Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI CACING JANGKAR PADA

IKAN KOMET (Carassius Auratus)

DOSEN PENGAPU :
Adni Oktaviana, S.Pi., M.Si.

KELOMPOK 2 :

Alfito Ramanda Bakti 21744002


Rio Okta Fernando 21744029
M Harya Ramdhani 21744019
Fikri Wijaya 21744010
M Gathan Rapoundra Ilyas 21744018

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
T.A. 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2.1 Klasifikasi cacing jangkar :.......................................................................5
2.2 Bio Ekologi Cacing Jangkar :....................................................................5
2.3 Gejala Klinis:..................................................................................................6
2.4 Pengendalian :................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
3.1. Waktu Dan Tempat.......................................................................................7
3.2. Alat Dan Bahan.............................................................................................7
3.3. Prosedur Kerja...............................................................................................7
BAB IV....................................................................................................................8
4.1 Hasil dan pembahasan....................................................................................8
BAB V......................................................................................................................9
5.1 kesimpulan......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Komet (Carassius auratus) merupakan ikan hias yang banyak memiliki
penggemar di Indonesia. Ikan ini banyak dikenal karena miliki warna yang indah,
eksotis dan bentuk yang menarik (Mahmudin, 2013). Kebiasaan hidupnya dapat
hidup di sungai, danau, dan air yang tergenang dengan berarus lambat. Komet
termasuk pemakan tumbuhan, krustasea kecil, serangga, dan detritus. Sistematika
ikan komet ( Goernas , 2005) adalah filum : Chordata, Kelas Pisces, famili
Cyprinidae, Genus Carassius, Spesies Carassius auratus. Pada usaha budidaya
pembenihan, banyak gangguan oleh penyakit, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penyakit muncul akibat interaksi antara jasad penyebab penyakiti, inang ikan
sendiri dan kondisi lingkungan hidupnya. Interaksi yang tidak serasi ini
menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Kordi,
2005). Penyakit parasit dibedakan ektoparasit dan endoparasit (Durborow, 2003).
Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada permukaan luar tubuh inang atau di
dalam liang-liang kulit. Infeksi ektoparasit terlihat secara fisik, karena ektoparasit
terlihat jelas pada tubuh luar ikan. Juga mengganggu sistem metabolisme,
merusak organ, dan menghambat pertumbuhan ikan (Hadiroseyani et al. 2006,
Azmi ,2013).

Lernea merupakan salah satu ektoparasit yang termasuk ke dalam kelompok


crustacea atau udang -udangan tingkat rendah. Ciri parasit ini adalah mempunyai
jangkar yang menusuk pada kulit ikan, biasanya terletak di bagian ekor atau perut
yang menggantung. Parasit ini disebut dengan cacing jangkar (Anchorworm)
karena bentuk tubuhnya panjang dan bagian kepalanya seperti jangkar yang akan
dibenamkan pada tubuh ikan sehingga terlihat menempel pada bagian tubuh ikan.
Parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk
perkembangan telurnya. Selain itu, bila parasit ini mati akan meninggalkan berkas
lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Lernea
ini menyerang ikan air tawar baik ukuran benih maupun indukan, termasuk pada
ikan komet.

Prosentase tingkat kejadian infeksi dan intensitas atau patogenisitas parasit


dipengaruhi oleh faktor lingkungan suhu, kelembaban, sifat kimia media, dan
inang dengan sistem imunnya. (Hadiroseyani et.al, 2006). Serangan ektoparaasit
pada benih ikan, apabila tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan
mortalitas yang tinggi, sehingga jumlah benih yang dihasilkan tidak maksimal
serta kualitas benih tidak unggul. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang
merugikan dalam budidaya benih. Benih ikan masih dianggap rentan terhadap
infeksi parasit. Kerugian akibat dari infeksi ektoparasit memang tidak sebesar
kerugian yang diakibatkan oleh infeksi organisme lain seperti virus dan bakteri,
namun infeksi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi
organisme patogen yang lebih berbahaya (Rokhmani, 2009). Organisme ini hidup
dengan cara memakan sel bakteri yang ada pada perairan atau yang menempel di
permukaan tubuh inangnya (Basson & Van As, 2006), serta mampu bertahan
hidup selama 2 hari tanpa inang (Syakuri et al., 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Ikan komet mudah terserang patogen cacing jangkar Secara spesifik, parasit
menyebabkan berbagai perubahan, baik pada organ, jaringan tubuh maupun
tingkah laku inang, misalnya kerusakan sisik, sirip, kekurusan dan bisa
mematikan.

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini untuk bisa memantau tingkat infeksi atau
patogenisitas parasit dan mengidentifikasi jenis ektoparasit pada benih ikan komet
yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya pengendalian
parasit ini pada sentra benih dan budidaya ikan hias.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

Parasit ini adalah penyebab Lerniasis. Lernia sp disebabkan oleh Lernea sp


yang lebih dikenal dengan cacing jangkar. Sebenarnya, Lernea sp bukan termasuk
dalam kelompok cacing, melainkan merupakan spesies udang kecil yang
berbentuk elips seperti cacing dan memiliki cengkeraman seperti jangkar, oleh
karena itu disebut cacing jangkar. Beberapa spesies Lernea ditemukan menyerang
ikan air tawar, yaitu Lernea cyprinacea. Biasanya terletak pada insang, badan atau
sirip, Lernea sp merupakan parasit eksternal yang sering ditemukan pada ikan mas
hias dan ikan air tawar lainnya. Selain Lernea sp, terdapat krustasea lain seperti
Ergasilus sp dan Argulus sp yang juga menyerang ikan air tawar atau laut.

2.1 Klasifikasi cacing jangkar :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Maxillopoda
Ordo : Cyclopoida
Familia : Lernaeidae
Genus : Lernaea
Spesies : Lernaea sp

Gambar 1. Cacing Jangkar


2.2 Bio Ekologi Cacing Jangkar :

a) Menempel ke tubuh ikan dengan “jangkar” yang menusuk dan


berkembang di bawah kulit.
b) Badan parasit dilengkapi dengan dua buah kantung telur akan terlihat
menggantung di luar tubuh ikan.
c) Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini,
terutama yang berukuran benih.
d) Pada tingkat infeksi yang tinggi dapat mengakibatkan kasus kematian
yang serius.

2.3 Gejala Klinis:

Gejala klinis serangan Lernea sp antara lain ikan yang terserang


mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat jelas cacing jangkar yang menempel
dengan kuat pada bagian badan, sirip, insang, dan mata, pembengkakan, sisik
terkelupas, dan necrosis, penurunan berat tubuh, perkembangan gonad terhambat,
terdapat ulcer (borok), mengalami kesulitan bernafas, dan sangat memungkinkan
serangan sekunder dari bakteri atau jamur infeksius lainnya.
2.4 Pengendalian :

1. Pengendapan dan penyaringan air masuk.


2. Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar
3. kolam yang diikuti dengan pengapuran.
4. Perendaman dengan :
 Larutan formalin pada 250 ppm selama 15 menit.
 Larutan Abate pada dosis 1 ppm (akuarium) dan 1,5 ppm (kolam).
 Larutan Dichlorvos 0,2 mg/L selama 24 jam atau lebih, setiap minggu
selama 4 minggu berturut-turut.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan di kampus Politeknik Neegeri Lampung,


pada hari Senin, 14 November 2022 dari pukul 13:18-14:15 WIB di Laboratorium
Lab B

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain, mikroskop, kaca objek, coverglass,


wadah, alat bedah, timbangan, alat tulis, Handphone. Sedangkan bahan yang
digunakan berupa tisu, ikan yang terkena parasite ( Ikan Lele dan Ikan Komet)

3.3. Prosedur Kerja

Pemeriksaan parasite dilakukan dengan mengambil sampel. Sampel yang di


ambil berupa insang, hati dan lender ingsang. Semua sampel di periksa
menggunkan mikroskop.

Sebelum mengambil sampel tersebut, ikan-ikan di matikan dan dilakukan


pembedahan untuk mengambil sampel hati lalu merobek bagian operculum untuk
mengambil sampel insang.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan

Parasit cacing jangkar (anchor worm) merupakan salah satu jenis parasit
yang memiliki nama latin Larnea cyprinacea dan Larnea Arcuata. Parasit ini
menginfeksi inangnya dengan “jangkar” yang menusuk dan berkembang di bawah
kulit.Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terinfeksi parasit cacing jangkar
ini, terutama pada ikan yang masih dalam fase “benih”. Pada tingkat infeksi yang
tinggi, parasit ini dapat mengakibatkan kasus kematian yang serius pada inangnya.
Parasit cacing jangkar terlihat menyerupai jangkar yang menusuk tubuh inang
(ikan).

Terkadang, pada tubuh parasit ditumbuhi lumut sehingga ikan yang


terinfeksi terlihat seperti sedang membawa bendera putih. Pada saat menginfeksi
inangnya, parasit ini akan menanamkan kepalanya yang berbentuk seperti jangkar
ke dalam sisik atau daging ikan. Kita akan tahu ikan mengalami infeksi saat ikan
terlihat memiliki makhluk berukuran 25 mm berserabut, dan berwarna putih yang
menggantung di tubuhnya.Ketika terinfeksi oleh parasit cacing jangkar, sang
inang akan mengalami luka dan pendarahan pada bagian tubuh yang ditempeli
(terinfeksi). Pada benih ikan, parasit ini dapat menusuk bagian tubuh hingga
mencapai organ dalam sehingga dapat mengakibatkan kematian pada sang inang.
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan

Pemberian vitamin dapat meningkatkan kondisi tubuh benih ikan agar ketahanan
dan pertumbuhan benih selama masa pemelliharaan dapat berjalan dengan baik
sehingga tidak ada benih yang mal nutrisi. Penanganan terhadap benih yang
terserang parasit harus segera diatasi agar tidak menimbulkan banyak benih yang
terjangkit parasit.Menjaga kualitas air pemeliharaan ikan agar kondisi ikan dapat
stabil tidak ada gangguan kesehatan akibat kulalitas air yang kurang baik. jika
terjadi penurunan kandungan oksigen terlarut pada air pemeliharaan maka
pemberian aerasi harus segera dilakukan pada kolam harus optimum agar
kandungan oksigen terlarut dapat kembali tersedia dengan cukup untuk
kelangsungan respirasi ikan terutama pada pagi hari dimana oksigen cenderung
rendah.

Pencegahan agar penularan penyakit tidak terneksi kebenih/benih yang sehat


maka jika terlihat ada ikan sakit di kolam pemeliharaan maka segera dikeluarkan
dari kolam. Pengendalian penyakit yang benar merupakan syarat utama untuk
mencegah atau mengobati perkembangan parasit yang menyerang ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Iktiologi-Indonesia.Org.http://iktiologi-indonesia.org/wp
content/uploads/2020/02/2.-Tutik-Infeksi-cacing-Lirnea.pdf.

Durborow, R.M. 2003. Protozoan parasites. SRAC publication.

Kordi, M. G. H. 2005. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta


dan Bina Adiaksara. Jakarta

"Penyakit Ikan Lernea (Cacing Jangkar)". 2022. Lalaukan.Com.


https://www.lalaukan.com/2019/06/penyakit-ikan-lernea-cacing-
jangkar.html.

Anda mungkin juga menyukai