PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana mekanisme infeksi MVA pada akar tanaman legume?
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah :
Mengamati infeksi MVA pada akar tanaman legume
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Legume
Menurut Susetyo (1985), legume termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandun
g dua daun biji/cotyledone. Famili legume dibagi menjadi tiga group sub famili, yaitu: mimo
saceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga reguler; caesalpiniaceae, tanaman kayu dan h
erba dengan bunga irreguler dan papilionaceae, tanaman kayu dan herba dengan ciri khas bu
nga berbentuk kupu-kupu, kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk dalam grou
p papilionaceae. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binial atau peren
nial (Soegiri et al., 1980 dalam Mahardi, 2009).
3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan lebih tahan terhadap perubahan pH tanah.
Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan MVA terhadap pH tanah
berbeda-beda, karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran
mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Glomus fasciculatus berkembang biak pada pH
masam. Pengapuran menyebabkan perkembangan G. fasciculatus menurun (Mosse, 1981
dalam Atmaja, 2001). Demikian pula peran G.fasciculatus di dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman pada tanah masam menurun akibat pengapuran (Santoso, 1985). Pada
pH 5,1 dan 5,9 G. fasciculatus menampakkan pertumbuhan yang terbesar, G. fasciculatus
memperlihatkan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman justru kalau pH
5,1 G. Mosseae memberikan pengaruh terbesar pada pH netral sampai alkalis (pH 6,0-8,1).
Perubahan pH tanah melalui pengapuran biasanya berdampak merugikan bagi
perkembangan MVA asli yang hidup pada tanah tersebut sehingga pembentukan mikoriza
menurun. Untuk itu tindakan pengapuran dibarengi tindakan inokulasi dengan cendawan
MVA yang cocok agar pembentukan mikoriza terjamin.
4. Bahan organik
Bahan organic merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting
disamping air dan udara. Jumlah spora MVA tampaknya berhubungan erat dengan
kandungan bahan organic didalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-
tanah yang mengandung bahan organic 1-2 persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan
organic kurang dari 0,5 persen kandungan spora sangat rendah. Residu akar mempengaruhi
ekologi cendawan MVA, karena serasah akar yang terinfeksi mikoriza merupakan sarana
penting untuk mempertahankan generasi MVA dari satu tanaman ke tanaman berikutnya.
Serasah akar tersebut mengandung hifa,vesikel dan spora yang dapat menginfeksi MVA.
Disamping itu juga berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya.
7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab
penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida
juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan
dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza
adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan penyerapan unsur hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza,
dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsure hara mikro. Selain itu
akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsure hara dalam bentuk terikat dan tidak
tersedia untuk tanaman.
Atmaja (2001) dalam Anonim (2007) melaporkan lebih banyak lagi unsure hara yang
serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsure hara yang meningkat penyerapannya
adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hubungan antara MVA dengan organisme tanah
tidak bias diabaikan, karena secara bersama-sama keduanya membantu pertumbuhan
tanaman.
- Tahan terhadap serangan pathogen
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar.
Mekanisme perlindungan ini bias diterangkan sebagai berikut:
adanya lapisan hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya
pathogen
mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya,
sehinga tidak cocok bagi patogen.
fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat perkembangan
patogen.
G. Tipe Mikoriza
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza
2. Ektendomikoriza
3. Endomikoriza
Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar,
bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat
yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya
berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada
jaringan Hartiq.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain.
Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat
menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam
tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.
Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak
membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan
korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan
sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah observasi karena tidak terdapat variabel manipulasi dan
penelitian dilakukan dengan cara pengamatan.
A. Hasil
Gambar akar tanaman legume yang terinfeksi MVA
Arbuskular
Pembesaran 10 x 10
B. Pembahasan
Identifikasi terhadap inokulasi mikoriza pada perakaran tanaman legume dilakukan
dengan mengambil sampel tanaman yang diinokulasi oleh mikoriza. Berdasarkan
penampakan fisik dari akar tanaman legume, tanaman yang diinokulasi mikoriza memiliki
perakaran yang panjang dan akar terlihat lebih besar.
Setelah diamati fisik dari akar tanaman legume, dilakukan identifikasi dengan
metode Clearing dan Staining di laboratorium. Proses yang dilakukan seperti yang tertera
pada langkah kerja dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan terhadap simbiosis
mikoriza pada akar tanaman legume yang dapat dilihat di bawah mikroskop.
Berdasarkan pada gambar penampang akar di atas, dapat diketahui bahwa akar yang
terinfeksi MVA terlihat memiliki sel yang padat dan berwarna biru, artinya bahwa hifa dari
mikoriza sudah memenuhi beberapa sel pada akar tanaman legume.
Keberadaan MVA pada sistem perakaran tanaman mampu meningkatkan kemampuan
untuk menyerap unsur-unsur yang semestinya tidak tersedia bagi tanaman. Akar-akar
tersimbiosis oleh mikoriza mampu meningkatkan laju difusi hara. Peristiwa ini terjadi karena
hifa dari MVA di tanah melekat pada akar-akar, kemudian menyebar ke dalam tanah yang
tidak dieksploitasi di luar zona pengosongan akar, dan memindahkan fosfat dari tanah ke
akar, yang secara efektif pada dasarnya juga merupakan bagian dari sistem perakaran. Pada
tanah-tanah yang memiliki kandungan P yang rendah, interaksi ini sangat jelas, terutama
dengan tambahan fosfat. Interaksi yang menguntungkan ini telah diketahui pada beberapa
jenis tanaman terutama legume.
Keadaan dimana kepadatan akar mulai meningkat dan kecukupan hara mulai menjadi
pembatas meskipun besarnya alokasi karbohidrat dari daun ke akar mungkin masih terpenuhi.
Dalam kondisi seperti itu, akar yang terinfeksi MVA lebih cepat berkembang dan lebih aktif
dalam mendukung peningkatan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Artinya benar
bahwa infeksi mikoriza pada perakaran akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Akan tetapi ada pula kemungkinan terjadinya overlapping dimana mikoriza tidak
mampu menyerap unsur hara dari tanah sesuai dengan serapan nutrisi oleh mikoriza dari
tanaman. Namun peristiwa ini sangat jarang terjadi.
Peristiwa terjadinya serapan unsur hara oleh mikoriza cukup beragam. Yang
disebabkan karena terdapatnya arbuskular pada mikoriza. Keberadaan arbuskular terdapat
pada area kontak langsung yang luas antara simbion, dan secara sederhana diasumsikan
menuju interfase dimana karbon ditransfer. Hasil pengujian bahwa membran arbuskular
kehilangan aktivitas ATPase yang mengakibatkan serapan karbon terjadi melalui hifa
interseluler yang mana membrannya memiliki aktivitas ATPase yang tinggi, dan selanjutnya
merupakan energi untuk proses transport aktif (Delvian, 2006)
Dalam perkembangannya mikoriza sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang
optimum. Kondisi lingkungan seperti pH tanah, eksudat akar dan suhu akan mempengaruhi
perkembangan mikoriza di alam. Suhu yang optimum bagi mikoriza akan mempercepat
terjadinya perkembangbiakan baik dalam hal menginfeksi akar tanaman (inang) maupun
dalam menghasilkan spora-spora sebagai bagian dari perkembangan berikutnya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa akar yang terinfeksi MVA
terlihat memiliki sel yang padat dan berwarna biru, artinya bahwa hifa dari mikoriza sudah
memenuhi beberapa sel pada akar tanaman legume dan keberadaan MVA pada sistem
perakaran tanaman mampu meningkatkan kemampuan untuk menyerap unsur-unsur yang
semestinya tidak tersedia bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Lukas S. Budipramana. 2011. Panduan Praktikum Ilmu Hara. Jurusan
Biologi: UNESA.