ACARA 1
MENENTUKAN LUAS KUADRAT TUNGGAL MINIMUM
DI ARBORETUM
Disusun Oleh :
DI ARBORETUM
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 LATAR BELAKANG
Hutan pendidikan atau arboretum Universitas Gadjah Mada
terketak di kawasan fakultas kehutanan UGM tepatnya di sudut
perempatan Unvirsitas Gadjah Mada dengan Jalan Kaliurang dengan luas
0.9 hektar. Hutan yang terletakdi jalan Agro ini merupakan fasilitas bagi
mahasiswa kehutanan Universitas Gadjah Mada untuk melakukan
penelitian.
Pada mulanya arboretum ini dibuat dengan tujuan sebagai tempat
yang koleksi berbagai jenis pohon di Indonesia. Tetapi pada
perkembangannya, arboretum ini tidak didata secara detail seberapa
banyak pohon yang ada, sehingga saat ini tidak diketahui pasti berapa jenis
pohon yang ada di arboretum. Untuk menentukan berapa jumlah jenis
pohon dengan luas tertentu, perlu adanya luas kuadrat tunggal minimum
agar pengambilan data dapat efisien. Oleh karena itu, pratikum ini perlu
dilakukan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum di wilayah
arboretum. Luas kuadrat tunggal minimum adalah hubungan antara jumlah
jenis dan ukuran kuadrat (petak ukur). Untuk menentukan luas kuadrat
tunggal minimum di suatu wilayah, dapat menggunakan metode Species
Area Curve (SCA).
3 4
1 2
X
(Keterangan kuadarat 1 = 5 x 5m2 = 25m2, kuadrat 2 = 5 x 10m2 =
50m2, kuadrat 3 = 10 x 10 m2 = 100m2, kuadrat 4 = 10 x 20m2 =
200m2, kuadrat 5 = 20 x 20m2 = 400m2, kuadrat 6 = 20 x 40m2 =
800m2, dan seterunya.)
4. Hubungan antara jumlah jenis dan ukuran kuadrat digambarkan dalam
kertas millimeter,dengan sumbu x berupa ukuran kuadrat dan sumbu y
berupa jumlah jenis. Pola kurva yang terjadi ditentukan oleh distribusi
individu masing- masing jenis dalamhutan. Apabila individu–individu
semua jenis bercampur merata, kurva yang dihasilkan akan
memperlihatkan pola peningkatan jumlah jenis yang tajam pada
kuadrat kecil yang kemudian diikuti pola mendatar pada ukuran kudrat
yang lebih besar. SAC dibuat dengan asumsi seperti ini. Oleh itu,
gambar kurva dibuat mendekati asumsi tersebut.
(Gambar 2)
Saga
6. 20 x 40 (Adenanthera pavonina) 8
Ketapang
(Teriminalia catappa)
Mlinjo
(Gnetum gnemon)
Flamboyan
(Delonix regia)
1.4.2 PEMBAHASAN
Metode SAC atau Species Area Curve adalah grafik yang
menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dan ukuran kuadrat (petak
ukur). Grafik SAC menunjukan pola pertambahan jumlah jenis yang
relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada titik tertentu dan
sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat.
SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum
yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Tujuan menggunakan metode SAC atau Species Area Curve untuk
mengetahui dan menentukan luas kuadrat minimum di arboretum fakultas
kehutanan Universitas Gadjah Mada, serta persebaran jenis pohon yang
ada. Manfaat dari metode Species Area Curve atau SAC adalah
memudahkan mengetahui jenis – jenis pohon yang tersebar di arboretum
menggunakan data yang diperoleh dari metode Species Area Curve.
Cara pengambilan data yaitu menentukan kawasan yang akan
dikur, kemudian sesuai arah kompas ukur dengan meteran sepanjang 5 x
5m2 = 25m2untuk kuadrat satu. Selanjutnya untuk kuadrat dua sebesar 5 x
10m2 = 50m2, kuadrat tiga 10 x 10 m2 = 100m2, kuadrat epat 10 x 20m2 =
200m2, kuadrat lima 20 x 20m2 = 400m2, sampai kuadrat keenam 20 x
40m2 = 800m2. Setelah semua selesai, ukur pohon yang ada dalam kuadrat
– kuadrat tersebut. Pohon yang memiliki diameter ≥10 cm (keliling ≥3.14
cm) dalam setiap kuadrat dicatat pada tallysheet. Catat jenis – jenis pohon
yang ada pada setiap kuadrat. Jika jenis pohon tidak ada variasi
pengamatan dapat dihentikan.
Dari data yang diperoleh saat praktikum di arboretum fakultas
kehutanan Univeristas Gadjah Mada terdapat delapan jenis pohon yang
berbeda yaitu bipa (Pterygota alata),mahoni (Swietenia mahagoni),
meranti (Shorea leprosula), saga (Adenanthera pavonina), mahoni afrika
(Khaya anthotea), ketapang (Teriminalia catappa), mlinjo (Gnetum
gnemon), flamboyan (Delonix regia). Dalam petak ukur pertama
ditemukan pohon bipa (Pterygota alata) dan pohon mahoni (Swietenia
mahagoni) menjadikan akumulasi jenis sebanyak dua. Petak ukur kedua
terdapat pohon bipa (Pterygota alata), pohon mahoni (Swietenia
mahagoni), dan pohon ketapang (Terminalia catappa), karena pohon bipa
dan pohon mahoni sudah terdapat pada petak ukur pertama maka
akumulasi jenis pohon menjadi tiga. Pada petak ukur yang ketiga terdapat
pohon bipa (Pterygota alata) dan pohon meranti (Shorea leprosula), jenis
pohon bertambah satu dengan adanya pohon meranti menjadikan
akumulasi jenis menjadi empat. Petak ukur keempat terdapat pohon bipa
(Pterygota alata)dan pohon saga (Adenanthera pavonina) akumulasi jenis
menjadi lima dengan bertambahnya pohon saga. Pada petak ukur kelima
terdapat dua jenis pohon yaitu pohon bipa (Pterygota alata) dan pohon
mahoni afrika (Khaya anthoteka), akumulasi jenis menjadi enam. Dan
pada petak ukur terakhir yaitu petak ukur keenam terdapat enam jenis
pohon yaitu pohon bipa (Pterygota alata), ketapang pohon (Teriminalia
catappa), pohon mlinjo (Gnetum gnemon), pohon flamboyan (Delonix
regia), meranti (Shorea leprosula), dan pohon saga (Adenanthera
pavonina). Akumulasi jenis keseluruhan menjadi delapan. Pada setiap
petak ukur terdapat pohon bipa (Pterygota alata).
Berdasarkan data yang diperoleh, grafik Species Area Curve atau
SAC kurva yang ditunjukan semakin naik. Pada luas 25m2 terdapat
akumulasi jenis pohon sebanyak dua buah. Pada luas 50m2 terdapat tiga
akumulasi jenis. Selanjutnya pada luas 200m2 terdapat empat akumulasi
jenis. Pada luas 400m2 akumulasi juga bertambah menjadi lima jenis, dan
pada luas terakhir yaitu 800m2 terdapat akumulasi jenis sebanyak delapan.
Masalah yang dihadapi saat pratikum yang telah dilakukan di
arboretum adalah belum banyak mengetahui jenis – jenis pohon yang
ada. Kendala itu disebabkan oleh diri sendiri karena pengetahuan tentang
jenis pohon belum banyak.
1.5 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada 17 September 2018
di arboretum fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dapat menentukan luas kuadrat tunggal minum area arboretum
fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada menggunakan metode
Species Area Curve atau SAC dengan enam petak ukur yang berbeda.
2. Dari keseluruhan petak ukur terdapat sebanyak delapan akumulasi
jenis pohon yaitu bipa (Pterygota alata),mahoni (Swietenia
mahagoni), meranti (Shorea leprosula), saga (Adenanthera pavonina),
mahoni afrika (Khaya anthotea), ketapang (Teriminalia catappa),
mlinjo (Gnetum gnemon), flamboyan (Delonix regi) yang tersebar di
petak ukur yang berbeda. Pohon yang dominan dan ada disemua petak
ukur adalah pohon bipa (Pterygota alata).
DAFTAR PUSTAKA