Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN

PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis)

NAMA : MARIA GORETI LURUK KLAU

NIM : 1713020009

PRODI \ KELAS : MSP \ B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rakhmat
dan hidayah Nya, sehingga laporan praktikum tentang Identifikasi dan Prevalensi Endoparasit
pada Saluran Pencernaan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dapat terselesaikan. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mata kulian pengkajian stok ikan , Fakultas kelautan dan
perikanan universitas nusa cendana kupang. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan laporan praktikum ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan ini
bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa
Program Studi manajemen sumberdaya perairan .
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) dengan 17.499 pulau dan
memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km2. (Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2014).Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar dan keanekaragaman
hayati yang tinggi. Sumberdaya tersebut mencakup 37% dari spesies ikan di dunia. Kondisi ini
merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan perikanan tangkap di Indonesia
(Zamani, 2011). Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai
ekonomis tinggi antara lain: tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-
ikan karang, ikan hias, kerang, dan rumput laut (Adisanjaya, 2010).Ikan tongkol merupakan ikan
yang memiliki harga ekonomis tinggi. Ikan tongkol termasuk dalam familia Scrombidae yang
merupakan salah satu jenis ikan konsumsi (Oktaviani, 2008). Nilai produksi tangkapan ikan
tongkol dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data statistik dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan tongkol di
wilayah Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 1.420.039.707 ekor dan meningkat pada tahun
2010 yaitu 1.454.305.423 ekor (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).Ikan tongkol
merupakan salah satu ikan konsumsi yang sangat digemari masyarakat. Daging ikan tongkol
memiliki cita rasa yang enak dan memiliki kandungan gizi yang sangat dibutuhkan dan
bermanfaat bagi tubuh. Kandungan gizi daging ikan tongkol per 100 gram yaitu terdiri dari air
69,40%, lemak 1,50%, protein 25,00%, mineral 2,25%, dan karbohidrat 0,03%. Protein pada
ikan tongkol memiliki komposisi asam amino yang lengkap yang sangat diperlukan oleh tubuh
manusia (Andini, 2006). Mineral yang terkandung dalam daging ikan tongkol terdiri dari
magnesium, fosfor, yodium, fluor, zat besi, copper, zinc, kalsium danselenium. Omega 3 dan
omega 6 yang terkandung dalam asam lemak berguna untuk memperkuat daya tahan otot
jantung, meningkatkan kecerdasan otak,melenturkan pembuluh darah, menurunkan kadar
trigliserida dan mencegah penggumpalan darah (Susanto dan Fahmi, 2012).Ikan tongkol yang
hidup di perairan Indonesia sangat rentan terinfeksi penyakit. Penyakit pada ikan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infeksius dan penyakit non infeksius. Penyakit infeksius
adalah penyakit yang disebabkan organisme patogen (jamur, bakteri, virus dan parasit),
sedangkan penyakit non infeksius adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan,
pakan,genetik. Penyakit infeksius tidak hanya menginfeksi ikan budidaya tetapi juga dapat
menginfeksi ikan yang hidup di perairan laut (ikan hasil perikanan tangkap)(Balai Karantina Ikan
Batam, 2007).Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa parasit dari
genus Anisakis lebih banyak menyerang ikan laut. Ikan tongkol di perairan Sulawesi Selatan
positif terinfeksi cacing Anisakis dengan prevalensi sebesar 70% (Saputra, 2011), hal ini juga
terjadi pada ikan tongkol di perairan Jakarta dengan nilai prevalensi 25% (Gunawan, 2008). Ikan
kembung di perairan Jakarta Utara pada penelitian Susanti (2008) terinfeksi cacing Anisakis
dengan jumlah prevalensi sebesar 61%, sedangkan pada penelitian Emelina (2008) ikan
kembung dari perairan Jakarta terinfeksi parasit dari genus Anisakis sebesar 5%, genus
Pseudosteringophorus 55%, dan genus Lecithocladium 16%. Cacing Anisakis juga menginfeksi
ikan kerapu hasil tangkapan di TPI Brondong, Lamongan dengan prevalensi sebesar 100%
(Arifudin dan Abdulgani, 2013). Penelitian Tamba dan Damriyasa (2012) melaporkan bahwa
ikan selar bentong yang diambil dari Pasar Ikan Kedonganan, Badung positif terinfeksi Anisakis
(83,8%), Camallanus sp. (0,95%), Filum Acanthocephala (0,95%), dan Kelas Digenea (14,3%),
sedangkan ikan kakap merah di perairan Jakarta terinfeksi cacing dari genus Anisakis dengan
prevalensi 10% (Batara, 2008). Cacing Anisakis merupakan endoparasit yang bersifat zoonosis
atau dapat menginfeksi manusia yang mengkonsumsi ikan tongkol yang terinfeksi larva Anisakis
(Pardede, 2000). Penyakit yang disebabkan oleh cacing Anisakis ini disebut anisakiasis
(Mulyanti, 2001). Endoparasit ini menyerang saluran pencernaan manusia dan dapat
menimbulkan muntah-muntah, diare, dan reaksi alergi yang meliputi urtikaria, anafilaksis,
dermatitis, gastroenteritis, sampai gejala asma (Saputra, 2011).
Di Indonesia penelitian terhadap parasit yang bersifat zoonosis pada ikan tongkol belum
banyak dilakukan padahal ikan tongkol merupakan ikan yang memiliki harga ekonomis tinggi
dengan jumlah permintaan yang terus meningkat sehingga perlu dilakukan penelitian tentang
identifikasi dan prevalensi endoparasit pada ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Brondong, Lamongan-Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka perumusan masalah
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis endoparasit apa saja yang menginfeksi saluran pencernaan ikan tongkol (Euthynnus
affinis)
2. Berapakah tingkat prevalensi endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan ikan
tongkol (Euthynnus affinis)
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan ikan tongkol
(Euthynnus affinis) .
2. Mengetahui tingkat prevalensi endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan ikan
tongkol (Euthynnus affinis).
1.4 Manfaat
Manfaatpraktikum ini adalah untuk memberi informasi tentang berbagai jenis endoparasit yang
menyerang saluran cerna ikan tongkol (Euthynnus affinis) serta tingkat prevalensi dari
endoparasit yang menyerang saluran cerna ikan tongkol (Euthynnus affinis) .dan mengetahui
identifikai panjang berat pada ikan tongkol.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Tongkol

2.1.1 Klasifikasi Ikan tongkol

Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin (1984) adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Teleostei

Ordo : Perciformes

Family : Scrombidae

Genus : Euthynnus

Spesies : Euthynnus affinis

2.1.2 Morfologi Ikan tongkol

Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh berukuran
sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah
sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-
10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian
punggung ikan ini adalah gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih
keperakan. Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 10 ruas,
sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat enam sampai sembilan
jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan
ujung yang tidak mencapai celah diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah
sebanyak 14 dan memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah
terletak di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan tongkol
memiliki panjang tubuh 50-60 cm.
Gambar morfologi ikan tongkol (Euthynnus affinis) disajikan pada gambar 1 dibawah ini :

2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau
komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup
didalamnya secara normal (Nggajo, 2009). Habitat ikan tongkol yaitu pada perairan lepas dengan
suhu 18-290C. Ikan ini merupakan ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling)
(Saputra, 2011). Menurut Djamal (1994), ikan tongkol lebih aktif mencari makan pada waktu
siang hari daripada malam hari dan merupakan ikan karnivora. Ikan tongkol biasanya memakan
udang, cumi, dan ikan teri. Ikan tongkol mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas yaitu
pada perairan pantai dan oseanik. Kondisi oseanografi yang mempengaruhi migrasi ikan tongkol
yaitu suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan ketersediaan makanan. Ikan tongkol
pada umumnya menyenangi perairan panas dan hidup di lapisan permukaan sampai pada
kedalaman 40 meter dengan kisaran optimum antara 20-28°C. Penyebaran ikan tongkol di
perairan Samudra Hindia meliputi daerah tropis dan sub tropis dan penyebaran ini berlansung
secara teratur (Oktaviani, 2008).

2.2.1 Ciri khusus ikan tongkol

Ikan tongkol mempunyai ciri – ciri bentuk tubuh seperti cerutu, dengan kulitnya yang
licin. Sirip dada melengkung , ujungny tirus dan pangkalnya lebar . ekor bercagak dua dengan
kedua ujunya yag panjang. Sirip punggung , dubur,perut,dan dada pada pangkalnya mempunyai
lekukan pada tubuh , sehingga sirip ini dapat i lihat masuk kedalam lekukan tersebut , sehingga
dapat memperkecil gaya gesekan dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di
belakang sirip punggu dan dubur terdapat sirip – sirip tambahan yang kecil- kecil.
BAB lll

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN

3.1 Pengertian pertumbuhan ikan

Pertumbuhan ikan adalah pertambahan ukura panjang atau berat dalam suatu waktu ,
akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang disebabkan oleh kelebihan jumlah input
energi dan asam amino yang berasal dari makanan.

3.2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan

3.2.1 faktor internal

 Gen/ keturunan
 Pembelahan sel
 Umur

3.2.2 faktor eksternal

 Suhu
 Pakan
 Penyakit dan parasit
 Oksigen terlarut
 Ammonia
 Salinitas
 Kompetisi

3.3 Hubungan panjang berat ikan

Panjang tubuh sangat terhubung dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti
hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.
BAB IV

FOOD AND FEEDING HABBIT IKAN

4.1 Pengertian food and feeding habbit ikan

Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang di makan oleh ikan.

Makanan ikan terdiri atas berbagai jenis tumubuhan dan hewan yang hidup di
perairan.keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makan dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, kita dapat melihat hubungan ekologi diantara
organisme pada perairan tersebut, misalnya bentuk pemangsaan,persaingan, dan rantai makanan
disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting dalam hal domestikasi ikan-ikan
yang memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan.

Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk
menunjang kehidupan dan perkembnagan organ tubuhnya.

4.2 tingkah laku ikan berdasarkan food and feeding

Tingka laku iakn adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan internal dan
eksternal.yang termasuk pengaruh lingkunagan adalah oksigen ,cahaya,salinitas dan faktor
lingkungan lainya.yang termasuk faktor internal adalah kematangan gonad pertumbuhan.
BAB V

TINGKAT KEMATANGAN GONAD(TKG) IKAN

5.1 Pengertian TKG ikan

Tingkat kematangan gonat merupakan bentuk analisis proses kematangan gonat ikan
yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan .dalam reproduksi,sebagian hasil metbolisme
tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimal
ketika ikan itu akan berpijah,kemudian berat ikannya menurun setelah pemijahan.

5.2 Faktor-faktor yang menpengaruhi TKG ikan

Secara umum abalon didaerah subtropis matang gonad dan memijah pada musim
panas,sedangkan didaera tropis abalon dapat matang gonad dan memijah sepanjang tahun.

Faktor-faktor yang empengaruhi TKG dibedakan atas faktor yang berkaitan dengan sistem
endrokinologi/sistem hormonal yang bekerja di dalam (endogenous) tubuh abalon dan faktor
lingkungan yang ada diluar atau eksogenous ( tubuh abalon) faktor lingkungan yang
mempengaruhi kematangan gonad meliputi temperatur,air,kualitas air,periode panjang
(Phoperiod), pasang surut,gelombang,temperatur udara,salinitas dan makanan (kualitas dan
kuantitas )

5.3 Gonado somatic index (GSI) Iksn

GSI ikan dapat ditentukan nilainya berdasarkan perbandingan berat Gonad dan berat
tubuha pada ikan,sedangkan jumlah telur dihasilkan dalam suatu siklus reproduksi. GSI dan
jumlah telur merupakan parameter penting dalam reproduksi ikan dimana nilai GSI di gunakan
untuk memprediksi keberhasilan pemijahan dan penunjukan kualitas reproduksi dari induk ikan.
Salah satu yang mampu menpengaruhi TKG adalah pakan yang di berikan.
BAB VI

PROSEDUR ANALISIS TINGKAH LAKU IKAN

6.1 Tingkah laku ikan

Tingka laku iakn adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan internal dan
eksternal.yang termasuk pengaruh lingkunagan adalah oksigen ,cahaya,salinitas dan faktor
lingkungan lainya.yang termasuk faktor internal adalah kematangan gonad pertumbuhan.

6.1.1 identifikasi dan morfologi ikan

Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh berukuran
sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah
sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-
10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian
punggung ikan ini adalah gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih
keperakan. Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 10 ruas,
sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat enam sampai sembilan
jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan
ujung yang tidak mencapai celah diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah
sebanyak 14 dan memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah
terletak di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan tongkol
memiliki panjang tubuh 50-60 cm.

6.1.2 hubungan panjang-berat ikan

Panjang tubuh sangat terhubung dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti
hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.

6.1.3 food and feeding habbit ikan

Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang di makan oleh ikan.

Makanan ikan terdiri atas berbagai jenis tumubuhan dan hewan yang hidup di
perairan.keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makan dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, kita dapat melihat hubungan ekologi diantara
organisme pada perairan tersebut, misalnya bentuk pemangsaan,persaingan, dan rantai makanan
disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting dalam hal domestikasi ikan-ikan
yang memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan.

Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk
menunjang kehidupan dan perkembnagan organ tubuhnya.
BAB VII

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 tingkah laku ikan

6.1.1 identifikasi dan morfologi ikan

Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh berukuran
sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah
sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-
10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian
punggung ikan ini adalah gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih
keperakan. Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 10 ruas,
sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat enam sampai sembilan
jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan
ujung yang tidak mencapai celah diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah
sebanyak 14 dan memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah
terletak di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan tongkol
memiliki panjang tubuh 50-60 cm.
6.1.2 hubungan panjang – berat ikan

Panjang tubuh sangat terhubung dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti
hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.

6.1.3 food and feeding habbit ikan

Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang di makan oleh ikan.

Makanan ikan terdiri atas berbagai jenis tumubuhan dan hewan yang hidup di
perairan.keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makan dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, kita dapat melihat hubungan ekologi diantara
organisme pada perairan tersebut, misalnya bentuk pemangsaan,persaingan, dan rantai makanan
disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting dalam hal domestikasi ikan-ikan
yang memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan.

Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk
menunjang kehidupan dan perkembnagan organ tubuhnya.
6.1.4 tingkat kematangan gonad ( TKG) ikan

Tingkat kematangan gonat merupakan bentuk analisis proses kematangan gonat ikan
yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan .dalam reproduksi,sebagian hasil metbolisme
tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimal
ketika ikan itu akan berpijah,kemudian berat ikannya menurun setelah pemijahan.
6.2 skema kerja tingkah laku ikan

6.2.1 identifikasi dan morfologi ikan

Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh berukuran
sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah
sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-
10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian
punggung ikan ini adalah gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih
keperakan. Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 10 ruas,
sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat enam sampai sembilan
jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan
ujung yang tidak mencapai celah diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah
sebanyak 14 dan memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah
terletak di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan tongkol
memiliki panjang tubuh 50-60 cm.

6.2.2 hubungan panjang – berat ikan

Panjang tubuh sangat terhubung dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti
hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.

6.2.3 food and feeding habbit ikan

Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang di makan oleh ikan.

Makanan ikan terdiri atas berbagai jenis tumubuhan dan hewan yang hidup di
perairan.keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makan dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, kita dapat melihat hubungan ekologi diantara
organisme pada perairan tersebut, misalnya bentuk pemangsaan,persaingan, dan rantai makanan
disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting dalam hal domestikasi ikan-ikan
yang memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan.

Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk
menunjang kehidupan dan perkembnagan organ tubuhnya.

6.2.4 tingkat kematangan gonad ( TKG) ikan

Tingkat kematangan gonat merupakan bentuk analisis proses kematangan gonat ikan
yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan .dalam reproduksi,sebagian hasil metbolisme
tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimal
ketika ikan itu akan berpijah,kemudian berat ikannya menurun setelah pemijahan.
6.3 prosedur analisi tingkah laku ikan

6.3.1 identifikasi dan morfologi ikan

Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh berukuran
sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah
sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-
10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian
punggung ikan ini adalah gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih
keperakan. Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak 10 ruas,
sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat enam sampai sembilan
jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan
ujung yang tidak mencapai celah diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah
sebanyak 14 dan memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah
terletak di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan tongkol
memiliki panjang tubuh 50-60 cm.

6.3.2 hubungan panjang – berat ikan

Panjang tubuh sangat terhubung dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti
hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.

6.3.3 food and feeding habbit ikan

Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang di makan oleh ikan.

Makanan ikan terdiri atas berbagai jenis tumubuhan dan hewan yang hidup di
perairan.keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makan dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, kita dapat melihat hubungan ekologi diantara
organisme pada perairan tersebut, misalnya bentuk pemangsaan,persaingan, dan rantai makanan
disamping itu kita juga memiliki pengetahuan yang penting dalam hal domestikasi ikan-ikan
yang memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan.

Makanan ikan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk
menunjang kehidupan dan perkembnagan organ tubuhnya.

6.3.4 tingkat kematangan gonad ( TKG) dan indeks kematangan gonad ( TKG) ikan

Tingkat kematangan gonat merupakan bentuk analisis proses kematangan gonat ikan
yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan .dalam reproduksi,sebagian hasil metbolisme
tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimal
ketika ikan itu akan berpijah,kemudian berat ikannya menurun setelah pemijahan.
BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini penulis dapat simpulkan bahwa:

Ikan tongkol mempunyai ciri – ciri bentuk tubuh seperti cerutu, dengan kulitnya yang
licin. Sirip dada melengkung , ujungny tirus dan pangkalnya lebar . ekor bercagak dua dengan
kedua ujunya yag panjang. Sirip punggung , dubur,perut,dan dada pada pangkalnya mempunyai
lekukan pada tubuh , sehingga sirip ini dapat i lihat masuk kedalam lekukan tersebut , sehingga
dapat memperkecil gaya gesekan dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di
belakang sirip punggu dan dubur terdapat sirip – sirip tambahan yang kecil- kecil.

8.2 saran

Pada praktikum ini dilaksanakan di pasar namosain sehingga mahasiswa dengan mudah
dalam melakukan praktikum ini sehingga tidak membuat mahasiswa kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru. 172hlm.Ahmed, Q., Y.
Farzana, S.

Maliha, M.A. Qadeer, A. Mansour, Z.S. Sher, and A.A. Muhammad 2014. Euthynnus affinis
(little tuna):

fishery, biono-mics, seasonal elemental variations,health risk assessment and conserva-tional

management. Frontiers in Life Science, 14(1): 51-61.Chodrijah, U., H. Thomas, dan N. Tegoeh.
2013.

Estimasi parameter populasi ikan tongkol komo Euthynnus Affinis Di Perairan Laut Jawa.

BAWAL.,5(3):167-174.Effendie, M.I. 1997a. Metoda Biologi Perika-nan. Yayasan Dewi Sri.


Bogor.

45hlm.Effendie, M.I. 2002b. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusatama. Yogya-karta.

128hlm.Effendie, M.I dan D.S. Sjafei. 1976. Potensi reproduksi ikan belanak (Mugil dus-sumieri

Valenciennes) di perairan Muara Sungai Cimanuk Indramayu. JPPL., 1:55-86.Encina, L. dan


C.G.

Lorencio. 1997. Seasonal changes in condition, nutrition, gonad maturity and energy content in
Barbel,

Barbus sclateri, inhabiting a fluctuating river. Envi-ronmental Biology of Fishes, 50:75-


84.Hidayat, N.L.

2015. Kajian stok sumber daya ikan tongkol Euthynnus affinis di Perairan Selat Sunda. Skripsi.
Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 22hlm.Holland, D.S. 2003. Integrating spatial mana-gement measures
into

traditional fishery management system: the case of the Georges Bank multispecies groundfish
fishery.

Heidelberg. 929p.Johnson, M.G. and A.R. Tamatamah. 2013. Length frequency distribution,
morta-lity

rate, and reproductive biology of Kawakawa Euthynnus affinis Cantor, 1849 in the Coastal
Water of Tan-
zania. Pakistan J. of Biological Scien-ce, 16(21):1270-1278.King, M. 1995. Fishery biology,
assessment,

and management. Fishing News Books. London, USA. 341p.Kusumawardani, N.M. 2014.
Kajian stok

sumber daya ikan tongkol Euthynnus affinis di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP
Labuan,

Pande-glang, Banten. Skripsi. Institut Perta-nian Bogor. Bogor. 28hlm.

Anda mungkin juga menyukai