Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN

ACARA 1
MENENTUKAN LUAS KUADRAT TUNGGAL MINIMUM
DI ARBORETUM

Disusun Oleh :

Nama : Afifah Nur Pramudi


NIM : 18/426063/SV/15205
Kelompok :2
Co Ass : Irfan Tegar

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA 1

MENENTUKAN LUAS KUADRAT TUNGGAL MINIMUM

DI ARBORETUM

1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 LATAR BELAKANG
Hutan pendidikan atau arboretum Universitas Gadjah Mada
terketak di kawasan fakultas kehutanan UGM tepatnya di sudut
perempatan Unvirsitas Gadjah Mada dengan Jalan Kaliurang dengan luas
0.9 hektar. Hutan yang terletakdi jalan Agro ini merupakan fasilitas bagi
mahasiswa kehutanan Universitas Gadjah Mada untuk melakukan
penelitian.
Pada mulanya arboretum ini dibuat dengan tujuan sebagai tempat
yang koleksi berbagai jenis pohon di Indonesia. Tetapi pada
perkembangannya, arboretum ini tidak didata secara detail seberapa
banyak pohon yang ada, sehingga saat ini tidak diketahui pasti berapa jenis
pohon yang ada di arboretum. Untuk menentukan berapa jumlah jenis
pohon dengan luas tertentu, perlu adanya luas kuadrat tunggal minimum
agar pengambilan data dapat efisien. Oleh karena itu, pratikum ini perlu
dilakukan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum di wilayah
arboretum. Luas kuadrat tunggal minimum adalah hubungan antara jumlah
jenis dan ukuran kuadrat (petak ukur). Untuk menentukan luas kuadrat
tunggal minimum di suatu wilayah, dapat menggunakan metode Species
Area Curve (SCA).

SAC adalah grafikyang menggambarkan hubungan antara jumlah


jenis dan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik SAC menunjukan pola
pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring
dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk
menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu
komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
1.2 TUJUAN
Menentukan luas kuadrat minimum diarboretum menggunakan metode
SAC.
1.2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Kovariat lain adalah fungsi ukuran pohon (ln (DBH) dan DBH2 )
dan indeks kompetisi yang diekspresikan di plot lokal dan 1-ha tingkat
(Phillips et al., 2003; Valle et al., 2007). Kompetisi lokal parameter
termasuk BAL (area basal dari pohon dalam jarak 15 m yang berada lebih
besar dari atau sama dalam DBH ke pohon fokus), BA (area basal semua
pohon dalam jarak 15 m dari pohon fokal), dan N (jumlah pohon di
dalamnya 15 m dari pohon fokal). Persaingan tingkat plot diwakili oleh
NPLOT dan BAPLOT. Kompetisi lokal dihitung secara teoritis dalam
jarak 15 m dari pohon fokus terlepas dari batas subplot, tetapi karena kami
tidak memiliki lokasi pohon yang tepat, kami menganggap itu setiap
pohon fokal berada di pusat subplot 10 m 10 m nya. Diberikan asumsi
yang diperlukan ini, indeks kompetisi lokal (BA dan N) untuk pohon di
subplot yang sama tidak sepenuhnya unik, tetapi untuk BAL, nilai unik
untuk setiap pohon dipertahankan sejauh apa adanya ditentukan oleh
ukuran diameter pohon subjek. BAL diasumsikan untuk mewakili
kompetisi asimetris untuk cahaya, jadi hanya lokal kondisi
dipertimbangkan. Sebaliknya, N, BA, NPLOT, dan BAPLOT diasumsikan
mewakili persaingan simetris untuk cahaya, ruang, dan sumber daya tanah,
sehingga persaingan lokal dan tingkat plot adalah dipertimbangkanLuas
minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). (Ruslandi, dkk 2017).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang diangga prepresentatif dengan suatu tipe vegetasi
pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari.Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapatpada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang
digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujursangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh
minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan
patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. (Sugianto, 1994).
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi
berdasarkan suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam
metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat
seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat
pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur
sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak
contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya
(Kusmana, C, 1997).
Salah satu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah
yaitu dengan Species Area Curve (SAC). Metode ini dapat digunakan
untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel
dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar
jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 2001).

1.3 METODE PELAKSANAAN


1.3.1 WAKTU DAN LOKASI PRAKTIK
Lokasi : Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Waktu : 17 September 2018.
1.3.2 BAHAN DAN ALAT
Bahan :1. tumbuhan jenis pohon yang berdiameter ≥10 cm (keliling
≥3.14 cm)
2. kertas millimeter untuk menggambar grafik SAC.
Alat : 1. meteran untuk mengukur luas petak ukur
2. Kompas untuk menentukan dan mempermudah menunjukan
arah petak ukur,

3. alat tulis, dan kertas untuk mencatat data.


1.3.3 METODE PENGAMBILAN DATA
1. Menentukan kawasan yang akan dijadikan sebagai lokasi pengukuran.
2. Membuat kuadrat – kuadrat dengan susunan pada gambar 1.
3. Semua jenis pohon yang berdiameter ≥10 cm (keliling ≥3.14 cm)
dalam setiap kuadrat dicatat. Dengan susunan kuadrat pada gambar 1
secara otomatis menjadi anggota jenis pada kuadrat 2. Demikian juga
jenis pada kuadrat 2 menjadi anggota jenis dala kuadrat 3, dan
seterusnya. Jika pertambahan jumlah jenis tidak berarti, pengambilan
data dapat dihentikan.
Y gambar 1
5 6

3 4

1 2

X
(Keterangan kuadarat 1 = 5 x 5m2 = 25m2, kuadrat 2 = 5 x 10m2 =
50m2, kuadrat 3 = 10 x 10 m2 = 100m2, kuadrat 4 = 10 x 20m2 =
200m2, kuadrat 5 = 20 x 20m2 = 400m2, kuadrat 6 = 20 x 40m2 =
800m2, dan seterunya.)
4. Hubungan antara jumlah jenis dan ukuran kuadrat digambarkan dalam
kertas millimeter,dengan sumbu x berupa ukuran kuadrat dan sumbu y
berupa jumlah jenis. Pola kurva yang terjadi ditentukan oleh distribusi
individu masing- masing jenis dalamhutan. Apabila individu–individu
semua jenis bercampur merata, kurva yang dihasilkan akan
memperlihatkan pola peningkatan jumlah jenis yang tajam pada
kuadrat kecil yang kemudian diikuti pola mendatar pada ukuran kudrat
yang lebih besar. SAC dibuat dengan asumsi seperti ini. Oleh itu,
gambar kurva dibuat mendekati asumsi tersebut.
(Gambar 2)

5. Dengan SAC yang dibuat, beberapa langkah perlu dilakukan untuk


menetukan luas minimal kuadrat (gambar 2). Garis n berkelereng 10%
jumlah jenis per 10% luas kuadrat terbesar dibuat. Kemudian dibuat
garis m sejajar garis n dan menyinggung kurva SAC. Dari titik
singgung ini dibuat garis proyeksi ke sumbu x. perpotongan garis
proyeksi dengan sumbu x menunjukan luas minimal kuadrat yang
dicari.

1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN


1.4.1 AKUMULASI JENIS
UKURAN AKUMULASI
NO PETAK JENIS JENIS
UKUR (m2)
Bipa
(Pterygota alata) 2
1. 5X5
Mahoni
(Swietenia mahagoni)
Bipa
(Pterygota alata)
Mahoni 3
2. 5 x 10
(Swietenia mahagoni)
Ketapang
(Teriminalia catappa)
Bipa
(Pterygota alata) 4
3. 10 x 10
Meranti
(Shorea leprosula)
Bipa
(Pterygota alata) 5
4. 10 x 20
Saga
(Adenanthera pavonina)
Bipa
(Pterygota alata) 6
5. 20 x 20
Mahoni Afrika
(Khaya anthoteka)
Bipa
(Pterygota alata)
Meranti
(Shorea leprosula)

Saga
6. 20 x 40 (Adenanthera pavonina) 8

Ketapang
(Teriminalia catappa)
Mlinjo
(Gnetum gnemon)
Flamboyan
(Delonix regia)
1.4.2 PEMBAHASAN
Metode SAC atau Species Area Curve adalah grafik yang
menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dan ukuran kuadrat (petak
ukur). Grafik SAC menunjukan pola pertambahan jumlah jenis yang
relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada titik tertentu dan
sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat.
SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum
yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Tujuan menggunakan metode SAC atau Species Area Curve untuk
mengetahui dan menentukan luas kuadrat minimum di arboretum fakultas
kehutanan Universitas Gadjah Mada, serta persebaran jenis pohon yang
ada. Manfaat dari metode Species Area Curve atau SAC adalah
memudahkan mengetahui jenis – jenis pohon yang tersebar di arboretum
menggunakan data yang diperoleh dari metode Species Area Curve.
Cara pengambilan data yaitu menentukan kawasan yang akan
dikur, kemudian sesuai arah kompas ukur dengan meteran sepanjang 5 x
5m2 = 25m2untuk kuadrat satu. Selanjutnya untuk kuadrat dua sebesar 5 x
10m2 = 50m2, kuadrat tiga 10 x 10 m2 = 100m2, kuadrat epat 10 x 20m2 =
200m2, kuadrat lima 20 x 20m2 = 400m2, sampai kuadrat keenam 20 x
40m2 = 800m2. Setelah semua selesai, ukur pohon yang ada dalam kuadrat
– kuadrat tersebut. Pohon yang memiliki diameter ≥10 cm (keliling ≥3.14
cm) dalam setiap kuadrat dicatat pada tallysheet. Catat jenis – jenis pohon
yang ada pada setiap kuadrat. Jika jenis pohon tidak ada variasi
pengamatan dapat dihentikan.
Dari data yang diperoleh saat praktikum di arboretum fakultas
kehutanan Univeristas Gadjah Mada terdapat delapan jenis pohon yang
berbeda yaitu bipa (Pterygota alata),mahoni (Swietenia mahagoni),
meranti (Shorea leprosula), saga (Adenanthera pavonina), mahoni afrika
(Khaya anthotea), ketapang (Teriminalia catappa), mlinjo (Gnetum
gnemon), flamboyan (Delonix regia). Dalam petak ukur pertama
ditemukan pohon bipa (Pterygota alata) dan pohon mahoni (Swietenia
mahagoni) menjadikan akumulasi jenis sebanyak dua. Petak ukur kedua
terdapat pohon bipa (Pterygota alata), pohon mahoni (Swietenia
mahagoni), dan pohon ketapang (Terminalia catappa), karena pohon bipa
dan pohon mahoni sudah terdapat pada petak ukur pertama maka
akumulasi jenis pohon menjadi tiga. Pada petak ukur yang ketiga terdapat
pohon bipa (Pterygota alata) dan pohon meranti (Shorea leprosula), jenis
pohon bertambah satu dengan adanya pohon meranti menjadikan
akumulasi jenis menjadi empat. Petak ukur keempat terdapat pohon bipa
(Pterygota alata)dan pohon saga (Adenanthera pavonina) akumulasi jenis
menjadi lima dengan bertambahnya pohon saga. Pada petak ukur kelima
terdapat dua jenis pohon yaitu pohon bipa (Pterygota alata) dan pohon
mahoni afrika (Khaya anthoteka), akumulasi jenis menjadi enam. Dan
pada petak ukur terakhir yaitu petak ukur keenam terdapat enam jenis
pohon yaitu pohon bipa (Pterygota alata), ketapang pohon (Teriminalia
catappa), pohon mlinjo (Gnetum gnemon), pohon flamboyan (Delonix
regia), meranti (Shorea leprosula), dan pohon saga (Adenanthera
pavonina). Akumulasi jenis keseluruhan menjadi delapan. Pada setiap
petak ukur terdapat pohon bipa (Pterygota alata).
Berdasarkan data yang diperoleh, grafik Species Area Curve atau
SAC kurva yang ditunjukan semakin naik. Pada luas 25m2 terdapat
akumulasi jenis pohon sebanyak dua buah. Pada luas 50m2 terdapat tiga
akumulasi jenis. Selanjutnya pada luas 200m2 terdapat empat akumulasi
jenis. Pada luas 400m2 akumulasi juga bertambah menjadi lima jenis, dan
pada luas terakhir yaitu 800m2 terdapat akumulasi jenis sebanyak delapan.
Masalah yang dihadapi saat pratikum yang telah dilakukan di
arboretum adalah belum banyak mengetahui jenis – jenis pohon yang
ada. Kendala itu disebabkan oleh diri sendiri karena pengetahuan tentang
jenis pohon belum banyak.
1.5 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada 17 September 2018
di arboretum fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dapat menentukan luas kuadrat tunggal minum area arboretum
fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada menggunakan metode
Species Area Curve atau SAC dengan enam petak ukur yang berbeda.
2. Dari keseluruhan petak ukur terdapat sebanyak delapan akumulasi
jenis pohon yaitu bipa (Pterygota alata),mahoni (Swietenia
mahagoni), meranti (Shorea leprosula), saga (Adenanthera pavonina),
mahoni afrika (Khaya anthotea), ketapang (Teriminalia catappa),
mlinjo (Gnetum gnemon), flamboyan (Delonix regi) yang tersebar di
petak ukur yang berbeda. Pohon yang dominan dan ada disemua petak
ukur adalah pohon bipa (Pterygota alata).
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Cecep. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: IPB Press.

Odum, Eugene P. 2001. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press.


Yogyakarta.

Ruslandi, dkk. 2017. Tree diameter increments following silvicultural


treatments in a dipterocarp forest in Kalimantan, Indonesia: A mixed-
effects modelling approach. Forest Ecology and Management. 197

Sugianto, A. 1994. Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi dan


Komunitas. Usaha Persada. Malang.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai