Anda di halaman 1dari 6

MIKORISA

A. PENGERTIAN MIKORIZA

Mikorisa diambil dari bahasa yunani yang berarti “ fungi akar “. ( mykos = miko = fungi
dan rhiza = akar ). Biasa juga di sebut dengan fungi tanah karena hifa dan sporanya berada di
dalam tanah, lebih tepatnya di daerah rhizosfer tanaman ( mikola, 1980; smith and read, 1997 ).
Simanungkalit, 2003; brundrett et al., 2008 menyatakan bahwa asosiasi antara fungi mikorisa
dengan tanaman inangnya merupakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme. Simbiosis ini
bermaaanfaat bagi kedua nya yaitu mikoriza dapat memperoleh karbohidrat dalan bentuk
glukosa dan karbon dari tumbuhan, sedangkan melalui hifa eksternal yang terdistribusi dalam
tanah dapat menyalurkan air, mineral dan hara tanah untuk membantu aktivitas metabolism
tumbuhan inangnya ( brundrett et alm, 2008; smith et al., 2010 ).

B. FUNGSI MIKORISA ARBUSKULAR ( FMA )

Fungi mikorisa arbuskular ( FMA ) merupkan asosiasi antara fungi tertentu dengan akar
tanaman, yang dapat meningktkan produktifitas tanaman (Moelyohadi dkk, 2012). Hubungan
yang menguntungkan antara mikoriza dengan tanaman dapat memperluas bidang peyebaran akar
sehingga akan terjadi peningkatan penyerapan nutrisi darai dalam tanah dan komponen –
komponen mikoriza pada akar. Akibat meningkatnya serapan hara , maka akan berdampak pada
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan akar sehingga berpengruh pula pada peningkatan
volume akar. Peningkatan volume akar akan memperbesar penyebaran hifa FMA pada sel akar
sehingga meningkatkan persentase akar terinfeksi FMA (Nelvia et al. 2010).

C. TIPE−TIPE MIKORIZA
Berdasarkan cara infeksinya terhadap tanaman inang, mikoriza dapat dikelompokkan
kedalam tiga golongan besar yakni :
1. Ektomikoriza, merupakan hubungan simbiosis di antara jamur dan akar tanaman dimana
jamur membentuk sarung diseluruh atau beberapa jaringan akar yang halus. Hifa melakukan
penetrasi melewati korteks dan tidak menyebabkan kerusakan pada sel inang. Ektomikoriza
memiliki sifat yaitu akar yang terinfeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak
ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagai alat yang efektif dalam menyerap unsur
hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi berkembang diantara dinding-dinding sel
jaringan korteks dan membentuk struktur seperti pada jaringan hartiq. Beberapa genus jamur
pembentuk ektomikoriza adalah Amanita, Boletus, Cantharellus, Cortinarius, Entoloma,
Gomphidius, Hebeloma, Inocybe, Lactarius, Paxillus, Russula, Rhizopogon, Scleroderma,
dan Cenococcum (Rao, 1994 ).
2. Endomikoriza (Arbuscular Mycorrhizae disingkat AM), merupakan hubungan simbiosis
mutualistik antara jamur dan akar tanaman, dimana jamur tumbuh terutama didalam korteks
akar dan mempenetrasi sel dari akar inang yang meliputi 3 kelompok yaitu ericoid mikoriza,
orchid mikoriza, dan vesikular Arbuskular mikoriza (Dommergues, 1982). Endomikoriza
memiliki sifat-sifat antara lain, akar yang terinfeksi tidak membesar, lapisan hifa pada
permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu jaringan korteks, adanya bentukan
khusus berbentuk oval yang disebut vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang
dichotomous disebut arbuscules (arbuskula) (Gunawan, 1993).
3. Ektendomikoriza merupakan bentuk (intermediet) ektomikoriza dan endomikoriza, ciri-
cirinya yaitu, terdapat selubung akar yang tipis berupa jaringan hartiq, hifanya dapat
menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteksnya. Penyebarannya terbatas di
dalam tanah-tanah hutan sehingga belum banyak yang tahu tentang mikoriza dengan tipe
seperti ini (Gunawan, 1993).

D. KLASIFIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSCULAR


Fungi mikoriza arbuskula merupakan salah satu tipe mikoriza yang termasuk dalam
dalam golongan endomikoriza. FMA termasuk dalam glomeromycota dengan 2 sub ordo yaitu:
gigasporanieae dan glomamineae. Pada gigasporanieae terdapat 2 genus yaitu: gigaspora dan
sclutespora. Sedangkan untuk glomaminea mempunyai 4 famili yaitu : glomaceae dengan genus
glomus, famili acauluspora dengan genus acaluspora dan enthrophospora, paragomaceae yeng
memiliki genus paraglomus dan famili archaesoporaceae dengan genus arcaespora (INVAM,
2009).
E. Jenis Fungi Mikoriza Arbuskula
1. Glomus
Pada genus Glomus, proses perkembangan spora adalah dari ujung hifa yang membesar
sampai mencapai ukuran maksimal dan terbentuk spora. Spora Glomus berbentuk bulat dan
jumlahnya banyak. Dinding spora berjumlah satu, seluruh lapisan yang ada pada dinding spora
berasal dari dinding hifa pembawa. Permukaan dinding spora halus tidak memiliki ornamen. Ada
dudukan hifa (Subtending hyphae) lurus bebentuk silinder (INVAM, 2013).
2. Entrophospora

Proses perkembangan spora Entrophospora hampir sama dengan proses perkembangan


spora Acaulospora, yaitu di antara hifa terminus dengan subtending hifa. Perbedaan keduanya
adalah pada proses perkembangan azygospora berada di dalam blastik atau ditengah hifa
terminus, sehingga akan terbentuk dua lubang yang simetris pada spora yang telah matang.
Warna sporanya kuning coklat, tetapi jika spora belum matang warnanya tampak jauh lebih
buram (INVAM, 2013).

3. Acaulospora

Proses perkembangan spora Acaulospora seolah-olah dari ujung hifa tapi sebenarnya
tidak. Pertama-tama ada hifa yang ujungnya membesar yang strukturnya seperti spora disebut
saccule. Kemudian saccule berkembang disertai muncul bulatan kecil diantara hifa terminus dan
subtending hifa. Bulatan kecil tersebut akan berkembang dari sisi subtending hifa menjadi spora
(INVAM, 2013).

4. Archaespora

Perkembangan spora pada genus Archaespora merupakan perpaduan antara


perkembangan spora genus Glomus dan Entrophospora atau Acaulospora. Pada awalnya, di
ujung hifa akan terbentuk Sporiferous saccule. Selanjutnya pada leher saccule atau subtending
hifa akan berkembang pedicel atau percabangan hifa dari leher saculle (INVAM, 2013).

5. Gigaspora

Spora berkembang secara blastik dari ujung hifa yang membengkak dan menjadi "sel
sporogenous". Setelah sel sporogenous mencapai ukuran penuh biasanya (sekitar 25−50 μm di
sebagian besar spesies) spora mula mula berkembang di ujung sel sporogenous. Lapisan luar dan
lapisan laminasi berkembang secara bersamaan, dan sering tidak dapat dibedakan dalam spora
muda tanpa bantuan pewarnaan Melzer (INVAM, 2013).

F. Proses Infeksi FMA

Menurut Talanca & Adnan (2005), infeksi mikoriza pada akar tanaman sering terjadi
melalui beberapa tahap, yakni:
1. Pra infeksi. Spora dari mikoriza berkecambah membentuk appressoria.
2. Infeksi. Dengan alat apressoria melakukan penetrasi pada akar tanaman.
3. Pasca infeksi. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa tumbuh secara interselluler, arbuskula
terbentuk didalam sel saat setelah penetrasi. Arbuskula percabangannya lebih kuat dari hifa
setelah penetrasi pada dinding sel. Arbuskula hidup hanya 415 hari, kemudian mengalami
degenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula, beberapa
cendawan mikoriza membentuk vesikel pada bagian interselluler, dimana vesikel
merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar dan hifa.
4. Perluasan infeksi cendawan mikoriza dalam akar terdapat tiga fase: (a) Fase awal dimana
saat infeksi primer. (b) Fase exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam
akar lebih cepat. (c) Fase setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
5. Setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di
dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur cendawan disebut hifa eksternal yang
berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, dan sebagai alat transportasi
nutrisi ke akar, hifa eksternal tidak bersepta dan membentuk percabangan dikotom.
G. PERAN FMA
Peranan mikoriza terhadap tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza antara
lain sebagai berikut (Imas dkk, 1989):
1. Peningkatan penyerapan unsur hara
Mikoriza dapat membantu tanaman menyerap unsur hara yang tidak tersedia bagi
tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hal ini disebabkan karena kolonisasi
mikoriza pada akar tanaman dapat memperluas bidang serapan akar sekitar 9 cm, adanya hifa
eksternal yang berukuran sangat kecil dengan diameter yaitu 2-5 µm yang dengan mudah dapat
menembus pori-pori tanah yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman yang berdiameter 10-20
µm.
2. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dapat memberikan ketahanan terhadap kekeringan
dengan meningkatkan kemampuan tanaman untuk menghindari pengaruh langsung dari
kekeringan dengan cara meningkatkan penyerapan air melalui sistem gabungan akar dan
mikoriza. Ketahanan ini timbul akibat hifa eksternal yang luas dapat membantu penyerapan air
dan unsur hara dari pori-pori tanah pada saat akar tanaman sudah tidak mampu menjangkau.
3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen akar
Mikoriza dapat melindungi tanaman secara biologi dari infeksi patogen akar. Ini karena
terdapat lapisan hifa (mantel) yang dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya
patogen dengan menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat sebelum dikeluarkan dalam
bentuk eksudat akar, sehingga tidak dapat digunakan oleh patogen.
4. Dapat membantu dalam konservasi tanah
Mikoriza yang berasosiasi dengan akar juga dapat berperan dalam konsevasi tanah, hal
ini karena hifa mikoriza dapat menstabilkan pembentukan struktur agregat tanah dengan cara
mengikat agregat-agregat tanah dan bahan organik tanah.
5. Dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh
Hormon-hormon yang dapat diproduksi oleh fungi mikoriza antara lain, auxin,
sitokinin, giberellin, dan zat pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya. Auksin dapat
berfungsi memperlambat proses penuaan pada akar. Dengan demikian dapat memperpanjang
fungsi akar dalam penyerapan unsur hara dan air.
6. Sebagai bahan pembuatan pupuk biologis
Fungi mikoriza dapat diisolasi, dimurnikan, dan diperbanyak dan dikemas dalam bentuk
inokulum dan sebagai sumber material pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada
kondisi daerah setempat (Setiadi, 1994).
7. Sinergis dengan mikroorganisme lain
Keberadaan mikoriza juga dapat bersifat sinergis dengan mikroba potensial lainnya
seperti bakteri penambat N dan bakteri pelarut fosfat dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai