Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK PEMINGSANAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus ) DENGAN

MENGGUNAKAN MINYAK SEREH (Cymbogon sp)

LAPORAN
PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN

OLEH :

CHRISTIN MAITALE
2016-65-013

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

TEKNIK PEMINGSANGAN IKAN NILA ( 0reochromis niloticus ) DENGAN


MENGGUNAKAN MINYAK SEREH (cymbogon sp )

LAPORAN

PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon.

Oleh :

CHRISTIN MAITALE
2016-65-013

Menyetujui
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. B. J. Pattiasina, M. Si


NIP. 19640609 199512 2 001

Penguji I Penguji II

R. R. Borut, S. Pi, M.P Dr. Ir. A. W. Soumokil, M. Si


NIP. 19761003 200502 1 005 NIP. 19580527 198503 2 005

Mengetahui
Ketua Jurusan Budidaya Perairan

Ir. J. W. Loupatty, M. Si
NIP. 19640627 199003 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Ada securah harapan yang timbul dan motifisai untuk menyelesaikan studi pada
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Maka patut puji dan syukur kehadirat Tuhan
yesus, atas karunia dan limpahan kasih serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan ini dengan judul TEKNIK PEMINGSANAN IKAN NILA (
Oreochromis niloticus ) DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK SEREH (cymbogon
sp) dapat di selesaikan sebagaimana di harapkan.
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
sehingga tidak menutup kemungkinan bagi berbagai pihak untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan guna memperbaiki penulisan
ini.

Ambon, April 2019

Penulis

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Selanjutnya penulis menyadari sungguh bahwa keberhasilan dalam pembuatan


Laporan PKL pada jurusan Budidaya Perairan, atas berbagai bimbingan, nasihat,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada.
Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasihnya yang telah mengaruniakan penulis
kesehatan, rahmat dan Karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan prakter
kerja lapangan ini.
1. Ibu Ir.J.W. Loupatty, M.Si, selaku ketua jurusan Budidaya Perairan.
2. Bapak Dr. B.M. Laimeheriwa, S.Pi, M.Si, selaku ketua program studi
budidaya perairan.
3. Ibu Dr.Ir.B.J. Pattiasina, M.Si, selaku pembimbing PKL yang selalu
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu J.M.F. Sahetapy, S.Pi. M.Si, selaku penasehat akademik yang sudah
memberikan arahan dan motivasi kepada pembimbing.
5. Kepada kedua orang tua tercinta papa dan mama yang senantiasa mendoakan
dan memberikan semangat serta motivasi kepada penulis.
6. Kepada kedua orang tua wali bapak Hanny Kakerisa dan mama Stany Maitor
yang selalu memberikan penulis motivasi serta semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini hingga selesai.
7. Kepada saudara-saudara tercinta yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporang kerja lapangan ini.
8. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan Lie, Ipan, Willy, Yeheskiel, Nis, Muti,
Tuty, Nabila, Emi, yang selalu membantu penulis dalam melaksanakan
praktek ketrampilan lapangan ini hingga selesai.
9. Kepada semua teman-teman angkatan 16’Akuakultur yang selalu
memberikan semangat kepada penulis

iv
10. Kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam melaksanakan
praktek ketrampilan lapangan ini dengan lancar, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan laporan ini dengan baik.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................... 3

1.3 Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi ................................................................................... 4
2.2 Morfologi .................................................................................... 5
2.3 Minyak Sereh .............................................................................. 6
2.4 Pemingsanan Ikan ....................................................................... 6

BAB III METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat PKL.............................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 8
3.3 Teknik Pengumpulan data ........................................................... 8
3.4 Prosedur PKL .............................................................................. 10

vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pemingsanan Pada Ikan Nila ........................................... 11
4.2 Pengujian dosis terbaik ............................................................... 12
4.3 Tabel hasil Kecepatan waktu pingsan ikan Nila ......................... 12
4.4 Tabel hasil tingkah laku ikan selama pemingsanan .................... 12
4.5 Tabel hasil kelulusan hidup......................................................... 13

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 15
5.2 Saran ............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel


Hal.
1. Alat dan Bahan 8
2. Kecepatan waktu pingsan ikan 12
3. Hasil tingkah laku ikan selama pemingsanan 12
4. Hasil kelulusan hidup 13

viii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal


1. Morfologi ikan nila 5
2. Minyak Sereh yang di gunakan sebagai bahan anastesis 6
3. Alur Proses anastesis 10
4. Proses pengambilan dosis dan pemisangan pada ikan nila 11

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidyakan di
seluruh pelosok tanah air dan menjadi ikan komumsi yang cukup populer. nama
ikan nila ditetapkan oleh Direktur Jendral Perikanan tahun 1972, diambil dari
nama spesies ikan ini yaitu niloticus menjadi nila. Sejak nila di introduksi ke
indonesia pada tahun 1969, perkembangan budidayanya di masyarakat cukup
pesat. Sedangkan jenis ikan ini sudah di budidayakan di 32 provinsi di indonesia (
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya ,2006 ) produksi nila pada tahun 1996
tercatat sebesar 25.668 ton dan menjadi 148.249 ton pada 2005 dengan demikian
telah terjadi peningkatan sebesar 578% dalam kurun waktu 9 tahun ( Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya ,2006 ).
Ikan nila adalah jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di
setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis
niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile tilapia.
Air yang banyak dan menyulitkan dalam sistim transportasi karna kantong
plastik rentan kebocoran.hal ini memerlukan wadah yang besar sehingga
jangkauan distribusinya tidak luas. Cara seperti ini juga memiliki resiko yang
tinggi terhadap mortalitas ikan yang diangkut, sedangkan dalam transportasi ikan
hidup terdapat hubungan antara tingkat kelulusan hidup dengan jarak. Semakin
jauh jarak yang ditempuh maka diperlukan teknologi yang mampu
mempertahankan kondisi ikan agar tetap hidup dalam waktu yang lama, sehingga
diperlukan cara yang lain untuk mengatasi hal tersebut.
Teknik lain yang dapat digunakan dalam proses transportasi produk hasil
perikanan yaitu,teknik ransportasi sistem kering yaitu merupakan sistem
transportasi dengan menggunakan media bukan air. Dalam transportasi sistem
kering ikan dibuat dalam kondisi terbius, sehingga laju respirasi dan metabolisme
ikan menjadi rendah, hal ini dapat membuat ketahanan hidup ikan diluar air

1
menjadi lebih tinggi,selain itu teknik ini bebas dari resiko kebocoran atau
rembesan.pada transportasi ikan sistem kering perlu dilakukan proses penanganan
atau pemingsanan terlebih dahulu. prinsip dari penanganan ikan hidup adalah
mempertahankan kelangsungan hidup ikan semaksimal mungkin sampai ikan
tersebut diterima oleh konsumen.
Terdapat beberapa tahap penanganan untuk mencapai maksud tersebut yaitu
penanganan ikan sebelum diangkut, selama pengangkutan dan setelah
pengangkutan(junianto 2003).Menurut Arie (2000) terdapat beberapa kegiatan
penanganan ikan hidup setelah dilakukan pemanenan, yaitu: penyeleksian,
penimbangan, pemberokan dan pengangkutan.pemingsanan terhadap ikan hidup
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara penurunan suhu dan dengan
menggunakan bahan-bahan pembius, baik yang alami maupun buatan. Metode
penurunan suhu dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara penurunan
suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Untuk senyawa
kimiayang sering digunakan sebagai bahan anestesi adalah Trichaine
Metanosulfonat (MS-222) dan Quinaldine (2-4 Methychinolin).
Dalam penggunaan senyawa kimia sebagai bahan anestesi harus berhatihati
karena batasan toksik dan dosis bius pada ikan berada pada rentang yang sempit
dan berbahaya bagi kesehatan, selain itu senyawa kimia ini memiliki harga yang
relatif mahal, dan tiada batas aman untuk dikonsumsi dalam rentang waktu
penggunaan yang singkat. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan anestesi pada
ikan dapat teresidu didalam tubuh ikan yang akan berbahaya apabila dikonsumsi.
Salah satu cara, mengatasi masalah ini, maka dapat digunakan bahan anestesi
yang bersifat alami. Selain aman dalam pemakaian, bahan anestesi alami juga
tidak berbahaya apabilaikan tersebut dikonsumsi. Bahan anestesi alami yang
pernah diteliti dan dapat digunakan untuk membius adalah minyak cengkeh,
minyak paladan minyak biji karet. Penggunaan bahan-bahan alami ini
dikarenakan adanya senyawa yang mengakibatkan efek bius.anestesi terjadi pada
sistem syaraf pusat yang menyebabkan organisme tidak sadar atau pingsan
(Anonim dalam Achamdi, 2005).
Citronella essential oil (minyak esensial atau minyak atsiri sereh wangi) telah
digunakan selama berabad-abad di Cina, Indonesia dan Sri Lanka untuk

2
mengurangi ruam, inflamasi, infeksi, rasa sakit dan kondisi kesehatan lainnya.
Citronella oil memiliki konsentrasi tinggi antioksidan dan fitokimia yang berasal
dari batang dan daun sereh wangi (Cymbopogon nardus). Minyak ini banyak
digunakan sebagai minyak wangi alami, penolak serangga, serta menjadi bagian
dalam produk kecantikan dan rumah tangga. Menurut puluhan studi klinis,
citronella oil (minyak sereh wangi) murni memiliki sifat antiseptik, antimikroba
dan antijamur. Penggunaan paling populer citronella adalah sebagai bagian dalam
produk penolak serangga karena secara alami mampu mengusir nyamuk dan
serangga lain. U.S. Environmental Protection Agency menganggap citronella
sebagai “biopestisida” yang efektif melawan merangga namun bukan merupakan
substansi beracun. Karena efektif melawan infeksi, bakteri dan jamur, citronella
oil juga bisa digunakan untuk membersihkan permukaan perabot dan memurnikan
udara.

1.2 Tujuan Praktek


 Tujuan dilakukan praktek ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui teknik keterampilan pemingsanan ikan nila Oreochromis
niloticus dengan dosis berbeda.

1.3 Manfaat Praktek


Manfaat dari praktek ini adalah:
 Mengetahui konsentrasi minyak sereh yang dapat digunakan dalam
pemingsangan ikan nila Oreochromis niloticus
 Mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan nila Oreochromis niloticus
setelah proses anastesis berlangsung.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila (O. niloticus)


Ikan nila merupakan ikan komsumsi air tawar yang berasal dari afrika timur
nama ilmiahnya Oreochromis niloticus Ikan nila merupakan salah satu komoditas
unggulan dalam bidang perikanan. Hal ini dapat dilihat dari volume produksi yang
meningkat setiap tahunnya. KKP ( 2005 ) melaporkan bahwa volume produksi
ikan nila mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebanyak ton dan tahun 2014
mencapai 20 ton dengan kenaikan rata-rata 19,03% setiap tahunnya. KKP (2005 )
juga melaporkan bahwa peningkatanya volume produksi ikan juga berbanding
lurus dengan tingkat permintaan pasar dan tingkat kosumsi ikan di Indonesia
meningkat selama 5 tahun terakhir.
Tingkat komsumsi ikan di indonesia pada tahun 2009 sebesar 28,00
(kg/kap/tn) dan tahun 2014 mencapai 38,00(kg/kap/tn). Kendala yang dihadapi
dalam kegiatan transportasi adalah stres dan kematian ikan sehingga perlu
penanganan yang lebih baik agar ikan tetap hidup dan sehat ketika sampai pada
konsumen. Penanganan dalam sistem transportasi menurut Abid ( 2004 ) di
perlukan untuk menjaga tingkat kelangsungan hidup ikan tetap tinggi sampai
tempat tujuan.
Stres dan aktivitas fisik selama proses transportasi ikan dapat mengurangi
kesegaran ikan, pelunakan tekstur otot dan menurungkan kualitas hasil fillet.
Akibat yang dapat ditimbulkan dari stres akan berdampak ekonomis pada hasil
produksi budidaya ikan. Sulmartini (2009) menyatakan bahwa transportasi akan
membuat ikan menjadi stres dan mengakibat pada penurunan kondisi fisiologis
bahkan kematian.
Terjadinya kematian tidak hanya terjadi saat transportasi akan tetapi juga
akan terjadi pada pasca transportasi, sehingga kehidupan ikan beberapa hari pasca
transportasi merupakan masa kritis bagi ikan yang telah diangkut. Kondisi ikan
saat transportasi dapat dilihat dari perubahan respon fisiologis tubuh ikan melalui
kemampuan daya cerna dan juga respirasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi ikan stres adalah dengan menekan aktivitas metabolisme

4
tubuh ikan serta konsumsi oksigen selama transportasi namun tetap
mempertimbangkan aspek keamanan dan kesehatan ikan.

2.2 Morforlogi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Menurut Sanim ( 1984 ) Ikan Nila (O. niloticus) mempunyai klasifikasi
sebagai berikut :

Kingdom : animalia
Filum : chordata
Subfilum : vertebrata
Kelas : osteichtyes
Subkelas : acthpthopreygi
Ordo : percomorphi
Subordo : percoidea
Famili : cichlidea
Genus : oreoechromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila


(sumber : infoagrobisnis.com diakses 10 desember 2014)

Ikan nila dapat di morfolog ikan berdasarkan bentuk fisiologis yaitu


memiliki bentuk tubuh bulat pipih, punggung agak timggi, badan sirip ekor dan
sirip punggung terdapat garis punggung memanjang. Ikan ini memiliki 5 buah
sirip yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal, dan sirip ekor. Sirip-
sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila di perairan air tawar. Tanda

5
lain yang dapat dilihat dari ikan nila adalah memiliki warna tubuh hitam dan agak
keputihan. Ingsan berwarna putih sisik ikan nila memiliki ukuran besar, kasar, dan
tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini memiliki ukuran relatif kecil di
bandingkan dengan mulu dengan berada pada bagian unjung kepala serta
memiliki mata yang besar.

2.3 Minyak Sereh (cymbogon sp )


Minyak sereh merupakan salah satu tanaman dengan manfaat yang beragam.
Minyak sereh merupakan minyak atseri yang banyak mengandung senyawa
geraniol sitronelol mampu menurunkan tingkat metabolisme ikan dengan cara
membuat ikan pingsan atau menenangkan ikan. Senyawa tersebut berperan
penting dalam mekanisme anestesi melalui jaringan pernapasan (Pirhonen &
Schrek, 2002).
Efektifitas minyak sereh sebagai obat bius pada ikan jelawat telah dilaporkan
oleh Habibie (2013). Namun demikian, informasi mengenai kegunaan minyak
sereh sebagai salah satu bahan anestesi dalam kegiatan transportasi ikan ringau
belum tersedia sehingga di anggap perlu untuk dilakukuan penelitian.

Gambar.2.3 Minyak sereh merk sitronela yang di gunakan sebagai bahan


anastesi

2.4. Pemingsanan Ikan


Tujuan utama pemingsangan adalah membuat ikan tertidur atau pingsan dan
dalam kondisi tersebut akan menurunkan tingkat metabolisme yang
mengakibatkan berkurangnya kebutuhan oksigen dan menurunkan produksi

6
amonia dan karbondioksida (Wedemeyer, 1996). Teknik pemingsangan juga telah
dilakukan oleh Surono et al. (1995) untuk menurunkan kemungkinan stres dan
cacat pada ikan saat panen hingga penanganan dan
pengemasan. Pemingsangan mencegah ikan dari stres karena gerakan yang sangat
aktif (hyperactivity) (Anonymous, 1986). Akibat dari stres pada ikan akan
menurunkan daya tahan terhadap penyakit yang dapat ditimbulkan dari mikroba
ataupun bakteri yang terdapat secara alamiah pada ikan (Suparno & Irianto, 1995).
Kecepatan pemingsanan ikan tergantung pada konsentrasi yang diberikan.
Jika rangsangan yang diberikan sangat banyak, maka waktu pemingsanan semakin
cepat, akan tetapi hal ini dapat menyebabkan kematian pada ikan dikarenakan
ikan memiliki daya kemampuan untuk beradaptasi yang cukup lambat. Daud et al.
(1997) dalam Yanto (2008). Menyatakan bahwa dalam anastesi diharapkan waktu
induksi relatif cepat sehingga mengurangi lamanya stres pada ikan, karakteristik
bahan anastesi yang baik yaitu memiliki waktu induksi kurang dari 15 menit dan
lebih baik kurang dari 3 menit.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktik kerja lapangan (PKL) ini dilakukan selama bulan ferbuari-April 2019
di Laboratorium Kultivasi, program studi budidaya perairan, falkultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura-Ambon.

3.2 Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kerja lapangan ini yakni:
No Nama Alat Fungsi
1. Wadah 3 buah Wadah pengamatan
2. Akuarium Wadah pemeliharaan
3. Gelas aiso Tempat menaruh zat anestesis
4. Jarum suntik Mengukur dosis
5. Air ator Suplai oksigen
6. Camera Dokumentasi

Bahan yang digunakan dalam praktikum sebagai berikut :


No Nama bahan Fungsi
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sebagai bahan uji
2. Minyak sereh (cymbogon sp ) Sebagai bahan anestesi
3. Air Media

3.3 Metode Pengambilan Data


Dalam mengumpulkan bahan-bahan tersebut dalam praktek ini penulis
mengunakan
a. Metode Observasi

8
Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati objek hasil
pengamatan dan mencatat pengamatan yang dilakukan dilapangan baik
secara langsung dan tidak langsung.
b. Metode Kepustakaan
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa tulisan artikel
sebagai contoh data artikel yang di dapat dari internet dan literature yang
berkenan dengan materi pembuatan laporan praktek kerja lapangan untuk
melengkapi praktikum.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri.

9
3.4. Prosedur PKL

Hewan Uji

Aklimatisasi Berok (dipuaskan)

Proses Anastesi

Penentuan Dosis
Bahan anastesi

Pengamatan perubahan kondisi


ikan setelah dibius

Tingkat kelulusan hidup

Gambar 3. Alur proses anastesis

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pemingsanan Pada Ikan Nila

Proses eksperimen PKL ini, menggunakan dosis minyak sereh yaitu , dosis
2 ml, 2,5 ml, dan 3 ml dengan menggunakan volume air 1 liter. Dalam PKL
ini pertama-tama di lakukan persiapan wadah kemudian seleksi benih, yang
sudah di lakukan yaitu proses aklimatisasi dan di puaskan sebelum di lakukan
proses pemingsangan. Selanjutnya minyak sereh yang telah tersedia di siapkan
dalam gelas aiso kemudian di lakukan pengujian konsentrasi terbaik pada saat
pemingsangan ikan nila dengan menggunakan minyak sereh.

(a) (b)

(c)
Gambar 4. a,b,c Proses pengambilan dosis dan pemingsanan pada ikan nila

11
4.2 Pengujian dosis terbaik
Penentuan dosis yang digunakan dari minyak sereh ini masing-masing
menggunakan 4 ekor benih ikan nila dengan ukuran ikan nila 10-13 cm diperoleh
dari air alih yang kemudian dipelihara di laboratorium kultivasi dan diberi makan
pelet. Ikan nila yang dipelihara diwadah pemeliharaan (akuarium) dengan suhu air
kurang lebih 270C sebelum dilakukan pembiusan ikan dipuaskan terlebih dahulu
selama 24 jam, dengan tujuan agar ikan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru
kemudian ikan diukur terlebih dahulu lalu dimasukan kedalam wadah media
pembiusan yang telah ditentukan yaitu 2 ml, 2,5ml, 3ml,/l dengan volume air
dilakukan penyedaran dengan diberikan aerasi.

4.3. Kecepatan waktu pingsan Ikan Nila (O. niloticus)


 Tabel 2. Data Hasil Eksperimen
kecepatan waktu pingsan Ikan Nila

Dosis Waktu Pinsan Waktu Sadar


2 ml Menit ke 21 Menit ke 4

2,5 ml Menit ke 18 Menit ke 2

3 ml Menit ke 19 Menit ke 1

4.4. Tingkah Laku Ikan Selama Pemingsanan

 Tabel 3. Tingkah Laku Ikan Selama Pemingsanan


Dosis Tingkah Laku

2 ml Menit pertama ikan bergerak sangat cepat, kemudian menit


kedua ikan agresif, overkulum semakin cepat ikan tidak banyak
bergerak, banyak mengeluarkan feses, menit kesebelas ikan
sangat lemas overkulum sangat melambat, menit ke 21 ikan

12
sudah tidak sadarkan diri (pingsan)

2,5 ml Menit pertama ikan bergerak sangat cepat, karuan dan saling
bertabrakan dan banyak mengeluarkan feses sampai pada menit-
menit berikutnya, menit ke 12 ikan kehilangan keseimbangan
overkulum semakin melambat menit ke 18 ikan tidak sadarkan
diri (pingsan)

3 ml Menit pertama pergerakan tubuh ikan hilang keseimbangan,


ikan sering muncul kepermukaan, overkulum sangat lambat,
keseimbangan tubuh ikan mulai hilang total dan ikan tidak
merespon rangsangan dari luar dan sangat sedikit mengeluarkan
feses, pada menit ke 13 pergerakan ikan sangat melambat dan
ikan tidak sadarkan diri pada menit ke 19

Semakin tinggi zat anastesis yang dimasukan kedalam media pemingsanan maka
semakin cepat ikan kehilangan keseimbangan.

4.5 Kelulusan hidup


 Tabel 4. hasil kelangsungan hidup ikan nila
Dosis SR 100%
2 ml Menit ke 4
2,5 ml Menit ke 2
3 ml Menit ke 1

Pada eksperimen ini proses pemingsangan ikan nila dengan menggunakan


minyak sereh yang di lakukan dengan dosis 2 ml, 2,5 ml, dan 3 ml. Dan tingkat
kelulusan hidup pada setiap dosis yang berbeda sangatlah baik, dengan tingkat

13
kelulusan hidup 100%. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika dosis minyak
sereh terlampau tinggi bisa menyebabkan overdosis pada ikan karena didalam
minyak sereh mengandung senyawa geraniol sitronelol yang mampu menurunkan
tingkat metabolisme ikan dengan cara membuat ikan pingsan atau menenangkan
ikan Senyawa tersebut berperan penting dalam mekanisme anestesi melalui
jaringan pernapasan. sehingga di gunakan berlebihan maka dapat bersifat toksin
dan ikan bisa mati, sehingga pemakaian perlu penentuan dosis yang tepat. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi dosis minyak sereh yang di gunakan maka
kelangsungan hidup hewan uji semakin rendah sebaliknya semakin rendah dosis
minyak sereh yang di gunakan maka semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup
hewan uji.

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari perlakuan pemingsanan ikan nila (O. niloticus) dengan mengunakan
dosis minyak sereh yang berbeda maka kecepatan pingsan yang sangat baik
adalah pada dosis 3 ml hingga sadar sangat singkat pada menit ke 1.

5.2. Saran
Untuk peneliti yang ingin melanjutkan pengamatan ini, diharapkan dapat
meneliti ikan jenis lain yang dapat dipingsankan dengan minyak sereh dan sejauh
mana efektifitas senyawa pemingsan ini untuk ikan yang jenis berbeda dan perlu
adanya pemilihan dosis terbaik sehingga dalam proses pemingsangan ikan akan
mendapatkan hasil terbaik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aliusman, M, Edison, Sumarto, 2005 Pemingsangan Ikan Nila (OREOCHROMIS


NILOTICUS).mengunakan Ekstrak Larutan Daun Ruku-Ruku (Ocimum
sanctum L) dengan Transportasi Sistem Kering pada Media Busa, :
Universitas Riau

Eddy Supriyono, 2012. Respon Fisiologi Benih Ikan Kerapu Macan Epinephelus
fuscoguttatus Terhadap Penggunaan Minyak Sereh dalam Transportasi
Tertutup dengan Kepadatan Tinggi, :Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor 16680. Indonesia

Fadlly Marjoni, 2015. EFEKTIVITAS MINYAK SEREH (CYMBOGON SP.)


SEBAGAI BAHAN ANESTESI ALAMI PADA IKAN NILA (OREOCHROMIS
NILOTICUS), :Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.

Hastidi Hasan, 2016. RESPON PEMBERIAN DOSIS MINYAK SEREH


(Cymbopogon citratus) UNTUK ANESTESI IKAN BOTIA (Chromobotia
Macracanthus Bleeker) DENGAN METODE TRANSPORTASI TERTUTUP,
: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas MUHAMMADIAH
PONTIANAK

16

Anda mungkin juga menyukai