OLEH KELOMPOK 2 :
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan , dan penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
pratikum ini dengan baik. Judul laporan ini ialah ” Pengamatan Parasit Pada ikan
Nila”( Oreochromis Niloticus). Laporan ini berisi tentang pengamatan parasit pada
ikan nila (Oreochromis Nilotikus). Laporan ini di susun untuk memenuhi pratikum
mata kuliah Parasit Daaaan Penyakit Ikan. Kami menyadari laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan
laporan ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu organisme yang banyak diperoleh dari bekas galian penambangan emas
tersebut adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan nila merupakan ikan asli perairan
Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan sebagai salah
satu biota air yang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat pencemaran yang
terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat
yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan, maka hal ini dapat
menunjukkan tingkat pencemaran yang terjadi di lingkungan. Kandungan logam berat
dalam ikan seringkali dikaitkan dengan embuangan limbah industri di sekitar tempat
hidup ikan tersebut. Banyaknya logam berat yang terserap tubuh ikan bergantung pada
bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta
jenis ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Setyawan 2013).
Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan
organisme lain yang ditempatinya (inang) dan menyebabkan penyakit. Suatu parasit
merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau dalam suatu organisme kedua,
yang disebut inang. Interaksi yang membentuk hubungan inang parasit adalah kompleks.
Ketika suatu parasit mencoba untuk menyebabkan infeksi, inang merespon dengan
menggerakkan suatu kesatuan tempur dari mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah
penyakit yang akan memasuki mekanisme pertahanan disebut resistensi (kekebalan).
Parasit merugikan inang tersebut karena mengambil nutrien dari inang yang dapat
menyebabkan kematian. Parasit ikan akan memilih lokasi penempelan sebaik mungkin di
tubuh ikan. Berdasarkan lokasi penempelannya, parasit dapat dibedakan menjadi
ektoparasit, endoparasit dan mesoparasit (Sufriyanto, dkk.2014). Menurut Bellay et al.
(2015), ektoparasit adalah parasit yang hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar
tubuh dan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam sel organ. Mereka berinteraksi
dengan inang dalam berbagai cara.
1.2. Tujuan
1. Pratikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit yang ada didalam tubuh
ikan dan diluar tubuh ikan.
2. Mahasiswa mampu mengenal atau mengetahui jenis-jenis parasit yang
terdapat pada tubuh ikan
3. Mahasiswa harus bisah membedakan jenis-jenis parasit yang ada pada tubuh
ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.) ektoparasit (parasit eksternal); parasit yang hidup di organ luar inangnya.
2.) endoparasit (parasit internal); yaitu parasit yang hidup di organ dalam
inangnya. Berdasarkan siklus hidupnya, parasit dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
Parasit intermiten adalah parasit yang siklus hidupnya secara periodik menempel
di luar atau di dalam tubuh inang pada waktu-waktu tertentu sedangkan pada
waktu lain harus meninggalkan tubuh inang, jika siklus itu tidak bertahan maka
parasit mati.
Parasit fakultatif adalah parasit yang masa hidupnya tidak bergantung pada
organisme inang. Parasit ini hanya membutuhkan inang dari waktu ke waktu,
misalnya saat mencari makan atau untuk berkembang biak.
Parasit obligat adalah parasit yang menempel di bagian luar atau dalam tubuh
inang selama siklus hidupnya mati ketika inang tidak ada.
membutuhkan waktu.
2.4. Jenis Parasit Yang Menyerang pada
Ikan Air Laut
Protozoa
Protozoa adalah hewan uniseluler yang hidup sendiri-sendiri atau berkoloni.
Diperkirakan 50.000 spesies protozoa telah diidentifikasi. Habitat protozoa
adalah air laut, air payau, air tawar, tanah basah dan pasir kering. Kebanyakan
protozoa hidup bebas, memakan organisme yang lebih besar. Beberapa
protozoa hidup sebagai parasit, termasuk parasit pada ikan, yaitu:
Tichodina, Ichthyoptirius dan Heneguya (Suwignyo et al., 1997). Parasit
protozoa dapat bersifat obligat, obligat, ektoparasit dan endoparasit (Mollers
et al., 1986). Noble and Noble (1989) menemukan bahwa protozoa dibagi
menjadi lima kelompok:
Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora dan Myxozoa.
Sarcomastighopora termasuk kelompok Mastighopora, yang menggunakan
flagela sebagai alat penggerak, dan mencakup semua protozoa yang
menampilkan satu atau lebih flagela di semua tahap siklus hidupnya. Sebagian
besar spesies Mastighopora hidup bebas dan dapat ditemukan di berbagai
habitat, tetapi banyak yang memiliki hubungan simbiosis (komensalisme,
mutualisme, dan parasitisme) dengan vertebrata dan invertebrata.
Mastighopora terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: Phytomastighopora,
Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang baik untuk ikan
adalah Amyloodinium pillularis. Parasit ikan yang termasuk dalam ordo
Zoomastighopora adalah Ichtyobodo necatrix, yang menginfeksi kulit dan
insang berbagai ikan air tawar. Cryptobia menginfeksi insang, usus dan darah
ikan air tawar dan laut (Grabda, 1991).
Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari kata Yunani “platy” yang berarti datar dan
“helminthes” yang berarti cacing. Kelompok hewan ini merupakan kelompok
hewan pertama yang menunjukkan terbentuknya lapisan ketiga (mesoderm).
Kehadiran mesoderm dalam embrio memperhitungkan pembentukan sebagian
besar sistem organ Platyhelminthes. Pembentukan mesoderm dan sistem
organ bersamaan dengan pembentukan bagian depan, belakang dan
penampilan simetri bilateral. Tubuh bagian depan merupakan bagian yang
pertama kali bersentuhan dengan lingkungan saat berjalan dan memiliki
sensasi paling banyak dibandingkan bagian belakang (Suwignyo et al., 1997).
Cacing pipih tidak memiliki organ gerak khusus. Pergerakannya merupakan
hasil kontraksi kantung otot dermal. Sistem reproduksi berkembang sangat
baik dan memenuhi hampir seluruh tubuh. Filum Platyhelminthes terdiri dari
empat kelas yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda,
1991).
Branchiura
Menurut Mollers (1986), sekitar 140 spesies Branchiura dapat menginfeksi
ikan, 35 diantaranya hanya ikan laut. Branchiura memiliki bentuk mata yang
besar, contohnya adalah Argulus sp. Tubuh Argulus sp terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu: cephalotorax, thoraks dan abdomen. Struktur cephalothorax
Argulus sp mirip dengan Caligus sp.
Argulus sp menginfeksi kulit ikan dengan cara masuk melalui stilet kemudian
melepaskan enzim pencernaan melalui dua saluran siphon. Infeksi Argulus sp
dapat berakibat fatal pada ikan kecil, tingkat infeksi tidak diketahui (Mollers,
1986). Hal ini biasanya disebabkan oleh kekuatan parasit yang menginfeksi
dan perbedaan kekebalan antara ikan kecil dan besar, dan proses adaptasi
antara parasit dan inang juga berperan. Ikan besar yang telah beradaptasi
dengan parasit yang menginfeksinya tidak menunjukkan tanda-tanda
penyakit.
Penambahan daun jambu biji sesuai dengan metode Voigt (1984). Daun jambu biji
segar dibersihkan dengan air mengalir. Daun dijemur di bawah sinar matahari (3-7
hari) sampai daun kering bila ada tanda-tanda kerusakan daun ringan dan kadar air di
bawah 10%. Daun kering dihaluskan dengan blender sampai terbentuk serbuk
simplisia. Serbuk simplisia sebanyak 200 g dicampur dengan 800 ml air suling dan
dipanaskan pada suhu 90 °C selama 15 menit. Hasil infusan disaring dengan kertas
saring, dan hasil saringannya dijadikan larutan stok dengan konsentrasi 100N, jadi
300ml.
BAB III
METODE PRATIKUM