OLEH :
DESLIANA AMARTHA FRESHA
2004114169
BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK 1
HARI/JAM: Rabu /08:00 – 10:00 WIB
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis sampaikan atas berkat
rahmatnya sehingga laporan pratikum ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga laporan pratikum ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar laporan
pratikum ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan pratikum ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan pratikum ini.
Penulis
I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis memiliki kawasan seluas 7,7 km², terdiri atas 1,9 juta
km² teritori daratan, 2,7 juta km² teritori laut dan 2,7 km teritori perairan laut terbatas.
Sebanyak 47 ekosistem alami dapat teridentifikasi di Indonesia yang di dalamnya hidup lebih
dari 280.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan dan lebih banyak lagi jasad renik.
Kekayaan ini menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity kedua setelah
Brasil. Selain itu, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia (81.000 km)
setelah Kanada dengan kekayaan alam laut yang besar. Dengan kekayaan laut tersebut,
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berpotensi besar di bidang perikanan.
Ironisnya, kondisi perikanan tangkap di Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun.
Peningkatan rata-rata produksi budi daya ikan lebih tinggi dibanding dengar peningkatan
aktivitas penangkapan, Kontribusi budi daya terhadap produksi nasional perikanan
diharapkan meningkat agar ke depan diharapkan perikanan budi daya menjadi salah satu
andalan sumber devisa nonmigas. ( Nurcahyo, W. 2018 ).
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan dalam
pembangunan perikanan di Indonesia. Produksi dari perikanan budidaya sendiri secara
keseluruhan diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 4,9 % per tahun. Target tersebut
antara lain didasarkan atas dasar potensi pengembangan daerah perikanan budidaya yang
memungkinkan di wilayah Indonesia. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan
budidaya serta didukung peluang pasar internasional yang masih terbuka luas, maka
diharapkan sumbangan produksi perikanan budidaya semakin besar terhadap produksi
nasional dan penerimaan devisa negara, keterkaitannya dalam penyerapan angkatan, serta
peningkatan kesejahteraan petani/nelayan di Indonesia. (Sukadi dalam Ternate ,2011).
Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai
permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan
produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan
parasit, jamur, bakteri, dan virus. Penyakit pada ikan masih merupakan salah satu penyebab
kematian yang menimbulkan kerugian tinggi pada proses budidaya. Serangan penyakit ini
timbul karena menurunnya sistem imun dalam tubuh ikan yang disertai dengan
memburuknya kualitas air, sehingga patogen lebih mudah untuk menginfeksi ikan.
Penyakit yang disebabkan oleh golongan parasit kurang mendapat perhatian serius dari
para pembudidaya dibandingkan penyakit infeksius yang disebabkan virus dan bakteri. Hal
ini dikarenakan penyakit ini murni disebabkan oleh parasit dan bersifat kronis, sehngga tidak
banyak pembudidaya yang mengobati penyakit in sebelum mewabah. Bahkan keberadaan
penyakit parasit ini kadang tidak diketahui oleh pembudidaya. Selain itu, tingkat mortalitas
dan morbiditas penyakit parasit kadang tidak terlalu signifikan, namun demikian apabila
penyakit parasit dicermati lebih jauh, justru akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang
cukup besar. Tidak jarang pula banyak pembudidaya yang mengalami kerugian akibat
terjadinya penurunan produksi dikarenakan serangan parasit (Adiwimarta, 2011).
Jenis parasit ada dua yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang
menyerang bagian dalam tubuh ikan. Penyakit endoparasit tidak mudah terdeteksi dengan
cepat karena parasit ini terdapat di dalam tubuh ikan sehingga perlu dilakukan pembedahan
untuk dapat mengidentifikasi jenis endoparasit yang menginfeksi tubuh ikan. Ektoparasit
adalah penyakit yang menyerang bagian permukaan tubuh ikan seperti sirip, insang, dan
kulit. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan identifikasi parasit yang menyerang ikan
untuk mengetahui jenis parasit, gejala klinis ikan terserang parasit, dan cara mengatasinya.
Selain parasit yang menyerang ikan terdapat juga bakteri. Bakteri berasal dari kata
"bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang, bakteri adalah organisme
prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek.
Leeuwenhoek kemudian menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684.
Sejak saat itu, ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari
bakteri disebut bakteriologi.
Ikan bisa menjadi lauk alternatif yang dapat dikonsumsi saat seseorang tengah bosan
memilih ayam atau sapi dalam menu sehari-hari. Tetapi sebelum Anda mengonsumsi ikan,
perhatikan terlebih dahulu apakah ikan yang akan disantap bebas dari polutan.
Adapun tujuan dari praktikum parasit dan penyakit ikan untuk mempelajari macam-
macam penyakit pada ikan khususnya ikan Mas (Cyprinus carpio) untuk melihat penyakit di
dalam dan luar tubuh ikan secara langsung.
Manfaat dari praktikum ini mahasiswa mampu mengenal parasit yang menyerang ikan
dengan melihat gejala klinis yang ditunjukkan ikan dan hasil dari pratikum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam
tubuh makhluk hidup, baik organisme bersel tunggal maupun ber sel banyak, termasuk
interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energetik
maupun metabolik. (Windarti et al., 2017) . Salah satu mahluk hidup yang dimaksud ialah
ikan, ikan merupakan hewan yang mampu hidup pada semua tipe perairan baik dari air tawar
ataupun ribuan kilometer dibawah laut. Variasi habitat yang luas menjadi faktor yang
memaksa ikan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan setempat (Al
Burhanuddin, 2015).
Ikan Mas (Cyprinus carpio, Linn)
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas Menurut Khairuman dan Subenda (2002),
sistematika taksonomi ikan mas adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Family : Cypridae
Subfamily : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio
Parasit adalah organisme yang hidup pada organisme lain dan memperoleh
keuntungan dari hasil simbiosis, sementara inang dirugikan. Parasit memiliki dampak
langsung dan tidak langsung terhadap inangnya. Efek langsung antara lain aksi mekanis,
pengambilan makanan inang, serta efek toksik dan lytic yang dihasilkan. Parasit adalah
oganisme yang hidupnya penyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempatinya (inang)
dan menyebabkan penyakit. Parasit merugikan inangnya karena mengambil makanan pada
tubuh inangnya . Parasit merupakan organisme yang mengambil bahan untuk kebutuhan
metabolismenya (makanan) dari tubuh inangnya ( Nurcahyo, W. 2018 ).
Alat dan bahan yang di gunakan dalam pelaksanaan pratikum ini dapat di lihat pada
bawah ini :
Bahan
1. Ikan Mas 3 ekor
Alat
1. Timbangan
2. Mistar ukur
3. Mikroskop bedah
4. Mikroskop majemuk
5. Wadah
6. Talang untuk membedah ikan
7. Gunting bedah
8. Pinset
9. Jarum
10. Pipet
11. Slide glass
12. Cover glass
13. Pensil
14. Kertas label
3.3 Metode Pratikum
Metode yang di pakai dalam praktikum ini yaitu metode pengamatan yang di lakukan
secara langsung oleh praktikan, di mana data dan informasi yang di butuhkan dapat di
peroleh dengan mempraktekkan langsung sehingga bisa mengetahui bentuk parasit dan
penyakit pada ikan Mas (Cyprinus carpio)
3.4 Hasil
Berdasarkan praktikum Parasit dan penyakit ikan, identifikasi ektoparasit dan
endoparasit pada ikan Mas (Cyprinus carpio) yang telah dilakukan,maka diperoleh hasil
yaitu:
Kingdom: Animalia
Phylum: Platyhelminthes
Class: Monogenea
Order: Gyrodactylidea
Family: Gyrodactylidae
Genus: Gyrodactylus
Species: G. salaris
3.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum Parasit dan penyakit pada ikan Identifikasi Ektoparasit
Dan Endoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang telah dilakukan dapat dilihat bentuk
dari bakteri yaitu Parasit Gyrodactylus melekat pada inang dengan modifikasi ujung posterior
yang dikenal dengan opisthaptor. Dengan adanya perbedaan inang, maka bentuk opisthaptor
pada Gyrodactylus dapat ditemukan dalam bentuk yang berbeda
Parasit ini merupakan organisme yang menyerang tubuh ikan bagian luar.
Gyrodactylus sp menginfeksi tubuh dan sirip ikan. Gyrodactylus sp merupakan cacing parasit
ikan yang menempel pada tubuh inang. Gyrodactylus sp berkembangbiak dengan melahirkan
anakan yang sudah mengandung anakan lagi. Semua anakan hasil reproduksi ini mampu
menginfeksi ikan tanpa adanya inang perantara (Awik et al. 2007). Kabata (1985)
menyatakan bahwa monogenea salah satu parasit yang sebagian besar menyerang bagian luar
tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya
menyerang kulit dan insang. Salah satu spesies dari kelas monogenea yang paling sering
muncul pada ikan air tawar adalah Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. Monogenea
merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm, bentuk tubuhnya fusiform,
haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah
satu contoh kelas monogenea yaitu Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu organ
tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat. Ciri
ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan
meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat
karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, kehilangan berat badan (kurus),
melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi kerusakan berat pada insang.
IV. SIKLUS HIDUP PARASIT DIGENEA
Praktikum Parasit Dan Penyakit Ikan mengenai Siklus Hidup Parasit Digenea
dilaksanakan pada hari Rabu,pada pukul 08:00-10:00 WIB ,bertempat di Laboratorium
Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
Bahan
1. Siput
2. Nacl
3. Aquades
Alat
1. Cawan petri
2. Lampu
3. Slide glass
4. Cover glass
5. Streomikroskop
6. Mikroskop maiemuk
7. Pipet pastuer
4.5 Hasil
Berdasarakan praktikum Siklus Hidup Parasit Digenea yang telah dilaksanakan, maka
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Gambar 1. Pomacea canaliculata
Spesies : Pomacea canaliculata
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum Sklus Hidup Parasit Digenea, diketahui ada beberapa
jenis parasit cacing yang hidup di dalam keong mas (P. analiculata), dimana cacing-cacing
ini memanfaatkan keong mas sebagai inang perantara untuk keberlanjutan hidupnya. Cacing
tersebut antara lain Discocotyle sagittata, Sanguinicola volgensis, Paradiclybothrium
pacificum, dan Bucephalus polymor yang memiliki bentuk dan rupa yang berbeda. Parasit
pada keong biasanya menggunakan tubuh keong sebagai inang perantara sebelum parasit
massuk ke fase dewasa ditubuh ikan.
Parasit digenea sebelum mencapai dewasa harus berkembang pada inang karena parasit
digenea adalah parasit yang memerlukan inang perantara untuk hidup. Telur parasit yang
keluar melalui feses inang utama seperti burung atau ikan besar akan mencapai keong dan
berkembang di dalam keong menjadi sporocyst. Dari sporocyst ini akan dihasilkan sejumlah
larva digenea yang diseut cercaria. Cercaria akan keluar dari inang pertama keong dan
menjangkit inang kedua diperairan seperti ikan-ikan kecil atau crustacea dan akan
berkembang ditubuh inang kedua menjadi metacercaria yang diselimuti oleh cysta.
Metacercaria pada inang kedua in akan dimangsa oleh inang akhir, lalu cysta metacercaria
akan terlarut dan akan berkembang menjadi digenea dewasa.
V. BAKTERIOLOGI(KULTUR BAKTERI DAN PEWARNAAN GRAM)
Praktikum Parasit Dan Penyakit Ikan mengenai Bakteriologi (Kultur Bakteri Dan
Pewarnaan Gram) dilaksanakan pada hari Rabu,pada pukul 08:00-10:00 WIB, bertempat di
Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikana dan Kelautan Universitas Riau.
Bahan
1. Biakan bakteri
2. Aquades
3. Alkohol absolute
4. Minyak emersi
5. Kristal vieolet
6. Lugol
7. Safranin
Alat
1. Jarum oase
2. Kaca objek
3. Mikroskop
4. Lampu bunsen
5. Pipet tetes
5.3 Metode Pratikum
Metode yang di pakai dalam praktikum ini yaitu metode pengamatan yang di lakukan
secara langsung oleh praktikan, di mana data dan informasi yang di butuhkan dapat di
peroleh dengan mempraktekkan langsung.
5.5 Hasil
Berdasarkan praktikum Bakteriologi (Kultur bakteri dan Pewarnaan Gram) yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil yaitu:
Praktikum Parasit Dan Penyakit Ikan mengenai Pengamatan Terhadap Ikan Yang
Keracunan Bahan Polutan Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dilaksanakan pada hari
Rabu,pada pukul 08:00-10:00 WIB, bertempat di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
Bahan
1. Ikan Mas berukuran 5 – 10 cm
2. Deterjen bubuk
Alat
1. Wadah stoples volume 5 – 10 liter
2. Hand counter
3. Stopwatch
4. Aerator
6.5 Hasil
Berdasarkan praktikum Pengamatan Terhadap Ikan Yang Keracunan Bahan Polutan
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap 10 ikan yang dimasukkan kedalam aquarium yang
sudah ditambahkan deterjen bubuk selama 5 menit, hanya 2 dari 10 ikan tersebut yang dapat
di amati. Pada saat ikan dimasukkan ke dalam aquarium ikan cenderung berenang ke atas
permukaan dengan keadaan sirip mengembang untuk mencari ruang yang tidak terkena bahan
polutan, dalam beberapa menit ikan sudah ada yang mati, ada satu ikan yang sisik nya
terkelupas, dari 10 ikan hanya 2 ikan yang masih hidup, untuk ikan 1 bukaan overculum yaitu
80 kali/menit dan untuk ikan 2 bukaan overculum nya 66 kali/menit. Keadaan organ dalam
ikan yang sudah mati dan masih hidup juga tidak jauh berbeda, pada ikan mati organ dalam
pecah da nada pendarahan ,warrna insang berwarna merah pekat, sedangkan pada ikan yang
masih hidup organ dalam masih utuh dan tidak terlalu banyak pendarahan serta warna insang
ikan merah pucat.
6.6 Pembahasan
Saat ini kesehatan lingkungan yang terkait dengan kesehatan bahan Pangan / produk
makanan, mendapat perhatian besar. Hal ini disebabkan bahwa makanan yang tercemar
senyawa kimia pencemar lingkungan yang berbahaya jika dikonsumsi manusia dapat
menyebabkan teriadinya lesi nekro patotoksikologik (biopatologik). Keberadaaan senyawa
kimia tersebut, merupakan potensi terbesar dalam mempengaruhi kesehatan dan salah satu
karakteristiknya adalah, bahwa cemaran lingkungan cenderung tertimbun pada penyediaan
produk pangan, terutama dibidang akuakulture. Selain itu, meskipun konsentrasi kimia
pencemar lingkungan yang terdapat pada makanan tersebut, misalnya masih dalam batas
batas normal, tetapi perlu diingat bahwa senyawa lingkungan umumnya bersifat
bioakumulasi dan biopersistensi. Dengan demikian, dalam jangka waktu yang lama, senyawa
kimia tersebut akan terakumulasi dalam tubuh dan tidak atau sedikit sekali dimetabolisme
oleh enzim mikrosomal P-450 sehingga akan tetap saja mampu mengembalikan lesi
biopatologik yang sifatnya kronik pada manusia yang secara kebutuhan/tidak mengkonsumsi
makanan yang tercemar.
VII .KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Dari praktikum ini diharapkan agar lebih mengetahui karakteristik dan bentuk dari
bakteri yang mampu menyerang ikan serta gejala yang dialami ikan jika terserang bakteri
tersebut agar lebih mudah untuk mencari solusi dan pencegahan terhadap ikan budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Windarti et al. 2017. Buku ajar fisiologi hewan air. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan.
Universitas Riau.
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 9(1) - February 2020 DOI : 10.20473/jafh.v9i1.
16215
Repository dharmawangsa
Eprints umm