Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRATIKUM

PENGAMATAN PARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis Niloticus)

OLEH KELOMPOK 2 :

MIKHAEL RESI (2213010035)


YOHANES EFENDI PRANATA (2213010067)
JEFRIANUS NGGADU (2213010009)
IVANDER S. B. SAEFATU (2213010071)
MERLIN ARIANI FANI (2213010031)
HORDY SITTY APLUGI (2213010049)
NATASYA C. A. LADUMA (2213010021)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTERNAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan , dan penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
pratikum ini dengan baik. Judul laporan ini ialah ” Pengamatan Parasit Pada ikan
Nila”( Oreochromis Niloticus). Laporan ini berisi tentang pengamatan parasit pada
ikan nila (Oreochromis Nilotikus). Laporan ini di susun untuk memenuhi pratikum
mata kuliah Parasit Daaaan Penyakit Ikan. Kami menyadari laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan
laporan ini.

Kupang, Februari 2023

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu organisme yang banyak diperoleh dari bekas galian penambangan emas
tersebut adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan nila merupakan ikan asli perairan
Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan sebagai salah
satu biota air yang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat pencemaran yang
terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat
yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan, maka hal ini dapat
menunjukkan tingkat pencemaran yang terjadi di lingkungan. Kandungan logam berat
dalam ikan seringkali dikaitkan dengan embuangan limbah industri di sekitar tempat
hidup ikan tersebut. Banyaknya logam berat yang terserap tubuh ikan bergantung pada
bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta
jenis ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Setyawan 2013).

Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dan merugikan
organisme lain yang ditempatinya (inang) dan menyebabkan penyakit. Suatu parasit
merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau dalam suatu organisme kedua,
yang disebut inang. Interaksi yang membentuk hubungan inang parasit adalah kompleks.

Ketika suatu parasit mencoba untuk menyebabkan infeksi, inang merespon dengan
menggerakkan suatu kesatuan tempur dari mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah
penyakit yang akan memasuki mekanisme pertahanan disebut resistensi (kekebalan).
Parasit merugikan inang tersebut karena mengambil nutrien dari inang yang dapat
menyebabkan kematian. Parasit ikan akan memilih lokasi penempelan sebaik mungkin di
tubuh ikan. Berdasarkan lokasi penempelannya, parasit dapat dibedakan menjadi
ektoparasit, endoparasit dan mesoparasit (Sufriyanto, dkk.2014). Menurut Bellay et al.
(2015), ektoparasit adalah parasit yang hidup di kulit, insang, dan bagian permukaan luar
tubuh dan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam sel organ. Mereka berinteraksi
dengan inang dalam berbagai cara.

1.2. Tujuan
1. Pratikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasit yang ada didalam tubuh
ikan dan diluar tubuh ikan.
2. Mahasiswa mampu mengenal atau mengetahui jenis-jenis parasit yang
terdapat pada tubuh ikan
3. Mahasiswa harus bisah membedakan jenis-jenis parasit yang ada pada tubuh
ikan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Parasit


Parasit adalah organisme yang hidup di organ luar atau dalam organisme lain (dari
spesies berbeda), yang berbahaya. Organisme parasit terdiri dari protozoa, jamur,
serangga tingkat rendah, cacing dan lain-lain. Parasit dapat membuat ikan sakit.
Berdasarkan tempat tinggal parasit, mereka dibagi menjadi dua kelompok;

1.) ektoparasit (parasit eksternal); parasit yang hidup di organ luar inangnya.
2.) endoparasit (parasit internal); yaitu parasit yang hidup di organ dalam
inangnya. Berdasarkan siklus hidupnya, parasit dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
Parasit intermiten adalah parasit yang siklus hidupnya secara periodik menempel
di luar atau di dalam tubuh inang pada waktu-waktu tertentu sedangkan pada
waktu lain harus meninggalkan tubuh inang, jika siklus itu tidak bertahan maka
parasit mati.
Parasit fakultatif adalah parasit yang masa hidupnya tidak bergantung pada
organisme inang. Parasit ini hanya membutuhkan inang dari waktu ke waktu,
misalnya saat mencari makan atau untuk berkembang biak.
Parasit obligat adalah parasit yang menempel di bagian luar atau dalam tubuh
inang selama siklus hidupnya mati ketika inang tidak ada. 

2.2. Jenis Parasit Yang Menyerang Pada


Ikan Air Tawar
Budidaya ikan hias air tawar merupakan usaha yang memiliki prospek baik,
mengingat potensi pasar nasional, regional dan internasional masih sangat terbuka.
Hal ini tercermin dari peningkatan ekspor ikan hias setiap tahunnya. Misalnya,
pada tahun 1994-1999 nilai ekspor meningkat sebesar 30,35% dan volume sebesar
40,92% (Anonim 2000). Peningkatan efisiensi dengan luas lahan yang terbatas
merupakan peluang untuk mengembangkan usaha akuakultur untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas. Saat reproduksi diintensifkan, kepadatan ikan di tangki
penangkaran meningkat berkali-kali lipat, sehingga risiko penyakit tinggi.
Penyakit infeksi parasit merupakan salah satu kendala pengembangan budidaya
ikan, termasuk ikan hias air tawar. Penyakit parasit menyebabkan penurunan
kualitas dan kuantitas produk yang berdampak pada kerugian ekonomi petani.
Pengendalian penyakit harus dilakukan tepat waktu. Informasi diperlukan terkait
dengan tindakan pengendalian dan pemberantasan penyakit. 

Gambar 1. Parasit Argalus pada ikan air tawar

2.3. Jenis Parasit Pada Ikan Air Payau


 Parasit Actinocleidus sp. memiliki siklus hidup yang bergantung pada suhu
sekitar. Parasit ini jarang menginfeksi ikan laut atau perairan yang
bersalinitas tinggi dan bersuhu tinggi, karena di perairan tersebut proses
reproduksi parasit ini dapat terganggu. Namun populasi parasit ini dapat
menurun walaupun pada suhu rendah yaitu pada suhu 5 0 С, sedangkan
pada badan air dengan suhu 12 0 С pertumbuhan mulai meningkat (dua kali
lipat dalam seminggu), dan pada suhu 180-270 С pertumbuhan meningkat. .
(dua kali lipat dalam seminggu). dalam tiga hari) (Dwatmadji et al., 2007)
Parasit dari kelompok Monogenea biasanya menyerang insang, dimana
jejak ikan yang diparasit menyebabkan produksi lendir yang berlebihan.
Akibat aktivitas makan parasit Monogenea mengakibatkan produksi lendir
yang berlebihan, hiperplasia epitel atau perdarahan yang dapat
menyebabkan ikan mati. Hal ini terlihat pada saat pengamatan yaitu lamela
insang ikan bandeng rusak, dan lamela insang berwarna terang dan bercak
putih kecil. Parasit Actinocleidus sp. melekatkan diri dengan menggunakan
jangkar dan hook pada haptor yang terdapat dibagian posterior tubuh. Siklus
hidup parasit ini tergantung pada temperatur lingkungan. Parasit ini jarang
menyerang ikan-ikan air laut atau perairan yang tinggi salinitas dan suhunya
karena pada perairan demikian proses reproduksi parasit ini dapat
terganggu. Namun parasit ini juga bisa mengalami penurunan populasi pada
suhu rendah yaitu 5 0C sedangkan pertumbuhan mulai meningkat pada
perairan dengan suhu 12 0C (dua kali lipat dalam seminggu) dan
pertumbuhan percepat pada suhu 180C-270C (dua kali lipat dalam tiga hari)
(Dwatmadji dkk., 2007) Parasit dari golongan monogenea umumnya
menyerang insang, dimana tanda ikan yang terserang parasit mengalami
produksi lendir yang berlebihan. Akibat aktivitas makan parasit monogenea
mengakibatkan kelebihan produksi mucus, hiperplasia ephitelia atau terjadi
pendarahan, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini
terlihat pada saat pengamatan yaitu lamela insang ikan bandeng mengalami
kerusakan dan terdapatwarna pucat-pucat pada dan bintik- bintikputih kecil
yang melekat di lamela insang itu.
 Gyrodactylus sp..
Ciri-ciri yang ditemukan sama dengan penelitian Hidayaturrahmah (2007)
yaitu parasit Gyrodactylus sp. merupakan parasit yang terutama menyerang
bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) dan jarang menyerang bagian dalam
tubuh ikan (endoparasit). Parasit ini biasanya menyerang kulit dan insang,
panjang 0,15-20 mm, bentuk tubuh fusiform, dorhaptor dan siklus dengan
sepasang kait tengah dan deretan kait tepi. Sifat ikan yang terkena parasit
ini meningkatkan produksi lendir di epidermis, kulit tampak lebih cerah dari
biasanya, laju pernapasan semakin meningkat karena insang tidak bekerja
dengan baik, berat badan turun (kurus), melompat ke permukaan air dan
dengan infeksi yang parah, insang rusak bahkan ikan mati. Setelah
terdeteksi, ditemukan parasit ini pada permukaan tubuh ikan bandeng, dan
pada bagian muka ikan bandeng tampak pucat pada bagian yang terdapat
parasit tersebut, dengan bercak merah kecil yang menempel di tubuh ikan
bandeng. Hasil pengamatan tidak jauh berbeda dengan penelitian Sunarma
(2007) yang menemukan bahwa parasit ini berbentuk cacing yang
menempel pada tubuh inang dan berkembang biak dengan melahirkan
keturunan yang sudah mengandung keturunan. yang berarti kelahiran
embrio yang sudah memiliki generasi embrio berikutnya dapat diperoleh
bahkan dari satu embrio. hingga lima embrio lagi. Menurut Nilna (2010),
ini adalah parasit hidup di permukaan air tawar atau payau dan

membutuhkan waktu.
2.4. Jenis Parasit Yang Menyerang pada
Ikan Air Laut
 Protozoa 
Protozoa adalah hewan uniseluler yang hidup sendiri-sendiri atau berkoloni.
Diperkirakan 50.000 spesies protozoa telah diidentifikasi. Habitat protozoa
adalah air laut, air payau, air tawar, tanah basah dan pasir kering. Kebanyakan
protozoa hidup bebas, memakan organisme yang lebih besar. Beberapa
protozoa hidup sebagai parasit, termasuk parasit pada ikan, yaitu:
Tichodina, Ichthyoptirius dan Heneguya (Suwignyo et al., 1997). Parasit
protozoa dapat bersifat obligat, obligat, ektoparasit dan endoparasit (Mollers
et al., 1986). Noble and Noble (1989) menemukan bahwa protozoa dibagi
menjadi lima kelompok:
Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa, Ciliophora dan Myxozoa.
Sarcomastighopora termasuk kelompok Mastighopora, yang menggunakan
flagela sebagai alat penggerak, dan mencakup semua protozoa yang
menampilkan satu atau lebih flagela di semua tahap siklus hidupnya. Sebagian
besar spesies Mastighopora hidup bebas dan dapat ditemukan di berbagai
habitat, tetapi banyak yang memiliki hubungan simbiosis (komensalisme,
mutualisme, dan parasitisme) dengan vertebrata dan invertebrata.
Mastighopora terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: Phytomastighopora,
Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang baik untuk ikan
adalah Amyloodinium pillularis. Parasit ikan yang termasuk dalam ordo
Zoomastighopora adalah Ichtyobodo necatrix, yang menginfeksi kulit dan
insang berbagai ikan air tawar. Cryptobia menginfeksi insang, usus dan darah
ikan air tawar dan laut (Grabda, 1991).  
 Platyhelminthes 
Platyhelminthes berasal dari kata Yunani “platy” yang berarti datar dan
“helminthes” yang berarti cacing. Kelompok hewan ini merupakan kelompok
hewan pertama yang menunjukkan terbentuknya lapisan ketiga (mesoderm).
Kehadiran mesoderm dalam embrio memperhitungkan pembentukan sebagian
besar sistem organ Platyhelminthes. Pembentukan mesoderm dan sistem
organ bersamaan dengan pembentukan bagian depan, belakang dan
penampilan simetri bilateral. Tubuh bagian depan merupakan bagian yang
pertama kali bersentuhan dengan lingkungan saat berjalan dan memiliki
sensasi paling banyak dibandingkan bagian belakang (Suwignyo et al., 1997).
Cacing pipih tidak memiliki organ gerak khusus. Pergerakannya merupakan
hasil kontraksi kantung otot dermal. Sistem reproduksi berkembang sangat
baik dan memenuhi hampir seluruh tubuh. Filum Platyhelminthes terdiri dari
empat kelas yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda,
1991).  
 Branchiura 
Menurut Mollers (1986), sekitar 140 spesies Branchiura dapat menginfeksi
ikan, 35 diantaranya hanya ikan laut. Branchiura memiliki bentuk mata yang
besar, contohnya adalah Argulus sp. Tubuh Argulus sp terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu: cephalotorax, thoraks dan abdomen. Struktur cephalothorax
Argulus sp mirip dengan Caligus sp.
Argulus sp menginfeksi kulit ikan dengan cara masuk melalui stilet kemudian
melepaskan enzim pencernaan melalui dua saluran siphon. Infeksi Argulus sp
dapat berakibat fatal pada ikan kecil, tingkat infeksi tidak diketahui (Mollers,
1986). Hal ini biasanya disebabkan oleh kekuatan parasit yang menginfeksi
dan perbedaan kekebalan antara ikan kecil dan besar, dan proses adaptasi
antara parasit dan inang juga berperan. Ikan besar yang telah beradaptasi
dengan parasit yang menginfeksinya tidak menunjukkan tanda-tanda
penyakit. 

2.5. Cara Pengendalian parasit pada


budidaya ikan

Penambahan daun jambu biji sesuai dengan metode Voigt (1984). Daun jambu biji
segar dibersihkan dengan air mengalir. Daun dijemur di bawah sinar matahari (3-7
hari) sampai daun kering bila ada tanda-tanda kerusakan daun ringan dan kadar air di
bawah 10%. Daun kering dihaluskan dengan blender sampai terbentuk serbuk
simplisia. Serbuk simplisia sebanyak 200 g dicampur dengan 800 ml air suling dan
dipanaskan pada suhu 90 °C selama 15 menit. Hasil infusan disaring dengan kertas
saring, dan hasil saringannya dijadikan larutan stok dengan konsentrasi 100N, jadi
300ml.

Perendaman dilakukan menurut metode Suparman (2005) dengan modifikasi.


Siapkan larutan uji 2,5 ml/l dengan mencampurkan 2,5 ml larutan stok dan 100 ml air
suling. Siapkan larutan uji 5 ml/l dengan mencampurkan 5 ml stok dan 100 ml air
suling. Siapkan larutan uji 10 ml/l dengan mencampurkan 10 ml stok dan 100 ml air
suling. Setiap larutan uji kemudian ditempatkan dalam bejana dengan kepadatan 3
lele per liter air. Perendaman dilakukan dalam waktu 24 jam. Sebagai kontrol,
perlakuan dilakukan tanpa menambahkan larutan uji (infus daun jambu biji) ke dalam
bejana. 

BAB III
METODE PRATIKUM

1.1. Waktu Dan Tempat

Waktu pelaksanaan pratikum ialah Selasa 21 Februari 2023 Bertempat di


Laboratorium Prodi Budiya Perairan Fakultas Peternaka Kelautan dan
Perikanan

Anda mungkin juga menyukai