Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
KELOMPOK 2
Perikanan B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2020
1. Lernaea sp.
Lernaea sp. Menurut Handajani (2005), merupakan salah satu ektoparasit
yang termasuk ke dalam phylum Arthopoda. Kordi (2004) menjelaskan bahwa
parasit Lernaea sp. sepintas mirip sebuah jarum yang menancap pada tubuli ikan,
sehingga sering disebut kutu jarum.
a. Klasifikasi
b. Morfologi
Lerneae sp. merupakan udang renik yang memiliki bentuk bulat memanjang
seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang berbentuk seperti
jangkar, sehingga organisme ini disebut sebagai cacing jangkar (anchor worm),
organ ini berfungsi untuk menempel pada tubuh ikan. Lernaea sp. dapat
menyebabkan penyakit Lerneasis. Penyakit ini biasanyamenyerang pada saat
pembenihan atau pendederan.Ikan yang terserang penyakit ini mengalami luka
pada tubuhnyadan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel
dengankuatnya dibagian badan, sirip, insang dan mata.
Jangkar
Kantung telur
e. Cara Penanggulangan
Cara mencegah parasit ini yaitu dengan melakukan pengeringan kolam,
filter air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia untuk
membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid.
Upaya pengendalian terhadap serangan cacing jangkar dewasa sulit
dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit khitin yang tahan terhadap
pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif untuk
memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar
yang menempel pada tubuh ikan dan segera dimusnahkan dengan cara
mengubur atau membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal
di dalam tubuh ikan.
Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, ikan direndam dalam
larutan Tetracyclin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses
perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut. Atau dapat
dilakukan dengan senyawa kimia berupa larutan Bromex 0,12 – 0,15 ppm.
Cacing jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan
yang terserang ke dalam larutan Dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam.
2. Caligus sp.
Caligus sp.adalah ektoparasit yang termasuk kedalam golongan crustacea.
Caligus sp. memiliki warna yang transparan sehingga Caligus sp. cukup sulit
dilihat dengan mata telanjang (Afrianto dkk 2015). Beberapa jenis dari Caligus
sp. Menyerang beberapa ikan yang berbeda. Beberapa contoh Caligus sp. dan
ikaninangnya adalah Caligus elonganus dengan inang ikan bawal, Caligus
epidermecus menyerang bagian kulit dengan inang ikan baronang dan ikan keru-
keru, Caligus patulus dengan inang ikan bandeng dan Caligus phipsoni
menyerang bagian dalam operkulum dan lembaran insang dengan inang ikan
kurau (Sidabalok 2012).
a. Klasifikasi
Fillum : Arthropoda
Kelas : Copepoda
Ordo :Siphonostomatoida
Sub ordo : Caligoida
Famillia : Caligidae
Genus : Caligus
Spesies : Caligus sp. Gambar 5. Caligus sp.
b. Morfologi
c. Siklus Hidup
d. Gejala Klinis
Crustacea yang hidup sebagai parasit pada ikan, termasuk kopepoda jenis
Caligus sp., dan isopoda jenis Aega sp. Caligus sp. Menyerang ikan muda yang
berukuran 3-5 cm, sedangkan Aega sp. Banyak ditemukan pada ikan kakap yang
dipelihara di dalam keramba. Tanda-tanda klinis pada ikan yang terserang
penyakit ini, yaitu nafsu makan berkurang, tingkat pertumbuhannya lambat, dan
mudah mengalami kematian.
Parasit ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak.
Penempelan ektoparasit ini dapat menimbulkan luka dan akan lebih parah lagi
karena ikan yang terinfeksi dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya
kedinding bak atau substrat keras lainnya. Timbulnya luka akan diikuti dengan
infeksi bakteri.
Caligus sp.berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan tanpa
bantuan mikroskop.Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah dengan
merendamnya dalam air tawar selama beberapa menit. Perlakuan dengan
formalin200-250 ppm juga cukup efektif. Penggunaan bahan seperti tricovolon
(dyvon 95 SP) hingga 2 ppm akan dapat memattikan parasit.
Parasit jenis ini memiliki beberapa tahapan dalam siklus hidupnya, namun
pada tahap dewasa akan hidup sebagai parasit pada ikan. Caligus dewasa betina
memiliki untaian yang menonjol, kemudian telur tersebut akan melepaskan diri
dan berenang bebas dan akan menempel pada inang baru sampai menetas. Pada
ikan tertentu misalnya ikan nila, caligus ditemukan tidak hanya menyerang pada
kulit, tetapi sudah sampai menyerang insang. Serangan Caligus pada ikan pada
tingkat parah dapat menyebabkan luka atau borok, biasanya bentuk lukanya
dangkal, muncul ulserasi dengan otot yang terekspos keluar. Pada ikan yang
terserang biasanya akan berenang dengan bersandar satu sama lain.
Penempelannya dapat menimbulkan luka, dan luka akan semakin parah karena
ikan yang terinfeksi sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau
substrat keras di sekitar wadah pemeliharaan. Timbulnya luka akibat parasit ini
akan diikuti oleh infeksi bakteri. Parasit ini dapat diamati secara kasat mata
dengan panjang tubuh antara 2-3 mm, pengamatan mengunakan mikroskop akan
terlihat seperti kutu dengan dua titik mata di kepala. Pada infeksi akut, kulit ikan
akan tampak shimmer.
3. Cymothoa sp.
Cymothoa sp. Merupakan salah satu parasite yang termasuk kedalam ordo
isopoda. Isopoda adalah salah satu ordo dari sub filum Crustacea yang paling
beragam dan hidup di lingkungan yang luas. Habitat Isopoda ada di darat, perairan
laut, dan air tawar, meskipun paling sering ditemukan di perairan laut dangkal.
a. Klasifikasi
b. Morfologi
Parasit dari isopoda ini biasanya bersifat hermaprodit pada tipe cymothoid.
Awal hdiupnya adalah jantan namun berubah menjadi betina. Pada seluruh fase
hidupnya ia bersifat parasit dan erupa parasit ektoparasit. Bagian tubuh terdiri dari
Cephalon, Peraeon, dan Pleion.
Cymothoa sp. betina berukuran 8-29 milimeter (0,3-1,1) panjang dan 4-14
mm (0,16-0,55 dalam) lebarnya maksimal. Jantan sekitar 7,5-15 mm (0,3-0,6)
panjang dan 3-7 mm (0,12-0,28 dalam) lebar. Cymothoa sp. menempelkan dirinya
pada lidah ikan. Parasit ini mulai menghisap darah melalui cakar pada kaki-kaki
depannya. Sejalan dengan pertumbuhannya, makin sedikit darah yang dapat
mencapai lidah dan mengalami atropi. Itulah saat dimana kutu ini menggantikan
lidah dengan menempelkan tubuhnya pada otot-otot ikan yang akan
menggunakannya seperti layaknya lidah yg normal.
Tidak banyak yang diketahui mengenai siklus hidup Cymothoa sp. Spesies
ini menunjukkan reproduksi seksual. Kemungkinan spesies yang masih muda
menempel di insang ikan dan menjadi jantan. Begitu dewasa, mereka menjadi
betina dan perkawinan kemungkinan terjadi di insang. Jika tidak ada betina,
dengan adanya sepasang jantan, satu jantan dapat menjadi betina setelah
panjangnya membesar menjadi 10 mm. Spesies betina lalu memasuki mulut ikan
dan menempel di lidahnya (Matt Clarke 2015).
d. Gejala Klinis
e. Cara Penanggulangan