Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SELEKSI IKAN
TETRAPLOIDISASI PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Dosen :
Tulas Aprilia, S.Pi, M.Si

Di SusunOleh :
DIMAS REVA ADIYOGA 18742024

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

            Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga ahir zaman.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Tulas
Aprilia S.Pi ,M.Si yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “MAKALAH SELEKSI IKAN” karena
telah menyelesaikan makalah yang merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Dalam makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, “Bahwa tidak
ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau tidak retak” oleh kaarena itu dengan
segala kerendahan hati mohon kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan member manfaat bagi semua. Amin, Ya Rabal ‘Alamiin.

Bandar lampung, 14 Desember 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar
terutama dalam kategori jenis-jenis ikan. Diperkirakan sekitar 16 % spesies ikan yang ada di
dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di
perairan Indonesia mencapai 7000 jenis. Hampir sekitar 2000 spesies diantaranya merupakan
jenis ikan air tawar. Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan
daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 ppm (0-5
ppm). Dari sekitar 2000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27
jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis
ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting.

Ditinjau dari aspek pasarnya, terlihat ada kecenderungan peningkatan permintaan ikan
konsumsi dari tahun ke tahun. Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya, dan beberapa kota besar lain ditanah air. Dari segi nilai jual, harga ikan
mas biasanya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual ikan air tawar jenis lain.
Tingginya harga ini tentunya berkaitan dengan tingginya permintaan pasar. Dari sisi
budidaya, tentunya keadaan ini sangat menguntungkan karena tingginya permintaan ikan mas
konsumsi akan diikuti dengan peningkatan permintaan benih, baik untuk benih yang akan
dipelihara untuk kegiatan pendederan, maupun untuk pembesaran (Amri dan Khairuman,
2008).

Berdasarkan hal tersebut, untuk menghasilkan ikan konsumsi yang unggul baik dalam
produksi maupun pertumbuhannya maka akan dilakukan praktek kerja lapang dengan teknik
manipulasi kromosom secara tetraploidisasi untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain:
pertumbuhan cepat, toleran terhadap lingkungan dan memliki daya tahan yang tinggi
terhadap penyakit.
II. TINJAUAN PUSTAK

2.1 Pengenalan organisme yang akan digunakan

Menurut Amri dan Khairuman (2008), Klasifikasi dan morfologi ikan mas adalah
sebgai berikut :

Phyllum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Cipriniformes

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan pipih tegak (compressed). Mulutnya
terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di
bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum, hampir seluruh
tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit
sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan dapat digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid
(lingkaran).

Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di
bagian akhir (sirip ketiga dan ke empat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan
dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip
punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Linea literalis tergolong
lengkap, berada di perengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke
ujung belakang pangkal ekor.

2.2 Persiapan dan Pemijahan Induk

Induk yanng akan digunakan untuk praktek tetraploidisasi adalah induk ikan mas
(Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan Khairuman
(2008), induk mas betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu bagian perutnya
tampak gendut dan tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya
terasa lembek dan disekitar lubang urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya
jika dipijit. Induk jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan
keluarnya sperma yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut.

2.3 Pengambilan Telur dan Sperma

Pengambilan telur dan sperma ikan mas akan dilakukan setelah nampak tanda-tanda
ikan akan memijah. Menurut Mukti (2005), setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah,
induk ikan mas betina dan jantan ditangkap dan dilakukan pengurutan di bagian abdominal
(stripping) untuk mendapatkan (koleksi) telur dan sperma ikan mas. Telur-telur yang
diperoleh kemudian ditampung dalam mangkok plastik kering, sedangkan sperma ditampung
dalam tabung reaksi.

2.4 Fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas

Setelah dilakukan pengambilan sperma dan telur, kegiatan selanjutnya yang akan
dilakukan yaitu fertilisasi buatan dan perlakuan kejutan panas. Menurut Mukti,dkk (2001),
perlakuan poliploidisasi dilakukan melalui tahapan-tahapannya sebagai berikut: telur ikan
mas dalam petridisk hasil stripping diambil mempergunakan spatula dan diletakkan dalam
petridisk bersih dan kering. Selanjutnya, larutan sperma diteteskan pada telur sebanyak 2-3
tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur) secara perlahan menggunakan bulu ayam.
Kemudian, campuran larutan sperma dan telur ditambahkan air bersih sebanyak 3-4 tetes
untuk melangsungkan proses fertilisasi telur dan secara perlahan-lahan diaduk
mempergunakan bulu ayam. Setelah satu menit, telur yang telah terfertilisasi dibagi menjadi
3 kelompok perlakuan dan disebar pada masing-masing saringan yang telah ditempatkan
dalam wadah berisi larutan urea dan garam 3:4 untuk 1 liter air. Telur - telur terfertilisasi
dalam kelompok tetraploidisasi, 29 menit setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu
panas 40°C selama 1,5 menit.

2.5 Penanganan telur dan larva

Setelah perlakuan kejutan panas, telur dipindahkan kedalam wadah berupa akuarium
untuk proses penetasan dan selanjutnya akan dilakukan pengamatan embrio dibawah
mikroskop. Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011), Sesudah menetas, larva dibiarkan
terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh larva menjadi kuat. Dalam
waktu itu larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan
makanan berupa kuning telur. Pakan cadangan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari.

2.6 Pengukuran Kualitas Air

Dalam pemeliharaan larva akan dilakukan pengukuran kualitas air. Parameter yang
nantinya akan diukur yaitu suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH. Menurut Kordi (2000)
Oksigen terlarut di dalam air 5-6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang
biak ikan di kolam dan tambak. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda
tergantung jenis dan kemampuan untuk mentolerir fluktuasi (naik turunnya oksigen). Suhu
juga mempengaruhi selera makan ikan. ternyata ikan relatif lahap makan pada pagi dan sore
hari sewaktu suhu air berkisar antara 25-270C.

Keasaman air atau yang populer dengan istilah pH sangat berperan dalam kehidupan
ikan. Pada yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara umumnya pH 6,7- 8,6
(Susanto, 1987).

2.7 Tetraploidisasi

Poliploidisasi adalah usaha, proses, atau kejadian yang menyebabkan individu


berkromosom lebih dari dua set (Rieger et al., 1976). Tetraploid adalah individu-individu
yang memiliki tingkat kromosom 4n. Menurut Wexelsen dalam Refstie eta1 (1982) Individu
tersebut biasanya bersifat feiti1 dan apabila dikawinkan dengan individu diploid normal (2n)
akan dapat memberikan lceturunan triploid (3n). Menurut Thorgaard & Gall (1979) sifat
steril yang dimiliki oleh ikan-ikan triploid berpengaruh besar terhadap laju konversi makanan
dan ltecepatan tumbuh karena penghematan energi yang semestinya digunakan untuk
perkeinbangan gonad dapat digunakan untuk peitumbuhan jaringan somatik. Seperti
penelitian Rustidja (1989) bahwa triploidisasi menekan perkembangan gonad lele betina,
ovarium ilcan triploid 30 sampai 70 kali lebih ltecil dari ikan diploid. Stanley et al., (1981)
menyebutkan bahwa ikan triploid diduga menjadi steril karena jumlah kromosomnya ganjil
(3n) sehingga kromosom homolognya tidak mampu untuk berpasangan pada awal proses
meiosis. Maka diharapkan apabila individu tetraploid tersebut diperoleh akan dapat
menghasilltan individu-individu triploid dalam skala besar. Menurut Purdoin (1983)
tetraploid dapat diperoleh dengan cara menggagalkan pembelahan mitosis pertama. Dengan
demikian terjadilah sel dengan inti yang mengandung empat perangkat kromosom (4n). Dua
perangkat berasal dari telur dan .dua perangkat lagi berasal dari sperma. Penggagalan
pembelahan tersebut dapat dilakukan dengan perlakuan fisik seperti kejutan panas, kejutan
dingin, dan kejutan tekanan hidrostatik. Sedangkan perlakuan kimia dapat berupa pemberian
zat kimia tertentu seperti Sitoltalasin B.
III. PENUNUTUP

Kesimpulan

Dari hasil tinjauan pustaka yang saya ambil Poliploidisasi adalah usaha, proses, atau
kejadian yang menyebabkan individu berkromosom lebih dari dua set (Rieger et al., 1976).
Tetraploid adalah individu-individu yang memiliki tingkat kromosom 4n.
DAFTAR PUSTAKA

Kordi, 2000. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara, Jakarta.

Kadi, A. Manipulasi Poliploidi Untuk Memperoleh Jenis Baru Yang Unggul. Oseana,
Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : 1 – 11.

Khairuman dan Amri,K.2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Penerbit Agro
Media Pustaka.Jakarta

Mukti, A,T. Perbedaan keberhasilan Tingkat poliploidisasi ikan mas(Cyprinus carpio Linn.)
melalui kejutan panas. Berk. Penel. Hayat i: 10 (133–138), 2005.

Mukti, A.T.; Rustidja; J.B. Sumitro dan M.S. djati 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus
carpio L.). Biosain,1(1): 22-36.

Susanto, H.,1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanto,Heru dan Agus Rochdianto, 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Utiah, A dan Sinjal,H. Tingkat Keberhasilan Triploidisasi Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
Yang Diberi Kejutan Suhu Panas Dengan Lama Waktu Kejutan Suhu Yang Berbeda. Pacific
Journal. Juni 2012. Vol. 2 (7) : 1350 – 1353.

Warseno, Y dan Partosuwiryo, S. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Mas.Penerbit :PT Citra
Aji Parama, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai