ACARA I
PERAKARAN ISTIMEWA
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Akar merupakan salah satu bagian pohon yang penting terutama untuk
penyerapan unsur hara, air dan mineral lain. Bentuk dan karakteristik perakaran
pohon tergantung dari tanah dan sifat jenis pohon serta interaksinya dengan
lingkungan baik biotik maupun abiotik. Contoh bentuk adaptasi akar dalam bentuk
akar istimewa antara lain adalah akar bermikoriza dan akar berbintil (nodule roots).
Mikoriza terbentuk dari simbiosis yang saling menguntungkan antara jamur dengan
sistem perakaran pohon. Keuntungan bagi jamur adalah mendapat tempat tinggal dan
sumber makanan, sedangkan keuntungan bagi pohon adalah dapat membantu
penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap patogen dan kekeringan.
Selain jamur, bakteri juga dapat berasosiasi dengan sistem perakaran pohon, bakteri
rhizobia dan frankia merupakan contoh bakteri bintil akar yang sering ditemui. Bintil
akar membantu pohon dalam penambatan nitrogen yang penting bagi tumubuhan.
Kedua jenis perakaran istimewa baik akar bermikoriza maupun akar berbintil sangat
penting dipelajari untuk jenis tanaman-tanaman kehutanan.
b. Tujuan
1. Mengetahui berbagai bentuk mikoriza pada berbagai jenis tanaman
2. Mengetahui bentuk, letak dan struktur anatomi bintil akar
c. Manfaat
Setelah mengikuti acara ini mahasiswa dapat mengenali, mendokumentasikan dan
membedakan jenis perakaran istimewa yang ditemukan.
II. METODE
a. Waktu : 15 Februari 2021
a. Bentuk akar
b. Panjang akar
c. Banyaknya akar
6. Dokumentasikan (foto dengan resolusi tinggi, sehingga gambar cukup baik untuk
dimasukkan dalam laporan praktikum)
5. Kemasaman Tanah
6. Senyawa Nitrogen
7. Fosfor
Fosfor diperlukan untuk pembentukan bintil dan aktifitas bintil yang maksimal.
Tanaman yang mendapatkan nitrogen secara simbiotik membutuhkan P dalam jumlah
yang lebih besar daripada tanaman yang dipupuk N. Hal ini mungkin karena
kebutuhan untuk pengembangan bintil dan transduksi sinyal, serta membentuk P-lipid
yang diperlukan untuk aktivitas bakteroid dalam bintil akar (Graham dan Vance
2000 dalam Suryantini 2016). Kandungan fosfor yang rendah dalam tanah dapat
membatasi pertumbuhan populasi rhizobia dan perkembangan akar kacang-
kacangan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi penambatan nitrogen (Kwari,
2005 dalam Suryantini 2016). Yakubu et al. (2010) dalam Suryantini (2016)
melaporkan bahwa pemberian pupuk P sebanyak 40 kg P2O5/ha meningkatkan
jumlah bintil akar dan jumlah N yang ditambat sebesar 169% dibanding kontrol.
Gambar tersebut menunjukan pengaruh takaran pupuk P terhadap jumlah bintil dan
N-fiksasi pada kacang tanah (Yakubu et al. 2010).
Casuarina equisetifolia var. incana yang memiliki nama lokal cemara udang
merupakan salah satu jenis pohon yang tidak termasuk dalam family Leguminosae tetapi
mampu membentuk bintil akar. Bintil akarnya bersifat perennial dan terbentuk sebagai
akibat dari masuknya Frankia yang tergolong aktinomisetes (Richard, 1994; Srivastava
and Singh, 1999 dalam Kabirun,2012).
1. Hasil Pengamatan
(a) (b)
(c)
Ket:
(a) Bentuk akar
(b) Panjang akar
(c) Banyaknya akar
Gambar 1. Pengamatan akar bermikoriza
(a) (b)
(c)
Ket:
(a) Bentuk akar
(b) Panjang akar
(c) Banyaknya akar
Gambar 2. Pengamatan akar berbintil akar Rhizobia
(a) (b)
(c)
Ket:
(a) Bentuk akar
(b) Panjang akar
(c) Banyaknya akar
Gambar 3. Pengamatan akar berbintil akar Frankia
2. Pembahasan
Akar mikoriza yang ditemukan oleh praktikan adalah akar dari pohon
pinus. Akar mikoriza merupakan suatu bentuk kerjasama yang bersifat
simbiotik antara jamur dengan akar tanaman. Untuk dapat
mengetahui keberadaan akar mikoriza dapat ditemukan pada pohon
pinus yang masih muda atau beberapa dalam semai. Jika di cari dari
pohon-pohon yang besar keberadaan akar mikoriza sulit di temukan,
apalagi jika pohon pinus tersebut masih kokoh. Akar mikoriza yang
ditemukan oleh praktikan berasal dari pohon pinus yang masih muda.
Saat dilihat sekitaran akarnya sangat banyak putih-putih yang di kenal
dengan mikoriza. Hampir di seluruh sisinya tertutupi oleh mikoriza.
Untuk mikoriza sendiri tidak dapat diukur karena keberadaannya yang
sangat kecil-kecil seperti serbuk menempel di akar, sehingga jika
diukur yang terukur adalah akar-akarnya.
Akar rhizobium yang ditemukan oleh praktikan adalah akar dari
kacang panjang yang masuk ke dalam family leguminosae/fabaceae.
Akar rhizobium merupakan akar yang memiliki bintilan-bintilan di
sekitarnya. Bintilan-bintilan yang berada di akar rhizobium ukurannya
relative dan penyebarannya pun relative. Kacang panjang yang diambil
oleh praktikan memiliki jumlah bintilan yang tidak terlalu banyak,
yang dapat dilihat jelas sekitar 6-7 bintilan. Sedangkan ukuran dari
salah satu bintilannya adalah 0.7cm. Namun perlu diketahui jumlah
bintilan dan ukuran bintilan antara spesies legum yang satu dengan
legume yang lainnya belum tentu sama. Bintilan dari kacang panjang
luarnya memiliki warna kecoklatan dan tekstur sedikit kasar, tetapi
saat di belah menjadi dua bagian memiliki warna kemerahan dan
teksturnya sedikit lembab seperti agak berdaging.
Akar Frankia yang didapatkan oleh teman praktikan adalah akar
dari cemara udang. Frankia umumnya memiliki ciri khas yang sama
seperti rhizobium yakni bintilan-bintilan yang terdapat di akarnya.
Cemara udang dapat di temukan di daerah pesisir pantai. Frankia yang
di temukan di cemara udang oleh teman praktikan adalah cemara
udang yang usianya masih muda yakni 4 tahun. Sama halnya dengan
mikoriza yang terdapat di pohon pinus, untuk memudahkan
menemukannya ialah mencari yang usianya masih muda. Bintilan
yang terdapat di cemara udang ketika di ukur, ukurannya adalah
0.5mm di setiap bintilannya. Memiliki ukuran yang sama di setiap
bintilannya karena Frankia yang terdapat di cemara udang bintilannya
berada menyatu berkelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari
beberapa bintilan-bintilan, berbeda dengan legum yang ditemukan oleh
praktikan bintilan-bintilan nya tidak menyatu berkelompok melainkan
terpencar-pencar/tersebar.
V. KESIMPULAN
1. Mikoriza terdapat di beberapa pohon kehutanan seperti eucalyptus,
meranti, dan pinus. Ciri-ciri apabila pohon tersebut terdapat
mikoriza adalah dari akarnya, apabila di akar-akarnya terdapat
seperti butiran putih-putih itulah mikorizanya. Untuk memudahkan
mencari mikoriza yakni mencari di pohon-pohon yang usianya
masih muda.
Daniel, B.A.H dan J.M. Trappe. 1980. Factors Affecting Spora Germination of the
VAM Fungus Glomus Epigaeus. Mycologya, 72(3), 457-471.
Fujikake, H., A.Yamazaki, N. Ohtake, K. Sueyoshi1, S. Matsuhashi, T. Ito, C.
Mizuniwa, T. Kume, S. Hashimoto, N.S. Ishioka, S. Watanabe, A. Osa, T.
Sekine, H. Uchida, A. Tsuji and T. Ohyama. 2003. Quick and reversible
inhibition of soybean root nodule growth by nitrate involves a decrease in
sucrose supply to nodules. Journal of Experimental Botany, 54 (386): 1379–
1388.
Graham, P.H. and C.P Vance. 2000. Nitrogen fixation in perspective, an overview
of research and extension needs. Field Crops Res. 65:93–106.
Homchan, J. 1989. Environmental Constraint to Nitrogen Fixation and Rhizobial
Survival. Lecture presented in BNF Training Course By FAO/DOA/NIFTAL.
Bangkok, 6–31 March 1989.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.
Istigfaiyah, L. 2018. Identifikasi dan Karakterisasi Mikoriza pada Tegakan Gmelina
arborea. 5-6
Janouskova, M., D. Pavlikova dan M. Votsaka. 2006. Potensial Contribution of
Arbuscular Mycorrhiza to Cadmium Immobili Sation in Soil. Chemosphere.
Kwari, J.D. 2005. Soil fertility status in some communities of southern Borno. Final
report to PROSAB Project, Maiduguri, Nigeria. p. 21.
Manjunath., A. dan D.J. Bagyaraj. 1984. Components of VA Mycorrhiza Inoculum and
Their Effects of Growth of Onion. New Phytologist, 87(2), 355-361.
O’Hara, G.W., N. Boonkerd and M.J. Dilworth. 1988. Mineral constraint to nitrogen
fixation. Plant and Soil, 108:93–110.
Oehl, F., E. Sieverding., P. Mäder., D. Dubois., K. Ineichen., T. Boller dan A.
Wiemken. 2004. Impact of Long-Term Conventional and Organic Farming on the
Diversity of Arbuscular Mychorrhizal Fungi. Oecologia, 138, 574-583.
Paulitz, T.C. dan R.G. Linderman. 1991. Ack of Antagonism Between The Biocontrol
Agent Gliocladium virens and Vesicular Arbuscular Mycorrhizal Fungi. New
Phytologist, 117, 303-308 .
Powel, C.L. & D.J. Bagyaraj. 1984. VA Mychorrhizae: Why All the Interest? p.1−3
In Powel, C.L. & D.J. Bagyaraj (eds.), VA. Mychorrhiza. CRC. Press. Inc.,
Boca Raton, Florida.
Powell, C.L. dan D.J. Bagyaraj. 1984. In VA mychorriza, CRC Press, Boca Raton.
Pujianto. 2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamur Mikoriza dan Bakteri dalam Sistem
Pertanian Berkelanjutan di Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Falsafah Sains.
Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Richards, B.N. 1994. The Microbiology of Terrestrial Ecosystems . John Wiley and
Sons, Inc. New York.
Schenk, N. C. dan V.N. Schroder. 1974. Temperature Response of
Endogonemicorrhiza on Soybean Roots. Mycologia, 66(4), 600-605.
Shi, Z.Y., L.Y. Zhang., X.L. Li., G. Feng., C.Y. Tian dan P. Christie. 2007. Diversity
of Arbuscular Mycorrhizal Fungi Associated with Desert Ephemerals in Plant
Communities of Junggar Basin, Northwest China. Applied Soil Ecology, 35, 10-
20.
Siti Kabirun, W. D. 2012. Karakteristik Morfologi dan Pembentuksn Bintil Akar pada
Cemara Udang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9 No 3, September 2012,
155-163, 156.
Srivastava, H.S. and R.P. Singh. 1999. Nutrition and Plant Growth Publishers,
Inc.U.S.A.
Suryanti, M. I. 2015. Peranan Jamur Mikoriza Arbuskular Terhadap Perkembangan
Penyakit Daun Keriting Kuning Cabai. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia,
Vol.19, No.2, 2015: 94-98, 94.
Suryantini. 2016. Pembitilan dan Penambatan Nitrogen pada Tanaman Kacang Tanah.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 234, 239-243.
Weisany, W., Y. Raei and K.H Allahverdipoor. 2013. Role of Some of Mineral
Nutrients in Biological Nitrogen Fixation. Bull. Env. Pharmacol. Life Sci.,
Vol 2 (4):77–84.
Wolff ,A., P. Singleton, M. Sidirelli and B. Bohlool. 1993. Influence of acid soil
on nodulation and interstrain competitiveness in relation to tannin
concentrations in seeds and roots of Phaseolus vulgaris. Soil Biol Biochem.
25:715–21.
Yakubu, H., J.D. Kwari and M.K. Sandabe. 2010. Effect of Phosphorus Fertilizer on
Nitrogen Fixation by Some Grain Legume Varieties in Sudan –Sahelian Zone
of North Eastern Nigeria. Nigerian Journal of Basic and Applied Science
18(1):19–26.
Zahran, H.H. 1999. Rhizobium-legume symbiosis and nitrogen fixation under
severe conditions in arid climate. Microbiology and Molecular Biology Reviews,
63:968–989.