Anda di halaman 1dari 24

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROEKOLOGI

Oleh:
Enik Akhiriana, S.P., M.P.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1444 H/ 2023

ACARA I.
PENGARUH CEKAMAN LINGKUNGAN PADA PERTUMBUHAN TANAMAN

1
Lingkungan merupakan sistem kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif jika
menguntungkan dan mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi terkadang juga dapat
memberikan pengaruh negatif sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Kondisi
lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman dapat disebabkan oleh keadaan
kebutuhan tanaman yang terlalu banyak sehingga berlebih atau terlalu sedikit menyebabkan
kekurangan yang membuat tanaman menjadi tercekam. Cekaman dibagi menjadi dua yaitu
cekaman biotik dan cekaman abiotik, cekaman biotik disebabkan oleh makhluk hidup yang
seperti tumbuhan selain tanaman budidaya (gulma) yang menyebabkan kompetisi baik
interspesies maupun intraspesies, hama dan penyakit tanaman (bakteri, virus dan cendawan)
sedangkan cekaman abiotic adalah cekaman yang disebabkan kondisi kekurangan/kelebihan
faktor-faktor abiotik seperti air, CO2, unsur hara dan faktor-faktor iklim yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berikut jenis-jenis cekaman dikarenakan faktor
penyebabnya:
No Faktor Penyebab Kelebihan Kekurangan
1. Air Genangan Kekeringan
2. Suhu Tinggi Rendah
3. pH Tanah Basa Asam
4. Intensitas Cahaya - Naungan
5. Garam Salinitas -
6. Unsur Hara Mikro Makro

Setiap tanaman memiliki mekanisme tersendiri dalam menghadapi cekaman


lingkungan. Tanaman yang dapat beradaptasi terhadap cekaman tidak akan terjadi penurunan
kualitas dan kuantitas hasilnya, tetapi tanaman yang tidak dapat beradaptasi menyebabkan
terjadi penurunan hasil bahkan tanaman tidak menghasilkan sama sekali. Pada lingkungan
dataran rendah cekaman lingkungan yang sering terjadi adalah cekaman kekeringan.
Cekaman ini disebabkan oleh kekurangan air karena penguapan air oleh tanaman lebih tinggi
dibandingkan kemampuan menyerap air oleh tanaman

Tujuan
Mengetahui pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.

2
METODOLOGI
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cetok, polybag, penggaris, gunting,
alat tulis, koran, gelas ukur, ember dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah benih bawang merah.
Metode percobaan
Metode percobaan dalam praktikum ini terdiri dari
Perlakuan pertama : Penyiraman 1 hari sekali
Perlakuan kedua : Penyiraman 2 hari sekali
Perlakuan ketiga : Penyiraman 3 hari sekali
Perlakuan keempat : Penyiraman 4 hari sekali
Perlakuan kelima : Penyiraman 5 hari sekali
Perlakuan keenam : Penyiraman 6 hari sekali
Masing-masing perlakuan diulang 4 kali, sehingga didapatkan 24 unit percobaan setiap unit
percobaan terdiri 3 sampel tanaman jadi total 72 sampel tanaman.
Langkah-langkah percobaan
1. Persiapan media tanam
Tahapan pertama, tanah dimasukan kedalam polybag yang sudah dilipat bagian
atas dan diisi tanah sebanyak tiga seperempat dari polybag tersebut. Kemudian polybag
tersebut disiram secukupnya. Selanjutnya ditempelkan label sesuai perlakuan dan
ulangan. Urutan sebagai berikut : Kelompok praktikum, Perlakuan, Ulangan, Percobaan,
Contoh : 1AN11.
2. Penanaman
Benih ditanam dalam polybag pada kedalaman 5 cm, kemudian disiram

3. Selanjutnya siram tanaman sesuai perlakuan

4. Pemupukan dilakukan sebanyak 3x pemupukan pertaman dilakukan satu minggu setelah


pindah tanamn NPK 500kg/ha, SP-36 50kg/ha, KCl 30kg/ha, pemupukan ke dua pada
usia tanaman 15-30 HST dengan Urea 180 kg/ha dan ZA 400 kg/ha, pemupukan ke tiga
dengan urea 180 kg/ha.

5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman bawang merah dan kailan
a. Tinggi tanaman (cm)

3
Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran dengan cara mengukur dari
pangkal tanaman sampai pada daun yang paling tinggi (monokotil) dan sampai titik
tumbuh (dikotil) Kedua pengukuran tersebut dilakukan setiap minggu sekali sampai
minggu ketujuh.
b. Jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun
pada setiap tanaman, perhitungan dilakukan setiap minggu sekali, sampai minggu
ketujuh. Daun yang dihitung meliputi daun yang sudah membuka dan lengkap
bagian-bagiannya.
c. Berat basah bagian atas tanaman (g)
Penimbangan berat basah bagian atas tanaman dilakukan setelah tanaman
selesai dipanen dan dipisahkan dengan bagian akarnya. Penimbangan dilakukan
dengan menggunakan timbangan analitik. Berat basah ini diambil untuk
dibandingkan dengan berat kering batang tanaman setelah dioven.
d. Berat kering bagian atas tanaman (g)
Penimbangan berat kering bagian atas tanaman dilakukan setelah bagian atas
tanaman dioven selama 2 x 24 jam dengan suhu 80 derajat celcius.
e. Berat basah umbi bawang merah(g)
Penimbangan berat basah akar dilakukan setelah tanaman selesai dipanen
dan dipisahkan dengan tanaman bagian atas, penimbangan ini dilakukan saat akar
tanaman masih dalam keadaan segar.
f. Berat kering umbi bawang merah(g)
Penimbangan berat kering akar dilakukan setelah akar dioven selama 2 x 24
jam dengan suhu 80 derajat celcius. Akar ditimbang menggunakan timbangan
digital.

ACARA II.
PENGARUH PERSAINGAN SEJENIS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

4
Pada suatu ekosistem pertanian terdapat beberapa jenis indvidu baik sejenis maupun
berbeda jenis dimana pada setiap individu dengan individu lainnya akan terjadi interaksi baik
interaksi positif berupa simbiosis ataupun interkasi negative berupa kompetisi (persaingan).
Kompetisi dapat juga didefinisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang
saling memperebutkan sumber daya alam yang ketersediaannya terbatas pada lahan.
Interaksi-interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi antar individu dari spesies yang sama
(intraspesifik) atau interaksi antar individu dari spesies yang berbeda (interspesifik)
(Indriyanto 2006). Setiap organisme yang berinteraksi akan dirugikan jika sumber daya alam
jumlahnya terbatas, adapun yang menyebabkan terjadinya persaingan antara lain makanan
atau zat hara, sinar matahari, air, okseigen, ruang tumbuh (Setiadi, 1989; Kastono, 2005).
Menurut Wirakusumah (2003), pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis
(intraspesifik) sangat penting untuk memahami keseimbangan populasi dalam komunitas
tanaman. Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau
bahkan berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan dalam
ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi.
Kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak sehingga ruang untuk tumbuh
semakin sempit, sehinggga saling berkompetisi untuk mendapatkan sinar matahari, air, dan
nutrisi yang jumlahnya terbatas (Harjadi 1996). Persaingan sesama jenis pada umumnya
terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan
yang terjadi antar jenis yang berbeda (Campbell, 2002).

TUJUAN
Mengetahui pengaruh kerapatan tanaman (jumlah individu) dalam suatu tempat terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.

METODOLOGI
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember,cetok, penggaris, alat tulis dan label,
timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu benih kacang hijau,
pupuk, tanah dan air.
Metode Percobaan
Metode percobaan dalam praktikum ini terdiri dari tiga perlakuan.
Perlakuan pertama : polybag ditanami satu benih/bibit ( S1)
Perlakuan kedua : polybag ditanami dua benih/bibit. (S2)
Perlakuan ketiga : polybag ditanami tiga benih/bibit. (S3)

5
Masing-masing perlakuan diulang 6 kali, sehingga didapatkan 18 unit percobaan. Pada setiap
unit percobaan terdiri dari 3 sampel tanaman jadi total seluruh ada 54 tanaman sampel.

Pelaksanaan Percobaan
1. Persiapan media tanam
Tanah dimasukan kedalam polybag yang sudah dilipat bagian atas dan diisi tanah
sebanyak tiga seperempat dari polybag tersebut. Kemudian polybag tersebut disiram
hingga kapasitas lapang. Selanjutnya ditempelkan label sesuai perlakuan dan ulangan.
Urutan sebagai berikut : Kelompok praktikum,Perlakuan, Ulangan, Sampel.Contoh :
1AS1-1 2, kelompok 1A,perlakuan satu bibit/benih (S1), ulangan 1, percobaan 2.
Sehingga diperlukan 54 polybag.

2. Penanaman
Benih ditanam sesuai dengan perlakuan 1 benih/polybag, 2 benih/polybag, 3
benih/polybag. Tanami tiap polybag sesuai dengan perlakuan. Untuk benih: buat lubang
tanam sedalam 2cm, masukkan benih yg sudah dipilih sesuai kebutuhan dan perlakuan.
Tutup dengan tanah secukupnya.

3. Selanjutnya siram tanaman sesuai kebutuhan. Pertahankan tanah selalu dalam keadaan
lembab.
4. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada semua tanaman yang dijadikan sempel dengan
parameter pengamatan sebagai berikut:
a. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran dengan cara mengukur dari
pangkal tanaman sampai pada daun yang paling tinggi (monokotil) dan sampai
titik tumbuh (dikotil) Kedua pengukuran tersebut dilakukan setiap minggu sekali
sampai minggu ketujuh.

b. Jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun
pada setiap tanaman, perhitungan dilakukan setiap minggu sekali, sampai minggu
ketujuh. Daun yang dihitung meliputi daun yang sudah membuka dan lengkap
bagian-bagiannya.
c. Saat Muncul Bunga

6
Bunga merupakan organ tanaman yang menunjukkan tanaman memasuki
fase generatif tanaman. Setiap tanaman memiliki waktu yang berbeda-beda dalam
memasuki fase generatif ini, bahkan pada tanaman yang sama tetapi kondisi
lingkungan berbeda menyebabkan perbedaan waktu fase generatif.
d. Berat basah bagian atas tanaman (g)
Penimbangan berat basah bagian atas tanaman dilakukan setelah tanaman
selesai dipanen dan dipisahkan dengan bagian akarnya. Penimbangan dilakukan
dengan menggunakan timbangan analitik. Berat basah ini diambil untuk
dibandingkan dengan berat kering batang tanaman setelah dioven.
e. Berat kering bagian atas tanaman (g)
Penimbangan berat kering bagian atas tanaman dilakukan setelah bagian
atas tanaman dioven selama 2 x 24 jam dengan suhu 80 derajat celcius.
f. Berat basah akar(g)
Penimbangan berat basah akar dilakukan setelah tanaman selesai dipanen
dan dipisahkan dengan tanaman bagian atas, penimbangan ini dilakukan saat akar
tanaman masih dalam keadaan segar.
g. Berat kering akar(g)
Penimbangan berat kering akar dilakukan setelah akar dioven selama 2 x 24
jam dengan suhu 80 derajat celcius. Akar ditimbang menggunakan timbangan
digital.
h. Berat polong
Pada tanaman kacang-kacangan polong merupakan hasil yang mutlak harus
diamati dikarenakan polong merupakan hasil utama.
Catatan khusus:

Kantong – kantong plastik yang ditumbuhi lebih dari satu individu tanaman akan
menimbulkan persaingan antara tanaman- tanaman tersebut dalam pengambilan unsur hara
dan air yang terdapat didalam tanah serta cahaya

Semakin banyak jumlah tanaman, maka kebutuhan akan unsur hara, air dan cahaya semakin
besar pula. Untuk pengujian statistic dalam percobaan praktikum pada acara ke dua
digunakan rancangan acak lengkap (RAL).

7
ACARA III.

PERSAINGAN BEDA JENIS

Persaingan merupakan interaksi antara organisme atau spesies, di mana pertumbuhan


dan perkembangan suatu tanaman dapat menurun dikarenakan tanaman yang lain. Persaingan
terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini
akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat
(Wurttemberg, 1994).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah monospesies), dan dapat pula
terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition atau heterospesies).
Persaingan berbeda jenis biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan persaingan sesame jenis
hal ini dikarenakan pada persaingan berbeda jenis yang menjadi kompetisi utama adalah
kebutuhan air, intensitas cahaya matahari dan ruang untuk tumbuh (Michael, 1994).
Bawang merah dan tanaman kailan merupakan tanaman dengan kekerabatan yang
sangat jauh kemudian memiliki habitat ekologi yang berberbeda sehingga kebutuhan akan
unsur hara juga berbeda-beda dikarenakan bawang merah merupakan jenis sayuran umbi
yang cenderung kebutuhan unsur hara P yang lebih banyak kemudian kailan merupakan
sayuran daun yang membutuhkan unsur hara N lebih banyak, tetapi jika kedua tanaman
tersebut berada pada satu lingkungan yang sama tidak menutup kemungkinan akan terjadi
suatu interaksi kompetisi antara kedua tanaman dikarenakan tumpang tindihnya relung
ekologi. Tumpang tindih relung ekologi akan menyebabkan pertumbuhan kedua tanaman
terganggung sehingga terjadilah penurunan hasil, guna menanggulangi hal tersebut perlu
adanya percobaan untuk mengetahui Batasan kerapatan antara kedua jenis tanaman tersebut.
TUJUAN
Mempelajari pengaruh persaingan antara dua jenis tanaman yang berbeda jenisnya

METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah polybag,ember,cetok, penggaris,alat
tulis dan label, timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu bibit
kailan, bibit bawang merah, pupuk, tanah dan air.

Metode Percobaan

8
Metode percobaan dalam praktikum ini terdiri dari tiga perlakuan.
Perlakuan pertama : polybag ditanami satu bibit bawang merah
Perlakuan kedua : polybag ditanami satu bibit kailan
Perlakuan ketiga : polybag ditanami satu bibit bawang merah dan satu bibit kailan
Perlakuan keempat : polybag ditanami satu bibit bawang merah dan dua bibit kailan
Perlakuan kelima : polybag ditanami dua bibit bawang merah dan satu bibit kailan
Perlakuan keenam : polybag ditanami dua bibit bawang merah dan dua bibit kailan
Masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga didapatkan 24 unit percobaan yang setiap
unit terjadi dari 3 sampel tanaman sehingga didapatkan 72 sampel tanaman.

Pelaksanaan Percobaan
1. Persiapan media tanam
Tahap persiapan media tanam dilaksanakan dilahan percobaan agroteknologi
UNIDA Gontor Putri. Tahapan pertama, tanah dimasukan kedalam polybag yang sudah
dilipat bagian atas dan diisi tanah sebanyak tiga seperempat dari polybag tersebut.
Kemudian polybag tersebut disiram secukupnya. Selanjutnya ditempelkan label sesuai
perlakuan dan ulangan. Urutan sebagai berikut : Kelompok praktikum,Perlakuan,
Ulangan, Percobaan .Contoh : 1AS1-1 2, kelompok 1A,perlakuan satu bibit/benih (S1),
ulangan 1, percobaan 2. Sehingga diperlukan 72 sampel tanaman.
2. Penanaman
Bibit ditanam pada lubang tanam sedalam ± 5 cm, sebelum dilakukan penanaman
sebaiknya media disiram terlebih dahulu.
3. Perawatan tanaman
Perawatan tanaman meliputin penyiraman, penyiangan dan pemupukan.
Peyiraman dilakukan setiap hari/ jika dibutuhkan usahakan tanah pada polybag tidak
terlalu basah dan tidak terlalu kering, untuk penyiangan dapat dilakukan setiap satu
minggu sekali agar gulma tidak tumbuh pada polybag dan menganggu pertumbuhan
tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak 3x pemupukan pertaman dilakukan satu
minggu setelah pindah tanamn NPK 500kg/ha, SP-36 50kg/ha, KCl 30kg/ha, pemupukan
ke dua pada usia tanaman 15-30 HST dengan Urea 180 kg/ha dan ZA 400 kg/ha,
pemupukan ke tiga dengan urea 180 kg/ha.

4. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman bawang merah dan kailan

9
g. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran dengan cara mengukur dari
pangkal tanaman sampai pada daun yang paling tinggi (monokotil) dan sampai titik
tumbuh (dikotil) Kedua pengukuran tersebut dilakukan setiap minggu sekali
sampai minggu ketujuh.
h. Jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun
pada setiap tanaman, perhitungan dilakukan setiap minggu sekali, sampai minggu
ketujuh. Daun yang dihitung meliputi daun yang sudah membuka dan lengkap
bagian-bagiannya.
i. Berat basah bagian atas tanaman (g)
Penimbangan berat basah bagian atas tanaman dilakukan setelah tanaman
selesai dipanen dan dipisahkan dengan bagian akarnya. Penimbangan dilakukan
dengan menggunakan timbangan analitik. Berat basah ini diambil untuk
dibandingkan dengan berat kering batang tanaman setelah dioven.
j. Berat kering bagian atas tanaman (g)
Penimbangan berat kering bagian atas tanaman dilakukan setelah bagian
atas tanaman dioven selama 2 x 24 jam dengan suhu 80 derajat celcius.
k. Berat basah umbi bawang merah(g)
Penimbangan berat basah akar dilakukan setelah tanaman selesai dipanen
dan dipisahkan dengan tanaman bagian atas, penimbangan ini dilakukan saat akar
tanaman masih dalam keadaan segar.
l. Berat kering umbi bawang merah(g)
Penimbangan berat kering akar dilakukan setelah akar dioven selama 2 x 24
jam dengan suhu 80 derajat celcius. Akar ditimbang menggunakan timbangan
digital.

Catatan khusus
Amati secara visual tentang warna daun, warna batang, lebar tipis daun, kekekaran batang,
ada tidaknya hama, penyakit pada setiap minggunya.

ACARA IV.
ANALISIS VEGETASI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI

10
Vegetasi adalah kumupulan beberapa jenis tumbuhan yang hidup bersama pada suatu
ekosistem. Dalam mekanisme kehidupan bersama biasanya akan terjadi interaksi yang erat
baik diantara sesame individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun organisme lainnya
sehingga suatu sistem dapat hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis vegatagi adalah cara
mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi agar kita dapat
mengetahui komposisi jenis, dominasi jenis penyebaran, jenis tumbuhan dan struktur vegetasi
dari suatu tipe.
Vegetasi yang tumbuh secara alami disuatu daerah dapat digunakan untuk menduga
keadaan habibatnya, Vegetasi yang tumbuh secara alami merupakan hasil pencerminan dari
keadaan lingkungannya. Pendugaan sifat habibat ditentukan oleh jenis tumbuhan dominan
yang dijumpai dalam masyarakat tumbuhan yang ada. Dominasi jenis tumbuhan dari suatu
type vegetasi dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif, dengan
melakukan pengukuran dilapangan dengan menggunakan metode-metode analisis vegetasi
yang ada. Analisis vegatasi secara kuantitatif diibedakan atas:
Metode analisis dengan petak, metode analisis tanpa petak dan beberapa metode metode
analisis dengan petak:
a. Bentuk petak lingkaran
b. Bentuk petak bujur sangkar
c. Bentuk petak empat persegi panjang
Metode analisis tanpa petak:
a. Metode titik perempat (kuadrat)
b. Metode titik menyinggung (point intercept)
c. Metode garis menyinggung (line intercept)
Setiap metode analisis vegetasi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
penggunaan untuk menganalisis macam type vegetasi.
Tujuan
Untuk mempelajari keragaman jenis tumbuhan dalam suatu lingkungan dan dapat
menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis
guna keperluan ekologi.

METODOLOGI

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tanda batas, tali, benang,
label, meteram, alat tulis, tumbuh-tumbuhan, buku kunci determinasi. Metode yang

11
digunakan adalah metode survey dengan teknik penentuan kurva spesies area dengan petak
contoh 25cm (0,25m).

Hasil Pengamatan
Data hasil penagamtan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Ulangan 1
No Jenis spesies Petak Contoh
1 2 3 4 5

Ulangan 2
No Jenis spesies Petak Contoh
1 2 3 4 5

12
Acara V. Pengamatan Faktor Abiotik pada Berbagai Sistem Pertanian

Sistem pertanian merupkan sistem yang komplek dimana faktor abiotik dan biotik akan
memberikan pengaruh yang nyata. Faktor abiotik yang akan berpengaruh pada sistem
pertanian ada beberapa macam diantara yaitu air, unsur hara, kesuburan tanah (fisika, kimia
dan biologi), udara (suhu dan kelembaban), unsur iklim (intesitas cahaya matahari, curah
hujan, angin), ketinggian tempat, sedangkan faktor biotik yaitu faktor yang disebabkan oleh
makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan dan mikro organisme. Kedua faktor
tersebut dapat memberikan dampak positif mendorong dan meningkatkan pertumbuhan
perkembangan tanaman tetapi dapat juga sebaliknya memberikan dampak negatif yang akan
menghambat dan menurunkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Faktor abiotik yang penting salah satunya yaitu tanah, yang mempengaruh pertumbuhan
dan perkembangan tanaman pada tanah yaitu sifat fisika tanah (tekstur, struktur dan
komposisi tanah), kimia tanah (pH tanah, unsur hara) dan biologi tanah (mikroorganisme
tanah yang membuat tanah subur). Tanah yang subuh merupakan tanah dengan tekstur yang
gembur mudah menyerap air dan kemampuan mempertahankan airnya tinggi, tanah yang
gembur terbentuk dikarenakan banyak menyimpan bahan organik tanah yang berasal dari
sisa-sisa tanaman seperti seresah. Seresah memiliki nilai yang penting dalam menyuburkan
tanah dikarenakan seserah akan menambah bahan organik tanah, menambahkan unsur hara
tanah serta memperbaiki struktrur dan biologi tanah. Lahan dengan kandungan seresah yang
tinggi seperti lahan agroforestry biasanya akan lebih subur dibandingkan lahan dengan
kandungan seresah yang rendah seperti lahan monokultur dataran rendah ataupun dataran
tinggi.

TUJUAN
Mengetahui kondisi lingkungan mikro sebagai faktor abiotik di berbagai sistem pertanian

METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis, tali rafia, meteran,
kameran dan sebidang lahan dataran rendah, dataran tinggi dan agroforestry

Langkah-langkah
a. Mengukur ketebalan lapisan seresah yang terdapat di permukaan tanah.
Menentukan 10 titik contoh pada SUB-PLOT
Tekan seresah yang ada, tancapkan ujung penggaris hingga menyentuh permukaan tanah.
Catatlah ketebalan seresah, dan karakteristik seresahnya

13
b. Pengamatan pada keragaman jenis dan ukuran seresah.
c. Pengamatan pada warna, kegemburan dan kelembaban tanah
d. Analisa kondisi tanah pada tutupan lahan yang berbeda
e. buatlah tabel seperti dibawah ini

Dataran Rendah
Nama Lokasi:
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:
Jenis Penggunaan Lahan:
Nama Pengukur:
Tanggal/Bulan/Tahun Pengamatan:

Dataran Rendah
No Ketebalan Macam dan Warna Kegemburan Kelembapan
Seresah (cm) ukuran Tanah Tanah tanah
sereasah

No Suhu Udara Suhu Udara Suhu Suhu Intensitas


Pagi Siang tanah pagi tanah Cahaya siang
siang

14
Dataran Tinggi
No Ketebalan Macam dan Warna Kegemburan Kelembapan
Seresah (cm) ukuran Tanah Tanah tanah
sereasah

No Suhu Udara Suhu Udara Suhu Suhu Intensitas


Pagi Siang tanah pagi tanah Cahaya siang
siang

Agroforestry
No Ketebalan Macam dan Warna Kegemburan Kelembapan
Seresah (cm) ukuran Tanah Tanah tanah

15
sereasah

No Suhu Udara Suhu Udara Suhu tanah Suhu tanah Intensitas


Pagi Siang pagi siang Cahaya siang

16
Acara VI. Keragaman Arthropoda pada Berbagai Sistem Pertanian

Artropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. Filum ini berhubungan erat
dengan sistem pertanian dikarenakan merupakan kelompok terbesar dari berbagai jenis hama
tanaman serta serangga yang membantuk penyerbukan pada tanaman. Dimasa ini
keanekaragaman arthropoda sudah mulai berkurang dikarenakan banyak faktor lingkungan
dianatara yaitu kurangnya ketersediaan makanan, terkena racun pertanian serta semakin
banyaknya predator serangga tersebut sehingga angka mortalitas tinggi dan angka
natalitasnya rendah. Ketidakseimbangan dalam populasi artropoda pada suatu ekosistem
pertanian dapat menjadi penyebab beberapa bencana hama sehingga menurunkan hasil
pertanian secara derastris seperti lendakana hama dan penyakit, penyerbukan rendah
dikarenakan serangga penyerbuk populasinya menurun, serta munahnya beberapa tumbuhan.

Tujuan
Identifikasi artopoda dataran tinggi dan dataran rendah

METODOLOGI
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah swept net, plastik ukuran 1 kg, fial
film warna putih, gelas air mineral, cawan petri, obyek glass, kuas, mikroskop, kaca
pembesar (lup) sedangkan bahan yang dibutuhkan meliputi: detergen, alkohol 70%, tisue,
klorofom

LANGKAH-LANGKAH
1. Pemasangan pitfall traps untuk serangga diatas permukaan tanah dilaksanakan satu hari
sebelum pelaksanaan praktikum lapang pada masing-masing lahan yang akan diamati.
Pemasangan dilakukan dengan metode pengambilan contoh secara sistematis pada garis
diagonal.
2. Pitfall traps dibuat dari gelas plastik, kemudian diisi dengan air yang telah dicampur
detergen, setelah siap, ditanam di tanah, akan tetapi tidak ditimbun dengan tanah, dengan
tujuan serangga yang lewat diatas tanah akan jatuh pada gelas plastik tersebut.
3. Hunting serangga yang terbang dengan swept net dengan ayunan ganda.
4. Serangga yang terperangkap pada pitfall diambil dan dimasukkan pada fial film
kemudian diberi alkohol 70%. Sedangkan serangga yang terperangkap pada swept net
dimasukkan pada plastik dan diberi klorofom.

TABEL PENGAMATAN

17
Dataran Rendah
Nama Lokasi :
Jenis Penggunaan Lahan/ Pola Tanam :
Tanggal/Bulan/Tahun :
Ukuran Plot :
No Nama Species Serangga Ordo Peranan Dalam
Ekosistem

Dataran Tinggi
Nama Lokasi :
Jenis Penggunaan Lahan/ Pola Tanam :
Tanggal/Bulan/Tahun :
Ukuran Plot :
No Nama Species Serangga Ordo Peranan Dalam
Ekosistem

18
Acara VII.
Mekanisme Manajemen Agroekosystem Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah

Manajamen dataran rendah dan dataran tinggi biasanya memiliki karakteristik yang berbeda
baik dari jenis tanaman, sistem budidaya serta serta kegiatan pascapanennya. Guna mengetahu
perbedaannya maka perlu dilakukkannya interview (wawancara) dengan petani. Mekanisme
wawancara mengunakan kuisioner yang sudah disiapkan bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
suatu lingkungan yang sudah dilakukan manajemen memberikan hasil dan bagaimana proses
manajemen lingkungan tersebut.

Lembar interview untuk pertani


Nama petani :
Luas lahan yang dikelola dalam satu hamparan :
Jenis tanah :
Isilah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengamatan di lapangan atau wawancara dengan petani!
1. Sistem tanam yang digunakan:
a. Monokultur
b. Tumpangsari
c. Agroforestry
2. Apabila monokultur, isilah table di bawah ini:
No Uraian Keterangan
1. Varietas
2. Asal benih (produksi sendiri atau beli, bersertifikat?)
3. Jarak tanam
4. Sistem tanam (jajar legowo, SRI, konvensional) (khusus
padi)
5. Jumlah benih/ha
6. Jenis pupuk yang digunakan
a. Pupuk organic (Nama kg/ha)
b. Pupuk N (Nama kg/ha)
c. Pupuk K (Nama kg/ha)
7. Umur panen (hst)
8. Cara panen
9. Hasil panen per ha
10. Harga jual
11. Harga pasaran rata-rata
12. Keuntungan petani (Rp/ha)

3. Apabila tumpangsari, isilah tabel di bawah ini!


No Uraian Jenis Komoditas

19
1. Varietas

2. Asal benih (produksi


sendiri atau beli,
bersertifikat?)

3. Jarak tanam

4. Jumlah benih/ha

5. Jenis pupuk yang


digunakan

a. Pupuk organic (Nama


kg/ha)

b. Pupuk N (Nama kg/ha)

c. Pupuk K (Nama kg/ha)

6. Umur panen (hst)

7. Produksi

4. Apabila agroforestri, isilah table di bawah ini!


No Jenis Komoditas Produksi
1.

2.

3.

4.

5.

6.

5. Sistem pengairan yang digunakan:

a. Tadah hujan b. Irigasi teknis c. Campuran

6. Apabila dalam satu tahun musim tanam melakukan rotasi tanaman, isilah dengan mengarsir dan
mengisi jenis tanaman yang ditanam.

Rotasi tanaman (jenis tanaman dan bulan)

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

20
I

komoditas

II

komoditas

III

komoditas

+ produktifitas

7. Masalah-masalah utama yang dihadapi (lingkari yang terdapat dilapang dan isilah keterangan
sebagai tingkat masalah - urutkan dari masalah yang dianggap paling serius dan berdampak paling
besar menggagalkan produksi/sulit ditangani)
No Uraian Keterangan
1. Kekurangan modal
2. Mahalnya tenaga kerja
3. Langkanya ketersediaan pupuk (harga? Ketepatan waktu)
4. Tingginya serangan Hama
5. Tingginya serangan Penyakit
6. Rendahnya harga jual
7. Rendahnya kesuburan tanah
8. Air terkena limbah
9. Bencana alam (longsor, banjir, dll)

8. Peluang untuk penanaman baru (berdasarkan kondisi lahan iklim, dan pasar): a.
pola tanam (tumpangsari/monokultur) b. Jenis komoditas
9. Lengkapi dengan dokumentasi!

B. INDIKATOR STABILITAS & KEBERLANJUTAN


(STABILITY& SUSTAINABILITY)
1. Kecukupan dan ketersediaan pangan dan gizi seimbang:

□ tersedia di tempat itu (3) □ dapat diakses dengan mudah (3) □ bisa diusahakan (3)

2. Pangan yang diproduksi di dalam masyarakat:

□ 12% (1) □ 13-25% (3) □ 26-40% atau lebih (5)

Diperoleh dari produsen pangan local di luar masyarakat :

□ 25% (1) □ 40% (3) □ 55% atau lebih (5)

Tumbuh secara organik:

21
□ 25% (1) □ 50% (3) □ 65% atau lebih (5)

Dari tanaman indigenous/asli:

□ 25% (1) □ 50% (3) □ 65% atau lebih (5)

3. Produksi surplus pangan:

□ dalam masyarakat (12)

□ dalam wilayah (6)

□ tidak ada surplus (0)

□ pangan harus dibawa dari luar wilayah untuk memenuhi kebutuhan gizi (-1)

4. Penggunaan rumah kaca untuk produksi pangan:


□ besar (6) □ beberapa (3) □ sedikit (2) □ tidak ada (0)

□ tidak perlu-produksi pangan di lapangan sudah cukup (4)

5. Kelebihan pangan:
□ disimpan untuk penggunaan masa depan (1)
□ dijual (1)
□ didermakan (1)
□ diberikan untuk makanan ternak (1)
□ dikomposkan (1)
□ dibuang seperti sampah (-3)
6. Penggunaan pestisida, herbsida, pupuk kima dalam produksi pangan/pertanian:

□ biasa digunakan (-3) □ beberapa (-1) □ secara minimal (1) □ tidak pernah (6)

7. Penggunaan benih dalam produksi makanan:

□ benih diserbukkan terbuka (6) □ benih hibrida (-2)

SKORING
50+ menunjukkan kemajuan sempurna kea rah keberlanjutan
25-49 menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24 menunjukkan perlunya tindakan untuk melakukan keberlanjutan
C. INDIKATOR KEMERATAAN
1. Pendapatan petani setiap musim tanam :
a. < Rp 1.000.000 b. Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 c. Rp 5.000.000

2. Sifat kepemilikan lahan petani :

22
a. Lahan sendiri b. Lahan orang lain c. Lahan sewa

3. Luas lahan yang dimiliki setiap petani :

a. < 0,25 ha b. 0,25 – 1 ha c. > 1 ha

23
24

Anda mungkin juga menyukai