Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Peningkatan produktivitas tanah salah satunya dapat dilakukan dengan cara
menginokulasikan mikroorganisme ke dalam tanah, yaitu dengan pemanfaatan jamur
Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA). Mikoriza merupakan gabungan simbiotik dan
mutualistik antara cendawan bukan patogen atau patogen lemah dengan sel akar, terutama sel
korteks dan epidermis (Salisbury, 1995 dalam Rahayu, 2011). Cendawan ini membentuk
vesikel dan arbuskular di dalam korteks tanaman. Karena cendawan ini membentuk struktur
vesikula dan arbuskular, maka cendawan ini dapat disebut dengan cendawan mikoriza
vesikula-arbuskular (Smith dan Read dalam Sasli, 2004 dalam Rahayu, 2011)
Pemanfaatan jamur MVA telah terbukti berperan bagi tanaman dalam meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan patogen sehingga dapat meningkatkan
produktivitas tanaman (Delvian, 2006 dalam Rahayu, 2011). Selain itu, mikoriza juga
membantu akar tanaman meningkatkan penyerapan unsure hara dengan meningkatkan luas
permukaan akar yang efektif menyerap unsur hara (Hardjowigeno, 2003 dalam Rahayu,
2011).

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana mekanisme infeksi MVA pada akar tanaman legume?

C.    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah :
Mengamati infeksi MVA pada akar tanaman legume

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.       Legume
Menurut Susetyo (1985), legume termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandun
g dua daun biji/cotyledone. Famili legume dibagi menjadi tiga group sub famili, yaitu:  mimo
saceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga reguler; caesalpiniaceae, tanaman kayu dan h
erba dengan bunga irreguler dan papilionaceae, tanaman kayu dan herba dengan ciri khas bu
nga berbentuk kupu-kupu, kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk dalam grou
p papilionaceae. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binial atau peren
nial (Soegiri et al., 1980 dalam Mahardi, 2009).

B.        Tinjauan Umum Tentang Mikoriza


Sebagian besar jasad hidup yang berada disekitar perakaran tanaman memegang
peranan yang penting bagi kehidupan tanaman. Proses mikrobiologi demikian meliputi
saprofitisme, patogenetisme dan simbiosis. Istilah mikoriza berasal dari kata miko (mykes
atau jamur) dan riza (rhiza atau akar). Jadi Mikoriza berarti jamur yang dapat berasosiasi
dengan akar tumbuh yang membentuk suatu hubungan yang saling mengguntungkan diantara
keduanya. Selanjutnya Mosse (1981) dalam Anonim (2007) mengatakan bahwa mikoriza
adalah suatu bentuk hubungan kerjasama yang terjadi antara akar suatu tanaman dengan
sejenis jamur yang menginfeksinya. Dalam berasosiasi demikian jamur menginfeksi tanaman
dan berkoloni diakar tanpa menimbulkan patogenesis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi
jamur patogenik, dalam hal ini cendawan tidak merusak atau membunuh tanaman inangnya
tetapi cenderung keduanya bekerjasama dan saling mempertukarkan hara sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik.
Mikoriza termasuk dalam kelas Phycomicetes dari ordo Mucorales dan berasal dari famili
Endogonaceae. Berdasarkan struktur tubuh dan cara menginfeksi pada tanaman inang, maka
cendawan mikoriza dapat dikelompokan dalam 3 golongan besar yaitu; Ektomikoriza,
Ektendomikoriza dan Endomikoriza.
MVA merupakan jamur yang sulit dikenali dengan mata telanjang karena miselanya
berukuran sangat halus yang terdapat disekeling akar dan miselianya masuk dan ada didalam
korteks akar. Jamur ini memiliki sifat-sifat antara lain: a) perakaran yang terkena infeksi
jamur ini tidak akan membesar, b) jamur membentuk struktur lapisan hifa tipis pada
permukaan akar, c) hifa menginfeksi masuk kedalam individu sel jaringan korteks. Cendawan
ini merupakan sekelompok jamur yang banyak dijumpai dan berasosiasi pada berbagai
tanaman misalnya, pada tanaman jagung, kedelai, tomat dll.
MVA membentuk organ – organ khusus dan mempunyai peranan yang juga spesifik.
Organ khusus tersebut adalah arbuskul, vesikel dan spora. Vesikel merupakan jamur yang
berbentuk seperti kantong bulat, diujung hifa yang mengandung banyak lemak yang
berfungsi untuk tempat penyimpanan makanan. Arbuskul merupakan hifa bercabang halus
yang terdapat didalam sel. Arbuskular terbentuk 2-3 hari dan dapat meningkatkan luas
permukaan akar 2-3 kali lipat dari ukuran semula dan bertindak sebagai saluran pemindah
hara dari jamur ke tanaman. Masuknya hifa ke dalam sel tanaman inang diikuti oleh
peningkatan sitoplasma, pembentukan organ baru, pembengkakan inti sel, peningkatan
respirasi dan aktivitas enzim. Siklus hidup arbuskul cukup singkat yaitu 1 samapi 3 minggu.
Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal, spora ini dapat dibentuk secara tunggal,
berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis cendawan.
Bagian yang penting dari mikoriza vesikular arbuskular adalah hifa ekternal yang
terbentuk diluar akar tanaman. Hifa ini yang membantu memperluas wilayah jelajah akar
sehingga memperluas daerah jangkauan akar dan akibatnya jumlah hara yang dapat diserap
tanaman dapat bertambah. Selanjutnya ditambahkan pula oleh Mosse (1981) dalam Anonim
(2007) bahwa bagian yang penting dari mikoriza adalah miselium yang berada di luar akar,
karena pada bagian ini terbentuk spora pad ujung-ujung hifa. Perkecambahan spora sangat
sensitif terhadap logam berat dan kandungan aluminium yang tinggi. Tingkat ketersediaan
Mn didalam tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium. Spora dapat bertahan
hidup didalam tanah selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun, tetapi jamur tidak akan
dapat berkembang tanpa adanya jaringan akar yang hidup. Ribuan spora yang baru dan sama
jenisnya dapat terbentuk dan diproduksi dalam waktu 4 hingga 6 bulan.

C.       Peranan Mikoriza Terhadap Perbaikan Pertumbuhan Tanaman


Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya infeksi jamur mikoriza pada
pertumbuhan tanaman adalah semakin baiknya pertumbuhan tanaman karena mikoriza secara
efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara terutama P. unsur P dalam tanah tersedia
dalam tanah tetapi dalam bentuk yang terikat dengan adanya infeksi jamur mikoriza pada
akar tanaman dapat membantu dalam penyerapan unsur P. lebih baiknya pertumbuhan
tanaman yangberasosiasi dengan mikoriza dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1.      Meningkatnya volume tanah yang dapat dijangkau oleh akar bersama-sama dengan mikoriza
atau dengan kata lain dapat memperluas wilayah jelajah akar.
2.      Meningkatnya pengambilan unsur hara P dan unsur hara lain, misalnya Kalium, Sulfat,
Tembaga, Seng dan Nitrogen.
3.      Menjadikan tanaman kurang peka terhadap kekurangan air (cekaman air) sehingga tanaman
dapat beradaptasi pada keadaan lingkungan yang kurang baik, tetapi tanaman dapat tumbuh
dengan baik.
4.      Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen, salah satu diantaranya melalui
mekanisme pembentukan hormon. Dengan meningkatnya ketahanan tanaman terhadap
serangan patogen dapat membuat tanaman dapat tumbuh dengan baik dan kerugian akibat
serangan patogen dapat diperkecil sehingga biaya produksi dapat ditekan.
5.      Meningkatkan pembentukan bintil akar pada tanaman legum.
6.      Meningkatkan kelangsungan hidup tanaman pada lingkungan yang kurang baik, misalnya
pada tanah-tanah yang tercemar atau tererosi berat dan tanah -tanah yang memiliki
keragaman suhu serta tingkat kemasaman yang tinggi.
7.      Mikoriza dapat digunakan sebagai media transfer senyawa organik dan juga mikoriza dapat
membentuk enzim.
8.      Jamur mikoriza juga mampu menghasilkan hormon, seperti hormon auksin, sitokinin dan
giberalin yang dapat mempengaruhi struktur dan sistem perakaran.
Disamping keuntungan dalam penyerapan hara, mineral dan air, tanaman juga dapat
memperoleh keuntungan lain dari infeksi jamur mikoriza pada tanaman inangnya adalah akar
tanaman yang bermikoriza dapat berfungsi lebih lama dibandingkan tanaman yang tidak
bermikoriza, selain itu tanaman yang bermikoriza akan lebih sedikit kemungkinananya
terserang oleh patogen-patogen yang dapat merusak tanaman, akar-akar pendek yang
bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan pada musim kemarau dari pada tanaman yang
tanpa mikoriza. (Santoso, 1984 dalam Anonim, 2007) menyatakan bahwa kehadiran mikoriza
pada tanah dapat mengakibatkan meningkatnya efisiensi penggunaan air oleh tanaman
sehingga pemborosan air tanah dapat dikurangi, disamping itu mikoriza juga dapat
meningkatkan nilai tegangan asmotik sel-sel akar tanaman sehingga tanaman dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Inokulasi mikoriza dapat juga memberikan peningkatan pertumbuhan anakan pada
tanaman Diterocarpaceae. Keberhasilan inokulasi mikoriza dalam menginfeksi tanaman
sangat dipengaruhi penempatan mikoriza pada akar tanaman, sebaiknya inokulasi mikoriza
harus diberikan disekitar perakaran tanaman sehingga jamur dapat menginfeksi tanaman
dengan baik. Selain itu respon pertumbuhan tanaman juga tergantung pada jumlah dan
kecepatan infeksi dan kolonisasi dari akar tanaman inang oleh jamur mikoriza.

D.       Peranan MVA Dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Terhadap Kekeringan


Tanaman yang bermikoriza dapat meningkatkan serapan air dan hara. Ukuran hifa
yang kecil dan lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa bisa masuk kedalam pori-
pori yang paling kecil sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air yang sangat
rendah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman yang bermikoriza juga akan dapat
membawa unsure hara yang mudah larut terbawa olah aliran air seperti N,K dan S sehingga
serapan unsure tersebut dapat semakin meningkat.
Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada tanaman yang
tidak bermikoriza, akar tanaman yang bernikoriza akan lebih cepat kembali pulih setelah
periode kekurangan air. Hal ini disebabkan hifa cendawan mampu menyerap air pada pori-
pori tanah dan penyebaranhifa di dalam tanah sangat luas sehingga dapat mengambil air
relative lebih banyak. Beberapa dugaan tanaman yang bermikoriza lebih tahan kekeringan
antara lain adalah dengan adanya mikoriza menyebabkan resistensi terhadap kekeringan
meningkat (Anonim, 2007).

E.     Asosiasi Simbiotik Antara Jamur dengan Akar Tanaman


Asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman yang membentuk jalinan
interaksi yang kompleks dikenal dengan mikoriza yang secara harfiah berarti “akar jamur”.
Secara umum mikoriza di daerah tropika tergolong didalam dua tipe yaitu: Mikoriza
Vesikular-Arbuskular (MVA)/Endomikoriza dan Vesikular-Arbuskular Mikoriza
(VAM)/Ektomikoriza. Jamur ini pada umumnya tergolong kedalam
kelompok ascomycetes dan basidiomycetes.
Mikoriza berasal dari kata Miko (Mykes = cendawan) dan Riza yang berarti Akar
tanaman. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan
memperlihatkan spektrum yang sangat luas baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan
maupun penyebarannya. Nahamara (1993) dalam Anonim (2007) mengatakan bahwa
mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional
yang saling menguntungkan antara suatu tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur
mikobion dalam ruang dan waktu.
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk
perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kindisi edafik yang dapat mendorong
pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Jamu mikoriza mempenetrasi
epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh
menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari
korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung
sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa
eksternal berfungsi mendukung funsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara
lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk
digunakan oleh tanaman (Anonim, 2007).

F.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikoriza


Atmaja (2001) dalam Anonim (2007) mengatakan bahwa pertumbuhan Mikoriza
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti:
1. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatka aktifitas cendawan. Untuk daerah tropika
basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan MVA melalui tiga
tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan
perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat
beragam tergantung jenisnya. Beberapa Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida,
diwilayah subtropika mengalami perkecambahan paling baik pada suhu 34°C, sedangkan
untuk spesies Glomus yang berasal dari wilayah beriklim dingin, suhu optimal untuk
perkecambahan adalah 20°C. Penetrasi dan perkecambahan hifa diakar peka pula terhadap
suhu tanah. Pada umumnya infeksi oleh cendawan MVA meningkat dengan naiknya suhu.
Schreder (1974) dalam Atmaja (2001) menemukan bahwa infeksi maksimum oleh spesies
Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida terjadi pada suhu 30-33°C. Suhu yang tinggi pada
siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis MVA. Peran
mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40°C. Suhu bukan merupakan faktor pembatas
utama dari aktifitas MVA. Suhu yang sangat tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman inang. MVA mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah
bertekstur berat dari pada di tanah berpasir.

2. Kadar air tanah


Untuk tanaman yang tumbuh didaerah kering, adanya MVA menguntungkan karena
dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang
kurang air (Vesser et el,1984 dalam Anonim, 2001). Adanya MVA dapat memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Ada beberapa dugaan mengapa tanaman
bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah:
- adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer iar ke
akar meningkat.
- Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya MVA menyebabkan status
P tanaman meningkat sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat
pula.
- Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber-MVA lebih mampu mendapatkan
air daripada yang tidak ber-MVA tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan
logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adanya hubungan
antara potensial air tanah dan aktifitas mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman
yang tidak bermikoriza.
- Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air yang lebih
ekonomis.
- Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan MVA
efektif didalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air
meningkat.

3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan lebih tahan terhadap perubahan pH tanah.
Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan MVA terhadap pH tanah
berbeda-beda, karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran
mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Glomus fasciculatus berkembang biak pada pH
masam. Pengapuran menyebabkan perkembangan G. fasciculatus menurun (Mosse, 1981
dalam Atmaja, 2001). Demikian pula peran G.fasciculatus di dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman pada tanah masam menurun akibat pengapuran (Santoso, 1985). Pada
pH 5,1 dan 5,9 G. fasciculatus menampakkan pertumbuhan yang terbesar, G. fasciculatus
memperlihatkan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman justru kalau pH
5,1 G. Mosseae memberikan pengaruh terbesar pada pH netral sampai alkalis (pH 6,0-8,1).
Perubahan pH tanah melalui pengapuran biasanya berdampak merugikan bagi
perkembangan MVA asli yang hidup pada tanah tersebut sehingga pembentukan mikoriza
menurun. Untuk itu tindakan pengapuran dibarengi tindakan inokulasi dengan cendawan
MVA yang cocok agar pembentukan mikoriza terjamin.

4. Bahan organik
Bahan organic merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting
disamping air dan udara. Jumlah spora MVA tampaknya berhubungan erat dengan
kandungan bahan organic didalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-
tanah yang mengandung bahan organic 1-2 persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan
organic kurang dari 0,5 persen kandungan spora sangat rendah. Residu akar mempengaruhi
ekologi cendawan MVA, karena serasah akar yang terinfeksi mikoriza merupakan sarana
penting untuk mempertahankan generasi MVA dari satu tanaman ke tanaman berikutnya.
Serasah akar tersebut mengandung hifa,vesikel dan spora yang dapat menginfeksi MVA.
Disamping itu juga berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya.

5. Cahaya dan ketersediaan hara


Bjorman dalam Gardemann (1983) dalam Anonim (2007) menyimpukan bahwa
dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau fosfor akan
meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka
terhadap infeksi cendawan MVA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang
mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang
terinfeksi oleh MVA. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi MVA
meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan
khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah
yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi MVA yang mungkin disebabkan konsentrasi P
internal yang tinggi dalam jaringan inang (Anonim, 2007).
Atmaja (2001) dalam Anonim (2007) mengadakan studi yang mendalam mengenai
pemupukan N dan P terhadap MVA pada tanah di wilayah beriklim sedang. Pemupukkan N
(188 kg N/ha) berpengaruh buruk terhadap populasi MVA. Petak yang tidak dipupuk
mengandung jumlah spora 2 hingga 4 kali lebih banyak dan berderajat infeksi 2 hingga 4 kali
lebih tinggi dibandingkan petak yang menerima pemupukkan. Hayman mengamati bahwa
pemupukkan N lebih berpengaruh daripada pemupukkan P, tetapi peneliti lain mendapatkan
keduanya memiliki pengaruh yang sama.

6. Logam berat dan unsur lain


Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang
didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya MVA menurun dengan naiknya
kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui menghambat muncul jika ke dalam larutan
tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah Ca didalam larutan tanah rupa-rupanya
mempengaruhi perkembangan MVA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang memiliki
derajat infeksi MVA yang rendah. Hal ini mungkin karena peran Ca 2+ dalam memelihara
integritas membran sel.
Beberapa spesies MVA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar
seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies MVA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada
beberapa penelitian lain diketahui pula bahwa strain-strain cendawan MVA tertentu toleran
terhadap kandungan Mn, Al dan Na yang tinggi.

7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab
penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida
juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan
dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza
adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan penyerapan unsur hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza,
dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsure hara mikro. Selain itu
akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsure hara dalam bentuk terikat dan tidak
tersedia untuk tanaman.
Atmaja (2001) dalam Anonim (2007) melaporkan lebih banyak lagi unsure hara yang
serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsure hara yang meningkat penyerapannya
adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hubungan antara MVA dengan organisme tanah
tidak bias diabaikan, karena secara bersama-sama keduanya membantu pertumbuhan
tanaman.
- Tahan terhadap serangan pathogen
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar.
Mekanisme perlindungan ini bias diterangkan sebagai berikut:
      adanya lapisan hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya
pathogen
      mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya,
sehinga tidak cocok bagi patogen.
       fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat perkembangan
patogen.

- Sebagai konservasi tanah


Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah, hifa tersebut
sebagai kontributor untuk menstabilkan pembentukan struktur agregat tanah dengan cara
mengikat agregat-agregat tanah dan bahan organic tanah.
- Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh
Fungi mikoriza dapat memberikan hormon seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga zat
pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
- Sebagai sumber pembuatan pupuk biologis.
- Fungi ini dapat diisolasi, dimurnikan dan diperbanyak dalam biakan monnesenil.
- Isolat-isolat tersebut dapat dikemas dalam bentuk inokulum dan sebagai sumber material
pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada kondisi daerah setempat (Setiadi, 1994).
- Sinergis dengan mikroorganisme lain
Keberadaan mikoriza juga bersifat sinergis denagn mikroba potensial lainnya seperti bakteri
penambat N dan bakteri pelarut fosfat.
- Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman tumbuhan
dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang
berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae.

G.    Tipe Mikoriza
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza
2. Ektendomikoriza
3. Endomikoriza
Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar,
bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat
yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya
berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada
jaringan Hartiq.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain.
Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat
menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam
tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.
Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak
membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan
korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan
sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul).

H.    Mekanisme Infeksi Mikoriza


Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk
perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kondisi edafik yang dapat mendorong
pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Jamur mikoriza mempenetrasi
epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh
menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari
korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung
sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa
eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara
lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk
digunakan oleh tanaman (Pujianto, 2001 dalam  Anonim, 2007).

I.       Manfaat Mikoriza Bagi Tanaman


Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza.
Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara
baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat
menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas,
1997 dalam Mapper 2011).
Selain daripada membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa ekternal.
Pada hifa ekternal akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting bagi mikoriza yang
berada diluar akar. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk menyerap fospor dalam tanah.
Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan segera dirubah manjadi senyawa polifosfat.
Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam
arbuskul. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul.
Di dalam arbuskul senyawa polifosfat dipecah menjadi posfat organik yang kemudian
dilepaskan ke sel tanaman inang.
Adanya hifa ekternal ini penyerapan hara terutama posfor menjadi besar dibanding
dengan tanaman yang tidak terinfeksi dengan mikoriza. Peningkatan serafan posfor juga
disebabkan oleh makin meluasnya daerah penyerapan, dan kemampuan untuk mengeluarkan
suatu enzim yang diserap oleh tanaman. Sebagai contoh dapat dilihat pengaruh mikoriza
terhadap pertumbuhan berbagai jenis tanaman dan juga kandungan posfor tanaman (Anas,
1997 dalam Mapper, 2011).
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya simbiosis ini adalah:
1) miselium fungi meningkatkan area permukaan akuisisi hara tanah oleh tanaman, 2)
meningkatkan toleransi terhadap kontaminasi logam, kekeringan, serta patogen akar,
3) memberikan akses bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan hara yang tidak tersedia
menjadi tersedia bagi tanaman.
Selanjutnya Sagin Junior dan Da Silva (2006) dalam Mapper (2011) mengungkapkan
bahwa adanya mikoriza berpengaruh terhadap:
1)      adanya peningkatan absorpsi hara, sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai akar
lebih cepat,
2)      meningkatkan toleransi terhadap erosi, pemadatan, keasaman, salinitas,
3)      melindungi dari herbisida, serta
4)      memperbaiki agregasi partikel tanah.
Cumming dan Ning (2003) dalam Mapper (2011) mengemukakan bahwa simbiosis
CMA berperan penting dalam resistansi tanaman terhadap Al. Pengaruh ini terutama terlihat
pada peningkatan serapan hara yang diperlukan tanaman (P, Cu, dan Zn). Selain itu, CMA
mereduksi akumulasi elemen lain seperti Al, Fe, dan Mn yang menjadi masalah pada tanah
masam. Penelitian oleh Lee dan George (2001) dalam Mapper (2011) menunjukkan bahwa
hara P, Zn, dan Cu diserap dan ditransportasikan ke tanaman inang oleh hifa CMA dan
sebaliknya unsur-unsur Cd dan Ni tidak ditransportasikan oleh hifa ke tanaman inang. Hal ini
menunjukan bahwa kolonisasi CMA dapat melindungi tanaman dari pengaruh toksik unsur
Cd dan Ni tersebut.
Pada kedelei, infeksi CMA menstimulasi penyerapan Zn. Dengan adanya CMA,
konsentrasi Zn pada daun lebih tinggi. Konsentrasi Cu lebih tinggi pada tanaman dengan
CMA dibandingkan dengan tanaman tanpa CMA pada tahap awal pertumbuhan, tetapi
menurun pada saat berbunga dan setelah itu meningkat lagi (Raman dan Mahadevan,
2006 dalam Mapper, 2011). Hal ini sejalan dengan Pacovsky et al. (1986) yang
mengemukakan bahwa adanya penurunan penyerapan Mn dan Fe sedangkan P, Zn dan Cu
meningkat.
Perbaikan pertumbuhan tanaman karena mikoriza bergantung pada jumlah fosfor
yang tersedia di dalam tanah dan jenis tanamannya. Pengaruh yang mencolok dari mikoriza
sering terjadi pada tanah yang kekurangan fosfor. Efisiensi pemupukan P sangat jelas
meningkat dengan penggunaan mikoriza. Hasil penelitian Mosse (1981) dalam Mapper
(2011) menunjukkan bahwa tanpa pemupukan TSP produksi singkong pada tanaman yang
tidak bermikoriza kurang dari 2 g, sedangkan ditambahkan TSP pada takaran setara dengan
400 kg P/ha, masih belum ada peningkatan hasil singkong pada perlakuan tanpa mikoriza.
Hasil baru meningkat bila 800 kg P/ha ditambahkan. Pada tanaman yang diinfeksi mikoriza,
penambahan TSP setara dengan 200 kg P/ha saja telah cukup meningkatkan hasil hampir 5 g,
penambahan pupuk selanjutnya tidak begitu nyata meningkatkan hasil.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.          Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah observasi karena tidak terdapat variabel manipulasi dan
penelitian dilakukan dengan cara pengamatan.

B.           Alat dan bahan


1.      Alat
-          Jarum
-          Objek glass dan cover glass
-          Mikroskop
-          Botol vial
-          Water bath
2.      Bahan
-          Akar tanaman legume yang telah terinfeksi MVA
-          Bahan untuk clearing dan staining, antara lain : akuades KOH 10%, HCI 1 M, Tryphan Blue
Lavtofenol 0,05%, dan Lactofenol.
C.          Prosedur kerja
1.      Pewarnaan clering dan staining :
a)            Mengambil serabut akar lalu dipotong kurang lebih 1 cm.
b)            Mencuci serabut akar dengan menggunakan akuades.
c)            Memanaskan KOH 10% pada suhu 90o C selama 10 menit dalam water bath.
d)           Mengeluarkan serabut akar dari dalam wadah kemudian dibilas dengan akuades dan dicuci
dengan HCI 1 M.
e)            Serabut akar dipanaskan dalam larutan Tryphan Blue Lavtofenol 0,05% pada suhu 80-90o  C
selama 5 menit dalam water bath.
f)             Kelebihan Tryphan Blue Lavtofenol  dibuang dan akar yang telah diwarnai disimpan dalam
botol vial dengan rendaman Lactofenol.

2.      Pengamatan infeksi MVA pada mikroskop.


a)      Mengambil sehelai serabut akar tanaman legume yang telah terinveksi MVA dan telah
diwarnai dari botol vial dengan menggunakan jarum.
b)      Mengamati vesikel dan arbuskular dari serabut akar dengan menggunakan mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Hasil
Gambar akar tanaman legume yang terinfeksi MVA

Arbuskular
 
Pembesaran 10 x 10

B.        Pembahasan
Identifikasi terhadap inokulasi mikoriza pada perakaran tanaman legume dilakukan
dengan mengambil sampel tanaman yang diinokulasi oleh mikoriza. Berdasarkan
penampakan fisik dari akar tanaman legume, tanaman yang diinokulasi mikoriza memiliki
perakaran yang panjang dan akar terlihat lebih besar.
Setelah diamati fisik dari akar tanaman legume, dilakukan identifikasi dengan
metode Clearing dan Staining di laboratorium. Proses yang dilakukan seperti yang tertera
pada langkah kerja dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan terhadap simbiosis
mikoriza pada akar tanaman legume yang dapat dilihat di bawah mikroskop.
Berdasarkan pada gambar penampang akar di atas, dapat diketahui bahwa akar yang
terinfeksi MVA terlihat memiliki sel yang padat dan berwarna biru, artinya bahwa hifa dari
mikoriza sudah memenuhi beberapa sel pada akar tanaman legume.
Keberadaan MVA pada sistem perakaran tanaman mampu meningkatkan kemampuan
untuk menyerap unsur-unsur yang semestinya tidak tersedia bagi tanaman. Akar-akar
tersimbiosis oleh mikoriza mampu meningkatkan laju difusi hara. Peristiwa ini terjadi karena
hifa dari MVA di tanah melekat pada akar-akar, kemudian menyebar ke dalam tanah yang
tidak dieksploitasi di luar zona pengosongan akar, dan memindahkan fosfat dari tanah ke
akar, yang secara efektif pada dasarnya juga merupakan bagian dari sistem perakaran. Pada
tanah-tanah yang memiliki kandungan P yang rendah, interaksi ini sangat jelas, terutama
dengan tambahan fosfat. Interaksi yang menguntungkan ini telah diketahui pada beberapa
jenis tanaman terutama legume.
Keadaan dimana kepadatan akar mulai meningkat dan kecukupan hara mulai menjadi
pembatas meskipun besarnya alokasi karbohidrat dari daun ke akar mungkin masih terpenuhi.
Dalam kondisi seperti itu, akar yang terinfeksi MVA lebih cepat berkembang dan lebih aktif
dalam mendukung peningkatan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Artinya benar
bahwa infeksi mikoriza pada perakaran akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Akan tetapi ada pula kemungkinan terjadinya overlapping dimana mikoriza tidak
mampu menyerap unsur hara dari tanah sesuai dengan serapan nutrisi oleh mikoriza dari
tanaman. Namun peristiwa ini sangat jarang terjadi.
Peristiwa terjadinya serapan unsur hara oleh mikoriza cukup beragam. Yang
disebabkan karena terdapatnya arbuskular pada mikoriza. Keberadaan arbuskular terdapat
pada area kontak langsung yang luas antara simbion, dan secara sederhana diasumsikan
menuju interfase dimana karbon ditransfer. Hasil pengujian bahwa membran arbuskular
kehilangan aktivitas ATPase yang mengakibatkan serapan karbon terjadi melalui hifa
interseluler yang mana membrannya memiliki aktivitas ATPase yang tinggi, dan selanjutnya
merupakan energi untuk proses transport aktif (Delvian, 2006)
Dalam perkembangannya mikoriza sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang
optimum. Kondisi lingkungan seperti pH tanah, eksudat akar dan suhu akan mempengaruhi
perkembangan mikoriza di alam. Suhu yang optimum bagi mikoriza akan mempercepat
terjadinya perkembangbiakan baik dalam hal menginfeksi akar tanaman (inang) maupun
dalam menghasilkan spora-spora sebagai bagian dari perkembangan berikutnya.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa akar yang terinfeksi MVA
terlihat memiliki sel yang padat dan berwarna biru, artinya bahwa hifa dari mikoriza sudah
memenuhi beberapa sel pada akar tanaman legume dan keberadaan MVA pada sistem
perakaran tanaman mampu meningkatkan kemampuan untuk menyerap unsur-unsur yang
semestinya tidak tersedia bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2007.Mikoriza.(Online), (http://mbojo.wordpress.com/2007/03/16/mikoriza/, diakses


tanggal 25 April 2011).

Delvian. 2005. Respon Pertumbuhan dan perkembangan Cendawan Mikoriza Arbuskular dan


Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. (Online). (http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-
delvian2.pdf, diakses tanggal 25 April 2011)

Mahardi. 2009. Tanaman Legume. (Online),


(http://marhadinutrisi06.blogspot.com/2009/12/tanaman-legum.html, diakses tanggal 25 April
2011).

Mapper, Azier. 2011. Proses pembentukan, faktor, dan Jenis-Jenis Tanah. (Online),


(http://petaniaceh.blogspot.com/, diakses tanggal 25 April 2011)

Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Lukas S. Budipramana. 2011. Panduan Praktikum Ilmu Hara. Jurusan
Biologi: UNESA.

Anda mungkin juga menyukai