Dosen pengampu :
Eulis Marlina S.Pi ,M.Si
Di Susun Oleh :
DIMAS REVA ADIYOGA 18742024
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga ahir zaman.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Rachycentridae
Species : Rachycentron Canadum
Bagian dorsal tubuh ikan cobia berwarna hitam kecoklatan dengan bagian
lateral berwarna abu-abu dan bagian ventral berwarna putih. Matanya berwarna
hitam, dengan warna hitam juga terdapat pada moncong ikan sampai ke sirip ekor.
Ciri-ciri yang nampak saat masih muda adalah terdapat dua garis pada sisi lateral
yang berwarna hitam dan warna tersebut akan semakin pekat ketika dewasa.
Bentuk tubuh silindris dan panjang dengan kepala berbentruk pipih melebar.
Memiliki mulut lebar dengan rahang yang sempit dan gigi terdapat di dalam
rahang diantara lidah dan mulut (Anonim, 2006).
Selain itu, Cobia juga memiliki sirip dorsal pertama yang seperti duri
berjumlah 7 – 9 (pada umumnya 8) sedangkan sirip dorsal yang kedua ukuranya
lebih panjang. Sirip anal mirip dengan sirip dorsal yang kedua, tetapi ukurannya
lebih pendek. Ketika dewasa sirip caudal berbentuk seperti bulan sabit, dengan
bagian atas lebih panjang dari pada bagian bawah. Sedangkan pada saat mudanya,
sirip caudal berbentuk bulat (Hammond, 2001).
b. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan Induk Cobia di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung dilakukan di keramba jaring apung . Jaring yang digunakan terbuat dari
bahan polyethyline. Ukuran jaring Keramba yang digunakan 3 x 3 x 3 x m dan
ukuran mata jaring 2 inchi dengan ukuran benang D 18. Jaring yang digunakan
untuk pemeliharaan induk cobia sebayak 1 buah dengan kepadatan induk 10 ekor.
2.2.5 Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui kematangan gonad pada ikan.
Metode yang dilakukan adalah metode kanulasi untuk induk betina
dan stripping (pengurutan) untuk induk jantan. Induk yang matang gonad
(terdapat sperma dan oosit) maka dilakukan penyuntikan hormon HCG (HUMAN
CHORIONIC GONADOTROPHIN) 200 IU/kg berat badan. Penyuntikan hormon
ini dilakukan pada bagian sirip dada bagian bawah, karena bagian ini empuk
dan penyuntikan dibagian ini proses rangsangan induk lebih cepat.
2.2.6 Proses Pemijahan
Pemijahan yang dilakukan induk cobia yang berada di KJA tepatnya pada
bulan Maret dan bulan Mei 2013 yaitu secara alami dan menggunakan
rangsangan hormonal. Pengamatan pemijahan dilakukan dengan mengamati
tanda-tanda seperti : turunnya nafsu makan, perut buncit, kejar-kejaran. Apabila
terjadi pemijahan maka parameter yang diamati adalah tingkat pembuahan telur
(% FR) .
Pemijahan terjadi pada sore hari (sekitar pukul 16.00) atau malam hari,
umumnya terjadi pada bulan gelap, dengan interval 1 hari. Tetapi terkadang
induk cobia juga dapat memijah secara alami ( 1 kali dalam sebulan). Adapun
jumlah total telur ikan cobia yang dihitung pada tanggal 13 maret dan 15 mei
2013 dapat dilihat pada tebel berikut ini .
2.2.7 PemeliharaanLarva
Benih yang digunakan untuk kegiatan pendederan, dipilih benih yang sehat
bebas dari virus, bakteri dan parasit. Adapun padat penebaran yang dilakukan di
bak terkontrol yaitu ukuran besar (> 5 cm) 150 ekor/bak, ukuran (3,5 cm) sedang
200 ekor/bak dan ukuran kecil (2 cm) 300 ekor/bak.
3. Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan larva berupa pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami yang diberikan dari
jenis fitoplankton adalah Nannochloropsis sp dan dari
jenis zooplankton adalah rotifer ,Diaphanosoma dan Artemiasalina.
Sedangkan pakan buatan yang diberikan berupa pakan pellet dengan
merek dagang Love larva yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arendt, M.D.,J.E. Olney. Dan J.A. Lucy. 2001. Stomach content of Cobia.