Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR

ACARA VII
PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI

Disusun Oleh :
Nama : Novia Assifa Belladinna
NIM : 18/430156/KT/08845
Coass : Hilarius Grahadi Brian
Shift : Sabtu, 07.00 WIB

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN AGROFORESTRI


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA VII
PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI

ABSTRAK
Praktikum ini dilakukan dengan latar belakang Untuk mendapatkan
pertumbuhan semai yang optimal dan bagus perlunya ketepatan dalam
penyiraman dan pemupukan. Penulisan laporan praktikum merupakan hasil dari
praktikum yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penyiraman dan
dosis pupuk terhadap pertumbuhan bibit tanaman. Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, kamera, bibit tanaman Cendana
(Santalum album), pupuk urea, dan kertas label.
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan
dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ketersediaan unsur hara yang baik sangat penting bagi tumbuhan mengingat
dengan minimnya unsur hara dalam tanah akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat bahkan mati. Intensitas penyiraman yang baik pada
praktikum yang telah dilakukan adalah 3 hari sekali penyiraman. Sedangkan
pertumbuhan semai yang baik adalah tanpa menggunakan pupuk, hal ini dapat
terjadi karena pada praktikum terjadi kesalahan penempatan pupuk yang terlalu
dekat dengan akar tanaman.
Kata kunci : Penyiraman, Pemupukan, Dosis pupuk.

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan kondisi lingkungan sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangannya dalam kehidupan. Air adalah salah satu
komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan unsur hara yang
baik sangat penting bagi tumbuhan mengingat dengan minimnya unsur hara
dalam tanah akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat bahkan
mati. Untuk mendapatkan pertumbuhan semai yang optimal dan bagus
perlunya ketepatan dalam penyiraman dan pemupukan.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa Fakultas Kehutanan wajib untuk
mengetahui pengaruh intensitas penyiraman dan dosis pupuk terhadap
pertumbuhan bibit tanaman yang dilakukan saat Praktikum Silvikultur.
Selanjutnya hasil praktikum disusun dalam bentuk laporan dengan judul
“Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Semai”.

2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas
penyiraman dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan bibit tanaman.

3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tentang
penyiraman dan pemupukan terhadap pertumbuhan semai dapat
diaplikasikan dalam kegiatan penanaman. Dari masing-masing jenis
tanaman yang berbeda-beda kita dapat mengetahui dosis pupuk rata-rata
yang mampu mendukung pertumbuhan semai secara optimal serta intensitas
penyiraman yang perlu dilakukan pada masing-masing jenis tanaman yang
ditanam.

B. Tinjauan Pustaka
Setiap makhluk hidup memerlukan kondisi lingkungan sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangannya dalam kehidupan. Pada kenyataanya,
kondisi lingkungan dimana makhluk hidup berada selalu mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam area toleransi makhluk
hidup, namun seringkali perubahan lingkungan menyebabkan menurunnya
produktivitas bahkan kematian pada makhluk hidup. Hal ini menguatkan bahwa
setiap makhluk hidup memiliki faktor pembatas dan daya toleransi terhadap
lingkungan (Suginingsih, 2005).
Faktor lingkungan yang sering dialami oleh tanaman adalah cekaman
dimana faktor ini akan mengurangi laju pada proses fisiologi. Dalam keadaan
cekaman seperti ini tanaman memiliki cara tersendiri untuk menghadapi efek
yang akan merusak pada dirinya yang ditimbulkan oleh cekaman. Setiap tanaman
akan memberikan respon yang berbeda-beda untuk menghadapi cekaman, semua
tergantung pada jenis tanamannya. Apabila tanaman mampu dalam menghadapi
cekaman yang terjadi maka tanaman itu bisa dikatakan sebagai tanaman yang
memiliki tingkat resisten yang sangat tinggi terhadap cekaman (Mulyani, 2006).
Stres (cekaman) biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak
menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman. Pada umumnya
cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1)
cekaman biotik, terdiri dari: (a) kompetisi intra spesies dan antar spesies, (b)
infeksi oleh hama dan penyakit, dan (2) cekaman abiotik berupa: (a) suhu (tinggi
dan rendah), (b) air (kelebihan dan kekurangan), (c) radiasi (ultraviolet, infra
merah, dan radiasi mengionisasi), (d) kimiawi (garam, gas, dan pestisida), (e)
angin, dan (f) suara. Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah
air yang diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik
mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh
pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan
perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Fallah, 2006).
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan
dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak
85-90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air.
Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel,
meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawasenyawa dengan berat
molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air
dalam tanaman (Hendri, 2014).
Di dalam ekosistem, hubungan tanah, tumbuhan, hara dan air merupakan
bagian yang paling dinamis. Tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah
untuk dipengaruhi dalam proses-proses metabolisme dalam tubuhnya. Sebaliknya
tanaman memberikan masukan bahan organik melalui seresah yang tertimbun di
permukaan tanah berupa daun, ranting serta cabang yang rontok. Bagian akar
tanaman memberikan masukan bahan organik melalui akar-akar dan tudung akar
yang mati serta dari eksudasi akar (Hardiwinoto,2011).
Jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan
oleh tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual
dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala
kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan akar, batang atau daun
yang terhambat (kerdil) dan khlorosis atau nekrosis pada berbagai organ
tumbuhan. Gejala yang ditampakkan tanaman karena kurang suatu unsur hara
dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang bersangkutan. Suatu
tumbuhan dikatakan kekurangan (defisiensi) unsur hara tertentu apabila
pertumbuhan terhambat yakni hanya mencapai 80% dari pertumbuhan
maksimum walaupun semua unsur hara esensial lainnya tersedia berkecukupan.
Defisiensi unsur hara terjadi jika unsur hara ada tapi yang diperlukan tanaman
tidak cukup untuk kebutuhan. Fenomene lain yang akhir-akhir ini menjadi faktor
pembatas pertumbuhan pada tapak rusak yaitu kekurangan hara karena dalam
areal tumbuhnya unsur hara yang diperlukan tidak ada (malnutrisi).
Permasalahan hara yang lebih komplek lagi adalah adanya kekacauan unsur hara
(nutrient disorder). Penyerapan hara yang efisien sangat ditentukan oleh
morfologi akar dan genotipe yang efisien umumnya mempunyai nisbah akar
tajuk yang besar (Hardiwinoto,2011).

C. Metode
1. Waktu
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.

2. Tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 7 September 2019 pukul 07.30 WIB.

3. Bahan dan Alat


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan
kamera. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit
tanaman cendana (Santalum album), pupuk urea, kertas label.

4. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut
mengambil semai cendana yang memiliki kondisi hampir seragam sebanyak
20 semai. Kemudain masing-masing semai ditanam ke dalam polybag yang
sudah terisi media. Kemudian berikan pupuk dengan dosis yang berbeda-beda
pada tiap tanaman 5 semai tidak diberi pupuk urea, 5 semai lainnya diberikan
pupuk NPK sebanyak 5 gram, 5 semai lainnya diberikan pupuk NPK
sebanyak urea 10 gram, dan 5 semai terakhir diberikan pupuk NPK sebanyak
10 gram, serta 5 semai dieri perlakuan pupuk NPK sebanyak 20 gram. Dalam
penempatan masing-masing perlakuan gunakan rancangan CDR (Completely
Randomized Design) seperti desain yang telah ditetapkan. Amati semai
tersebut selama 1,5 bulan. Apliaksikan tindakan perlakuan secara cermat
sesuai dengan petunjuk. Setiap hari amati kondisi semai apakah dalam
keadaan hidup, layu, atau mati. Setiap seminggu sekali ukur tinggi semai.
Pada akhir pengamatan diambil satu semai dari masing-masing perlakuan dan
amati perkembangan perakarannya. Kemudian lakukan penilaian kualitas
bibit yang dihasilkan dari masing-maisng perlakuan melalui pendekatan
kekompakan sistem perakaran dan pertumbuhan tinggi.
D. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan setelah melakukan pengamatan adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan


Siram 1 hari Siram 3 hari
  1X (A) 1X (B)
Dosis 0 gr (W) AW BW
Dosis 0.5 gr (X) AX BX
Dosis 1 gr (Y) AY BY
Dosis 1.5 gr (Z) AZ BZ

AW 1 AZ 1 AW 2 AZ 2 AW 3
AX 1 AY 1 AX 2 AY 2 AX 3
AY 3 AX 4 AY 4 AX 5 AY 5
AZ 3 AW 4 AZ 4 AW 5 AZ 5
Gambar 1. Desain CRD Siram 1 hari 1X

BW 1 BZ 1 BW 2 BZ 2 BW 3
BX 1 BY 1 BX 2 BY 2 BX 3
BY 3 BX 4 BY 4 BX 5 BY 5
BZ 3 BW 4 BZ 4 BW 5 BZ 5
Gambar 2. Desain CRD Siram 3 hari 1X

Tabel 4. Tinggi Tanaman Siram 1 Hari 1X


N Tinggi (cm) Ket
Kode
o Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
1 AW 1 6.6 – – – – Mati
2 AZ 1 5.5 – – – – Mati
3 AW 2 7.8 – – – – Mati
4 AZ 2 7.4 8.9 10.2 11.2 12  
5 AW 3 8.2 9 9.7 10.3 10.8  
6 AX 1 6.8 – – – Mati
7 AY 1 11.4 – – – – Mati
8 AX 2 11.2 12.2 13.1 14 14.6  
9 AY 2 9.4 – – – – Mati
10 AX 3 9.6 10 11.1 12 12.9  
11 AY 3 8.8 9.1 10.3 – – Mati
12 AX 4 5.9 6.3 7.8 8.5 10  
13 AY 4 12.6 13 14.1 14.8 15.4  
14 AX 5 6.8 – – – – Mati
15 AY 5 5 6.5 7.2 – – Mati
16 AZ 3 7 8.8 9.5 10.2 11.3  
17 AW 4 5.7 – – – – Mati
18 AZ 4 6.5 8.2 9.7 10.8 11.1  
19 AW 5 5 – – – – Mati
20 AZ 5 9.1 9.5 10.7 12 13  

Tabel 5. Tinggi Tanaman Siram 3 Hari 1X


Tinggi (cm) Ket
No Kode Minggu Minggu
Minggu 0
Minggu 1 2 3 Minggu 4
1 BW 1 6.5 – – – – Mati
2 BZ 1 6.8 8.1 9.4 10.7 11.1  
3 BW 2 9.2 10.1 11 – – Mati
4 BZ 2 7.5 – – – – Mati
5 BW 3 7.2 – – – – Mati
6 BX 1 6.8 – – – – Mati
7 BY 1 7.5 – – – – Mati
8 BX 2 9 – – – – Mati
9 BY 2 8.4 9.1 10.1 11 11.8  
10 BX 3 9.1 – – – – Mati
11 BY 3 5.8 7.1 8.3 9.2 10.1  
12 BX 4 6.5 – – – – Mati
13 BY 4 8.4 – – – – Mati
14 BX 5 6.6 – – – – Mati
15 BY 5 7.7     – – Mati
16 BZ 3 8.6 – – – – Mati
17 BW 4 6.3 7 7.8 8.5 9  
18 BZ 4 9 10.5 11.7 12.1 13.2  
19 BW 5 8 – – – – Mati
20 BZ 5 6.8 – – – – Mati

E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang pengaruh penyiraman dan
pemupukan terhadap tumbuhan semai. Setiap makhluk hidup memerlukan kondisi
lingkungan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam kehidupan. Pada
umumnya faktor pembatas dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam tanah serta
ketersediaan hara dalam tanah. Ketersediaan air dalam tanah akan berpengaruh
terhadap kedalaman perakaran, pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik
mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh
pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan
akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar. Penyediaan air bagi tanaman dapat
diupayakan dengan kegiatan penyiraman. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa tidak
setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas penyiraman yang sama. Selain itu juga
perlu memperhatikan mekanisme penyiraman yang tepat, penyiraman sebaiknya
dilakukan pada pagi ataupun sore hari untuk menghindari transpirasi yang berlebihan
yang dapat memicu tanaman layu bahkan mati.
Ketersediaan unsur hara yang baik sangat penting bagi tumbuhan mengingat
dengan minimnya unsur hara dalam tanah akan menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat bahkan mati. Proses penyediaan unsur hara bagi tanaman dapat dilakukan
dengan cara pemupukan. Pemupukan sebaiknya dilakukan di sekitar akar dan jangan
sampai mengenai akar, dikarenakan beberapa jenis pupuk memiliki sifat panas yang
kemungkinan dapat memicu terbakarnya perakaran tanaman sehingga tanaman mati.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada 20 semai Sengon dalam waktu 45
hari yang hiduo hanya 5 benih. Pertumbuhan semai paling pesat adalah pada semai
dengan perlakuan pemberian pupuk 10 gram. Pada dosis 3 gram semai dapat
mengalamipertumuhan tiggi. Sedangkan pada dosis lain pertumbuhan tinggi tidak
terlalu signifikan. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak kandungan pupk
maka semakin subur, tetapi jika kebanyakan pupuk aka menyebabkan keracunan
pada benih tersebu. Pupuk memiliki sifat yang panas, sehingga apabila akar semai
terlalu dekat dengan pupuk akan mengalami kematian. Pupuk yang seharusnya dapat
menambah unsur hara pada media untuk mensuplai tanaman agar tumbuh lebih baik
dan lebih optimal justru dapat membuat tanaman stres karena penempatan, dosis, dan
porsi yang salah.
Pemupukan yang cukup dan penyiraman yang cukup terhadap tanaman akan
memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal pula. Akan tetapi perlu diingat jika
penyiraman dan pemupukan kurang dapat dilakukan karena luasan wilayah yang
ditanami biasanya sangat luas, sehingga tidak efisien dari segi biaya, tenaga kerja,
dan waktu. Sehingga pengetahuan tentang pemupukan dan penyiraman bagi bidang
kehutanan penting dalam kegiatan persemaian untuk persiapan bibit yang akan
ditanam di lapangan.

F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan pengamatan adalah
Pertumbuhan semai yang baik adalah pada menggunakan pupuk 3 gram, hal ini
dapat terjadi karena pada praktikum terjadi kesalahan penempatan pupuk yang
terlalu dekat dengan akar tanaman.

G. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah praktikum dilakukan adalah
dapat digunakan semai dari berbagai jenis tanaman untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk yang bervariasi serta intensitas penyiraman yang bervariasi
terhadap masing-masing jenis tanaman karena berbeda jenis semai maka akan
berbeda pula jumlah pupuk yang dan intensitas penyiraman yang dibutuhkan.

H. Daftar Pustaka
Fallah, Affan Fajar. 2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang
Terkontrol. IPB Press. Bogor.
Hardiwinoto, S., Sukirno, Adriana, Suginingsih, Budiadi, Priyono S., Widiyatno,
Sambas Sabarnurdin, dan Gunawan Wibisono. 2011. Buku Ajar Mata
Kuliah Silvikultur. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM.
Hendri, Muhammad Ansar. 2014. Kajian Intensitas Pemberian Air dan Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi (Brassica Juncea L.). J.
Agrotekbis 2 (1) : 1-9. ISSN : 2338-3011.
Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Suginingsih. 2005. Teknik Persemaian. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM

Anda mungkin juga menyukai