RIVALDI LABAIKA
18061010
FAKULTAS PERIKANAN
LUWUK
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Perbedaan Warna Wadah terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan
NPM : 18061010
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas hidayah dan rahmat-
“Perbedaan Warna Wadah terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Larva Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)”. Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
petunjuk demi kesempurnaan. Olehnya itu penulis menyampaikan rasa hormat dan
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selama ini banyak memberikan dukungan,
motivasi, doa dan kasih sayang yang semuanya itu merupakan energi yang tak
terhingga nilainya.
2. Ibu Ir. Sri Sukari Agustina, M.Si, selaku pembimbing utama dan Bapak Ir.
Tasruddin, M.Si yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada setiap
iii
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu
Penulis
DAFTAR ISI
iv
Halaman
v
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 21
5.2 Saran .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
vi
No Hal
Teks
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ......................................................... 3
2. Larva Ikan Nila........................................................................................ 5
3. Denah Percobaan..................................................................................... 12
4. Histogram Laju Pertumbuhan Harian .................................................... 16
5. Histogram Sintasa Larva Ikan Nila ........................................................ 18
DAFTAR TABEL
vii
No Hal
Teks
1. Rata-Rata Pertumbuhan Berat Mutlak Larva Ikan Nila ........................ 15
2. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Harian Larva Ikan Nila............................ 16
3. Rata-Rata Sintasan Larva Ikan Nila........................................................ 18
4. Rata-Rata Pengukuran Parameter Kualitas Air ...................................... 19
DAFTAR LAMPIRAN
viii
No Hal
Teks
1. Data pertumbuhan bobot biomass larva ikan nila
(Oreochromis niloticus).......................................................................... 24
2. Data perhitungan analisis ragam pertumbuhan bobot biomass mutlak
larva ikan nila (Oreochromis niloticus).................................................. 25
3. Data perhitungan analisis ragam laju pertumbuhan harian larva ikan nila
(Oreochromis niloticus) (%)................................................................... 27
4. Data sintasan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) ........................... 29
5. Data perhitungan analisis ragam sintasan larva ikan nila
(Oreochromis niloticus) (%) .................................................................. 30
6. Data Pengukuran Parameter Kualitas Air ......................................................... 32
7. Dokumentasi ........................................................................................... 33
ix
I. PENDAHULUAN
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
introduksi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi di beberapa daerah Asia
termasuk Indonesia. Pertama kali ikan Nila didatangkan ke Indonesia pada tahun
1969. Sejak saat itu, perkembangan budidaya ikan nila menjadi sangat pesat. Hal
tersebut tidak lain karena ikan Nila mempunyai kemampuan adaptasi yang relatif baik
dikembangkan budidaya ikan nila, namun pengembangan usaha budidaya ikan nila
dalam membudidayakan ikan nila adalah terbatasnya benih ikan yang akan
dibudidayakan. Permasalahan ini muncul karena rendahnya sintasan larva ikan nila,
yang pada tahap awal daur hidup ikan nila mempunyai mortalitas yang tinggi karena
Pertumbuhan dan sintasan larva ikan nila adalah perubahan ukuran baik panjang,
maupun berat ikan dalam jangka waktu tertentu. Tingkat pertumbuhan dan sintasan
larva ikan nila sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ikan itu sendiri.
2
Faktor internal meliputi sifat genetik, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari lingkungan dan wadah pemeliharaan (Nurhidayat et al., 2016).
Menurut Monk (2008) dalam Rochman et al. (2013) warna wadah dapat
mempengaruhi tingkah laku makan larva karena larva ikan nila bersifat fototaksis
pada perubahan dari makan endogeneus kepada makan exogenous sangat dipengaruhi
oleh warna wadah yang memudahkan larva mendeteksi dan memakan pakan. Warna
dan pantulan dari dinding dan dasar wadah mungkin juga mempengaruhi kekontrasan
antara pakan dan latar, hasilnya angka penangkapan pakan berbeda. Hal tersebut
berhubungan dengan sifat larva ikan yang pada umumnya memangsa makanan yang
dapat ditingkatkan dengan pemberian warna utama (hue) lingkungan yang dapat
menciptakan kekontrasan warna pakan sehingga mudah terdeteksi oleh mata larva
oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh warna yang berbeda
Penelitian ini bertujuan membandingkan warna wadah yang terbaik sehingga dapat
diharapkan dapat menjadi informasi kepada pembudidaya mengenai warna wadah yang
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang mengerami telur dan larva di
dalam mulutnya. Pada tahun 1982 nama ilmiah ikan nila menjadi Oreochromis
4
niloticus. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan dipergunakan oleh ilmuan
meskipun dikalangan awam tetap disebut Tilapia niloticus (Amri dan Khairuman,
2008). Ikan nila memiliki faktor penting yaitu rasa dagingnya yang khas dengan
kandungan omega yang dengan patin dan gizi yang cukup tinggi, sehingga ikan nila
Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk dan
alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang
pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip memerah, terutama pada saat matang
gonad. Ikan betina memiliki dua lubang kelamin didekat anus, berbentuk seperti
bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua berada
dibelakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya
Ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih memanjang ke samping, makin ke perut
makin terang mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip
besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan nila
terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada thorochis, garis susuk (linea lateralis)
terputus menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe sisik
stenoid (ctenoid). Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi, 1997). Jenis kelamin
ikan nila yang masih kecil, belum dapat dilihat dengan jelas apakah jantan atau
5
betina. Perbedaannya dapat diamati dengan jelas setelah bobot badannya mencapai 50
gram. Ikan nila yang berumur 4 - 5 bulan yang beratnya telah mencapai 100-150
Ketika baru saja menetas, larva ikan nila umumnya transparan, belum bisa
mencari makan, saluran pencernaan larva belum berkembang dan larva yang baru
menetas bersifat pasif, hari ke dua mulut mulai terbuka, selanjutnya benih mulai
berusaha bergerak, kemudian memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari
makan, pada saat tersebut cadangan kuning telurnya pun telah menipis yaitu tinggal
25 – 30% dari volume awal (Heming dan Buddington, 1988) dalam (Kaltum, 2019).
Sirip dada mulai terbentuk sejak benih baru menetas meskipun belum
memiliki jari-jari. Pada hari kedua bakal sirip punggung, sirip lemak dan sirip ekor
masih menyatu dengan sirip dubur. Jari jari sirip dubur muncul pada hari ke 5 dan
lengkap pada hari ke 10. Pigmen mata pada larva yang baru menetas sudah terbentuk
dan hari ke 2 mata telah berfungsi. Insang pada hari ke 10 sudah terbentuk dan mulai
6
berfungsi seiring berkembang sesuai umur larva (Heming dan Buddington, 1988)
penglihatan dan isyarat sentuhan melalui air. Gelombang warna yang terdapat di
wadah pemeliharaan akan memantulkan cahaya ke air dan akan memberikan kondisi
terang pada air sehingga pakan mudah terlihat sehingga dapat ditemukan ikan
(Nurhidayat et al., 2016). Larva aktif dalam menangkap pakan dengan menggunakan
organ penglihatan (visual feeder) pada waktu cahaya terang (Miranti et al., 2017).
tingginya pemangsaan pakan karena semakin cerah kondisi lingkungan maka respon
pemangsaan pakan akan semakin besar dan dapat meningkatkan pertumbuhan larva.
meliputi suhu, oksigen, makanan, padat penebaran dan bahan buangan metabolit.
Apabila jumlah ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah maka ikan akan
kehilangan berat. Selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena
kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi pada padat penebaran yang lebih
tinggi dibandingkan padat penebaran yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada padat
penebaran lebih tinggi ukuran ikan lebih bervariasi sedangkan padat penebaran yang
lebih rendah relatif seragam dan ukurannya lebih besar (Tarigan, 2014). Peningkatan
kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan dan jika telah sampai pada
7
batas tertentu pertumbuhannya akan terhenti. Hal tersebut dapat dicegah dengan
penentuan padat penebaran yang sesuai dengan daya dukung lingkungan (Setiawan,
2009). Sedangkan pertumbuhan terjadi apabila ikan hidup pada lingkungan yang
jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang
hidup pada awal periode (Effendie, 1997). Tingkat kelangsungan hidup dapat
digunakan untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam
usaha budidaya, faktor kematian yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau
benih. Mortalitas ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur
dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi
ruang gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan dan
Sintasan larva ikan diukur dari tingkat nilai persentase jumlah yang hidup
selama masa awal dan akhir pemeliharaan. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat
akan menggangu proses fisiologi dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya dapat
8
menurunkan kondisi kesehatan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan
kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang
Dalam hal ini perlu upaya peningkatan sintasan yang dapat dilakukan dengan
pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan sesuai dengan kebutuhan
ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan sintasan larva
yang optimal. Sintasan ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
diantaranya kepadatan dan kualitas air. Umumnya laju kelangsungan hidup benih
lebih tinggi dibandingkan larva, karena benih lebih kuat (Effendi, 2004) dalam
(Silaban, 2018).
cahaya yang tampak yang ditangkap oleh retina mata pada gelombang dan puncak
sensitivitas tertentu. Spektrum warna tersebut antara lain; merah (635-700 nm),
jingga (590-635 nm), kuning (560-590 nm), hijau (520-560 nm), biru muda (cyan)
(490-520 nm), biru (459-490 nm), dan ungu (390-450 nm) (Waldman, 2002)
kualitas dan kuantitas benih hasil budidaya (Rahmawati & Kadarini, 2018). Menurut
Costa et al. (2017) dan Eslamloo et al. (2015), warna lingkungan merupakan faktor
penting dalam budidaya ikan, karena dapat mempengaruhi pigmentasi kulit pada
beberapa spesies ikan, selain itu, warna latar belakang wadah dapat memengaruhi
9
interaksi sosial ikan (Merighe et al., 2004) atau berkontribusi pada tingkat stres ikan
Duk-Young & Hyo-Chan, 2012), perilaku (Ishibashi et al., 2013) dan stress (Banan et
oleh spesies ikan tertentu akan berdampak buruk terhadap aktivitas pertumbuhan,
makan, kesuburan, terutama ketika kondisi kultivan sedang stres (Strand et al., 2007).
Oleh karena itu, kondisi lingkungan budidaya yang optimal sangat penting untuk
keberhasilan budidaya (Ustundag & Rad, 2015) dalam (Yustika Diro Damis, 2020).
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena diperlukan
sebagai media hidup ikan. Beberapa perubah fisika dan kimia yang dapat
mempengaruhi hidup ikan adalah suhu, kecerahan, oksigen terlarut, CO2 bebas, pH,
alkalinitas, amoniak, nitrit , dan nitrat. Semakin tinggi tingkat padat penebaran dalam
suatu wadah budidaya, maka kualitas air pada wadah tersebut cenderung mengalami
penurunan seiring waktu pemeliharaan (Waker, 2015). Adapun syarat hidup kualitas
a. Suhu
Suhu yang dapat ditolerir ikan nila yaitu 140C sampai dengan 380C. Suhu
optimum untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 25 0C sampai dengan 300C
Kebutuhan oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan yaitu minimal 4,00 ppm.
Oksigen terlarut ideal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu minimal 5,00 ppm.
Untuk menambah kandungan oksigen biasanya dibuat aliran air dengan cara
c. Kecerahan
Kecerahan yang baik untuk ikan nila adalah 25–40 cm dari permukaan air.
Jika kurang dari 25 cm, maka perairan terlalu pekat sehingga dapat menghambat
d. pH
fotosintesis dan suhu. Nilai pH sebagai syarat hidup bagi ikan nila berkisar antara
kisaran pH 7,00–8,00.
e. Salinitas
Ikan nila juga dapat tumbuh baik pada perairan payau dengan salinitas
kurang dari 25 ppt. Jika lebih dari 25 ppt, maka pertumbuhan ikan lambat dan
mudah terserang penyakit hotspot. Penyakit ini menyerang kulit ikan yang ditandai
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2022 di
Muhammadiyah Luwuk.
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu DO meter, pH meter,
selang, thermometer, aerator, dan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gr. Bahan
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu larva ikan nila sebanyak 300 ekor dan
Wadah yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah plastik
berwarna dengan ukuran tinggi 27 cm, diameter 28 cm, dan volume air 5 liter.
3.2.2 Pakan
Pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kuning telur yang sesuai
dengan bukaan mulut larva, mengandung nutrisi yang tinggi untuk larva serta mudah
dicerna larva.
Organisme uji yang akan digunakan yaitu larva ikan nila dengan ukuran ± 1
cm dengan kisaran umur 2 – 5 hari setelah penetasan sebangayk 300 ekor yang
12
diperoleh dari Balai Benih Ikan (BBI) Hunduhon, Kecamatan Luwuk Timur,
Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu:
P 3 : Tanpa warna dengan padat tebar 25 ind wadah⁻¹ (Sebagai wadah kontrol)
Keterangan : A, B, C, D = Perlakuan
1, 2, 3 = Ulangan
13
wadah untuk budidaya yang digunakan dari wadah plastik berwarna (hitam, biru,
hijau, dan warna netral) sebanyak 12 buah dan diisi air sebanyak 4 liter, kemudian
Selanjutnya organisme uji yang diperoleh dilakukan aklimitasi terlebih dahulu agar
dapat menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru. Sebelum larva ditebar dilakukan
penimbangan bobot biomass awal. Selanjutnya dilakukan penebaran larva ikan nila
peningkatan bobot, laju pertumbuhan spesisifik serta sintasan ikan pada masing-
masing perlakuan, pada setiap wadah organisme uji diberikan pakan kuning telur
sebanyak 5 % dari bobot biomassa larva, secara ad-satiation 3 kali sehari (pukul
07.00; 15.00 dan 23.00 WITA). Pengamatan organisme uji dilakukan pada awal
penelitian dan selanjutnya pada hari ke-7, sampai hari ke-14. pengukuran kualitas air
air baru dilakukan seminggu sekali yaitu dengan mengganti dua pertiga dari
Pertumbuhan biomassa mutlak adalah selisih antara berat basah pada akhir
penelitian dengan berat basah pada awal penelitian (Effendie, 1979) dalam (Kaltum,
2019) yaitu :
ΔW = Wt – W0
14
Keterangan :
W : Pertumbuhan mutlak (g)
Wt : Berat akhir (g)
W0 : Berat awal (g)
Keterangan :
SGR : Laju Pertumbuhan Spesifik (%/hari)
Wt : Berat rata-rata ikan pada akhir penelitian (g/ekor)
Wo : Berat rata-rata ikan pada awal penelitian (g/ekor)
t : Waktu (lama pemeliharaan)
3.5.3 Sintasan
sebagai berikut :
Keterangan:
SR : Kelangsungan hidup ikan (%)
No : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
Parameter kualitas air dalam media penelitian yang diamati adalah pH, dissolve
oxygen (DO) dan suhu. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi, siang dan
15
sore hari sedangkan pengukuran pH dilakukan sekali setiap harinya pada waktu pagi
ANOVA. Jika terdapat pengaruh yang nyata (P<0.05) diantara perlakuan maka
melalui pengaruh warna wadah yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan nila selama peneli tian
Pertumbuhan Berat Mutlak
Perlakuan
(Rerata ± Std. Deviasi)
A (Warna hijau) 0,153±0,021ª
B (Warna hitam) 0,187±0,006ᵇ
C (Warna transparan) 0,195±0,023ᶜ
D (Wadah biru) 0,165±0,013ᵈ
Keterangan : abcd) Huruf yang berbeda pada lajur menunjukkan rata-rata pada
perlakuan tidak berbeda nyata.
biomass mutlak larva ikan nila selama penelitian diperoleh bahwa tidak memberikan
pengaruh yang nyata (Fhit<0,05) terhadap pertumbuhan bobot biomass mutlak larva
ikan nila pada masing-masing perlakuan. Larva ikan nila dalam masa pemeliharaan
dengan sentuhan warna wadah yang berbeda tidak dapat memberikan pertumbuhan
bobot biomass mutlak yang bervariasi antara warna wadah satu dengan yang lainnya.
pertumbuhan bobot biomass mutlak yang tertinggi terdapat pada perlakuan C (warna
17
wadah kontrol) yaitu 0,195 ± 0,023 gram, diikuti perlakuan B (warna hitam) 0,187 ±
0,006 gram, perlakuan D (warna biru) 0,165 ± 0,013 gram dan yang terendah yaitu
perlakuan A (warna hijau) 0,153 ± 0,021 gram. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Yosmaniar et al., (2007) yang menyatakan bahwa warna wadah tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan larva ikan baung. Lebih lanjut menurut Papoutsoglou et.,al
(2000), pada pemeliharaan latar warna hitam, hijau, dan putih menunjukan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan terhadap pertumbuhan pada ikan mas
selama pemeliharaan.
warna wadah pada larva ikan nila (Oreochromis niloticus) memberikan laju
Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan harian larva ikan nila selama penelitian
Laju pertumbuhan Harian
Perlakuan
(Rerata ± Std. Deviasi)
A (Warna hijau) 9,994±0,751ª
B (Warna hitam) 10,770±0,751ᵇ
C (Warna transparan) 11,050±1,257ᶜ
D (Wadah biru) 10,097±0,890ᵈ
abcd
Keterangan : ) Huruf yang berbeda pada lajur menunjukkan rata-rata pada
perlakuan tidak berbeda nyata.
sebagai berikut :
18
laju pertumbuhan harian spesifik tertinggi, yaitu sebesar 11,050 ± 1,257%; diikuti
oleh perlakuan B (warna hitam) 10,770 ± 0,751%; perlakuan D (wadah biru) 10,097
± 0,890% dan perlakuan A (warna hijau) 9,994 ± 0,751%. Hal ini menunjukkan
visualisasi pakan lebih kontras pada wadah transparan dibandingkan wana latar
lainnya, sehingga laju pemangsaan terhadap pakan lebih tinggi dan pertumbuhannya
lebih tinggi. Sama halnya dengan pertumbuhan dan sintasan spesies lain seperti
haddock (Melanogrammus aeglefinus) (Downing & Litvak, 1999) dan ikan mas
(Cyprinus carpio) (Papoutsoglou et al., 2005) yang tidak terpengaruh dengan warna
latar belakang hitam, hijau, dan putih. Lebih lanjut menurut (Papoutsoglou et al.,
2000; Karakatsouli et al., 2007), setiap spesies memberikan respons terhadap latar
belakang yang berbeda, ada beberapa spesies ikan yang menyukai warna latar gelap
19
dan ada beberapa spesies yang dipelihara lebih optimal pada latar terang. Secara
umum, tingkat pertumbuhan optimal larva ikan akan tercapai apabila warna latar
belakangnya kontras dengan pakan sehingga visualisasi pakan lebih terlihat (Jentoft
et al., 2006; Opiyo et al., 2014). Menurut Rotllant et al. (2003), latar belakang warna
stres, pertumbuhan, dan sintasan ikan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian pada
larva ikan Eurasian perch (P. fluviatilis L), di mana warna wadah dan intensitas
penelitian diperoleh data rata-rata pada masing-masing perlakuan, dapat dilihat pada
(Tabel 3) berikut :
Tabel 3. Rata-rata sintasan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian
Sintasan (%)
Perlakuan
(Rerata ± Std. Deviasi)
A (Warna hijau) 89,333±4,168ª
B (Warna hitam) 96±4,000ᵇ
C (Warna transparan) 96±6,928ᶜ
D (Wadah biru) 90,667±6,110ᵈ
Keterangan : abcd) Huruf yang berbeda pada lajur menunjukkan rata-rata pada
perlakuan tidak berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 3 dan hasil analisis ragam (Lampiran 5), sintasan larva ikan nila
perlakuan. Sintasan tertinggi didapat pada perlakuan C (warna wadah kontrol) dengan
rata-rata nilai 96% diikuti perlakuan B (warna hitam) 96%; kemudian perlakuan D
(warna biru) 90,667% sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A (warna
hijau) 89,333%. Nilai sintasan yang didapatkan cenderung lebih rendah, karena
persaingan pakan larva pada awal-awal pemeliharaan (14 hari pertama) sangat tinggi,
sehingga larva yang tidak kurang agresif mencari pakan lama kelamaan akan mati.
Tingkah laku larva ikan nila ini selama 14 hari pemeliharaan cenderung berada pada
(Lampiran 6) membuat usaha adaptasi larva dalam wadah pemeliharaan lebih tinggi,
sehingga risiko kematian lebih tinggi. Perbedaan wadah ini tidak berpengaruh nyata
21
terhadap sintasan yang diperoleh, hal ini sesuai dengan Yosmaniar et al., (2007) yang
menyatakan bahwa warna wadah tidak berpengaruh terhadap sintasan larva ikan
Parameter kualitas air Suhu diukur setiap hari pada pagi, siang dan sore hari
sedangkan pengukuran pH dilakukan sekali setiap harinya pada waktu pagi hari
begitu juga dengan pengukuran DO. Parameter kualitas air dapat dilihat pada (Tabel
4) berikut :
Berdasarkan hasil kisaran suhu dari awal hingga akhir penelitian masih dalam
kisaran yang normal untuk pertumbuhan larva ikan nila. Suhu pada media
pemeliharaan larva ikan nila untuk semua perlakuan selama penelitian berkisar antara
25,3-32,2ºC masih dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan nila. Hal ini
sesuai dengan penelitian Effendi et al., (2015) yang menyatakan suhu optimum untuk
pertumbuhan ikan adalah 25-32 ºC. Oksigen terlarut merupakan faktor terpenting
pemeliharaan berkisar antara 5,0–7,7 mg/l dan masih dalam kisaran DO yang baik
22
untuk pemeliharaan ikan nila. Hal ini sesuai (Popma dan Masser, 1999) ikan nila
dapat bertahan hidup pada kandungan oksigen terlarut (DO) lebih dari 0,3 mg/l,
sangat dibawah batas toleransi untuk kebanyakan ikan budidaya. Walaupun ikan nila
dapat bertahan hidup pada kandungan oksigen rendah pada beberapa jam, kolam ikan
nila harus diatur untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut di atas 1 mg/l.
Kisaran pH selama penelitian 8,0–8,4 masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi
untuk pemeliharaan ikan nila sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) bahwa kisaran
5.1 Kesimpulan
pada perlakuan C (wadah kontrol) yaitu 0,195 ± 0,023 gram dan yang
dengan rata-rata nilai 96% diikuti perlakuan B (warna hitam) 96% dan yang
c. Kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang baik untuk
pemeliharaan larva ikan nila. Suhu pada media pemeliharaan larva ikan nila
5.2 Saran
seperti respon stress larva ikan nila yang dipelihara pada warna wadah yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Amri K dan Khairuman. 2007. Budidaya ikan nila secara intensif. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Amri, K. dan Khairuman 2008. Budidaya ikan nila Secara Intensif, Semi Intensif, dan
Tradisional, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Banan, A., Kalbassi, M.R., Bahmani, M., & Sadati, M.A.Y. 2011. Effects of Colored
Light and Tank Color on Growth Indices and Some Physiological
Parameters of Juvenile Beluga (Huso huso). Journal of Applied Ichthyology.
27(2): 565-570.
Blaxter, J.H.S. 1980. Vision and Feeding of Fishes, Fish Behavior and Its Use in The
Capture and Culture of Fish. 5: 32-56.
Costa, D.C., Mattioli, C.C., Silva, W.S., Takata, R., Leme, F.O.P., Oliveira, A.L., &
Luz, R.K. (2016). The effect of environmental colour on the growth,
metabolism, physiology and skin pigmentation of the carnivorous freshwater
catfish Lophiosilurus alexandri.Journal of Fish Biology, 14 pp.
Effendi, M.I. 1997. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 pp.
Effendi, H., B.A Utomo, G.M Darmawangsa, R.E Karo-karo. 2015. Fitoremediasi
limbah budidaya ikan lele (Clarias sp.) dengan kangkung (Ipomea aquatica)
dan pakcoy (Brassica rapa chinensis) dalam sistem resirkulasi. Ecolab, 9 (2)
: 47–104.
Eslamloo, K., Akhavan, S.R., Eslamifar, A., & Henry, M.A. (2015). Effects of
background colour on growth performance, skin pigmentation, physiological
condition and innate immune responses of goldfish, Carassius auratus.
Aquaculture Research, 46, 202-215.
Hanafiah, K. A. 2014. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hemming, T.A and R.K. Buddington., 1988. Yolk Absorption In Embrionic and
Larvae Fishes, p : 407-445 In W.S. Hoar and Randall (Eds) Fish Physiology.
Vol. XI. Academic Press. New York. 178-253 p.
Ishibashi, Y., Izumi, T., Kurata, M., & Okada, T. 2013. Effects of Tank Wall Pattern
on Survival, Bone Injury Rate and Stress Response of Juvenile Pacific
Bluefin tuna, Thunnus orientalis. Aquacultural Engineering. 56: 13-17.
Jentoft, S., Øxnevad, S., Aastveit, A.H., & Andersen, Ø. (2006). Effects of tank wall
colour and up-welling water flow on growth and survival of Eurasian perch
larvae (Perca fluviatilis). Journal of the World Aquaculture Society, 37, 313-
317.
Kaltum, 2019. Aplikasi Pemberian Rotifera Yang Ditambah Vitamin C Dengan Dosis
Yang Berbeda Terhadap Sintasan Ikan Nila (Oreochoromi Niloticus) di
BPBAP Takalar Desa Mappakalompo, Kec. Gelesong Selatan, Kab. Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar 2019.
Kordi K, M. G.H. 1997 A. Budidaya Ikan Nila. Penerbit Dahara Prize, Semarang.
2009 b. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 2014 c. Budidaya Ikan
Nila. Dahara Prize. Semarang.
Lasena, A., Nasriani, & Irdja, A., M. 2017. Pengaruh Dosis Pakan yang Dicampur
Probiotik terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. 6(2): 65-76.
Merighe, G.K.F., Pereira-da-Silva, E.M., Negrão, J.A., & Ribeiro, S. 2004. Effect of
Background Colour on The Social Stress of Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus). Revista Brasileira de Zootecnia. 33(4): 828-837.
Miranti, 2017. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betok (Anabas
Testudineus) Yang Diberi Pencahayaan Dengan Lama Waktu Berbeda.
jurnal Vol 5, No 1 (2017).
Montajami, S., Nekoubin, H., Mirzaie, F.S., & Sudagar, M. 2012. Influence of
Different Artificial Colors of Light on Growth Performance and Survival
Rate of Texas Cochlid Larvae (Herichthys cyanoguttatus). World Journal of
Zoology. 7(3): 232-235.
Nurhidayat, Koswawatib, R., Ardi, I., 2017. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan
Ikan Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi) Pada Warna Wadah
Pemeliharaan Yang Berbeda. Limnotek perairan darat tropis di
Indonesia.Vol 24(1): 15-25
Opiyo, M.A., Ngugi, C.C., & Rasowo, J. (2014). Combined effects of stocking
density and background colour on growth performance and survival of nile
tilapia (Oreochromis niloticus, l.) fry reared in aquaria. Journal of Fisheries
Sciences, 8(3), 228-237.
Papoutsoglou, S.E., Mylonakis, G., Karakatsouli, N.P., & Chadio, S. (2000). Effects
of background color on growth performances and physiological responses of
scaled carp (Cyprinus carpio, l.) reared in a closed circulated system.
Aquacultural Engineering,22, 309-318.
Papoutsoglou, S.E., Karakatsouli, N., & Chiras, G. 2005. Dietary L-Tryptophan and
Tank Colour Effects on Growth Performance of Rainbow Trout
(Oncorhynchus mykiss) Juveniles Reared in A Recirculating Water System.
Aquaculture Engineering. 32(2): 277-284.
Popma, T., Masser, M. 1999. Tilapia life history and biology. Southern regional
aquaculture center publication no. 283.
Rochman, S., Ely, N., Hariyano, La Darto, 2013. Pemeliharaan benih ikan hias
mandarin (Synchiropus splendidus) dengan warna wadah yang berbeda.
Balai Budidaya Laut Ambon. 6 hal.
Rotllant, J., Tort, L., Montero, D., Pavlidis, M., Martinez, M., Bonga S.E.W., &
Balme, P.H.M. 2003. Background Colour Influence on The Stress Response
in Cultured Red Porgy Pagrus pagrus. Aquaculture. 223(1-4): 129-139.
Setiawan, B. 2008. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2 dan 3 Ekor/L terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Manvis (Pterophyllum
scalare). [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tamazouzt, L., Chatain, B., & Fontaine, P. (2000). Tank wall colour and light level
affect growth and survival of Eurasian perch larvae (Perca fluviatilis L.).J.
Aquaculture, 182, 85-90.
Tarigan, R. P. 2014. Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Botia
(Chromobotia macracanthus) dengan Pemberian Pakan Cacing Sutera
(Tubifex sp.) yang Dikultur dengan Beberapa Jenis Pupuk Kandang.
[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Waldman, G. 2002. Introduction to Light, The Physics of Light, Vision, and Color.
Dover Publication. Boston. 228 p. Strand, A., Alanara A., Staffan, F., &
Magnhagen C. 2007. Effects of Tank Colour and Light Intensity on Feed
Intake, Growth Rate and Energy Expenditure of Juvenile Eurasian perch,
(Perca fluviatilis L.). Aquaculture. 272(1-4): 312-318.
Waker, B. J. 2015. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Downing, G. & Litvak, M.K. (1999). The effect of photoperiod, tank colour and light
intensity on growth of larval haddock, Aquaculture International, 7, 369-
382.
Yosmaniar, Taufik, I., & Sutrisno. (2007). Komunikasi ringkas pengaruh perbedaan
warna wadah terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan baung
(Hemibagrus nemurus Blkr.). J. Ris. Akuakultur, 2(3),425-429.
Yustika Diro Damis. 2020. Pengaruh Berbagai Warna wada Pemeliharaan terhadap
mata dan pertumbuhan layva ikan nila (Orechromis niloticus). (SKRIPSI).
Makasar.
Berat
SGR
Perlakuan W0 W14 Biomass
W7 (gram) (%)
dan (gram) (gram) Mutlak
Ulangan (gram)
1 0,05 0,124 0,21 0,160 10,251
A 2 0,05 0,164 0,22 0,170 10,583
3 0,05 0,118 0,18 0,130 9,149
Jumlah 0,460 29,983
Rata-rata 0,153 9,994
1 0,06 0,1848 0,24 0,180 9,902
B 2 0,05 0,16 0,24 0,190 11,204
3 0,05 0,172 0,24 0,190 11,204
Jumlah 0,560 32,310
Rata-rata 0,187 10,770
1 0,05 0,15 0,26 0,210 11,776
C 2 0,05 0,14 0,26 0,210 11,776
3 0,06 0,1872 0,23 0,170 9,598
Jumlah 0,590 33,150
Rata-rata 0,195 11,050
1 0,06 0,1424 0,215696 0,156 9,140
D 2 0,05 0,158 0,21 0,160 10,251
3 0,05 0,152 0,23 0,180 10,900
Jumlah 0,496 30,291
Rata-rata 0,165 10,097
Lampiran 2. Data perhitungan analisis ragam pertumbuhan bobot biomass mutlak
larva ikan nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian (gram)
Perlakuan
Ulangan Jumlah
A B C D
1 0,160 0,180 0,210 0,156 0,706
2 0,170 0,190 0,210 0,160 0,730
3 0,130 0,190 0,170 0,180 0,670
Jumlah 0,460 0,560 0,590 0,496 2,106
Rata-rata 0,153 0,187 0,195 0,165
STDEV 0,021 0,006 0,023 0,013
JK Perlakuan - FK
= – 0,3696
KT Galat = = 0,0003
F Hitung = =4
Analisis Ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot biomass mutlak larva ikan nila
JK Perlakuan - FK
= – 1317,419
KT Perlakuan = = 0,792
KT Galat = = 0,875
F Hitung = = 0,905
Analisis Ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot biomass larva mutlak ikan nila
1 25 23 92
A 2 25 23 92
3 25 21 84
Jumlah 268
Rata-rata 89,333
1 25 23 92
B 2 25 25 100
3 25 24 96
Jumlah 288
Rata-rata 96
1 25 25 100
C 2 25 25 100
3 25 22 88
Jumlah 288
Rata-rata 96
1 25 24 96
D 2 25 21 84
3 25 23 92
Jumlah 272
Rata-rata 90,667
Lampiran 5. Data perhitungan analisis ragam sintasan larva ikan nila
(Oreochromis niloticus) selama penelitian (%)
Perlakuan
Ulangan Jumlah
A B C D
1 92 92 100 96 380
2 92 100 100 84 370
3 84 96 88 92 360
Jumlah 268 288 288 272 1116
Rata-rata 89,333 96 96 90,667
STDEV 4,168 4,000 6,928 6,110
JK Perlakuan - FK
= – 103788
KT Perlakuan = = 36,889
KT Galat = = 30,667
F Hitung = = 1,203
Analisis Ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot biomass mutlak larva ikan nila
Ulangan
Perlakuan
dan
D3
D2
D1
A3
A2
A1
C3
C2
C1
B3
B2
B1
Lampiran 6. Data Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Penelitian
Waktu Pengukuran (Hari ke-)
1 7 14
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
pH Suhu DO Suhu( Suhu pH Suhu DO Suhu( Suhu pH Suhu DO Suhu Suhu
(C°) (ppm) C°) (C°) (C°) (ppm) C°) (C°) (C°) (ppm) (C°) (C°)
8,4 25,2 5,2 26,3 26,3 8,37 26,3 6,3 29,7 29,1 8,28 27,3 5,6 32,2 30,8
8,4 26,3 5,0 26,3 26,3 8,37 26,1 5,6 28,9 28,7 8,30 27,0 5,5 30,4 29,6
8,5 25,5 5,5 26,3 26,3 8,36 26,2 5,0 29,1 29,2 8,30 27,0 5,5 29,8 29,5
8,5 25,2 6,1 26,6 26,5 8,37 25,9 6,1 28,87 29,0 8,30 26,5 6,0 29,8 29,8
8,5 25,3 5,5 26,9 26,3 8,37 26,3 6,3 28,7 28,9 8,25 26,7 6,2 29,7 29,2
8,5 24,8 6,0 26,3 26,3 8,36 26,4 5,7 29,1 29,3 8,28 27,0 6,5 29,5 29,5
8,5 25,3 5,0 25,9 25,3 8,36 26,4 7,7 29,3 29,7 8,29 25,5 5,3 31,2 30,0
8,4 26,3 6,4 26,3 25,7 8,37 26,4 7,7 28,7 28,7 8,30 26,5 5,0 31,0 29,2
8,4 25,5 5,5 26,3 26,3 8,34 26,3 7,3 28,6 29,0 8,30 25,3 5,5 30,0 29,6
8,4 25,5 5,0 26,0 26,3 8,37 26,4 6,0 28,6 28,8 8,28 28,0 6,5 29,6 30,0
8,5 26,3 5,2 26,3 26,5 8,32 26,3 7,7 29,0 29,0 8,25 28,0 5,0 31,1 29,5
8,4 25,3 5,5 26,3 26,3 8,33 26,3 6,3 28,6 28,7 8,30 27,8 5,0 31,1 29,5
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Gambar 11. Timbangan Analitik ketelitian Gambar 12. Penimbagan Berat Biomassa
0,01 gram Larva Ikan Nila
Gambar 13. Pemberian pakan larva ikan nila berupa kuning telur rebus yang sudah
diencerkan
Gambar 14. Pengambilan data pengukuran kualitas air pada masing-masing perlakuan
Gambar 17. Kondisi air masing-masing warna wadah pemeliharaan larva ikan nila