(Oreochromis niloticus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh :
Kelompok 9/Perikanan A
Alpriyanto Ginting 230110180013
Mohammad Irzal Fauzi 230110180026
Mahatma Kresnha Radityo 230110180035
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh :
Kelompok 9/Perikanan A
Alpriyanto Ginting 230110180013
Mohammad Irzal Fauzi 230110180026
Mahatma Kresnha Radityo 230110180035
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
PJ Asisten Laboratorium
Afifah Sabila
NPM : 230110170074
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................... vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................. 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila .................................................... 3
2.1.1 Taksonomi Ikan Nila ............................................. 3
2.1.2 Morfologi Ikan Nila ............................................... 4
2.1.3 Habitat Ikan Nila ................................................... 4
2.1.4 Pertumbuhan .......................................................... 4
2.1.5 Reproduksi ............................................................. 5
2.1.6 Kebiasaan Makan ................................................... 5
2.2 Pertumbuhan ......................................................... 6
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ............ 6
2.2.2 Pola Pertumbuhan ................................................. 7
2.2.3 Faktor Kondisi ....................................................... 7
2.3 Reproduksi ............................................................ 8
2.3.1 Rasio Kelamin ....................................................... 8
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...................... 8
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ........................ 10
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI) ............................... 10
2.3.5 Fekunditas ............................................................. 11
2.3.6 Diameter Telur ....................................................... 11
2.3.7 Tingkat Kematangan Telur (TKT) ......................... 12
2.4 Kebiasaan Makanan .............................................. 13
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar .......................................... 13
2.4.2 Indeks Ivlev ............................................................ 14
2.4.3 Tingkat Trofik ........................................................ 14
ii
3.4 Parameter Praktikum .............................................. 18
3.5 Analisis Data .......................................................... 22
3.5.1 Analisis Data Hubungan Panjang Bobot ................ 22
3.5.2 Analisis Data Rasio Kelamin ................................. 22
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum Aspek Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
antara lain :
1. Menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan
panjang bobot dan faktor kondisi Ikan Nila.
1
2
1.3 Manfaat
Manfaat dalam praktikum “Analisis Aspek Biologis Ikan Nila (Oreochromis
sp.)” antara lain dapat mengetahui aspek pertumbuhan pada Ikan yang meliputi
distribusi ukuran seperti panjang dan bobot ikan Nila, hubungan panjang dan bobot
serta faktor kondisi Ikan nila; dapat mengetahui dan memahami aspek reproduksi
meliputi rasio kelamin, TKG, IKG, HSI, fekunditas, diameter telur dan tingkat
kematangan telur pada Ikan Nila; serta dapat mengetahui dan memahami aspek
kebiasaan makanan meliputi indeks bagian terbesar, indeks inlev dan tingkat trofik
pada Ikan Nila.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Menurut Suyanto (2003) ikan Nila diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Berikut ini merupakan gambaran umum dari ikan Nila yang dipraktikumkan:
3
4
2.1.2 Morfologi
Ikan Nila memiliki bentuk tubuh yang pipih memanjang ke samping. Mata
tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Nila
memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin)
sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan
sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah
sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat. Letak mulut ikan nila terminal,
posisi sirip perut terhadap sirip dada thorochis, garis susuk (linea lateralis) terputus
menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid
(ctenoid) dengan bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi 1997).
2.1.3 Habitat
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan
nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran
salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk
saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Hingga sekarang ikan ini telah
tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di
wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto 1988).
Menurut Arie (2000) ikan Nila mempunyai kemampuan tumbuh secara
normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan
perkembangannya yaitu 25-30°C. Kandungan oksigen air minimal 4 mg/l,
kandungan karbondioksida maksimal 5 mg/l, kadar amoniak dalam air harus dalam
batas yang tidak meracuni (lebih rendah 0,1 mg/l) dan tingkat alkalinitas air berkisar
50-300 mg/l. Ikan nila dapat hidup pada lingkungan yang mempunyai kisaran pH
5-11.
5
2.1.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan
peningkatan fungsi fisiologis tubuh. Berdasarkan teori hubungan panjang berat
dapat dinyatakan dengan rumus W= aLb, dalam hal ini“W” = berat, “a dan b”=
konstanta, dan “L”= panjang ikan dalam menduga pertumbuhan ikan di daerah
tropis sulit dilakukan karena proses pertumbuhan ikan terus menerus sehingga tidak
bisa ditentukan hanya dengan melihat bentuk sirkulus pada sisik saja. Pertumbuhan
ikan juga dapat menduga sebaran tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan
ukuran ikan melakukan reproduksi untuk mempertahankan dan melestarikan
spesiesnya.
Menurut (Suyanto 2003) perbedaan dapat diamati dengan jelas setelah bobot
badannya mencapai 50 gram. Ikan nila yang berumur 4 - 5 bulan yang beratnya
telah mencapai 100-150 gram sudah mulai kawin dan bertelur. Ikan nila yang
diamati memiliki pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan
bobot atau bisa dikatakan ikan nila tersebut adalah kurus. Syahrir (2013)
menyatakan bahwa jenis pertumbuhan allometrik negatif karena nilai b < 3.
2.1.5 Reproduksi
Ikan Nila dapat memijah sepanjang tahun di daerah tropis. Pada umumnya
pemijahan ikan nila terjadi 6-7 kali/tahun. Jenis kelamin ikan nila yang masih kecil,
belum terlihat dengan jelas jantan atau betina (Suyanto 2003). Pada pemijahan
secara alami, ikan yang telah matang gonad dan siap memijah dapat menghasilkan
telur yang matang dalam waktu yang singkat apabila kondisi lingkungan baik.
Rasio betina : jantan untuk pemijahan adalah 2:1. Ikan nila memiliki nilai
fekunditas sebesar 243 – 847 butir telur/induk (Mendoza et al 2004), 300 – 1.500
butir telur/induk, dan bahkan menurut Stickney (1979) sebesar 300 – 3.000 butir
telur/induk. Nilai fekunditas dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pakan,
ukuran ikan, diameter telur, dan lingkungan. Salinitas untuk pemijahan berkisar
antara 0-30 ppt (Koda 2003; Ainun 2008).
6
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang atau bobot ikan dalam
kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan yang tersedia, jumlah ikan, suhu,
umur dan ukuran ikan (Effendie 1997). Effendi juga menjelaskan bahwa
pertumbuhan dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan mutlak individu ikan yang
dinyatakan dalam pengukuran berat akhir terhadap berat awal ikan (gram) dan
pertumbuhan relatif individu ikan dirumuskan sebagai persentase tambah tiap
interval dengan ukuran pada akhir interval dikurangi awal interval dibagi dengan
ukuran awal interval dikali 100%.
Pertumbuhan memiliki konsep dinamakan pertumbuhan autocatalytic.
Sebagai contoh pertumbuhan bakteri dalam susu. Satu bakteri dapat membelah
menjadi dua, kemudian masing-masing akan membelah dan seterusnya. Bakteri
tersebut menghasilkan asam sebagai metabolismenya, keasaman yang dihasilkan
membuat pertumbuhan bakteri semakin baik dan cepat. Tetapi, ketika bakteri
mencapai keasaman puncak, bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga
pertumbuhan melambat dan pada akhirnya berhenti. Demikian pula pada ikan
terhadap pertumbuhan autocatalytic, dimana pertumbuhan awal berjalan lambat
kemudian cepat dan pada akhirnya melambat (Effendie 1997).
7
Faktor kondisi dapat menunjukkan keadaan ikan baik dilihat dari segi
kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan reproduksi. Apabila dalam suatu perairan
terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi ikan itu situasinya lebih
memungkinkan untuk cepat diselidiki. Apabila kondisinya kurang baik mungkin
populasinya terlalu padat dan sebaliknya bila kondisinya baik mungkin terjadi
pengurangan populasi atau tersedia makanan yang mendadak (Effendie 2002).
2.3 Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Syarat terjadinya
reproduksi adalah terdapat gamet jantan (sel sperma) dan gamet betina (sel ovum).
Penggabungan/fertilisasi dari gamet betina dan gamet jantan akan membentuk zigot
yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya 2004).
Ikan akan melakukan reproduksi bila gonadnya telah matang, dan
kematangan gonad dapat ditentukan. Penentuan IKG (Indeks Kematagan Gonad)
dan TKG (Tingkat Kematangan Gonad) sangat penting dilakukan, karena berguna
untuk mengetahui perbandingan antara gonad yang telah matang dan stok yang ada
di perairan, ukuraan pemijahan, musim pemijahan, dan lama pemijahandalam satu
siklus. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad
adalah jenis spesies, umur, ukuran, dan sifat fisiologis. Faktor luarnya adalah suhu,
arus, individu lawan jenis, dan tempat memijah yang sesuai (Effendi 2002).
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur dalam ovarium sesaat sebelum dilakukan
pemijahan yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah anakan yang akan
dihasilkan. Spesies ikan yang memiliki fekunditas tinggi biasanya melakukan
pemijahan pada daerah permukaan. Sedangkan ikan yang memiliki fekunditas
rendah akan melindungi telurnya dengan tanaman atau substrat lainnya. Besarnya
fekunditas pada ikan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pakan, ukuran panjang
dan berat ikan, diameter telur dan faktor lingkungan (Suzuki et al. 2000).
Fekunditas ikan bandeng mengeluarkan mengeluarkan 1.000-2.000 butir.
Nilai fekunditas dipengaruhi oleh jenis atau spesies, umur, ukuran individu ikan,
makanan, faktor fisiologi tubuh, sifat ikan, kepadatan populasi dan lingkungan
hidup ikan itu sendiri (Yildirim dkk. 2006) dalam (Suwarso 2015).
lama atau terus menerus pada kisaran waktu yang lama, maka telur yang berada di
dalam ovarium memiliki ukuran yang berbeda-beda (Omar 2010).
Diameter telur juga berpengaruh terhadap nilai fekunditas ikan, semakin
besar ukuran diameter telur makan akan semakin kecil nilai fekunditasnya, begitu
juga sebaliknya. Ukuran diameter telur dari setiap individu akan sangat bervariasi
tergantung dari jenis ikan itu sendiri. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak
diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang
terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam
testis (Fujaya 2004).
kutub, sedangkan telur- telur yang masih dalam fase dorman atau belum
mengalami kematangan tahap akhir ditandai dengan posisi inti selnya yang masih
di tengah. Kematangan telur tahap akhir erat kaitannya dengan hormon
prostaglandin. Prostagladin bersama dengan hormon reproduksi lain LH akan
mempertinggi aktivitas enzim proteolitik di folikel sehingga akan menstimulasi inti
sel telur yang berada di tengah untuk bergerak ke pinggir dan selanjutnya melebur
menuju kutub anima, yang berarti telur siap diovulasikan (Tang dan Affandy 2000).
ikan tersebut ingin dijadikan ikan peliharaan (budidaya), hal ini berkaitan
dengan penyusunan ransom yang sesuai untuk ikan berkenaan
ini berkisar antara +1 sampai -1, apabila 0 < E < 1 berarti pakan digemari, dan jika
nilai -1 < E < 0 berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan. Jika nilai E=0 berarti
tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya (Tresna 2012).
16
17
𝑾
𝑲 =
𝒂 . 𝑳𝒃
Keterangan :
K = faktor kondisi
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
19
a = intercept,
b = slope
3.4.3 Rasio Kelamin
Menurut Haryani (1998), rasio kelamin dihitung dengan cara
membandingkan jumlah ikan jantan dan betina yang diperoleh sebagai berikut :
X=J:B
Keterangan :
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
3.4.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Menurut Effendie (1997) perhitungan indeks kematangan gonad/ gonado
somatic index dengan rumus sebagai berikut :
𝐁𝐠
IKG = × 100%
𝐁𝐭
Keterangan :
IKG = indeks kematangan gonad (%)
Bg = bobot gonad dalam gram
Bt = bobot tubuh dalam gram
3.4.5 Hepato Somatik Indeks (HSI)
Menurut Effendie (1997), HSI dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑩𝒉𝒕
𝑯𝑺𝑰 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒕
Keterangan :
HSI = Hepato somatic index (%)
Bht = Bobot hati ikan (gram)
Bt = Bobot tubuh (gram)
20
3.4.6 Fekunditas
Menurut Effendie (1997), fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan
metode gravimetrik dengan rumus :
𝑩𝒈
𝑭 = × 𝑭𝒔
𝑩𝒔
Keterangan :
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
3.4.7 Diameter Telur
Menurut Rodriquez et al.(1995) dalam Effendie (1979) diameter telur
dihitung menggunakan rumus :
𝑫𝒔 = √𝑫 × 𝒅
Keterangan :
Ds = diameter telur sebenarnya (mm);
D = diameter telur terbesar (mm);
d = diameter telur terkecil (mm)
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur
Menurut Nurmadi (2005) , persentase tahap kematangan telur dihitung
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
𝑽𝒊 𝒙 𝑶𝒊
𝑰𝒊 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
∑𝒏𝒊=𝟏 𝑽𝒊
𝒙 𝑶𝒊
Keterangan :
Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
3.4.10 Indeks Ivlev
Menurut Effendie (1979), preferensi tiap organisme atau jenis plankton
yang tedapat dalam alat pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks ivlev
sebagai berikut :
𝒓𝒊 − 𝒑𝒊
𝑬 =
𝒓𝒊 + 𝒑𝒊
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
3.4.11 Tingkat Trofik
Menurut Effendie (1979), tingkat trofik dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑻𝒕𝒑 × 𝑰𝒊
𝑻𝒑 = 𝟏 + ∑ ( )
𝟏𝟎𝟎
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
22
𝟑 − 𝒃
𝒕 =| |
𝑺𝒃
Keterangan :
t = nilai t hitung
b = slope
Sb = standar deviasi
Kaidah pengambilan keputusan yaitu :
Jika t hitung > t tabel : tolak Ho, pertumbuhan ikan allometrik, dan
Jika t hitung ≤ t tabel : terima Ho, pertumbuhan ikan isometrik
3.5.2 Analisis Data Rasio Kelamin
Menurut Supardi (2013), untuk menentukan keseimbangan jenis kelamin,
digunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan persamaan :
𝒏
𝟐
(𝑶𝒊 − 𝑬𝒊)𝟐
𝑿 = ∑
𝑬𝒊
𝒊=𝟏
Keterangan :
X2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
23
Distribusi Panjang
40%
34%
35%
30%
Persentase (%)
25% 21%
20%
20%
15% 11%
9%
10%
4%
5% 2%
0%
Panjang (mm)
Berdasarkan grafik distribusi panjang ikan Nila dapat dilihat bahwa ukuran
panjang terendah berada pada interval 180-187 mm dan tertinggi 228-235 mm.
Terdapat 7 kelas interval dengan 2 kelompok ukuran. Kelompok ukuran pertama,
dengan panjang 180-187 mm dengan persentase sebesar 4% sampai pada interval
204-211 mm dengan persentase 34%. Kelompok ukuran kedua, dengan interval
212-219 mm sebesar 21% sampai pada interval 228-235 mm dengan persentase
sebesar 2%. Nilai Presentase yang terendah berada pada interval 228-235 mm
dengan persentase 2% dan presentase tertinggi pada interval 204-211 mm dengan
presentase 34%.
24
25
Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot dan panjang tubuh ikan Nila dibagi
menjadi dua bagian yaitu faktor dalam dan faktor luar, terdapat faktor yang dapat
dikontrol dan ada juga yang tidak dapat dikontrol. Faktor dalam umumnya adalah
faktor yang sukar dikontrol yaitu keturunan, sex, umur, parasit, penyakit, dan faktor
genetik. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu kondisi
lingkungan berupa suhu, kedalaman dan ph. Selain itu makanan yang masuk
kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Namun, belum
diketahui secara pasti faktor mana yang memberikan dampak lebih besar terhadap
pertumbuhan (Effendie 1997).
Distribusi Bobot
60% 55%
50%
Persentase (%)
40%
30% 27%
20%
9%
10% 5%
2% 0% 2%
0%
Bobot (g)
Berdasarkan grafik distribusi bobot ikan Nila dapat dilihat bobot ikan
terkecil yaitu interval 124.3-156.89 gram dengan persentase 27% dan bobot
terbesar dengan interval 319.9-352.49 gram dengan persentase 2%. Ada 2
kelompok ukuran bobot yaitu kelompok pertama dari interval 124.3-156.89 gram
dengan presentase 27% sampai interval 189.5-222.09 gram dengan presentase 9%
dan kelompok ukuran kedua dari interval 222.1-254.69 gram dengan prsentase 5%
sampai 319.9-352.49 gram dengan presentase 2%. Berdasarkan grafik distribusi
bobot juga dapat dilihat bobot ikan dengan frekuensi terbesar dan terendah. Ukuran
ikan Nila dengan frekuensi terbesar terdapat pada ukuran 156.9-189.49 gram
dengan presentase 55% dan ukuran ikan Nila dengan interval frekuensi terendah
26
terdapat pada ukuran 254.7-287.29 gram dan 319.9-352.49 gram dengan nilai
frekuensi sebesar 2 %. Pada interval ukuran 287.3-319.89 gram tidak memiliki
frekuensi karena tidak terdapat ikan yang memiliki ukuran tersebut.
2.50
log bobot (log W)
2.00
1.50
0.00
2.24 2.26 2.28 2.30 2.32 2.34 2.36 2.38
log panjang (log L)
koefisien korelasi (r) sebesar 0,41 nilai ini menunjukan bahwa hubungan panjang
dan bobot ikan berkorelasi sedang dengan interval 0,40 ≤ r ≤ 0,599.
4.1.3 Faktor Kondisi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan mahasiswa Perikanan
angkatan 2018, diperoleh grafik faktor kondisi ikan Nila sebagai berikut:
Faktor Kondisi
1.600 1.459
1.382 1.426
1.400 1.323
1.248
1.152
1.200
1.029
Faktor Kondisi
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
180-187 188-195 196-203 204-211 212-219 220-227 228-235
Panjang (mm)
Rasio Kelamin
32%
Jantan (♂)
Betina (♀)
68%
Jumlah ikan Jantan yang menjadi sampel praktikum sebanyak 18 ekor ikan
jantan dan 38 ekor ikan betina, dengan perbandingan jantan dan betina sebesar 32%
berbanding 68%. Perbedaan rasio jenis kelamin ini dipengaruhi dari faktor internal
maupun eksternal. Jumlah populasi ikan mas praktikum ini lebih banyak betina
sehingga menunjukkan sifat reproduksi ikan mas ini adalah poliandri.
Pendominasian jenis kelamin terjadi dimana perbandingan kelamin dapat
berubah menjelang dan selama musim pemijahan. Pada awalnya ikan jantan lebih
banyak dari pada ikan betina, kemudian rasio kelamin berubah menjadi 1:1 diikuti
dengan dominasi ikan betina (Nikolsky 1969)
Dalam pemijahan ikan Nila jantan lebih banyak mengalami perubahan nisbah
kelamin secara teratur. Namun pada kenyataannya di alam perbandingan rasio
kelamin tidaklah mutlak, dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh
29
8
7
6
5 4
4 3
3 2
2 1
1
0
Bobot (g)
lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan, suhu dan arus
(Effendie 1997).
8
7 6
6
5 4 4
4
3 2 2 2
2 1 1 11 1 1 1 1 1
1
0
Bobot (g)
1.50%
IKG (%)
1.00% (♂)
0.54% (♀)
0.50%
0.11%
0.06% 0.09%
0.00%
I II III IV V
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
1.00%
1.00%
0.80%
0.60%
0.40%
0.20%
0.00%
1 2 3 4 5
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Berdasarkan pengamatan dari grafik diatas bahwa nilai HSI terendah pada
TKG II yaitu sebesar 1,00% dan nilai HSI tertinggi pada TKG IV sebesar 1,81%.
Kelompok 9 memiliki hasil HIS sebesar 1,87% dengan bobot hati2,59 gram.
Hepatosomatik indeks merupakan perbandingan antara berat tubuh dan berat hati
pada ikan mas betina. Hepatosomatik pada perkembangan kematangan gonad
menggambarkan cadangan energi (kuning telur) yang ada pada tubuh ikan sewaktu
ikan mengalami perkembangan kematangan gonad. Nilai HSI biasanya dipengaruhi
oleh TKG, semakin tinggi TKG nya maka HSI nya semakin tinggi karena di hati
terdapat aktivitas vitelogenesis dimana aktivitas vitelogenesis akan meningkatkan
hepato somatik indeks. Namun pada grafik di atas menandakan bahwa nilai HSI
fluktuasi. Fluktuasi tersebut kemungkinan karena ketersediaan makanan diperairan
serta bobot tubuh ikan tersebut karena selain TKG yang mempengaruhi nilai HSI,
makanan serta bobot pun ikut berpengaruh.
33
4.2.5 Fekunditas
Berdasarkan hasil pengamatan angkatan, fekunditas maksimal ikan nila
adalah sebesar 3032 dan fekunditas minimum sebesar 259, yang berarti nilai
fekunditas praktikum ikan nila ini berkisar 259-3032. Effendie (2002) menyatakan
bahwa variasi jumlah telur ikan dapat disebabkan karena adanya variasi ukuran
ikan. Pada beberapa spesies tertentu pada umur yang berbeda-beda memperlihatkan
fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan
(suplai makanan).
Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dipijahkan. Menurut
Patrick (2010), produktivitas ikan berdasarkan fekunditas dikategorikan sebagai
tinggi (> 10.000 butir telur), sedang (100-1.000 butir telur) dan rendah (< 100 butir
telur). Fekunditas pada ikan yang diamati oleh kelompok 9 sebanyak 1.074 butir
telur. Dengan demikian, kategori potensi reproduksi ikan nila yang di amati oleh
kelompok 9 adalah tinggi.
Nilai fekunditas dari suatu spesies ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain pakan, ukuran ikan, diameter telur, dan faktor lingkungan. ikan nila
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam sampai 30 promil. Pada
saat ikan nila berumur lebih dari 1 tahun kira – kira beratnya mencapai 800 g dan
saat ini ikan nila bisa mengeluarkan 1200 – 1500 larva setiap kali memijah
(Suyanto, 1988).
ukuran diameter telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut tersedia
makanan cadangan sehingga larva ikan akan dapat bertahan lebih lama.
Hasil perhitungan sejalan dengan padapat Desrino (2009) yaitu semakin
meningkat tingkat kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalam ovarium
semakin besar. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan
yang berlangsung singkat, tetapi banyak pula pemijahan dalam waktu yang panjang
ada pada ikan yang berlangsung beberapa hari. Semakin meningkat tingkat
kematangan, garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula.
Menurut Pulungan (1994) ukuran telur berperan dalam kelangsungan hidup
ikan, bahwa ukuran telur ini akan berperan dalam kelangsungan hidup ikan hal ini
terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak sehingga
larva yang dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk membuat
daya tahan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan telur-telur yang berukuran
kecil.
Fase II Oosit nucleolus kromatin. Pada fase ini terdapat sedikit sitoplasma,
dan posisi inti sudah mulai Nampak. Oosit sudah berukuran 20 – 30
µm.
Fase III Tahap awal oosit perinukleolus. Pada fase ini, ukurannya sudah
bertambah menjadi 38-48 µm dan sudah mempunyai sitoplasma
basophil dan membrane sel yang disebut karioteka.
Fase IV Tahap akhir oosit perinukleolus. Oosit berukuran 69 – 85 µm.
Fase V Vesikel kuning telur. Oosit berukuran 195 – 210 µm, bentuk nucleus
tidak beraturan dan posisi nucleoli berada di zona peripheral. Zona
radiate atau korion, berada antara oosit dan sel folikel.
Fase VI Vitelogenesis. Oosit berukuran antara 570 – 750 µm dan menunjukan
adanya deposisi ekstra-vesikular kuning telur didalam zona radiate.
Nukleus mempunyai garis tepi yang tidak beraturan dan
mengandung beberapa nucleolus periferikal.
Fase VII Oosit vitellogenik (matang). Ukuran sel ovary menjadi (850 – 1020
µm) dan mempunyai granula protein kuning telur (protein vitellus)
dan vesikel kortikal (lipid vitellus). Ukuran vesikel kuning telur
bertambah, demikian juga dengan granula kuning telur.
Fase VIII Folikel post-ovulatory. Setelah matang, folikel pecah dan oosit
dilepaskan. Peneliti lain menyebutkan tahap ini dengan istilah
GVBD (germinal vesicle break down).
Indeks Propenderan
45% 39%
40%
35%
30% 25% 26%
IP (%)
25%
20%
15%
10% 5%
5% 3% 2% 1%
0% 0% 0.08%
0%
Jenis Pakan
dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat,
dan waktu.
Sebagaimana yang dinyatakan Effendie (2002) bahwa perbedaan jumlah
organisme yang dimakan ikan terjadi karena perbedaan sebaran organisme tersebut
pada masing-masing wilayah. Secara umum kebiasaan makan ikan dipengaruhi
oleh faktor dalam dan luar. Perubahan persediaan makanan disuatu badan perairan
yang disebabkan oleh perubahan lingkungan perairan akan merubah pola kebiasaan
makan ikan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum analisis aspek biologi (pertumbuhan, reproduksi
dan kebiasaan makan) pada ikan Nila adalah:
1. Ikan Nila memiliki pertumbuhan berat yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan panjangnya yang berarti ikan Nila yang diuji
mengalami pertumbuhan allometrik negatif serta ikan Nila ini diduga
mendapatkan asupan makanan yang kurang karena faktor kondisinya yang
bernilai kecil, hal ini juga tergantung jenis kelamin ikan, musim atau lokasi
penangkapan serta tingkat kematangan gonad dan kelimpahan makanan.
2. Ikan Nila yang di praktikumkan kelompok 9 berjenis kelamin Betina. Rasio
kelamin sampel ikan Nila jantan dan betina adalah 32% : 68%, dengan
nisbah kelamin ikan Nila yang tidak seimbang dan menunjukkan sifat
poliandri. Tingkat kematangan gonad pada sampel ikan Nila betina
mayoritas pada TKG II, sedangkan pada sampel ikan Nila jantan mayoritas
pada TKG II. Indeks kematangan gonad ikan Nila masih dalam tahap
berkembang dengan IKG tertinggi pada tingkat kematangan gonad tahap IV
yaitu 2,19 % betina dan pada jantan sebesar 0,54% pada TKG II. HSI
tertinggi pada TKG IV sebesar 1,81%. Fekunditas ikan Nila
3. Berdasarkan hasil praktikum, ikan Nila termasuk kelompok ikan omnivora
cenderung herbivor dengan nilai TP 2,596. Didukung dengan ususnya yang
tidak terlalu panjang, serta memakan detritus dan tumbuh-tumbuhan. Jenis
makanan yang paling dominan ialah detritus 39%.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya praktikan sebaiknya lebih teliti serta teratur
selama pelaksanaan praktikum sehingga tidak menimbulkan kekeliruan yang
menyebabkan kesalahan yang berdampak bagi hasil praktikum nantinya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Henky. 2017. “Penerapan Teknologi Pen Culture Pada Budidaya Perikanan
PerairanDalam Dan Dangkal Di Perairan Laut Kepulauan Natuna Henky.”
Intek Akuakultur 1 (2) : 43–54.
Ivlev, V.S. (1961) Experimental Ecology of the Feeding of Fish. Yale University
Press, New York, 302.
Johnson, Richard A. dan Wichern, Dean W. 1982. Applied Multivariate Statistical
Analysis. Prentice-Hall: USA.
Khairuman dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan
39
40
King M. 1995. Fisherie s biology; assessment & management. Fishing News Books
in UK. 341 p.
Koda MI. 2003. Maskulinisasi benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang
berbeda umur dengan hormon 17-metil testosterone dan aklimatisasinya pada
media salinitas air laut [Tesis]. FPIK Manado.
Kordi. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. Hal. 180-181;182
Kusnadi T, Bani WK. 2007. Budidaya ikan nila. PT Setia Purna Inves, Jakarta.
Mendoza C.A., McAndrew B.J., Cowardb, and Bromage N. 2004. Reproductive
Response of Nila Tilapia (Oreochromis niloticu) to Photoperiodic
Manipulation, Effects on Spawning Periodicity, Fecundity, and Egg Size.
Aquaculture, 299-314.
Moazzam et al. 2005. Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) from Pakistani.
Some aspects of biology and fisheries. Marine Fisheries Department,
Government of Pakistan, Fish Harbour, West Wharf Karachi
74900:Pakistan.
Mudjiman, A. (2009). Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mylonas, Alexandre P, Betancur R, Ricardo, Acero. 2010. Review of the genus
cathorops (Siluriformes: Ariidae) from the caribbean and Atlantic South
America, with description of a new species. ProQuest Biology Journals.
21(1): 77-97.
Nagahama, Y. 1983. The functional morphology of teleost gonads. Rev. Fish Biol.
Fish. 7: 1-34.
Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press London. England.
Nicolsky, G. V. 1969. Theory Of Fish Population Dynamic, As the Biological
Background Of Rational Exploitation And The Management Of fishery
Resource. Translated by Brandley. Oliver and Boyd, 323 pp.
Nugraha. R., Saputra. 2018. Kebiasaan Makanan Luas Relung dan Tumpang Tindih
Pemanfaatan Pakan Komunitas Ikan di Waduk Jatigede Jawa Barat. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.
Nurmadi, T. 2005. Pengaruh Penggunaan Hormon HCG dengan Dosis yang
Berbeda terhadap Perkembangan Gonad Ikan Baung (Hemibagrus nemurus
Blkr). Thesis.
Omar, S.A. 2010. “Aspek Reproduksi Ikan Nilem, Osteochilus Vittatus
(Valenciennes , 1842 ) Di Danau Sidenreng , Sulawesi Selatan Jurnal
Iktiologi Indonesia.” Jurnal Iktiologi Indonesia 10(2): 111–22.
41
Pulungan, C. 1994. Aspek Biologi Reproduksi Ikan dari Perairan Sekitar Teratak
Buluh Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 54 hlm.
Lampiran 1. Alat
Lampiran 2. Bahan
Ikan Aquades
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi
Formalin Acetofarmin
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi
45
Ikan dibedah
Panjang
Bobot log L log W log L ×
No. Total (Log L)2 (Log W)2
(W) (X) (Y) log W
(L)
1 210 158.1 2.32 2.20 5.39 4.84 26.08
2 210 157.95 2.32 2.20 5.39 4.83 26.07
3 205 148.37 2.31 2.17 5.34 4.71 25.20
35 20 10 70
36 6 3 36 0 6 5
37 20 5 10 25 10 30
38 50 50
39 10 55 10 25
40 10 50 40
41 25 17 58
42 60 40
43 14 29 57
44 12 28 60
45 13 50 38
46 60 40
47 66,67 33,3
48 35 9 13 9 26 4 4
49 20 - - 14 - 66
50 30 7 30 33
51 14 5 13 15
52 27 - 5 25 3 40
53 26 - 14 34 - 26
54 24 5 24 6 41
55 35 26 30 9
56 60 40