Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN KADAR

IKTERIK PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATOLOGI


RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Skripsi Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi SI Keperawatan

Disusun Oleh:

IKA NONY KUSUMA WAHONO


2020060094

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan judul “Pengaruh Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar


Ikteri Pada Bayi Baru Lahir Di Ruang Perinatologi Rs Pku Muhammadiyah
Karanganyar”, telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji
Karya Tulis Ilmiah Program S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

IKA NONY KUSUMA


2020060094

Pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 14 Oktober 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Anik Enikmawati, S.Kep., Ns., M.Kep Nurul Istiqomah, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN. 062638205 NIDN. 061810923

ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN
KADAR IKTERIK PADA BAYI BARU LAHIR DIRUANG
PERINATOLOGI RS PKU MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR

Disusun Oleh:

IKA NONY KUSUMA


2020060094

Skripsi Penelitian ini telah diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal : 14 Oktober 2021

Susunan Tim Penguji :

No. Nama Jabatan dalam tim Tanda Tangan

1. Sri Mintarsih, S.Kep., Ns., M.Kes Penguji 1


NIDN. 061405591 .....................

2. Anik Enikmawati, S.Kep., Ns., M.Kep Penguji 2


NIDN. 062638502 .....................

3. Nurul Istiqomah, S.Kep., Ns., M.Kep Penguji 3


NIDN. 061810923 .....................

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Kesehatan Ka. Prodi S1 Keperawatan

Dr.Ida Untari,SKM.M.Kes Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN.0629037604 NIDN.0610078604

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul:

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN


KADAR IKTERIK PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG
PERINATOLOGI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Merupakan karya saya sendiri (ASLI) dan isi dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan dansepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang
lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Karanganyar, 14 Oktober 2021

IKA NONY KUSUMA


2020060097

iv
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta memberi kekuatan,
ketabahan,kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan Skripsi penelitian ini.
Sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW., seluruh
keluarga, para sahabat, dan yang lainnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Penyusunan Skripsi Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul”. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusun PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP
PENURUNAN KADAR IKTERIK PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG
PERINATOLOGI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
karya tulis ilmiah ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat
bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan
maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan
kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih atas segala bantuan yang
telah diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan kepada:
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes.,Ph.d. selaku ketua Rektor Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Cemy nur Fitria,S.Kep.,Ns.M.Kep Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Anik enikmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing I, dengan bijaksana
dan sabar membantu dalam menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi,
merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya ilmiah ini.

4. Nurul Istiqomah S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing II dengan sabar dan
meluangkan waktu dalam membantu menyumbangkan ide-idenya dalam

v
mengoreksi, merevisi dan melengkapi dalam penyusunan Skripsi karya ilmiah
ini.
5. dr.Aditya Nur Cahyanto selaku Direktur RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar yang telah bersedia mengijinkan untuk dilaksanakannya
penelitian.
6. Kedua orang tuaku tercinta yang tak pernah lelah berjuang, berdoa, memberi
motivasi serta memberikan kasih sayang yang teramat besar.
7. Suamiku tercinta mas aaq budi dan putra kembarku tersayang yang selalu
memberikan semangat dan doanya.
8. Keluargaku, Sahabat-sahabatku, yang selalu memberikan motivasi dan doanya.
9. Almamaterku Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan PKU Muhammadiyah
Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan kemampuan


dan pengetahuan yang dimiliki penulis dan masih banyak kekurangan dalam
penelitian ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang terkait, di kalangan akademis dan masyarakat yang berminat
terhadap ilmu keperawatan.

Karanganyar, Februari 2022


Penulis

Ika nony kusuma

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iii
SURAT KEASLIAN TUGAS AKHIR…………………………….…………….iv
KATA PENGANTAR………………..…………………………………………...v
DAFTAR ISI…………………………………..…………………………….…..vii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………..…………..1
B.Rumusan Masalah………………………………………………………...3
C.Tujuan…………………………………………………………………….3
D.Manfaat Penelitian………………………………………………………..4
E.Keaslian Penelitian………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori……………………………………………………………8
B.Kerangka Teori………………………………………………………….20
C.Kerangka Konsep………………………………………………………..21
D.Hipotesis………………………………………………………………...21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis dan Design Penelitian……………………………………………..22
B.Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………...22
C.Populasi,Sample dan Sampling………………………………………….22
D.Variabel Penelitian………………………………………………………23
E.Definisi Operasional……….…………………………………………….24
F.Instrumen Penelitian…………………………………..…………………24
G.Tehnik Mengumpulkan Data………………………..…………………..25
H.Pengelolahan Data dan Analisa Data…………………………...……….25

vii
1.Analisa data Univariat……………………………………………..26
2.Analisa Bivariat……………………………………………………26
I.Jalannya Penelitian……………………………………………………….26
1.Tahap Persiapan…………………………………………………...26
2.Tahap Pelaksanaan………………………………………………...27
3.Tahap Akhir……………………………………………………….27
J. Etika Penelitian………………………………………………………….28
1.Infomed Consert( lembar persetujuan menjadi responden)……….28
2.Confidentiality(kerahasiaan)………………………………………28
3.Anonimyty…………………………………………………………28
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.Gambaran Umum Tempat Penelitian……………………………………
29
B.Hasil Penelitian………………………………………………………….29
C.Pembahasan……………………………………………………………...31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan………………………………………………………………..36
B.Saran…………………………………………………………………….36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………37
LAMPIRAN
1.Lembar Permohonan Menjadi Responden
2.Lembar persetujuan Menjadi Responden
3.Tabel Rumus Kramer
4.Kerangka Konsep
5.Lembar Observasi
6.Data Penelitian
7.Olah Data
8.Npar test
9.Lampiran Spo

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikterus merupakan suatu gejala perubahan sklera, membrane mukosa dan
kulit menjadi kuning sebagai akibat dari kenaikan konsentrasi bilirubin ( Beta
et al 2003 ). Ikterus merupakan gambaran klinis berupa pewarnaan kuning
pada kulit dan mukosa karena unconjugated bilirubin yang tinggi (Dewi et al,
2016).
Data World Health Organization (WHO), Angka Kematian Bayi (AKB)
di Dunia tahun 2012 sebesar 49 per 1000 kelahiran hidup. High Risk Infant
atau faktor bayi yang mempertinggi risiko kematian perinatal atau neonatal
salah satunya adalah ikterus neonatorum atau ikterus yang merupakan
penyebab kematian neonatal sekitar 20-40% dari seluruh persalinan
(Anggraini, 2014). Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap
tahunnya, sekitar 65% menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya
(Syah, 2013).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 , angka kematian neonatal (AKN) adalah 15 kematian per 1.000
kelahiran hidup, menyiratkan bahwa 1 dari 67 anak meninggal dalam bulan
pertama kehidupannya (BKKBN dkk, 2018). Kematian neonatus terbanyak di
Indonesia disebabkan oleh asfiksia (37%), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
dan prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus neonatorum
(6%), postmatur (3%), dan kelainan kongenital (1%) per 1.000 kelahiran
hidup (Ratuain,et al 2015).
Penyebab bayi ikterik adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah.
Bilirubin ini adalah pigmen kuning dalam sel darah merah . kelebihan
bilirubin terjadi karena organ hati bayi belum cukup matang untuk
menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah, pada umumnya terjadi
pemecahan sel darah merah pada bayi lahir cepat disertai dengan adanya
fungsi hati yang belum matang , sehingga proses pemecahan bilirubin terjadi

1
lambat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri & Rositawati (2016)
Kejadian ikterus neonatorum di Indonesia mencapai 50% pada bayi cukup
bulan dan kejadian ikterus neonatorum pada bayi kurang bulan (premature)
mencapai 58%. Angka kejadian bayi ikterus neonaotum di RSUD Dr.
Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2013 yaitu 4,77% dan pada tahun 2014 yaitu
11,87%. Pemantauan bilirubin secara klinis ini adalah langkah awal agar
dapat dilakukan intervensi selanjutnya,yaitu apakah ada indikasi bayi
dilakukan fototerapi atau tidak. Cara ini dianggap lebih mudah dan murah
sebagai deteksi awal dilakukannya fototerapi.
Fototerapi atau terapi dengan menggunakan sinar ultraviolet, merupakan
perawatan paling umum yang digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin
yang tinggi pada newborn yang mengalami Ikterus neonatorum (jaundice atau
bayi kuning). Warna kuning pada kulit bayi akan lebih sulit dikenali pada bayi
dengan kulit lebih gelap. Namun tetap bisa mengenali kuning pada bayi di
beberapa bagian pada tubuhnya, misalnya di bagian sclera mata, di dalam
mulut, juga di telapak tangan dan kakinya. Bayi juga kerap mengantuk, sering
menangis, lemas, urine berwarna kuning gelap, dan tinja yang berwarna pucat
(seharusnya berwarna kekuningan) (Dewi et al, 2016).
Penelitian terkait dengan fototerapi pernah dilakukan oleh Kosim et al
(2016) tentang Dampak Lama Fototerapi terhadap Penurunan Kadar Bilirubin
Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal.Hasil penelitian yaitu tidak terdapat
perbedaan bermakna penurunan kadar bilirubin total pada kelompok II dan
III (p>0,05), sebaliknya ada perbedaan bermakna penurunan kadar
bilirubin total terbesar terjadi pada kelompok IV (p>0,05) yaitu penurunan
sebesar 4,83±2,42 mg/dL. Kemudian oleh Dewi dan Suarta 2016 tentang
Efektivitas Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada
Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah . Penelitian cohort dengan melibatkan
44 bayi hiperbilirubinemia usia kehamilan ≥35 minggu, melihat kadar bilirubin
sebelum dan setelah dilakukan fototerapi. Hasil penelitian menunjukan Rerata usia
kuning 4,2±0,88 hari dengan rerata berat badan 2784±643 gram. Rerata kadar

2
bilirubin sebelum dilakukan fototerapi 15,3±1,94 mg/dL, dan setelah dilakukan
fototerapi 24 jam 12,8±1,88 mg/dL dengan p=0,001. Penurunan kadar bilirubin
2,5±0,8mg/dL dalam 24 jam (turun 16,3% dalam 24 jam). Komplikasi fototerapi
yaitu hipertermi (2,3%) dan eritema (27,3%)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan
Kadar ikterik pada bayi baru lahir diruang Perinatologi RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dalam latar belakang tersebut di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah “Apakah ada Pengaruh Fototerapi
terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru lahir diruang Perinatologi
RS PKU Muhammadiyah Karanganyar?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik
pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar ikterik pada bayi baru lahir sebelum
dilakukan fototerapi diruang Perinatologi RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar
b. Untuk mengetahui kadar ikterik pada bayi baru lahir setelah dilakukan
fototerapi diruang Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
c. Untuk mengetahui pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar
ikterik pada bayi baru lahir diruang Perinatologi RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar

3
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Sebagai bahan kajian dan informasi tambahan bagi perkembangan
pendidikan Keperawatan, terkait dengan Pengaruh Fototerapi terhadap
penurunan kadar ikterus pada bayi lahir.
b. Manfaat praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat atau petugas
kesehatan lainnya mengenai pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan
Kadar ikterik pada bayi baru lahir.
b. Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman untuk
mengembangkan penelitian lebih aplikatif tentang pengaruh
Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru lahir.
c. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khususnya Orang Tua yang memiliki Bayi Baru
Lahir diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang derajat ikterik
pada bayi.

4
E. Keaslian penelitian
Keaslian penelitian diperlukan sebagai bukti agar tidak ada plagiarisme antara
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang baru. Berikut tabel keaslian
penelitian
No. Keaslian Penelitian
1. Nama dan tahun : Dewi, A.K.S., Kardana, I.M., dan
penelitian Suarta, K. 2016
Judul : Efektivitas Fototerapi terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin Total
pada
Hiperbilirubinemia Neonatal di
RSUP Sanglah
Desain dan Variabel : Jenis penelitian cohort
dengan melibatkan 44 bayi
hiperbilirubinemia usia kehamilan
≥35 minggu, melihat kadar
bilirubin sebelum dan setelah
dilakukan fototerapi.
Hasil : Hasil penelitian setelah dilakukan
fototerapi 24 jam 12,8±1,88 mg/dL
dengan p=0,001. Penurunan kadar
bilirubin 2,5±0,8mg/dL dalam 24
jam (turun 16,3% dalam 24 jam)

Persamaan : Menggunakan independent yaitu


fototerapi
Perbedaan : menggunakan variable dependent
yaitu derajat ikterus
No Keaslian Penelitian
2. Nama dan tahun : Kosim, M.S., Soetandio, R., dan
penelitian Sakundaro, M. (2016)
Judul : Dampak Lama Fototerapi terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin Total
pada Hiperbilirubinemia Neonatal.
Desain dan variabel : Jenis penelitian dengan cara
penelitian eksperimental pada 40 noenatus
hiperbilirubinemia, dibagi 4
kelompok (Kelompok I:
bilirubin total 13-15 mg/dL,
fototerapi 6 jam; Kelompok II: 16-
: 17 mg/dL,
fototerapi 12 jam; Kelompok III:

5
: 18-20 mg/dL, fototerapi 18 jam;
Kelompok IV: > 20 mg/dL,
fototerapi 24 jam) menggunakan 4
lampu
khusus fototerapi dengan jarak 50
cm

Hasil Hasil penelitian yaitu tidak terdapat

perbedaan bermakna penurunan


kadar bilirubin total pada kelompok
II dan III (p>0,05), sebaliknya ada
perbedaan bermakna penurunan
kadar
bilirubin total terbesar terjadi pada
kelompok IV (p>0,05) yaitu
penurunan
sebesar 4,83±2,42 mg/dL
Persamaan
Menggunakan variabel
independentyaitu fototerapi
Perbedaan
Perbedaan penelitian terletak pada
tempat penelitian, waktu penelitian,
jumlah responden dan pengambilan
sampel. Serta variabel dependent
yaitu peneliti meneliti derajat
ikteris dan penelitian terkait
meneliti kadar bilirubin total
3. Nama dan tahun : Dewi dan Suarta 2016
penelitian
Judul : Efektivitas Fototerapi Terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin Total pada
Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP
Sanglah
:
Penelitian cohort dengan melibatkan
Desain dan variabel
44 bayi hiperbilirubinemia usia
kehamilan ≥35 minggu, melihat kadar
bilirubin sebelum dan setelah
: dilakukan fototerapi. Analisis data dan
statistik digunakan SPSS 22 dan uji t
berpasangan dengan nilai p≤0,05 dan
koefisien interval 95% dianggap
: signifikan

6
Rerata usia kuning 4,2±0,88 hari
Hasil dengan rerata berat badan 2784±643
gram. Rerata kadar bilirubin sebelum
dilakukan fototerapi 15,3±1,94 mg/dL,
dan setelah dilakukan fototerapi 24
jam 12,8±1,88 mg/dL dengan p=0,001.
Penurunan kadar bilirubin
2,5±0,8mg/dL dalam 24 jam (turun
16,3% dalam 24 jam). Komplikasi
fototerapi yaitu hipertermi (2,3%) dan
eritema (27,3%)

Meneliti pengaruh dari fototerapi


Persamaan

Perbedaan : Perbedaan penelitian ini terletak


pada variabel dependent berbeda,
tempat penelitian, waktu penelitian,
responden penelitian, dan
Pengambilan sampel.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Bayi baru lahir
a. Definisi
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus pertama
di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar
rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di semua sistem
(Cunningham, 2012).
Bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, lahir melalui jalan lahir
dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis
kuat, berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri (Prawirohardjo,
2007). Sedangkan menurut Sholeh (2012) Bayi baru lahir normal
adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)
yang berat.
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, tidak ada
cacat bawaan (Kementrian Kesehatan RI,2010). Bayi baru lahir normal
memiliki panjang 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,lingkar lengan 11-
12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernafasan 40-60
x/menit, rabut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas,
nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting,
sucking, marro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis
sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan

8
vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam
kecoklatan (Dewi,2010).Kesimpulannya adalah bayi baru lahir
merupakan bayi lahir yang dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
b. Keadaan bahaya pada bayi baru lahir
Risiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapat pengawasan
yang lebih ketat oleh dokter dan perawat yang sudah berpengalaman.
Lama masa pengawasan biasanya beberapa hari, tetapi dapat berkisar
dari beberapa jam sampai beberapa minggu (Maternity Dainty, 2018)
Jenis-jenis resiko yang tinggi pada neonatus menurut (Maternity
Dainty, 2018) yaitu:
1) Hiperbilirubinemia: suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana
kadar bilirubin serum ≥5 mg/dL pada minggu pertama.
2) Asfiksia neonatorum: keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
spontan dan teratur setelah lahir, yang dapat disertai dengan
hipoksia. 3. BBLR: bayi baru lahir yang mempunya berat badan ≤
2.500 gram.
3) Respiratory distress syndrome: kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari 60 x/menit, adanya
sianosis, adanya rintihan, pada saat ekspirasi adanya retraksi
suprasternal
c. Klasifikasi bayi baru lahir
Bayi baru lahir (neonatus) dibagi dalam bebrapa klasifikasi menurut
Marmi (2015) yaitu
1) Neonatus menurut masa gestasinya ;
a) Kurang bulan (infant preterm) : kurang dari 259
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : >294 hari (42 minggu atau lebih
2) Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram

9
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : >4000 gram
3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (massa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
a) Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
2. Konsep teori ikterik
a. Definisi
Ikterus neonatorum adalah pewarnaan kuning di kulit konjungtiva dan
mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar billirubin dalam
darah. Klinis ikterus tampak bila kadar billirubin dalam serum
mencapai >5mg/dl. Disebut hiperbillirubinemia apabila didapatkan
kadar billirubin dalam serum >13mg/dl. Ikterus neonatorum adalah
pewarnaan kuning di kulit konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar billirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila
kadar billirubin dalam serum mencapai >5mg/dl. Disebut
hiperbillirubinemia apabila didapatkan kadar billirubin dalam serum
>13mg/dl (Dwienda, 2014)
b. Etiologi
1) Ikterus fisiologis
Ada beberapa penyebab icterus diantaranya sebaga iberikut:
a) Turunnya intake kalori
b) Terdapat inhibitor konjugasi bilirubin dalam ASI
c) Meningkatnya sirkulasi bilirubin melalui entero
hepatik(Manuaba,200).
2) Ikteruspatologis
Faktor-faktor yang menyebabkan ikterus patologis
a) Meningkatnya produksi bilirubin dan sirkulasi entero-
hepatik yang menyebabkan menurunnya bilirubin didalam
hati.
b) Asal etnik,mereka yang berasal dari korea,cina serta jepang

10
dan indian Amerika memiliki kadar bilirubin yang lebih
tinggi
c) Bayi dari ibu diabetesmelitus(IDM)
d) Peningkatan destruksi sel darah merah(SDM)
(1)Isoimunisasi inkompatibilitas ABO atau Rh
(2) Defek metabolisme sel darah merah
(SDM):defekenzimsel darah merah (SDM) menganggu
fungsi eritrosit dan memperpendek rentang hidup sel
merah(SDM).
(3) Hemoglobinopati : sekelompok penyakit yang mengenai
eritrositakibat adanya satu atau lebih molekul
hemoglobin yang berbentukabnormal (misal anemia sel
sabit, talasemia) (haws, 2009).
e) Pertama kali diberi susu >12 jam setelah bayi lahir, dan
pemberiansusu <8x dalam 24 jam. Sehingga bayi
mengalami dehidrasi yang akan meningkatkan risiko icterus
karena fungsi hati bayi yang terganggu akibat hipoperfusi
dan kurangnya volume ASI yang masuk ke usus dan
merangsang defekasi
f) Prematuritas : karena hati bayi masih imatur sehingga
kurang mampu untuk membuang kelebihan bilirubin
g) Saudara kandung mengalami icterus lebih cenderung
mengalami peningkatan kadar bilirubin.
h) Polisitemia,darah mengandung terlalu banyak sel darah
merah seperti transfusi maternofetal
i) Sepsis,Dapat menyebabkan peningkatan pemecahan
hemoglobin
j) Obat-obatan (vitamin K, novobioson, sulfa) : obat bersaing
dengan bilirubin memperebutkan tempat mengikat albumin.
k) Induksioksitosin:obat ini akan diangkut kehati dengan cara
berikatan dengan albumin,artinya hanya sedikit molekul

11
albumin untuk berikatan dengan bilirubin dan akibatnya
hanya sedikit bilirubin yang diproses.
l) Berat badan lahir rendah, pada bayi BBLR lebih sering
mendapat icterus dibandingkan dengan bayi yang berat
badannya sesuai dengan usia kehamilannya. Hal ini
mungkin disebabkan gangguan
Pertumbuhan hati,hati pada bayi dismatur beratnya kurang
dibandingkan dengan bayi biasa.
m) Jenis kelamin laki-laki, kadar bilirubin indirek lebih tinggi
pada bayilaki-laki,
n) Pengeluaran tinja terlambat, pada bayi mekonium kaya akan
bilirubin,sehingga jika tidak dikeluarkan resirkulasi
enterohepatik akan terus berlangsung,(Sinclair,2010,h.359-
360).
o) Hipotermi, asidosis, atau hipoksia dapat mengganggu
kemampuan mengikat-albumin
p) Dehidrasi,kelaparan,hidoksia,dansepsi(oksigen dan glukosa
diperlukan untuk konjugasi).(Cooper,2009)
c. Klasifikasi
1) Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adala suatu proses normal yang terlihat pada
sekitar 40-50% bayi aterm/cukup bulan dan sampai dengan 80%
bayi premature dalam minggu pertama kehidupan. Ikterus fisiologis
adalah perubahan transisional yang memicu pembentukan billirubin
secara berlebihan di dalam darah yang menyebabkan bayi berwarna
ikterus atau kuning. Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul
pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar
patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena ikterus
(Kosim, 2012).
2) Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis

12
atau kadar billirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbillirubinemia (Saifuddin, 2009). Ikterus terjadi dalam 24 jam
pertama dan menetap sesudah 2 minggu pertama (Arief, 2009)
d. Manifestasi klinis
Ikterus fisiologis menurut Ridha (2014) memiliki tanda-tanda sebagai
berikut :
1) Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi
lahir dan tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan
menghilang sampai hari kesepuluh.
2) Kadar billirubin indirek tidak lebih dari 10 mg/dlpada neonatus
kurang bulan dan 12,5 mg/dl pada neonatus cukup bulan
3) Kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak lebih dari 5mg/dl per
hari.
4) Kadar billirubin direk tidak lebih dari 1 mg/dl.
5) Tidak memiliki hubungan dengan keadaan patologis yang
berpotensi menjadi kern ikterus (ensefalopati billiaris adalah suatu
kerusakan otak akibat perlengketan billirubin indirek pada otak).
Adapun tanda-tanda ikterus patologis sebagai berikut :
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
atau melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.
c) Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%. f. Mempunyai hubungan
dengan proses hemolitik (Arief, 2009)
e. Pencegahan
Cara-cara yang dipakai untuk mencegah ikterus neonatorum adalah
sebagai berikut:
1) Mempercepat metabolisme dan pengeluaran billirubin dengan early
brest feeding yaitu menyusui bayi dengan ASI. Billirubin juga
dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urine. Untuk

13
itu bayi harus mendapat cukup ASI. Seperti di ketahui ASI
memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAB
dan BAK. Akan tetapi pemberian ASI juga harus dibawah
pengawasan dokter karena pada beberapa kasus ASI justru
meningkatkan kadar billirubin bayi (breast milk jaundice) (Marni &
Rahardjo, 2012)
2) Terapi sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya bisa
dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda. Lakukan
http://repository.unimus.ac.id 20 pada jam 07.00-08.00 WIB karena
inilah waktu dimana sinar ultraviolet belum cukup efektif
mengurangi kadar billirubin. Hindari posisi yang membuat bayi
melihat langsung ke arah matahari karena dapat merusak matanya.
3) Terapi sinar (Fototerapi) Terapi sinar atau fototerapi dilakukan
selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar billirubin dalam darah
kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi billirubin
dalam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah larut dalam air
tanpa harus di ubah dahulu oleh organ hati dan dapat dikeluarkan
melalui urine dan fesses sehingga kadar billirubin menurun (Dewi,
2010; Marni & Rahardjo, 2012).
f. Penilaian ikterik
Menurut marmi (2012), penilaian ikterik dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan diagnostik :
1) Test coombs pada tali pusat bayi baru lahir : hasil positif
test coombs indirek menandakan adanya Rh-positif, anti A
atau anti B dalam darah ibu. Sedangkan positif dari test
coombs direk menandakan adanya Rh-negatif.
2) Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas
ABO.
3) Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika
melebihi 1,0 - 1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan

14
sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5
mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
yang cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi preterm (tergantung
pada berat badan).
4) Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan
penurunan ikatan, terutama pada bayi preterm.
5) Hitung darah lengkap : hemoglobin mungkin rendah (kurang
dari 14g/dl) karena hemolisis hematokrit mungkin meningkat
(lebih besar dari 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang
dari 45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
g. Penilaian ikterik menggunakan kramers
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam
cahayabuatan. Palingbaik pengamatan ikterus dilakukan dalam
cahaya mataharidan dengan menekan sedikit kulit yang akan
diamati untuk menghilangkan warna pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat icterus yang
merupakan resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin
bebas;kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan
di bawah sinar biasa(day-light).
Sebaiknya penilaian icterus dilakukan secara laboratoris,
apabila fasilitas memungkinkan dapat dilakukan secara klinis
(Prawirohardjo, 2008)
Tabel. 2.1RumusKramer
Daera LuasIkter Kadar
h us bilirubin(mg
/Kra %)
mer
1 Kepaladanleher 5
2 Daerah 1(+)badanbagian atas 9
3 Daerah1,2(+)badanbagianbawahdantungka 11
i
4 Daerah1,2,3(+)lengandankakidibawahlutut 12
5 Daerah1,2,3,4(+)tangan dan kaki 16

15
Sumber:Prawirohardjo,2008.
Gambar. 2.1 Pembagian derajatik terus menurut Kramer
(Sumber:AsriningSurasmi,PerawatanbayiRisikoTinggi,EGC,2013)

3. Fototerapi
a. Definisi
Fototerapi merupakan salah satu terapi hiperbilirubinemia yang telah
dimulai sejak tahun 1950 dan efektif dalam menurunkan kadar
bilirubin (Hammerman dan Kaplan, 2000).
b. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi dilakukan fototerapi adalah ketika peningkatan kadar
bilirubin berbahaya bagi bayi walaupun belum mencapai tingkat yang
membutuhkan transfusi, sementara itu fototerapi profilaksis dapat
dilakukan pada keadaan khusus, seperti bayi berat lahir sangat rendah
atau bayi yang kelihatan memar. Pada bayi baru lahir yang menderita
penyakit hemolitik, fototerapi dimulai secepatnya sambil menunggu
transfusi tukar. Kontraindikasi fototerapi pada bayi dengan
hiperbilirubinemia direk yang disebabkan oleh penyakit hati atau
ikterus obstruktif karena kadar bilirubin yang seharusnya rendah pada
kondisi ini dapat mengarah pada bronze baby syndrome. Jika bilirubin
direk dan bilirubin indirek tinggi, maka dianjurkan untuk melakukan
transfusi tukar (Cloherty et al., 2008)

16
c. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
1) Kualitas spektrum dari sinar yang digunakan
Sumber sinar yang paling efektif untuk mendegradasi bilrubin
adalah sinar dengan panjang gelombang 400 – 520 nm, dengan
gelombang terbaik 460 nm (Stokowski G1, Steele D, 2011). Pada
panjang gelombang ini sinar menembus kulit paling baik dan
paling maksimal diserap oleh bilirubin. Sinar biru, hijau dan
turkois (antara biru dan hijau) merupakan sinar yang paling
efektif. Banyak pendapat yang salah yang menyatakan bahwa
fototerapi menggunakan sinar ultraviolet (panjang gelombang <
400 nm) (Maisels J. & McDonagh, 2012; Stokowski G1, Steele
D, 2011).
2) Intensitas Sinar (Irradiance)
Intensitas sinar yang dimaksud adalah jumlah photon yang
disalurkan per sentimeter kuadrat permukaan tubuh yang terpapar.
Semakin tinggi intensitas sinar maka semakin cepat penurunan
kadar bilirubin. Fototerapi standar biasanya menggunakan
intensitas sinar 10 µW/cm2 /nm, sedangkan fototerapi intensif ≥
30 µW/cm2 /nm (Maisels J. & McDonagh, 2012; Stokowski G1,
Steele D, 2011).
3) Jarak antara bayi dan sinar
Intensitas cahaya berbanding lurus dengan jarak antara bayi dan
sinar, semakin dekat jarak antara bayi dan sinar semakin tinggi
intensitas sinar yang didapat. Jarak yang dianggap cukup aman
adalah sekitar 15-20 cm d. Area permukaan tubuh yang terpapar
sinar Semakin luas area permukaan tubuh yang terpapar sinar
maka makin efektif fototerapi yang dilakukan. Merubah posisi
bayi secara berulang selama fototerapi tidak meningkatkan
kecepatan penurunan kadar bilirubin (Stokowski G1, Steele D,
2011). Dianjurkan memposisikan bayi dengan posisi supine.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama fototerapi

17
bayi dibiarkan telanjang. Pemakaian diaper masih kontroversi,
beberapa penelitian menyatakan penggunaan diaper selama
fototerapi tidak mempengaruhi penurunan kadar bilirubin. Selama
fototerapi diharuskan menggunakan penutup mata untuk
mengurangi risiko kerusakan retina bayi yang masih imatur
(Stokowski G1, Steele D, 2011).

d. Efeksamping fisioterapi
Menurut Cloherty et al. (2008), efek samping dari fototerapi yaitu
kehilangan cairan tubuh, redistribusi aliran darah, diare, kalsium
menurun, kerusakan pada retina mata, eritema, bronze baby
syindrome, untai DNA rusak, dan triptopan berkurang dalam larutan
asam amino, sedangkan menurut Kosim et al. (2014), efek samping
dari fototerapi yaitu perubahan suhu dan metabolik, perubahan
kardivaskular, status cairan, fungsi saluran cerna, perubahan aktivitas,
perubahan berat badan, efek okuler, perubahan kulit, perubahan
endokrin, perubahan hematologi, dan perhatian terhadap perilaku
psikologis
e. Peran perawat dalam proses fototerapi
Peran perawat yang diberikan selama pelaksanaan prosedur fototerapi
mulai dari tahap persiapan alat proses pelaksanaan fototerapi menjadi
tanggung jawab perawat untuk memastikan bayi menjalani prosedur
fototerapi secara tepat, peran perawat selama pelaksanaan prosedur
fototerapi menurut Mali (2013) diawali dengan mempersiapkan Unit
Fototerapi dengan menggangatkan ruangan tempat uni fototerapi
ditempatkan, sehingga suhu di bawah lampu 36.5 derajat celcius
sampai 37.5 derajat celcius, kemudian nyalakan mesin dan pastikan
semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik dan mengganti
tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip, jangan
lupa untuk mencatat tanggal penggantian tabung dan lama
penggunaan tabung tersebut. Tabung diganti setelah 200 jam

18
penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa
berfungsi (Sari, 2018).
Tahap selanjutnya perawat mengelola pemberian foto terapi dengan
menempatkan bayi di bawah sinar fototerapi, bila berat bayi 2 kg atau
lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet dan bayi
yang lebih kecil ditempatkan dalam incubator. Letakkan bayi sesuai
petunjuk pemakaian alat dan tutupi mata bayi dengan penutup mata,
dan genetalia bayi dengan popok atau diapers. Posisis bayi diubah
setiap 2-4 jam sekali. Ibu tetap dimotivasi untuk menyusui bayinya
dengan ASI sesuai keinginan dan kebutuhan atau setiap 3 jam sekali,
pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan penutup mata selama
menyusui akan tetapi jangan pindahkan bayi dari sinar fototerapi bila
bayi menerima cairan melalui intravena atau makanan melalui naso
gastric tube (Sari, 2018)
Perawat harus tetap memperhatikan dan mencatat efek samping yang
terjadi selama menjalani fototerapi, seperti: letargi, peningkatan
kehilangan cairan, perubahan warna kulit, kerusakan retina dan
peningkatan suhu tubuh yang diketahui dengan mengukur suhu bayi
dan suhu udara di bawah sinar fototerapi setiap 3 jam. Bila suhu bayi
lebih dari 37,50C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara
pindahkan bayi dari unit fototerapi sampai suhu bayi antara 36,50C –
37,50C sambil perawat tetap meneruskan terapi dan tes lain yang telah
ditetapkan selama fototerapi dan bayi dipindahkan dari unit fototerapi
hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan di dalam
unit fototerapi, matikan sinar fototerapi sebentar bila bayi sedang
menerima oksigen untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis
sentral (Sari, 2018)
f. Tekhnik melakukan fototerapi
TeknikmelakukanFototerapiadalahsebagaiberikut:
1) Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi terkena sinar
2) Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang

19
memantulkan cahaya
3) Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm
4) Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 6jam sekali
5) Lakukan pengukuran suhu tubuh setiap 4-6 jam sekali

6) Berikan atau sediakan lampu masing masing 20 watt sebanyak


8-10 buah yang disusun secara pararel
7) Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan
ASI,bayi dikeluarkan dari tempat terapi dan dipangku (posisi
menyusui), penutup mata dibuka, serta diobservasi ada tidaknya
iritasi.(Hidayat,2005).
B. Kerangka teori
Berdasarkan kerangka teori maka digambarkan konsep penelitian

Prefoto
Klasifikasi Derajat4
1. Ikterus Fisiologis Derajat 5
2. Ikterus patologis
Fototerapi
A. 24 jam
Faktor yang B. 36jam
mempengaruhi Ikterik/hiperbilirubin
E. Produksi yang Post foto
C. Derajat1
berlebih
D. Derajat 2
F. Gangguan pada E. Derajat 3
proses uptake dan F. Derajat 4
Penatalaksanaan
konjugasi hepar Fototerapi G. Derajat 5
G. Gangguan pada
transportasi
H. Gangguan pada
eksresi
Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan fototerapi
i. Kualitas spektrum dari sinar
yang digunakan
Nb : ii. Intensitas Sinar (Irradiance
iii. Jarak antara bayi dan sinar
Diteliti :
Tidak diteliti :
Gambar 2.1 kerangka teori

20
Sumber : Maisels J. & McDonagh, 2012, Kosim, 2012

C. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari maalah yang akan diteliti (Hidayat, 2017).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Fototerapi Derajat Ikterik

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Menurut Hidayat (2017) menyebutkan hipotesis merupakan sebuah
pernyataan tentang pengaruh yang diharapkan antara dua variabel atau lebih
yang dapat diuji secara empiris. maka hipotesa yang dapat dirumuskan adalah:
Ha : “ada Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi
baru lahir diruang Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar?”
Ho :” tidak ada Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada
bayi baru lahir diruang Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar?

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan
rancangan penelitian Pre Eksperimental design. Disebut Pre Eksperimental
design karena desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak
adanya variabel kontrol. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah One Group Pretest Posttest, rancangan ini dari awal sudah dilakukan
observasi melalui pretest terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan atau
intervensi, selanjutnya diberikan posttest sehingga dapat mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
atau intervensi, namun dalam desain ini tidak ada kontrol sebagai pembanding
antar kelompok (Imas, 2018).

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan oktober - november tahun 2021 diruang
Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.

C. Populasi sampel dan tehnik sampling


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua bayi ikterik yang dilakukan
fototerapi dan dirawat diruang perinatology RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data di
ambil dalam kurun waktu bulan oktober - november 2021.

22
D. Variable penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah
dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2017). Variabel penelitian dalam
penelitian yang dilakukan adalah :
c. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan
nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain
(Hidayat, 2017). Variabel independen yang terdapat pada panelitian ini
adalah pemberian fototerapi.
2. Variabel Dependent (tergantung/terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel tergantung
juga disebut kejadian, manfaat, efek atau dampak (Hidayat, 2017).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah derajat ikterik

23
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Va Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Riabel Ukur
Independent Pemberian sinar SOP 1. Dilakukan sesuai
: inframerah kepada SOP
Fototerapi bayi baru lahir 2. Tidak sesuai SOP
dengan peningkatan
kadar hiperbilirubin
selama 24 jam dan
diberikan 3x.
Dependent : Derajat ikterik yang Rumus Kramer Hasil ukur Ordinal
Derajat di ukur dan kadar dikategorikan :
ikterik menggunakan bilirrubin Derajat I (Bilirubin
RumusKramer total ± 5 – 7 mg%).
Derajat II : (Bilirubin
total ± 7 – 10 mg%)
Derajat III :
(Bilirubin total ± 10 –
13 mg)
Derajat IV
(Bilirubin total ± 13 –
17 mg%))
Derajat V
(Bilirubin total >17
mg%))

F. Instrument Penelitian
Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.Pemeriksaan Kramer adalah suatu
pemeriksaan (tindakan atau cara) dalam menilai / menentukan derajat ikterus
yang merupakan risiko terjadinya kern-ikterus. Ikterus, yaitu perubahan
warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain yang
disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah.

Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang

24
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.
Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan
angka rata-rata didalam gambar di bawah ini :
1. Kramer I. Daerah kepala
(Bilirubin total ± 5 – 7 mg%).
2. Kramer II daerah dada – pusat
(Bilirubin total ± 7 – 10 mg%)
3. Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut
(Bilimbin total ± 10 – 13 mg)
4. Kramer IV lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan
kaki
(Bilirubin total ± 13 – 17 mg%)
5. Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki
(Bilirubin total >17 mg%)
G. Tehnik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder . data sekunder adalah data yang
diperoleh dari orang lain , organisasi tertentu yang sudah diolah ( data berasal
dari medical record hasil laboratorium pasien )
H. Tehnik analisa data
Analisa data adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisa data
adalah mengelompokkan data berdasarkan variable dari seluruh responden ,
menyajikan data tiap variable dari seluruh responden , menyajikan data dari
tiap variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan penghitungan untuk menguji hipotesis yang telah
dilakukan ( Sugiyono, 2010).
1. Analisa univariat
adalah analisa yang digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif
mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing masing variable yang
diteliti, baik variable bebas maupun terikat. Analisa univariate bertujuan

25
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable
penelitian ( Sumantri,2011).
2. Analisa bivariate
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari
korelasi atau pengaruh antara 2 variabel atau lebih yang diteliti
(Notoadmojo, 2010). Karena kedua data berdistribusi kategorik sehingga
tidak perlu dilakukan uji normalitas. Untuk menganalisa perbedaan derajat
ikterik maka digunakan uji non parametric wilcaxon-test. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perubahan derajat ikterik sebelum dan
sesudah diberikan fototerapi. Uji tersebut dilakukan karena kedua data
kategorik. Untuk interprestasi hasil menggunakan batas kemaknaan yang
digunakan adalah α = 0,05. Jika hasilnya p>0,05, maka tidak ada pengaruh
yang signifikan dan jika p<0,05 maka ada pengaruh yang signifikan
(Dahlan, 2010).

I. Jalannya penelitian
1. Tahap persiapan
a. Pengajuan judul penelitian pada pembimbing
b. Peneliti melakukan penyusunan Skripsisistematis sesuai
panduan
c. Peneliti mengumpulkan sumber sumber untuik penyusunan Skripsi
yang berasal dari buku, jurnal , artikel terpercaya
d. Melakukan proses bimbingan Skripsi sampai Skripsi di setujui
e. Peneliti merevisi semua masukan dan mengikuti arahan dari
pembimbing
f. Meminta surat perijinan untuk studi pendahuluan di bangsal
perinatology di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengurusan perijinan
b. Melakukan studi pendahuluan
c. Pengumpulan responden

26
d. Pengumpulan responden pada waktu yang telah dilakukan oleh
peneliti
e. Kontrak waktu dengan responden melalui ijin dari orang tua pasien
f. Peneliti melakukan penelitian dengan melakukan lembar ceklist
untuk pre pototerapi
g. Peneliti melakukan penelitian dengan melakukan lembar ceklist
untuk post pototerapi ( dengan melihat hasil laborat bayi sebelum
dilakukan fototerapi )
h. Peneliti mengecek kembali kelengkapan data, apabila belum
lengkap harus segera dilengkapi ( dengan melihat hasil laborat
setelah bayi dilakukan fototerapi )
i. Melakukan pengolahan data
3. Tahap akhir
a. ujian Skripsi
b. merivisi semua masukan dan mengikuti arahan dari penguji
c. pengumpulan penelitian

J. Etika penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat penelitian
dan peneliti tersebut. Penelitian dilakukan setelah peneliti memperoleh
rekomendasi dari pembimbing dan mendapat ijin dari rector Institut Tehnologi
Sains dan Kesehatan dari PKU Muhammadiyah Karanganyar, selanjutnya
penelitian dengan langkah langkah sebagai berikut :
1. Informed concent ( lembar persetujuanmenjadi responden)
Informed concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan ( Hidayat,
2011 ). Peneliti memberikan informasi kepada sampel peneliti tentang
tujuan dan sifat sifat keikutsertaan dalam penelitian . bagi yang setuju
berpasrtisipasi dalam penelitian orang tua yang dibuat objek penelitian
diminta untuk menandatangi persetujuan penelitian
2. Confidentiality ( kerahasiaan )

27
Confidentiality adalah menjaga informasi dari orang yang tidak berhak
mengakses ( Hidayat 2011) . kerahasiaan informasi responden dijamin
oleh peneliti dengan cara tidak mencantumkan nama sampel penelitian
dalam kuisioner disimpan dalam tempat yang terkunci dan
pemusnahannya dilakukan dengan cara dibakar
3. Anonimyty
Anonimyty adalah proses menyembunyikan identitas seseorang yang
sebenarnya di internet ( Hidayat, 2011 )

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum tempat penelitian


Penelitian dilakukan diruang perinatology RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar. Rumah sakit ini terletak di jl,Ahamd Yani papahan,tasikmadu
Karanganyar dengan akreditasi C predikat Paripurna. Visi dari Rumah sakit
adalah Menjadi Rumah Sakit unggulan dengan layanan prima yang islami guna
mewujudkan masyarakat sehat yang berkemajuan. Untuk mewujudkan visi tersebut,
ditetapkan misi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar yaitu (1) Memberikan
pelayanan kesehatan yang professional, terintegrasi, bermutu dan berfokus pada
keselamatan pasien, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan kepada segenap lapisan
masyarakat dan (3) mewujudkan Rumah Sakit yang handal dan mempunyai daya
saing tinggi.

B. Hasil penelitin
1. Analisa Univariat
a. Derajat ikterik sebelum intervensi
Derajat ikterik di ukur berdasarkan kadar billirubin total pasien.
Intervensi yang dilakukan berupa pemberian fototerapi selama 2x24
jam.
Tabel 4.1
Derajat ikterik sebelum intervensi
Derajak ikterik Frequency Percent
Derajat 1 1 2.4
Derajat 2 27 64.2
Derajat 3 12 28.6
Derajat 4 2 4.8
Total 42 100.0
Hasil penelitian menunjukan sebelum pemberian intervensi, mayoritas
responden mengalami derajat ikterik 2 dengan frekuensi 27 responden
(64.2%).

29
b. Derajat ikterik sesudah intervensi
Derajat ikterik di ukur berdasarkan kadar billirubin total pasien.
Intervensi yang dilakukan berupa pemberian fototerapi selama 2x24
jam.
Tabel 4.2
Derajat ikterik sesudah intervensi
Frequency Percent
Derajat 1 36 85.7
Derajat 2 6 14.3
Total 42 100.0
Hasil penelitian menunjukan sesudah pemberian intervensi, mayoritas
responden mengalami derajat ikterik 1 dengan frekuensi 36 responden
(85,7%).
2. Analisa Bivariat
Analisis ini merupakan analisis statistik tunggal yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua himpunan nilai. Analisa
yang dilakukan berupa uji wilcaxon karena skala data yang di ukur
kategorik.
Tabel 4.3
Hasil uji wilcaxon
Mean Rank Sum of Ranks P value
Derajat Ikterik Negative 0,000
Post – Derajat Ranks 19.50 741.00
Ikterik Pre
Positive
.00 .00
Ranks
Tabel 4.3 menunjukan hasil uji wilcaxon. Uji tersebut dilakukan karena
kedua data berskala kategorik. Hidayat (2017) menyebutkan bahwa skala
data kategorik tidak perlu melakukan uji normalitas data. Dari hasil
tersebut diperoleh nilai p value 0.000 yang artinya nilai p value dibawah
derajat alpha 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh
Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru lahir diruang
Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

30
C. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Derajat ikterik pre
Hasil penelitian menunjukan sebelum pemberian intervensi,
mayoritas responden mengalami derajat ikterik 2 dengan frekuensi 27
responden (64.3%). Menurut asumsi peneliti derajat ikterik disebabkan
karena tingginya kadar billirubin pada bayi baru lahir, hal tersebut
disebabkan ketidakmampuan hati dalam mengekskresikan billirubin,
faktor lainnya adalah pengetahuan orang tua bayi dalam merawat bayi.
Hasil penelitian ini di dukung oleh Bunyainah (2013) yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa sebagian responden sebelum
pemberian intervensi berada pada tingkat derajat 4 sebanyak 58,8%
yaitu yang meliputi daerah ikterik sampai Sampai lengan, tungkai
bawah lutut. Selain itu, penelitian lain yang sesuai dengan hasil
penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Yanti dkk (2021) yang dalam
penelitiannya di dapatkan sebelum tindakan intervensi fototerapi
diketahui bahwa responden yang memiliki kadar billirubin normal 0
neonatus (0%) dan yang memiliki kadar billirubin yang tidak normal
sebanyak 54 neonatus (100%).
Menurut Grohmanna, et al (2008) derajat ikterik merupakan
kondisi umum diantara neonatus, disebabkan oleh kombinasi heme
meningkat dan ketidakdewasaan fisiologis hati dalam konjugasi dan
ekskresi bilirubin. Sedang menurut Kosim, dkk (2012) Ikterus
neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih.
Menurut Health Technology Assesment ( 2010 ) Faktor Risiko
Ikterus Neonatorum Berdasarkan Komplikasi (Sepsis / Asfiksia/
Sefalheamtom). Terdapat dua proses yang melibatkan antara komplikasi
(asfiksia, sepsis, sefalhematom) dengan risiko terjadinya ikterus
neonatorum, yaitu; (a) Produksi yang berlebihan, hal ini melebihi

31
kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada perdarahan
tertutup dan sepsis. (b) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi
hepar, gangguan ini dapat disebabkan oleh hipoksia dan infeksi.
Asfiksia dapat menyebabkan hipoperfusi hati, yang kemudian akan
mengganggu uptake dan metabolisme bilirubin hepatosit. Bisa
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara komplikasi perinatal
dengan kejadian ikterus neonatorum, meskipun jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan neonatus tanpa komplikasi.

b. Derajat ikterik post


Hasil penelitian menunjukan sesudah pemberian intervensi,
mayoritas responden mengalami derajat ikterik 1 dengan frekuensi 36
responden (85,7%). %). Menurut peneliti hasil tersebut menunjukan
bahwa meskipun masih terdapat bayi yang mengalami derajat ikterik
namun terdapat penurunan derajat ikterik yang di alami. Keren dkk
(2008) menyatakan bahwa gambaran untuk penilaian perkembangan
ikterik bayi baru lahir di antaranya dimulai dari grade 1 yaitu daerah
wajah dan leher, grade 2 yaitu daerah perut dada dan punggung, grade 3
yaitu daerah perut dibawah pusar sampai lutut, grade 4 yaitu daerah
lengan dan betis dibawah lutut kemudian grade 5 daerah sampai telapak
tangan dan kaki. Dari teori tersebut menunjukan bahwa fakta penelitian
yang ditemukan peneliti, responden yang masih mengalami derajat
ikterik menunjukan perubahan gejala ikterik dari yang sebelumnya
mengalami ikterik dibeberapa bagian tubuh, setelah diberikan fototerapi
mengalami perubahan hanya di bagian tubuh tertentu.
Selain itu, masih terdapat beberapa responden yang masih
mengalami derajat ikterik dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
pemberian nutrisi pada bayi yang memberikan campuran antara asi dan
susu formula serta banyaknya ibu yang bayu mempunyai anak pertama
yang menyebabkan masih kurangnya pemahaman ibu tentang tata cara

32
perawatan bayi pada saat setelah kelahiran bayi dan kurangnya
informasi mengenai mengurangi resiko terjadinya ikterik pada bayi.
Intervensi yang diberikan selama 2x24 jam dilakukan sesuai
dengan SOP yang berlaku di RS PKU Karanganyar.Intervensi yang
diberikan selama 2x24 jam dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku
di RS PKU Karanganyar , disini masih ditemukan kadar ikterik 1
karena proses fototerapi yang dilakukan sesuai advice dokter dengan
melakukan proses fototerapi 2.24 jam sudah mengarah ke hasil ambang
normal dengan catatan bayi yang sudah dilakukian fototerapi bugar,
minum banyak, ASI dari ibu cukup, dilanjutkan perawatan dirumah,
biasanya kasus icteric akan menghilang dihari ke 7 atau 10, atau setelah
14 hari berikutnya . Dalam proses pemberiannya dilakukan oleh
peneliti dan staff ruang yang berjaga. Menurut peneliti hasil tersebut
menunjukan bahwa fototerapi yang dilakukan terhadap responden
selama 2x24 jam dapat menurunkan derajat ikterik. Selain itu,
pemberian intervensi tersebut juga menurunkan kadar billirubin total.
Hal tersebut dibuktikan melalui penelitian yang telah dilakukan
oleh Lasri 2017 menunjukkan rata – rata kadar bilirubin awal dan akhir
fototerapi terjadi penurunan antara nilai kadar bilirubin (Bilirubin Total,
Direk, Indirek) awal dengan nilai kadar bilirubin (Bilirubin
Total,Direk,Indirek) akhir yang berbeda. Penurunan terbesar dicapai
sebesar 7,931mg/dl.
Hasil penelitian di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Ratih (2015) hasil analisis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
tindakan fototerapi bayi kuning dilakukan oleh instalasi kesehatan dan
juga yang dilakukan pada penelitian ini merupakan hal yang bermanfaat
bagi perbaikan kondisi penderita ikterus. Karena fototerapi yang
dilakukan, berdasarkan aturan-aturan dari teori-teori yang pernah ada
akan menimbulkan efek positif bagi penderita ikterus neonatorum
fisiologis, yaitu dengan menurunkan nilai rerata tanda ikterus.

33
Hasil tersebut di dukung teori dari Wong (2009) untuk
mengefektifkan fototerapi, kulit bayi harus terpajan penuh terhadap
sumber cahaya dengan jumlah yang adekuat. Bila kadar bilirubin serum
meningkat sangat cepat atau mencapai kadar kritis, dianjurkan untuk
menggunakan fototerapi dosis ganda atau intensif, teknik ini dengan
menggunakan lampu overhead konvensional sementara itu bayi
berbaring dalam selimut fiberoptik. Warna kulit bayi tidak
mempengaruhi efisiensi pemberian fototerapi. Hasil terbaik terjadi
dalam 24 sampai 48 jam pertama fototerapi. Selain itu, pendapat dari
Hendryawati (2011) yang mengatakan bahwa secara klinis (kramer)
pemberian fototerapi atau day light dapat menurunkan derajat ikterik
pada bayi ikterik.
2. Analisa Bivariat
Hasil penelitian diperoleh nilai p value 0.000 yang artinya nilai p
value dibawah derajat alpha 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat
pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru
lahir diruang Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martiza
(2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
fototerapi dengan kejadian ikterus neonatorum.
Penelitian yang dilakukan oleh Lintang (2014) dengan judul
penelitian Hubungan Jenis Persalinan dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014, menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara fototerapi dengan kejadian
icterus neonatorum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2017)
yang dalam penelitiannya di dapatkan hasil nilai p = 0,000 dan pada
fototerapi jam ke 36 diperoleh p = 0,000. Hasil penelitian menunjukkan
derajat ikterik sebelum dilakukan fototerapi sebagian besar 5 (60%),
derajat ikterik setelah dilakukan tindakan fototerapi pada jam
ke 24 sejumlah 20 responden semuanya mengalami penurunan

34
derajat ikterik dan sebagian besar memiliki derajat ikterik 3 (55%),
derajat ikterik setelah dilakukan tindakan fototerapi pada jam ke 36
sejumlah 15 responden semua mengalami penurunan derajat ikterik
dan sebagian besar memiliki derajat ikterik 3 (86,7%). Maka terdapat
pengaruh fototerapi terhadap derajat ikterik pada bayi baru lahir.
Sedangkan menurut asumsi peneliti, pemberian fototerapi untuk
menurunkan kadar billirubin pada bayi baru lahir yang mengalami
hiperbillirubin sangat efektif, dengan mendapatkan fototerapi kadar
bilirubin pada bayi baru lahir akan turun dan secara klinis bayi juga tidak
tampak kuning lagi, selain itu pemberian fototerapi akan mengurangi
kebutuhan transfusi tukar, tetapi harus diperhatikan efek samping
jangka pendek dari fototerapi seperti dehidrasi, diare, dan lain-lain.

D. Keterbatasan penelitian
1. Penelitian ini tidak sampai meneliti pada faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil seperti faktor pemberian asi dan pengetahuan ibu
dalam merawat anak.
2. Peneliti tidak menentukan atau membedakan usia kehamilan saat bayi
lahir.

35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan penelitian selama kurun waktu dari bulan Oktober -
November 2021 peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukan sebelum pemberian intervensi, mayoritas
responden mengalami derajat ikterik 2 dengan frekuensi 27 responden
(64.2%).
2. Hasil penelitian menunjukan sesudah pemberian intervensi, mayoritas
responden mengalami derajat ikterik 1 dengan frekuensi 36 responden
(85,7%).
3. hasil tersebut diperoleh nilai p value 0.000 yang artinya nilai p value
dibawah derajat alpha 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat
pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru
lahir diruang Perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.

B. Saran
1. Bagi RS PKU Karanganyar
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan dan informasi bagi
perawat atau petugas kesehatan lainnya mengenai pemberian Fototerapi
terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru lahir.
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan,
wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan penelitian lebih aplikatif
tentang pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan Kadar ikterik pada bayi
baru lahir.
3. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khususnya Orang Tua yang memiliki Bayi Baru Lahir
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang derajat ikterik pada bayi

36
Daftar Pustaka

Arief.(2009).Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Cetakan pertama.


Yogyakarta

Cloherty et al., 2013). Neonatal hyperbilirubinemia. Manual of Neonatal care.


5 ed. USA ; lippincott wiliam & wilkins

Cunningham (2012). Obstetri WilliamsEdisi 23. Jakarta: EGC

Dwienda (2014),Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan


Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish

Dewi et al, 2016).Efektivitas Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin


Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah.Jurnal Sari
Pediatri. Vol. 18, No. 2

Hammerman dan Kaplan, (2010). Imbalance between production and conjugation


of bilirubin: A fundamental concept in the mechanism of neonatal jaundic

Hidayat (2018). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika

Imas, (2018).Metodologi Penelitian Kesehatan Bahan Ajar Rekam Medis dan


Informasi Kesehatan (RMIK). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Kosim et al (2016). Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.


Jakarta .

Marmi (2015) suhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maisels, et al 2008. Phototherapy For Neonatal Jaundice. Journal Nursing


England Medical No. 358

Mishra.(2007).aundice in the newborn. Indian Journal of Pediatrics, 75: 157-163

Notoatmodjo, 2012 . Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Putri & Rositawati (2016). Hubungan BBLR dan asfiksia dengan kejadian ikterus

37
neonatorum. Jurnal Obstretika Scientia, 4(2), 508–520.

Ridha (2014). Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar

Syah (2018). Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , Bandung PT.


Remaja Rosdakarya

Sholeh (2012). Analisis risiko kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) pada
primigravida. Jurnal Media Gizi Indonesia, 10(1), 57–63

Sari, (2018).A suhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Trans Info Medias

Stokowski G1, Steele D, 2011.Fundamentals of Phototherapy for Neonatal


Jaundice.

Sugiyono (2016) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet.

Virginia: National Association of Neonatal Nurses

38
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada,
Yth. Calon Responden Penelitian
Di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ika nony Kusuma
NIM : 2020060094

Merupakan Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan, Institut Teknologi Sains Dan


Kesehatan (Its) Pku Muhammadiyah Surakartayang bermaksud akan mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Fototerapi terhadap penurunan kadar ikterik
pada bayi baru lahir di ruang perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar”
sebagai syarat kelulusan.
Peneliti ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai
calon responden. Kerahasiaan serta informasi yang akan diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara tidak bersedia
menjadi responden, maka saudara diperbolehkan menolak menjadi responden
penelitian.Apabila saudara menyetujui, maka saya mohon untuk dapat
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Hormat saya,

Ika Nony Kusuma

39
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat :
Umur :
Kelas` :

Menyatakan bersedia menjadi informan penelitian dari :

Nama : Ika nony Kusuma


NIM : 2020060094
Judul : Pengaruh Fototerapi terhadap penurunan kadar ikterik pada bayi baru lahir
di ruang perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.

Persetujuan ini saya berikan secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.Saya telah diberikan penjelasan mengenai penelitian dan saya telah
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya akan menjawab semua pertanyaan
dengan sejujur-jujurnya.

Karanganyar, ………………. 2021


Responden

(…………………………………)

40
Table rumus Kramer

Tabel. 2.1RumusKramer
Daerah LuasIkter Kadar
/Kramer us bilirubin(mg
%)
1 Kepaladanleher 5
2 Daerah 1(+)badanbagian atas 9
3 Daerah1,2(+)badanbagianbawahdantungka 11
i
4 Daerah1,2,3(+)lengandankakidibawahlutut 12
5 Daerah1,2,3,4(+)tangan dan kaki 16

41
Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Fototerapi Derajat Ikterik

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

42
LEMBAR OBSERVASI

N NAM BERA DERAJAT HASIL LAB LAMA DERAJA HASIL LAB


O A T KRAMER PRE FOTOTERA T POST
BAYI BAYI PRE FOTOTERA PI KRAME FOTOTERA
FOTOTERA PI R POST PI
PI FOTO

43
DATA PENELITIAN
Nama Kadar_BilirubinTotal_Pre Kadar_BilirubinTotal_Post Derajat_Ikterik_Pre Derajat_Ikterik_Post Keterangan
1 By_Jamilatun 11.6 5.98 Derajat 3 Derajat 1
2 By_Septi 9.9 6.0 Derajat 2 Derajat 1
3 By_Arfina 8.4 4.8 Derajat 2 Derajat 1
4 By_Mila 9.6 4.02 Derajat 2 Derajat 1
5 By_Anggita 7.6 4.2 Derajat 2 Derajat 1
6 By_Lova 9.6 5.28 Derajat 2 Derajat 1
7 By_Risma 9 4.16 Derajat 2 Derajat 1
8 By_Nila 9 5.76 Derajat 2 Derajat 1
9 By_Asmi 11.3 6.84 Derajat 3 Derajat 1
10 By_Hesti 5.76 5.12 Derajat 1 Derajat 1
11 By_Miratin 7.16 3.8 Derajat 2 Derajat 1
12 By_Ika 11.92 4.98 Derajat 3 Derajat 1
13 By_muhAt 10.6 5.10 Derajat 3 Derajat 1
14 By_Rashudi 11.46 6.8 Derajat 3 Derajat 1
15 By_Atin 7.5 5.28 Derajat 2 Derajat 1
16 By_Suti 9.34 5.34 Derajat 2 Derajat 1
17 By_Tika 8.77 3.8 Derajat 2 Derajat 1
18 By_Sri 7.4 4.8 Derajat 2 Derajat 1
19 By_NurBad 15.68 6.8 Derajat 4 Derajat 1
20 By_Maulida 7.28 4.18 Derajat 2 Derajat 1
21 By_Decita 8.82 6.42 Derajat 2 Derajat 1
22 By_Umi 7.82 3.8 Derajat 2 Derajat 1
23 By_Eko 9.68 6.8 Derajat 2 Derajat 1

1
24 By_Siti 10.22 6.6 Derajat 3 Derajat 1
25 By_Purwanti 9.66 4.56 Derajat 2 Derajat 1
26 By_Rustanti 7.1 5.64 Derajat 2 Derajat 1
27 By_Winda 8.05 7.62 Derajat 2 Derajat 2
28 By_SriWah 8.95 5.28 Derajat 2 Derajat 1
29 By_Umi 10.3 7.6 Derajat 3 Derajat 2
30 By_DewiTri 8.58 6.8 Derajat 2 Derajat 1
31 By_DewiHar 11.27 7.59 Derajat 3 Derajat 2
32 By_Nindya 13.89 7.5 Derajat 4 Derajat 2
33 By_Adinda 9.9 7.02 Derajat 2 Derajat 2
34 By_Elita 10.2 5.10 Derajat 3 Derajat 1
35 By_Erita 9.78 4.8 Derajat 2 Derajat 1
36 By_Rudati 12.71 4.86 Derajat 3 Derajat 1
37 By_Anis 9.36 6.4 Derajat 2 Derajat 1
38 By_MuhDav 9.4 7.1 Derajat 2 Derajat 2
39 By_Azizah 10.5 4.0 Derajat 3 Derajat 1
40 By_IkaSept 10.4 5.10 Derajat 3 Derajat 1
41 By_IkaSri 9.8 6.84 Derajat 2 Derajat 1

42 By_Parti 7.2 6.8 Derajat 2 Derajat 1

2
Olahdata

Statistics
Derajat_IkterikPr Derajat_IkterikP
e ost
N Valid 42 42
Missing 0 0

Derajat_IkterikPre
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat 1 1 2.4 2.4 2.4
Derajat 2 27 64.3 64.3 66.7
Derajat 3 12 28.6 28.6 95.2
Derajat 4 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0

Derajat_IkterikPost
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat 1 36 85.7 85.7 85.7
Derajat 2 6 14.3 14.3 100.0
Total 42 100.0 100.0

1
2
Statistics
Kadar_BilirubinT Kadar_BilirubinT
otal_Pre otal_Post
N Valid 42 42
Missing 0 0
Mean 9.5824 5.6493
Median 9.6000 5.3100
Std. Deviation 1.90951 1.19806
Minimum 5.76 3.80
Maximum 15.68 7.62

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Derajat_IkterikPost - Negative Ranks 38
a
19.50 741.00
Derajat_IkterikPre
Positive Ranks 0b
.00 .00
Ties 4 c

Total 42
a. Derajat_IkterikPost < Derajat_IkterikPre
b. Derajat_IkterikPost > Derajat_IkterikPre
c. Derajat_IkterikPost = Derajat_IkterikPre

Test Statisticsb
Derajat_IkterikPost
-
Derajat_IkterikPre
Z -5.610a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptives

Statistic Std. Error


Derajat_IkterikPre Mean 2.3571 .09531
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.1647
Mean
Upper Bound 2.5496

3
5% Trimmed Mean 2.3148
Median 2.0000
Variance .382
Std. Deviation .61768
Minimum 1.00
Maximum 4.00
Range 3.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .905 .365
Kurtosis .734 .717
Derajat_IkterikPost Mean 1.1429 .05465
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.0325
Mean
Upper Bound 1.2532
5% Trimmed Mean 1.1032
Median 1.0000
Variance .125
Std. Deviation .35417
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 2.118 .365
Kurtosis 2.606 .717

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Derajat_IkterikPre .385 42 .000 .731 42 .000
Derajat_IkterikPost .514 42 .000 .417 42 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran spo

4
5

Anda mungkin juga menyukai