (Anonim,1989).

Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (comprossed).

Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan

(protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut.

Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali pada beberapa vari

etas yang hanya  memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan digolongk

an ke dalam sisik tipesikloid (Afrianto dan Liviawati.1995). Sirip punggungnya

(dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan dibagian akhir (sirip

ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan

permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip

punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi (Susanto,1997). Garis

rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan

tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal

ekor.

Secara morfologi, ikan mas jantan dan betina dapat di bedakan. Ikan jantan

mempunyai bentuk tubuh lebih ramping, gerakannya lebih lincah dan gesit, jika di

striping mengeluarkan sperma berwarna putih. Sedangkan ikan mas yang betina

badan pada bagian perut besar/buncit dan lembek, jika distriping mengeluarkan cairan

berwarna kuning.
2.2. Habitat Dan Kebiasaan Makan Ikan Mas 

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai

jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari binatang renik

(Khairuman,2008). Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang

terdapat didasar dan tepi perairan. Ikan mas masuk golongan omnivora dan sangat

rakus dan gemar mengaduk-aduk dasar perairan untuk mencari makan. Makanan

alaminya meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva serangga

dan organisma lainnya yang ada di perairan

baik yang terdapat pada dasar perairan, pertengahan maupun permukaan air.

(http://www.mancing.info/index.php/mengenal-ikan-mas/5-kebiasaan-makan)

2.3  Kebiasaan Hidup

Ikan mas menyukai tempat dan hidup (habitat) diperairan tawar  yang airnya

tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau

danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas

permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25-30 oC. Meskipun tergolong ikan tawar, ikan

mas terkadang di temukan diperaira payau atau muara sungai yang bersalinitas 25-30
o
/oo (Sudenda, 2010).

2.4  Obat Bius
Kamaludin (2008), untuk mengurangi stres pada ikan selama pengangkutan,

maka laju metabolisme harus dikurangi untuk mengurangi komsumsi oksigen dan

hasil ekskresi. Salah satu cara untuk mengurangi aktifitas pada ikan tersebut maka

perlu dapat digunakan obat bius. Obat bius merupakan perantara kimia yang dapat

menghalangi aksi dan hantaran implus syaraf sehingga menyebabkan penururnan

fungsi syaraf. Obat bius merupakan bahan kimia yang menyebabkan penerima bahan

kimia tersebut kehilangan keseimbangan, kesadaran, dan aksi refleks dengan

bertambahnya bahan pembius tersebut.

Pembiusan dimaksudkan untuk mengurangi laju metabolisme selama

pengangkutan. Bila laju metabolisme turun, maka komsumsi oksigen  akan menurun.

Keadaaan ini akan dapat mengurangi eksresi hasil metabolisme dalam air sehigga

kerugian secara fisik dan meterial dapat di tekan ( Ros,1984).

 Ada beberapa karakteristik yang perlu di perhatikan dalam memilih obat bius

yakni mempunyai waktu induksi kurang dari 15 menit dan lebih baik lagi jika kurang

dari 3 menit, waktu pemulihan cepat, tidak menimbulkan residu dan efek negatif

terhadap fisiologi, harga dariobat bius murah dan bahannya mudah di dapatkan

(Schreck dan moyle,1990).

 2.5  Minyak Cengkeh


Dalam bidang perikanan, minyak cengkeh mulai digunakan sebagai obat bius

dalam kegiata transportasi ikan hidup. Lebih lanjut  Burhanuddin dkk (1989)

mengatakan bahwa minyak cengkeh dalam kosentrasi yang rendah tidak bersifat

racun bagi ikan.

Minyak cengkeh berasal dari hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering

dan banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian

Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (sebanyak 90%), eugenil acetate, methyl

n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-

amyl carbinol, dan terpenecaryo-phyllene.

http://www.bi.go.id/sipuk/id/lm/atsiri/pendahuluan.asp). Menurut AKK (1991), unsur

utama minyak cengkeh adalah eugenol dengan komposisi 78-98%, dimana 70-80%

dalam keadaan bebas sedangkan 7-17% merupakan persenyawaan acetugenol.

Minyak cengkeh termasuk kelompok minyak atsiri yaitu kelompok yang

hanya mengandung senyawa karbon dan hidrogen,hidrogen dan oksigen bersifat

aromatik dimana senyawa ini secara umum terpenoid (Hadlman dalam Nurbas,2000).

Minyak cengkeh mengandung aroma khas, manis serta rasa yang

tajam yang pedas disebabkan kandungan eugenolnya. Minyak cengkeh memiliki

pasaran luas dalam industri farmasi,penyedap masakan dan wewangian (Harris,1990).

2.6 Kualitas Air


Kualitas air dapat diartikan sebagai kondisi air yang memungkinkan

organisme budidaya dapat tumbuh dengan baik. Kondisi air yang dimaksud adalah

suhu,pH air, salinitas,oksigen terlarut, dan mineral air (Ros dan Ros, 1984)

Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Suhu

air mempengaruhi kecepatan metabolisme,osmoregulasi dan perubahan

pernafasan,selain itu jugasuhu mempengaruhi kelarutan gas dalam air termasuk

oksigen terlarut. Suhu ideal untuk ikan selama pengangkutan adalah 20-30oC

(susanto,1990). Pengangkutan di atas suhu 30oC akan meyebabkan ketahanan ikan

menurun.

Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran dari suatu kosentrasi ion dan

hidrogen dan menunjukan suasana tersebut bereaksi atau basah. Keadaan pH juga

berpengaruh terhadap ikan pada suatu perairan. Pada pH 9 atau lebih dapat

mengurangi nafsu makan ikan,sedangkan pH dibawah 5 dapat menyebabkan ikan

mati lemas karena terjadinya penggumpalan lendir pada ingsang ikan (Ayusta 1991

dalam Fitriyani 1999) . Secara umum pH yang cocok untuk pengangkutan benih ikan

tawar adalah 6-7,9. karena pada kisaran ini proses metabolisme akan tetap berjalan

normal (Hartono dalam Sutisna dan sutarmanto 1995).


Kandungan oksigen terlarut salah satu komponen utama dalam kehidupan

Organisme perairan, baik untuk pernafasan maupun untuk metabolism. Ikan

memerlukan oksigen untuk metabolisme guna menghasilkan aktifitas renang,

pertumbuhan, reproduksi (Wardoyo, 1971). Lebih lanjut Sutisna dan Sutarmanto

(1995), mengemukakan bahwa dalam pengangkutan benih ikan air tawar tidak boleh

kurang dari 2 ppm.

Menurut Sumiarsih (1991), kadar amoniak yang baik untuk kehidupan ikan dan

organisme perairan adalah kurang dari 1 ppm. Apabila kandungan amoniak mencapai

2 ppm dapat mematikan beberapa jenis ikan dalam waktu singkat. Sedangkan Widiati

dan Prihadi(1988), menyatakan bahwa nilai amoniak yang memenuhi kriteria untuk

perairan air tawar adalah lebih dari 0,02 ppm.


III   MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2012 bertempat di

jalan Abadi, kelurahan Talise, kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Organisme Uji

Organisme yang digunakan yaitu ikan Mas (Cyprinus carpio) berukuran 9-12 cm

dengan jumlah 130 ekor. Hewan uji berasal dari Desa Dolo, kecamatan Dolo,

kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

3.2.2   Alat dan Bahan penelitian

Alat yang di gunakan pada penelitian tertera pada Tabel I berikut :

No Nama alat Kegunaan

1. Kantong plastik sebanyak Sebagai wadah penelitian

2 Tabung oksigen Sebagai suplai oksigen murni/penyimpan

oksigen murni

3. Kertas label  Digunakan sebagai label pada ikan

4. Kertas lakmus  Untuk mengukur pH

5. Thermometer  Digunakan untuk mengukur suhu


6. Alat suntik berukuran 1 ml  Dugunakan untuk mengukur dosis minyak

cengekeh

7. Aerator  Menyuplai oksigen pada penampungan

ikan

8 Jam dinding dan stopwatch  Mengukur durasi bius ikan

9. Ember dan loyang  Sebagai wadah penampung ikan

Bahan yang dugunakan sebagai obat bius yaitu minyak cengkeh (Eugenia arimatica)

3.3   Metode Penelitian

3.3.1  Cara Kerja

Langkah awal yang dilakukan yaitu menyiapkan wadah berupa kantong plastik

dengan ukuran 75 cm dan lebar 50 cm. Kemudian menimbang bobot awal ikan uji

dengan menggunakan timbangan. Setelah menimbang bobot awal, mengisi wadah

kantong plastik dengan air sebanyak 5 L tiap kantong. Kemudian memasukkan ikan

uji, dan memberi label setelah dilakukan pengacakan. Setelah itu, memasukkan

minyak cengkeh sesuai kadar pada tiap perlakuan. Memasukkan oksigen murni ke

dalam tiap-tiap kantongan dan mengikat kantongan tersebut. Ketika ikan terbius,

perhitungan durasi bius dimulai. Perhitungan durasi bius berakhir ketika ikan mulai

terlihat bergerak aktif kembali.

3.3.2  Perlakuan dan Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan 3 ulangan,

sehingga banyaknya satuan percobaan adalah 9 unit.  Adapun perlakuan yang

dimaksud adalah :

Perlakuan A    = minyak cengkeh dengan dosis 5 ppm

Perlakuan B     = minyak cengkeh dengan dosis 10 ppm

Perlakuan C     = minyak cengkeh dengan dosis 15 ppm

3.4  Variabel yang Diamati

a.)  Waktu Mulai Terbius

Perhitungan waktu mulai terbius dimulai ketika ikan diberi perlakuan berupa

ekstrak minyak cengkeh. Dari awal ikan uji sadar ketika diberi minyak cengkeh

hingga ikan mulai kehilangan kesimbangan, pergerakan dan reflex berkurang serta

aktifitasnya menurun.

b.) Durasi Bius

Perhitungan durasi bius dimulai ketika ikan mulai kehilangan keseimbangan,

pergerakan dan refleks berkurang serta aktifitasnya menurun sampai ikan tersebut

kembali beraktivitas normal.

c.)  Sintasan
Sintasan dihitung dengan menggunakan rumus:

S = (Nt / No) x 100%

Keterangan :

S          = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt        = Jumlah ikan mas pada akhir penelitian(ekor)

N0          = Jumlah benih ikan mas pada awal penelitian(ekor)

3.5  Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian ini adalah suhu yang

diukur dengan menggunakan termometer, oksigen yang diukur dengan DO meter, pH

yang diukur dengan kertas lakmus.

3.6   Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa secara statistik desuai dengan rancangan menurut

Gasper (1991), yaitu :

Yij = μ + τi + εij

Dimana :

Yij     = Respon pada ulangan ke i, ulangan ke j


μ       = Rata-rata pengamatan

τi       = Pengaruh perlakuan ke i

εij      = Galat percobaan dari perlakuan ke i, ulangan ke j

i        = Perlakuan (1, 2, 3)

j        = Ulangan (1, 2, 3)

Apabila terdapat pengaruh dari perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Beda

Nyata  Terkecil (BNT).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Waktu Mulai Terbius

Waktu mulai terbius yang didapatkan selama penelitian tertera pada Tabel 2

berikut:

Tabel 2. Rata-Rata Waktu Mulai Terbius Ikan Mas (dalam menit)

No Perlakuan Total rata-rata

1. A 145,7a

2. B 5,76b

3. C 3,23ab

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya 

perbedaan sangat nyata ( P< 0,01)

Berdasarkana Tabel 2 maka dapat dilihat mulai terbius benih ikan mas

tercepat terdapat pada perlakuan C (15ppm) dengan rata-rata waktu mulai terbius

3,23 menit, kemudian diikuti perlakuan B (10 ppm) dengan rata-rata mulai terbius

5,76 menit dan waktu mulai terbius terlama terdapat padaperlakuan A (5 ppm)

dengan rata-rata mulai waktu terbius 145,7 menit.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian dosis minyak cengkeh

yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap waktu mulai

terbius ikan mas, sementara hasil uji Beda Nyata Terkecil, memperlihatkan bahwa

nilai tengah perlakuan A terhadap B berbeda sangat (P < 0,01),tidak berbeda nyata


terhadap perlakuan C. Juga perlakuan B terhadap perlakuan C memperlihatkan tidak

berbeda sangat nyata (lampiran 2).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan waktu mulai terbius dipengaruhi oleh

konsentrasi minyak cengkeh yang dipakai selama penelitian. semakin tinggi dosis

minyak cengkeh yang diberikan, semakin lama durasi bius yang butuhkan. Selama

penelitian dapat dilihat, ketika dimasukkan, ikan yang awalnya terlihat gesit perlahan-

lahan mulai terlihat tenang di dasar air. Waktu mulai terbius dimulai ketika ikan mas

terlihat mulai minyak cengkeh dimasukkan ke dalam kantong plastic yang telah berisi

ikan mas, hingga ikan terlihat tidak sadar diri atau tenang di dasar kantong.

4.2 Durasi bius

Durasi bius yang didapatkan selama penelitian tertera pada Tabel 4 berikut:

Tabel 3. Rata-Rata Durasi Bius Ikan Mas (dalam menit)

No Perlakuan Total rata-rata

1. C 1013,9a

2. B 303,33b

3. A 159,166c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya                       

perbedaan sangat nyata ( P< 0,01)


Berdasarkan Tabel 3 bahwa durasi bius pada perlakuan C lebih lama dibanding

durasi bius pada pada perlakuan B dan A. Pada perlakuan C (dengan dosis 15 ppm)

didapatkan rata-rata durasi bius adalah 1013,9 menit sedangkan pada perlakuan B

(dengan dosis 10 ppm)  adalah 303,33 menit dan perlakuan A (dengan dosis 5 ppm)

adalah 159,166 menit. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian dosis

minyak cengkeh yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P < 0,01)

terhadap durasi bius ikan mas, sementara hasil uji Beda Nyata Terkecil,

memperlihatkan bahwa nilai tengah semua perlakuan berbeda sangat nyata (P <

0,01).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan durasi bius dipengaruhi oleh konsentrasi

minyak cengkeh yang dipakai selama penelitian, semakin rendah dosis minyak

cengkeh yang diberikan, waktu yang di butuhkan untuk terbius semakin lama dan

durasinya semakin singkat.. Selama penelitian dapat dilihat, setelah minyak cengkeh

dimasukkan, ikan yang awalnya terlihat gesit perlahan-lahan mulai terlihat tenang di

dasar air. Durasi bius dimulai ketika ikan mas terlihat mulai tenang, kurang

melakukan gerakan dan berdiam diri di dasar air atau telah terbius. Ikan terlihat

berenang miring dan arah gerakannya tidak stabil. Setelah itu, ikan akan menjadi

tenang dan terlihat seperti mati. Durasi bius ikan berakhir pada saat ikan terlihat aktif

bergerak kembali dengan gerakan normal yakni keseimbangannya stabil, arah renang

teratur dan dapat merespon rangsangan yang diberikan dengan cepat.


Ikan mas yang diujikan, ketika dimasukkan minyak cengkeh, terlihat tidak

semua ikan kehilangan keseimbangan dan aktivitas gerak secara total. Pada setiap

satuan percobaan, terjadi perbedaan dalam hal efek yang diterima oleh masing

masing ikan. Adapula ikan yang hanya kehilangan sebagian keseimbangan dan

aktivitas gerak. Ikan yang  aktivitas gerak dan keseimbangannnya hanya hilang

sebagian tidak terlihat seperti mati tetapi hanya terlihat tenang di dasar air. Schoettger

dan Julin (1967) dalam Hajek et al (2006), mengklasifikasikan tingkatan dalam

pembiusan ikan yaitu:

a) Tenang : terjadi pengurangan mobilitas

b) Kehilangan sebagian keseimbangan : posisi tubuh miring

c) Kehilangan keseluruhan keseimbangan total : posisi tubuh hamper terlihat

horizontal di dasar air dengan gerakan yang lemah. Jika diangkat dari air, ikan

tersebut masih bisa memberontak.

d) Terbius total : tidak terdapat gerakan, tubuh kecuali gerakan insang tidak ada

reaksi ketika dikelarkan dari air.

e) Respirasi terhenti

Efektivitas pembiusan dipengaruhi oleh jenis ikan, ukuran ikan, kepadatan ikan,

dan kualitas air pada media air yang digunakan. Faktor lain yang turut mempengaruhi

adalah dosis minyak cengkeh yang diberikan. Waktu mulai terbius dihitung pada saat

ikan mulai kehilangan keseimbangan. Pada penelitian yang dilakukan, waktu mulai

terbius terlama terdapat pada perlakuan A yakni dengan rata-rata 46,1 menit, disusul
perlakuan B dengan rata-rata waktu mulai terbius yaitu 25,27 menit, dan yang

terakhir perlakuan C dengan rata-rata waktu mulai terbius  15,13 menit (Ackerman et

al, 2010)

Menurut Guenther (1987), minyak atsiri memiliki efek yang sama dengan obat

bius lainnya ketika digunakan pada sel-sel hewan. Efek rangsangan dalam minyak

atsiri berhubungan dengan daya hambat kerja urat saraf pada sistem saraf simpatis.

Pada proses tersebut, otot akan terangsang kemudian secara kimia akan bereaksi

mempengaruhi kerja saraf dan kemudian akan dikeluarkan melalui ginjal.

Penggunaan minyak atsiri dengan dosis yang berlebihan dapat menjadi racun bagi

tubuh yakni dapat menyebabkan depresi pada sistem saraf dan disusul dengan

kematian.

4.3 Sintasan

Pemberian minyak cengkeh pada media pengangkutan tidak terpengaruh terhadap

sintasan ikan. Hasil pengamatan dari ketiga perlakuan A, B, dan C menunjukkan

sintasannya 100% (Lampiran 3). Lesmana (2005), salah satu yang mempengaruhi

kadar oksigen di perairan adalah difusi oksigen. Difusi oksigen terjadi karena adanya

riak yang memecah permukaan air. Pergerakan air akan menambah kadar oksigen di

dalam air. Bila kadar oksigen di perairan sudah terlalu jenuh, difusi oksigen akan

terhenti. Selain itu faktor yang mempengaruhi adalah ukuran ikan, kualitas air dalam

wadah yang digunakan untuk mengangkut ikan dan dosis obat bius. Penambahan
oksigen murni ke dalam wadah satuan percobaan juga mendukung kelangsungan

hidup ikan yang ada di dalamnya. Faktor lain yang juga mendukung kelangsungan

hidup ikan di dalam wadah satuan percobaan adalah sifat dari minyak atsiri dalam hal

ini minyak cengkeh yang mudah menguap. minyak cengkeh merupakan cairan

berwarna kuning sampai coklat muda yang akan berubah menjadi coklat ungu tua,

bila bersentuhan dengan besi. Minyak ini adalah termasuk golongan minyak atsiri

yang memiliki aroma dan mudah menguap, (Haris, 1993)

4.4 Pengamatan Kualitas Air

Pengamatan kualitas air selama penelitian harus dilakukan untuk mengontrol

kualitas air pada wadah pengamatan. Parameter kualitas air yang diamati selama

penelitian terlihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 4. Kualitas Air Selama Penelitian

No. Perlakuan Parameter Kualitas Air

Suhu pH

1. A 29OC 6,75

2. B 29OC 7

3. C 29OC 7
Ikan dapat menjadi stres jika fluktuasi suhu yang cukup besar. Suhu juga

mempengaruhi laju metabolisme tubuh ikan. Semakin tinggi suhu, laju respirasi ikan

akan semakin besar sehingga oksigen yang dikonsumsi akan semakin banyak. proses

ekskresi pada ikan juga akan meningkat sehingga akan mempengaruhi

kualitas air pada wadah pengangkutan ikan. Suhu air pada setiap satuan percobaan

adalah 29ºC. Suhu air tersebut masih masuk dalam kisaran aman untuk kehidupan

ikan mas. Menurut Susanto (2007),suhu air optimal untuk ikan mas selama selama pen

gangkutan adalah sekitar 25-30ºC. Suhu yang lebih tingggi akan menyebabkan ikan

mengalami penurunan daya tahan tubuh. Pengangkutan dengan suhu yang lebih tinggi

hanya boleh untuk jarak dekat.

Oksigen yang didapatkan selama penelitian berasal dari dalam air yang telah

diaerasi selama semalam. Selain itu, oksigen murni juga ditambahkan ke dalam

kantung plastik untuk menambah kadar oksigen di dalam kantong plastik. Menurut 

Susanto (2007), oksigen murni yang ditambahkan ke dalam kantung plastik sebanyak

1/2- 2/3 bagian kantung. Ditambahkan lagi oleh Santoso (2002), kadar oksigen yang

optimal bagi ikan mas mas berkisar 4-8 ppm. Kadar oksigen selama penelitian

beriksar antara 6 sampai 6,4 ppm. Kadar oksigen tersebut masih dalam taraf yang bisa

ditoleransi oleh ikan mas koi.


Kisaran pH selama penelitian adalah 6,75. Kadar pH yang tersebut tergolong

kategori netral. Menurut Lesmana (2005), kadar pH optimal untuk ikan masi adalah

6,24-7,02. Kisaran pH selama penelitian masih dianggap layak untuk ikan mas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dibahas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. pembiusan dengan menggunakan minyak cengkeh berpengaruh sangat  nyata

terhadap waktu mulai terbius dan durasi bius ikan mas(Chyprinus caprio).

2. semakin tinggi dosis minyak cengkeh yang diberikan, semakin lama durasi

bius yang butuhkan.

3. Dari tiga unit percobaan,pembiusan benih ikan mas yang baik adalah

perlakuan A(dengan dosis 15 ppm).

4. Sintasan dari semua unit percobaan adalah 100%.

5.2 Saran

       Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pengaruh minyak cengkeh dengan jum

lah ikan yang berbeda dalam kantong plastik dalam proses pengangkutan.
 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Tata Letak Unit Penelitian

A3 A1 C3

B3 C1 A2
B1 B2
C2

Keterangan:

Perlakuan A = Penambahan minyak cengkeh dengan dosis 5 ppm

Perlakuan B = Penambahan minyak cengkeh dengan dosis 10 ppm

Perlakuan C = Penambahan minyak cengkeh dengan dosis 15 ppm

A = Perlakuan pertama

B = Perlakuan kedua

C = Perlakuan ketiga

Lampiran 2. Perhitungan Waktu Mulai Bius Ikan Mas

Perlakuan
Ulangan Total
A B C

1 140.9 6.7 4  

2 152.4 5.6 3.5  


3 143.8 5 2.2  

Total 437.1 17.3 9.7 464.1

5.766666 3.23333 51.5666

Rata-rata 145.7 7 3 7

(∑ Yij )
2

ij
c=
rt

2
( 464,1) 215388 ,8
= = = 23932.09
3x 3 9

          JKT = ∑ Y ij – c
2

i, j

= (140,92 + 152,42 + 143,82+ ...+9,72) – 23932.09

= 39959.26

        JKP = Y12 +...+ Y32 – C

= 145,72 + 17,32 + 9,72 – 23932.09

3
= 39884.507

JKG = JKT – JKP

        = 39959.26 – 39884.507 = 74.75333

JKP 39884 .507


KTP = = =19942.25
dbP 2

JKG 74 .75333
KTG = =¿ = 12.45889
dbG 6

Analisis Ragam

Sumber Ftab
db JK KT Fhit
Keragaman 5% 1%

Waktu 3.9884.5 19942.2 1600.65*

Terbius 2 1 5 * 5.14 10.92

Galat 6 74.75 12.46

Total 8 39959.26        

Ket. ** Berpengaruh Sangat Nyata (P>0,01)

One-way ANOVA: C1 versus C2

Analysis of Variance for C1


Source DF SS MS F P

C2 2 39884.5 19942.3 1600.64 0.000

Error 6 74.8 12.5

Total 8 39959.3

BNT =

2 √ 2 KTG
r

BNT (0,05) = 2.571


√ 2 X 12.46
3
= 7.409953

BNT (0,01) = 4.032


√ 2 X 12.46
3
= 11.62074

Nilai Tengah

Perlakua

n Nilai          Selisih

Tenga

  h B C

139.94* 2.53t

      A 145.7 * n
3.23t

B 5.76   n

C 3.23    

Ket. **(Berbeda Sangat Nyata) : menyatakan selisih perlakuan lebih besar dari

BNT (0,05) dan BNT (0,01)

tn
(Tidak Berbeda Nyata)

Lampiran 2. Perhitungan Durasi Bius Ikan Mas

Perlakuan
Ulangan Total
A B C

1047.

1 195.6 248 9  

2 163.1 297 1008.  


1

3 118.8 365 985.7  

3041.

Total 477.5 910 7 4429.2

159.166 303.333 1013. 492.133

Rata-rata 7 3 9 3

(∑ Yij )
2

ij
c=
rt

( 4429.2)2 19617813
= = = 2179757
3x 3 9

JKT = ∑ Y ij – c
2

i, j

= (195.62 + 163.12 + 118.82+ ...+ 985.7) – 2179757

= 1268120

JKP = Y12 +...+ Y32 – C

r
= 477.52 + 9102 + 3041.72 – 2179757

= 1256258

JKG = JKT – JKP

= 1268120– 1256258= 11861.87

JKP 1256258
KTP = = =628129
dbP 2

JKG 11861. 81
KTG = =¿ = 1976.979
dbG 6

Analisis Ragam
    Sumber Ftab
db JK KT Fhit
Keragaman 5% 1%

Waktu 317.72*

Terbius 2 1256258 628129 * 55.14 10.92

11861.8 1976.9

Galat 6 7 8

Total 4 1268120        

Ket. ** Berpengaruh Sangat Nyata (P>0,01)

One-way ANOVA: C3 versus C4

Analysis of Variance for C3

Source DF SS MS F P

C4 2 1256258 628129 317.72 0.000

Error 6 11862 1977

Total 8 1268120

BNT =

2 √ 2 KTG
r
BNT (0,05) = 2.571
√ 2 X 1976.98
3
= 93.33781

BNT (0,01) = 4.032


√ 2 X 1976.98
3
= 146.378

Nilai Tengah

Perlaku

an Nilai Selisih

Tenga

  h B A

1013. 710.57 851.734

C 9 ** **

303.3 144.164

B 3   *

159.1

A 66    

Ket. Berbeda Sangat Nyata : menyatakan selisih perlakuan lebih besar dari

BNT (0,05) dan BNT (0,01)

Lampiran 3. Perhitungan Sintasan Ikan Mas Koi


A B C

I 10 10 10

II 10 10 10

III 10 10 10

S = (Nt / No) x 100%

10 10
A1 = x 100% B3 = x 100%
10 10

10 10
A2 = x 100% C1 = x 100%
10 10

10 10
A3 = x 100% C2 = x 100%
10 10

10 10
B1 = x 100% C3 = x 100%
10 10

10
B2 = x 100%
10

  
Gambar tabung oksigen Gambar Aerator Gambar Thermometer

Gambar Suntik 1 ml
Gambar Ikan mas sebelum
Gambar Minyak cengkeh
terbius
Gambar Ikan Mas setelah
terbius

Anda mungkin juga menyukai