Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR

ACARA II
SKARIFIKASI

Disusun Oleh :
Nama : Novia Assifa Belladinna
NIM : 18/430156/KT/08845
Coass : Hilarius Grahadi Brian
Shift : Sabtu, 07.00 WIB

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN AGROFORESTRI


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA II

SKARIFIKASI

Abstrak
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada
benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi. Serta mempercepat
terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Skarifikasi dilakukan dengan tiga
metode, yakni mekanis, fisis, dan khemis. Pada perlakuan mekanis dilakukan
dengan cara digosok / diamplas pada bagian bakal akar, keliling, dan seluruh
bagian (akar dan keliling), dan diretakkan. Metode yang kedua adalah khemis,
yakni dengan direndam dalam larutan H2SO4 dengan konsentrasi 5%, 10%,
15%, dan satu lagi kontol yakni dengan air ledeng. Metode yang ketiga yakni
metode fisis yakni dengan merendam biji selama 12 jam dalam air dengan
berbagai suhu yakni suhu air ledeng, 50 oC, 75 oC, dan 100 oC. Setelah dilakukan
perlakuan-perlakuan tersebut perlu dibandingkan perlakuan manakah yang
menghasilkan kecambah tumbuh lebih banyak.
Kata Kunci : Skarifikasi, Dormansi, Perkecambahan

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Saat biji disimpan terjadi proses dormansi. Dormansi merupakan
suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung
pertumbuhan normal. Dengan adanya dormansi biji tetap berkecambah saat
ditanam walaupun disimpan dalam jangka waktu tertentu. Tetapi diperlukan
perlakuan agar tahap dormansi dapat dihentikan, sehingga saat ditanam biji
dapat berkecambah.
Perlakuan yang diperlukan untuk memecahkan dormansi biji adalah
skarifikasi. Sehingga setelah di-Skarifikasi, biji akan kembali merespon
untuk berkecambah
I.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan
presentase kecambah
2. Untuk mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik
fisik, khemis, maupun mekanis pada benih suatu jenis tanaman tertentu
dan pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan.

I.3. Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum skarifikasi ini adalah jika seorang forester
hendak menanam suatu jenis dalam waktu dekat dan harus segera ditanam,
dapat dilakukan skarifikasi untuk mempercepat proses perkecambahan biji.

II. Tinjauan Pustaka

Skarifikasi merupakan cara untuk memecahkan dormansi biji yang bertujuan


untuk mengubah kulit benih yang tidak permeable menjadi permeable terhadap
gas-gas dan air (Sutopo, 1988). Skarifikasi dapat dilakukan dengan cara mekanik
seperti mengikir atau menggosok kulit benih dengan amplas, dengan cara kimia
yaitu dengan menggunakan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan
konsentrasi pekat serta perlakuan cara fisik dengan merendam dengan  air yang
dipanaskan sampai 60oC (Harjadi, 1996).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal
pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat
terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat
berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis.
mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan
untuk mematahkannya (Hartman, et. al., 1997).
A. Skarifikasi Mekanik
Perlakuan mekanik umumnya digunakan untuk memecah dormansi benih
akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas, resistan
mekanisme kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit benih.  Cara-cara
mekanisme yang dilakukan adalah mengikir atau menggosok kulit benih yaitu
dengan pisau atau amplas. Skarifikasi secara mekanik (pengamplasan)
bertujuan untuk melunakkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel
terhadap air atau gas (Kamil, 1982).

B. Skarifikasi Fisis
Jenis benih diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan
memudahkan penyerapan air oleh benih. Perlakuan fisik dengan perendaman
air panas dilakukan dengan cara merendam benih selama  10 menit.  Hal ini
ditujukan agar benih menjadi lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya
proses perkecambahan (Sutopo, 1988). 

C. Skarifikasi Kimia

Perlakuan secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia dengan


tujuan agar kulit benih lebih bersifat permeabel terhadap air pada proses
imbibisi. Bahan kimia yang sering digunakan adalah asam sulfat (H2SO4)
pekat yaitu merendam biji ke dalamnya selama 5-20 menit (Kamil, 1982).

Skarifikasi secara kimia adalah suatu perlakuan untuk mempercepat massa


dormansi benih dengan menggunakan bahan kimia. Skarifikasi kimia dapat
dilakukan dengan merendam cara benih dengan larutan H2SO4 pekat selama
7 - 10 menit dan mencuci benih dengan air mengalir (Sadjad, 1994).

III. Metode
III.1.Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 September 2019 di
Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.
III.2.Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih,
pasir / tanah, asam sulfat, piring mika, amplas, kompor, kertas, dan alat tulis.

III.3.Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini, yang pertama yakni memilih
benih dari jenis yang telah ditentukan yang tidak cacat fisik. Untuk skarifikasi
fisis dilakukan perendaman benih pada air ledeng, air suhu 50 oC, air suhu 75
o
C, dan air suhu 100 oC masing-masing 20 buah. Lama perendaman selama 12
jam.
Untuk skarifikasi khemis, benih direndam dalam larutan kimia
H2SO4 dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% selama 5 menit, lalu dibilas
dengan air ledeng, masing masing 20 benih juga.
Untuk skarifikasi mekanis, dilakukan penggosokkan benih pada
bagian yang akan keluar akar, kelilingnya, dan seluruh permukaan benih,
masing-masing 20 benih juga.
Dan sebagai kontrol dilakukan penaburan benih hanya dengan media
pasir yang sudah dibasahi terlebih dahulu. Lalu semua perlakukan diberi label
dan media disiram sampai lembab dan dilakukan penyiraman serta
pengamatan selama 1 bulan.

VI. HASIL DATA


Data yang didapatkan dalam praktikum skarifikasi biji adalah:
Tabel 1. Data Jumlah Biji Berkecambah
JUMLAH BIJI
NO SPECIES PERLAKUAN
BERKECAMBAH
1 JATI AMPLAS 0
2 JATI KONTROL 0
3 JATI PANAS 0
4 JATI BELAH 0
5 JATI KEMIS 0
6 JATI DINGIN 0
SENGON
7 AMPLAS 5
BUTO
SENGON
8 KONTROL 2
BUTO
SENGON
9 PANAS 3
BUTO
SENGON
10 BELAH 5
BUTO
SENGON
11 KEMIS 2
BUTO
SENGON
12 DINGIN 3
BUTO
13 TREMBESI AMPLAS 6
14 TREMBESI KONTROL 3
15 TREMBESI PANAS 3
16 TREMBESI BELAH 2
17 TREMBESI KEMIS 4
18 TREMBESI DINGIN 4
19 GMELINA AMPLAS 0
20 GMELINA KONTROL 0
21 GMELINA PANAS 0
22 GMELINA BELAH 2
23 GMELINA KEMIS 2
24 GMELINA DINGIN 2
25 AKASIA AMPLAS 0
26 AKASIA KONTROL 0
27 AKASIA PANAS 0
28 AKASIA BELAH 0
29 AKASIA KEMIS 0
30 AKASIA DINGIN 0
31 LAMTORO AMPLAS 2
32 LAMTORO KONTROL 2
33 LAMTORO PANAS 2
34 LAMTORO BELAH 1
35 LAMTORO KEMIS 0
36 LAMTORO DINGIN 0
Tabel 2. Data Pengamatan Hari Berkecambah
NO SPECIES PERLAKUAN HARI BERKECAMBAH
1 JATI AMPLAS N/A
2 JATI KONTROL N/A
3 JATI PANAS N/A
4 JATI BELAH N/A
5 JATI KEMIS N/A
6 JATI DINGIN N/A
SENGON
7 AMPLAS 4
BUTO
SENGON
8 KONTROL 22
BUTO
SENGON
9 PANAS 4
BUTO
SENGON
10 BELAH 4
BUTO
SENGON
11 KEMIS 24
BUTO
SENGON
12 DINGIN 26
BUTO
13 TREMBESI AMPLAS 4
14 TREMBESI KONTROL 12
15 TREMBESI PANAS 4
16 TREMBESI BELAH 4
17 TREMBESI KEMIS 10
18 TREMBESI DINGIN 8
19 GMELINA AMPLAS N/A
20 GMELINA KONTROL N/A
21 GMELINA PANAS N/A
22 GMELINA BELAH 20
23 GMELINA KEMIS 12
24 GMELINA DINGIN 10
25 AKASIA AMPLAS N/A
26 AKASIA KONTROL N/A
27 AKASIA PANAS 10
28 AKASIA BELAH 10
29 AKASIA KEMIS 10
30 AKASIA DINGIN N/A
31 LAMTORO AMPLAS 2
32 LAMTORO KONTROL 10
33 LAMTORO PANAS 12
34 LAMTORO BELAH 2
35 LAMTORO KEMIS N/A
36 LAMTORO DINGIN N/A

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Akhir Pertumbuhan Semai


NO SPECIES PERLAKUAN TINGGI SEMAI
1 JATI AMPLAS 0
2 JATI KONTROL 0
3 JATI PANAS 0
4 JATI BELAH 0
5 JATI KEMIS 0
6 JATI DINGIN 0
7 SENGON BUTO AMPLAS 13
8 SENGON BUTO KONTROL 20
9 SENGON BUTO PANAS 14
10 SENGON BUTO BELAH 16
11 SENGON BUTO KEMIS 9
12 SENGON BUTO DINGIN 13
13 TREMBESI AMPLAS 8
14 TREMBESI KONTROL 5
15 TREMBESI PANAS 7
16 TREMBESI BELAH 6
17 TREMBESI KEMIS 6
18 TREMBESI DINGIN 7
19 GMELINA AMPLAS 0
20 GMELINA KONTROL 0
21 GMELINA PANAS 0
22 GMELINA BELAH 5
23 GMELINA KEMIS 4
24 GMELINA DINGIN 5
25 AKASIA AMPLAS 0
26 AKASIA KONTROL 0
27 AKASIA PANAS 0
28 AKASIA BELAH 0
29 AKASIA KEMIS 0
30 AKASIA DINGIN 0
31 LAMTORO AMPLAS 7
32 LAMTORO KONTROL 5
33 LAMTORO PANAS 6
34 LAMTORO BELAH 7
35 LAMTORO KEMIS 0
36 LAMTORO DINGIN 0

GRAFIK SC (SOMMERING CURVE)


Jumlah Biji Berkecambah

Tectona Grandis
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 1. Grafik Sommering Curve (SC) Biji Tectona grandis


GRAFIK SC (SOMMERING CURVE)
Entelorobium cyclocarpium
Jumlah Biji Berkecambah 6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 2. Grafik Sommering Curve (SC) Biji Entelorobium cyclocarpium


GRAFIK SC (SOMMERING CURVE)
Samanea saman
Jumlah Biji Berkecambah 14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 3. Grafik Sommering Curve (SC) Biji Samanea saman

GRAFIK SC (SOMMERING CURVE)


Gmelina arborea
Jumlah Biji Berkecambah

6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 4. Grafik Sommering Curve (SC) Biji Gmelina arborea


GRAFIK SC (SOMMERING CURVE)
Acacia mangium
Jumlah Biji Berkecambah 3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 5. Grafik Sommering Curve (SC) Biji Acacia mangium

GRAFIK SC (SOMMERING CURVE)


Leucaena leucocephala
Jumlah Biji Berkecambah

7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 6. Grafik Sommering Curve (SC) Biji Leucaena leucocephala


GRAFIK FC (FREQUENCY CURVE)
Tectona grandis
Jumlah Biji Berkecambah 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 7. Grafik Frequency Curve (FC) Biji Tectona grandis

GRAFIK FC (FREQUENCY CURVE)


Entelorobium cyclocarpium
Jumlah Biji Berkecambah

4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
-1
-2

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 8. Grafik Frequency Curve (FC) Biji Entelorobium cyclocarpium


GRAFIK FC (FREQUENCY CURVE)
Samanea saman
Jumlah Biji Berkecambah 10
8
6
4
2
0
-2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
-4
-6

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 9. Grafik Frequency Curve (FC) Biji Samanea saman

GRAFIK FC (FREQUENCY CURVE)


Gmelina arborea
Jumlah Biji Berkecambah

2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
-1
-1.5

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 10. Grafik Frequency Curve (FC) Biji Gmelina arborea


GRAFIK FC (FREQUENCY CURVE)
Jumlah Biji Berkecambah Acacia mangium
1.5
1
0.5
0
-0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
-1
-1.5
-2
-2.5

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 11. Grafik Frequency Curve (FC) Biji Acacia mangium

GRAFIK FC (FREQUENCY CURVE)


Leucaena leucocephala
Jumlah Biji Berkecambah

4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
-1
-2
-3

Waktu Pengamatan (Hari)

AMPLAS KONTROL PANAS


BELAH KEMIS DINGIN

Gambar 12. Grafik Frequency Curve (FC) Biji Leucaena leucocephala


1 FC
0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
12/09/2017 22/09/2017 02/10/2017 12/10/2017 22/10/2017

Gambar 1. Frequency Curve (FC) untuk masing-masing perlakuan pada jenis Jati
(Tectona grandis)

1 SC
0.9

0.8

0.7

0.6
Axis Title

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
12/09/2017 22/09/2017 02/10/2017 12/10/2017 22/10/2017

Gambar 2. Sommering Curve (SC) untuk masing-masing perlakuan pada jenis


Jati (Tectona grandis)
FC
Fisis Ledeng
4.5
Fisis 50
4 Fisis 75
3.5 Fisis 100
3 Mekanis Akar
Frekuensi

2.5 Mekanis Keliling


2 Mekanis Seluruh
Mekanis Peretakkan
1.5
Khemis kontrol
1
Khemis 5%
0.5 Khemis 10%
0 Khemis 15%
7 7 7 7 7
01 01 01 01 01
9/2 9/2 0/2
Tanggal 0/2 0/2
/0 /0 /1 /1 /1
12 22 02 12 22

Gambar 3. Frequency Curve (FC) untuk masing-masing perlakuan pada jenis


Trembesi (Samanea saman)

SC
Fisis Ledeng
10
Fisis 50
9
Fisis 75
8 Fisis 100
Frekuensi Kumulatif

7 Mekanis Akar
6 Mekanis Keliling
5 Mekanis Seluruh
4 Mekanis Peretakkan
3 Khemis kontrol
2 Khemis 5%
1 Khemis 10%
0 Khemis 15%
7 7 17 7 7
01 01 20 01 01
9/2 9/2 0/Tanggal 0/2 0/2
/0 /0 /1 /1 /1
12 22 02 12 22

Gambar 4. Sommering Curve (SC) untuk masing-masing perlakuan pada jenis


Trembesi (Samanea saman)

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang skarifikasi pada benih di mana
skarifikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengakhiri masa dormansi biji atau
mempercepat proses perkecambahan pada biji. Penyebab dormansi itu sendiri
disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor fisik dan fisiologis. Faktor fisik
disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit, contohnya kulit
biji yang keras dan kedap air, sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap
masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Sedangkan faktor fisiologis
disebabkan oleh embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum
matang. Sehingga membutuhkan waktu tertentu agar dapat berkecambah. Cara
memecah dormansi salah satunya adalah dengan skarifikasi, baik mekanis, fisis,
maupun khemis.

Pada kegiatan skarifikasi ini, telah dilakukan pengamatan terhadap jenis Jati
dan Trembesi. Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah yang tumbuh pada jenis
Jati adalah 0 (tidak ada yang tumbuh). Hal ini disebabkan oleh jangka waktu jati
untuk tumbuh tidak cukup hanya 30 hari saja. Pada jenis Jati, skarifikasi dengan
peretakkan dapat mempercepat biji tersebut berkecambah sehingga ada yang
tumbuh. Sedangkan pada jenis Trembesi, metode skarifikasi mekanis yakni
penggosokkan / pengamplasan di bagian keliling, menghasilkan jumlah biji
berkecambah paling banyak disusul dengan skarifikasi mekanis penggosokkan
pada seluruh permukaan biji yakni keliling dan akar.

Pada hasil pengamatan terdapat Frequency Curve (FC) dan Sommering


Curve (SC) di mana Sommering Curve adalah kurva yang menggambarkan nilai
persen bibit yang hidup di mana data yang digunakan adalah jumlah kumulatif
dari biji yang masih hidup. Sedangkan Frequency Curve adalah kurva yang
menggambarkan data nilai persen bibit yang tumbuh, di mana data yang
digunakan adalah jumlah bibit yang tumbuh pada setiap kali pengamatan. Bila
tumbuh 1 maka ditulis 1 bila ada yang mati 1 makan ditulis -1.

Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor


luar dan dalam. Faktor luar contohnya air, temperature, oksigen, dan cahaya.
Sedangkan faktor dalamnya yakni tingkat kemasakan benih, ukuran benih, proses
dormansi, dan zat-zat penghambat perkecambahan. Pada pengamatan kali ini,
terdapat beberapa hambatan yang berpengaruh terhadap laju perkecambahan.
Seperti hujan yang tidak dapat dicegah pada periode pengamatan yang
menyebabkan biji banyak yang busuk akibat tergenangnya biji di dalam media
tanam dan suhu yang rendah. Selain itu, berdasarkan literature yang ada, biji Jati
sangat baik jika diperkecambahkan di dalam sungkup, karena suhunya tetap
terjaga dan kandungan air dalam tanah juga terjaga (tidak terlalu banyak maupun
sedikit).

VIII. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan pengamatan adalah
sebagai berikut :
1. Telah dilakukan skarifikasi terhadap dua jenis biji yakni Jati dan Trembesi di
mana skarifikasi ini terbukti dapat mempercepat proses perkecambahan dan
peningkatan persentase kecambah.
2. Skarifikasi dapat dilakukan dengan 3 cara yakni mekanis (penggosokkan atau
meretakkan), khemis (perendaman dengan larutan H2SO4 dengan konsentrasi
yang berbeda), dan fisis (perendaman dalam air dengan suhu yang berbeda).
Pada jenis Trembesi, skarifikasi dengan peretakkan biji (mekanis)
menghasilkan presentase kecambah yang besar.

IX. Saran
Setelah melakukan kegiatan praktikum Acara II tentang Skarifikasi, saran saya
adalah lebih baik benih yang sudah dipastikan akan tumbuh lama atau
kemungkinan tumbuhnya sangat kecil seperti jati, ditiadakan saja. Karena tujuan
dari acara ini mengetahui metode skarifikasi apa yang lebih efektif dapat
mempercepat proses perkecambahan. Penting sekali menyesuaikan biji yang akan
dipakai dengan waktu pengamatan, pengamatan jati tidak cukup jika hanya 30
hari.
X. Daftar Pustaka
Harjadi, S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia, Jakarta. 
Harman, et. al. 1997. Plant Propagation. Principles and Practicess. Prentice Hall
International Inc, USA. 
Kamil, J. 1982.  Teknologi Benih I.  Angkasa Raya, Bandung. 
Sadjad, S.D. 1994. Teknologi Pembenihan Hijauan. PT. Angkasa, Bandung.
Schmidt, L.2002. Pedomanan Penanganan Benih Tanaman Hutan Topis dan
Subtropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk, Bandung
Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.

XI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai