Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.

)
DALAM SISTEM BUDIDAYA MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI

GROWTH ANALYSIS OF CAYENNE PEPPER (Capsicum frutescens) IN


MONOCULTURE AND TUMPANGSARI CULTIVATION SYSTEM

Indah Laila Sari


201510200311076
indahlaila6@gmail.com
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl. Raya Tlogomas No.246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Analisis tumbuh tanaman digunakan untuk memperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti dan
membandingkan pertumbuhan tanaman, dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secara individu maupun
pertanaman. Praktikum ini merupakan analisis pertumbuhan pada cabai rawit dengan pola tanam monokultur dan
tumpangsari dengan tanaman sari. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering, dan
luas daun. Pada luas daun menggunakan metode kertas grafik dalam mengukurnya. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui sistem penanaman secara monokultur dan tumpangsari. Tinggi tanaman dan jumlah daun
pada cabai rawit dengan pola tanaman tumpangsari lebih tinggi dibanding dengan pola tanam monoklutur. Growth
Rate (GR) yang tertinggi adalah pada tanaman cabai adalah 0,0795 g/hari dengan pola tanam monokultur.Relative
Growth Rate (RGR) yang tertinggi pada tanaman cabai yaitu 0,233 g/hari dengan pola tanam monokultur. laju
ansimilasi bersih yang tertinggi pada tanaman cabai rawit merupakan pada pola tanam monokultur yaitu sebanyak
0,010 g/cm/hari.

Kata Kunci : Pertumbuhan, Cabai Rawit, Pola Tanam

ABSTRACT
Plant growth analysis is used to obtain quantitative measures to follow and compare plant growth, in both
physiological and ecological aspects, both individually and cropping. This practice is a growth analysis on cayenne
pepper with monoculture cropping pattern and intercropping with cider. Parameters observed were plant height,
number of leaves, dry weight, and leaf area. On leaf area using paper chart method in measuring it. The purpose
of this lab is to know the system of planting in monoculture and intercropping. Plant height and number of leaves
on cayenne pepper with intercropping plant pattern is higher compared with monocluture cropping pattern. The
highest Growth Rate (GR) in chili is 0.0795 g / day with the highest monoculture planting pattern. The highest
RGR is 0.233 g / day with monoculture planting pattern. the highest net assimilation rate in cayenne pepper is in
monoculture planting pattern of 0.010 g / cm / day.

Keywords : Growth, Cayenne Pepper, Cropping Pattern

PENDAHULUAN dari total pertumbuhan dan perkembangan


Analisis tumbuh tanaman digunkan untuk tanaman selama hidupnya. Semakin besar berat
memperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti kering brangkasan berarti semakin baik
dan membandingkan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut
dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik (Mursito & Kawiji, 2002).
secara individu maupun pertanaman (Lestari dkk, Cabe rawit merupakan sayur buah yang
2012). sangat digemari masyarakat di Indonesia. Cabe
Analisis pertumbuhan merupakan suatu banyak mengandung minyak atsiri yang memberi
cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang rasa pedas dan panas. Rasa pedasnya disebabkan
diukur oleh produksi bahan kering. Berat kering oleh kandungan capsaisin (C18H27NO3) yang
brangkasan adalah indikator pertumbuhan sangat tinggi. Buah cabe banyak mengandung
tanaman karena berat kering tanaman merupakan vitamin A dan C (Safira, 2011).
hasil akumulasi asimilat tanaman yang diperoleh
1
Permasalahan budidaya tanaman cabe menghindarkan kegagalan bagi satu jenis tanaman
antara lain pengairan yang masih mengandalkan dengan menambahkan satu atau lebih jenis
hujan, penggunaan benih yang kurang terseleksi, tanaman lain yang mempunyai sifat yang
serta pemberian pupuk yang belum optimal kompatibel (Effendi, 1976; Nurdin, 2000 dalam
(Badan Pusat Statistik, 2011). Penanaman cabe Eldriadi, 2011) dalam (Rastono, et al., 2015).
rawit pada tanah sub optimal perlu Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
dipertimbangkan untuk peningkatan produksi mengetahui sistem penanaman secara monokultur
cabe rawit nasional. dan tumpangsari.
Kemampuan tanaman menghasilkan
bahan kering dapat dipelajari melalui laju BAHAN DAN METODE
asimilasi bersih (LAB) (Britz dan Sager, 1990).
Tempat dan Waktu Penelitian
Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa
Pelaksanaan praktikum analisis pertumbuhan
hubungan antara berat tanaman dengan luas daun
tanaman cabai rawit ini dimulai dari tanggal 15
bersifat linier pada fase-fase ontogeni awal tetapi
Oktober 2017 hingga 2 Desember 2017. Lokasi
tidak berlaku untuk fase-fase selanjutnya (dalam
pelaksanaan praktikum ini adalah di laboratorium
(Mungara, et al., 2013)).
Agronomi 2 UMM dan lahan terpadu Fakultas
Pola tanam adalah usaha penanaman pada
Pertanian-Peternakan UMM.
sebidang lahan dengan mengatur susunan tata
letak dan urutan tanaman selama periode waktu
Bahan dan Alat
tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pola
adalah bibit cabai rawit, bibit sawi pakcoy, air, dan
tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi
pestisida. Sedangkan alat yang digunakan dalam
tanaman dan polikultur (Anwar, 2012).
praktikum ini yaitu cangkul, pasak bambu, plang
Tanaman tumpangsari dapat meningkatkan
nama, kantong kertas, kertas millimeter blok,
produksi tanaman dan pendapatan petani, serta
oven, penggaris, pisau/cutter, tali raffia, mulsa,
menghindarkan kegagalan bagi satu jenis tanaman
timbangan analitik, dan alat dokumentasi.
dengan menambahkan satu atau lebih jenis
tanaman lain yang mempunyai sifat yang
Prosedur Praktikum
kompatibel (Effendi, 1976; Nurdin, 2000). Selain
Praktikum ini terdiri dari tahap awal
itu, tanaman tumpangsari juga bermanfaat dalam
penanaman, perawatan dan pengamatan.
meningkatkan fungsi musuh alami untuk
Praktikum ini menggunakan 2 pola tanam yaitu
mengendalikan populasi hama dan pemanfaatan
pola tanam monokultur dan tumpangsari. Prosedur
lahan secara optimal dengan system tumpangsari
praktikum ini dijabarkan sebagai berikut :
akan membawa keuntungan bagi petani, dengan
1. Penanaman dan Penyulaman
meningkatnya produksi dan kegunaan lahan
Media penananaman pada praktikum ini
secara efisien (Putnam et al. 1985, Newman
merupakan bedengan 2x1 meter. Pemasangan
1986). Penggunaan tanaman tumpangsari
mulsa dilakukan dengan pemasangan pasak agar
meningkatkan keanekaragaman tanaman di
mulsa dapat terpasang. Selanjutnya mulsa
lapangan yang dapat menekan serangan hama dan
dilubangi untuk membuat lubang tanam dengan
meningkatkan kinerja musuh alami (Sullivan,
jarak 50x60 cm untuk cabai rawit. Pada lahan
2003) (dalam (Eldriadi, 2011)).
dengan pola tanam tumpangsari pembuatan
Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu
lubang tanam untuk sawi yaitu 25 cm dari 2
sistem tanam di mana terdapat dua atau lebih jenis
tanaman cabai rawit. Penyulaman dilakuan pada
tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan
tanaman yang mati baik cabai rawit maupun sawi.
dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan
penanaman selang-seling dan jarak teratur pada
2. Perawatan
sebidang tanah yang sama (Buhaira, 2007).
Perawatan dilakukan selama masa tumbuh
Kombinasi tanaman dalam tumpangsari perlu
tanaman dengan menyirami dengan air dan
diperhatikan untuk hasil tanaman, serta
mencabuti gulma yang ada di sela-sela tanaman.
2
Selanjutnya dilakukan penyemprotan insektisida bagian lainnya sehingga perhitungan dapat
pada minggu ke 4 guna membasami hama pada akurat.
tanaman sawi dan cabai. d. Berat Kering
Berat kering merupakan parameter yang
3. Pengamatan metodenya menggunakan teknik pengeringan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu melalui oven sampai berat kering tanaman
sekali selama 6 minggu, dengan pola tanam yang yang dikeringkan menjadi konstan. Daun dan
berbeda. Parameter atau peubah yang digunakan batang tanaman cabai rawit dan sawi
dalam analisis hasil yaitu tinggi tanaman, jumlah dimasukkan ke dalam amplop kertas coklat dan
daun, luas daun dan berat kering. memberinya label, kemudian dimasukkan ke
a. Tinggi Tanaman dalam oven selama 2 x 24 jam. Penimbangan
Tinggi tanaman adalah parameter pertama berat kering dilakukan menggunakan
yang digunakan untuk melihat pengaruh pola timbangan analitik.
tanam terhadap pertumbuhan tanaman cabai 𝟏 𝐝𝐖
RGR = 𝐖 X 𝐝𝐓
rait. Tinggi tanaman adalah salah satu faktor 𝟏 𝐝𝐖
utama yang mampu dilihat secara visual dan NAR = 𝐋𝐀 X 𝐝𝐓
𝐝𝐖
paling tampak. GR= 𝐝𝐓
b. Jumlah Daun
Jumlah daun adalah parameter yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk melihat pengaruh pola tanam
terhadap pertumbuhan cabai rawit. Jumlah HASIL
daun adalah salah satu faktor utama yang 1. Tinggi Tanaman
mampu dilihat secara visual dan paling
tampak. 40
Tinggi Tanaman (cm)

c. Luas Daun 30
Terdapat beberapa metode untuk 20
menghitung luas daun. Metode-metode 10
tersebut mempermudah kita untuk menghitung 0
luas daun yang memiliki karakteristik berbeda. 1 2 3 4 5 6
Beberapa di antara metode tersebut adalah Minggu ke-
metode lubang, metode kertas grafik, metode
faktor koreksi, metode untuk daun yang Cabai Rawit (P)
berbentuk kerucut, metode rating, dan metode Cabai Rawit(M)
pengukuran menggunakan alat ukur leaf Sawi (P)
areameter. Luas daun sangat berhubungan Grafik 1. Tinggi Tanaman Cabai Rawit
dengan indeks luas daun, laju pertumbuhan
relatif, dan laju fotosintesis pada suatu 2. Jumlah Daun
tanaman. Faktor yang paling penting ialah
ketepatan penaksiran dan kecepatan 80
penaksiran. Metode yang digunakan pada
Jumlah Daun (helai)

praktikum ini adalah metode kertas grafik yang


30
bersifat destruktif atau merusak. Sampel daun
dari tanaman cabai rawit dan sawi yang
diambil kemudian digambar pada kertas -20 1 2 3 4 5 6
Minggu ke -
millimeter blok. Luas daun dihitung
berdasarkan gambar atau replika daun yang Cabai Rawit (P)
memenuhi pada kotak-kotak kecil di kertas Cabai Rawit(M)
millimeter blok tersebut. Bagian daun yang Sawi (P)
tidak memenuhi kotak diakumulasi dengan
Grafik 2. Jumlah Daun Cabai Rawit
3
3. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan nisbi/relatif
(LPN/LTR) = relative growth rate (RGR) adalah
GR RGR NAR(g/cm
Tanaman kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering
(g/hari) (g/hari) /hari)
hasil asimilasi tiap satuan bobot kering awal tiap
Cabe (P) 0.068 0.177 0.007
satuan waktu (g/g/minggu).
Sawi (P) 0.194 0.602 0.031
Laju Asimilasi Bersih atau Net Assimilation
Cabe (M) 0.0795 0.233 0.010
Rate (NAR) merupakan hasil bersih proses
Tabel 1. Laju pertumbuhan Cabai Rawit asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Laju
asimilasi bersih tidak konstan terhadap waktu
PEMBAHASAN tetapi mengalami penurunan dan bertambahnya
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada umur tanaman serta berhubungan secara linear
grafik 1 dan 2 menunjukkan hasil bahwa dengan luas daun dan bobot kering tanaman
pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun (Duaja, dkk 2013).
cabai rawit dengan pola tanaman monokultur lebih Berdasarkan tabel 1 data menunjukkan
optimal dibanding dengan pola tanam polikultur. bahwa laju ansimilasi bersih yang tertinggi pada
Pada pola tanam polikultur tanaman cabai tanaman cabai rawit merupakan pada pola tanam
mengalami perubahan yang kurang stabil. Hal ini monokultur yaitu sebanyak 0,010 g/cm/hari.
dapat disebabkan oleh adanya perebutan unsur Sedangkan pada cabai dengan pola tanama
hara antara tanaman cabai rawit dengan sawi polikultur 0,007 g/cm/hari. Hal ini terjadi karena
sehingga pertumbuhan tanaman cabai yang laju asmililasi bersih berhubungan secara linear
kurang stabil. Namun peningkatan tinggi tanaman dengan luas daun dan bobot kering tanaman.
maupun jumlah daun pada pola tanam Kemampuan tanaman menghasilkan bahan
tumpangsari lebih tinggi dibanding pola tanam kering dapat dipelajari melalui laju asimilasi
monokultur. Tinggi tanaman akan selalu bersih (LAB) (Britz dan Sager, 1990). Gardner et
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur al., (1991) menyatakan bahwa hubungan antara
tanaman. berat tanaman dengan luas daun bersifat linier
Dalam budidaya pola tumpangsari pada fase-fase ontogeni awal tetapi tidak berlaku
memberikan dampak adanya kompetisi tanaman untuk fase-fase selanjutnya (dalam (Mungara, et
dalam memanfaatkan ruang tumbuh, udara, sinar al., 2013)).
matahari, air dan unsur hara (Subagiono, 2015). Peningkatan berat kering tanaman
Berdasarkan data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa tanaman mengalami
menunjukkan hasil bahwa data yang paling tinggi pertumbuhan dan perkembangan semakin
adalah pada sawi. Sedangkan laju pertumbuhan meningkat. Peningkatan berat kering merupakan
atau Growth Rate (GR) yang tertinggi adalah pada indikator pertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai adalah 0,0795 g/hari dengan pola tanaman.
tanam monokultur. Laju pertumbuhan relatif atau Pertumbuhan cabai rawit dengan pola
Relative Growth Rate (RGR) yang tertinggi pada tanam monokultur mengalami peningktaan seperti
tanaman cabai yaitu 0,233 g/hari dengan pola pada pola tanama tumpangsari akan tetapi tingkat
tanam monokultur. Berbeda dengan tanaman sawi pertumbuhan pada cabai rawit pola tanam
berat kering pada tanaman sawi lebih tinggi tumpangsari lebih tinggi dibanding dengan pola
disbanding tanaman cabai sehingga data yang tanama monokultur. Namun untuk berat kering
diperoleh pun lebih banyak. pada pola tanama tumpangsari lebih rendah
Relative growth rate (RGR) adalah disbanding dengan pola tanam monokultur.
kompleks parameter ditentukan oleh sejumlah Terjadinya persaingan unsur hara tanaman
fisiologis, morfologis dan komponen biomassa- cabai rawit dengan sawi juga mempertinggi
alokasi. Banyak penelitian berpusat pada pertumbuhan pada tanaman tersebut.
menggambarkan perbedaan antara asli dan RGR Keberhasilan sisitem tumpangsari ditentukan oleh
spesies invasif (James & Drenovsky, 2007) beberpa factor, diantaranya bentuk interaksi
interspesifik dan intraspesifik kombinasi tanaman

4
yang memungkinkan. Pada umumnya juga system James, J. J. & Drenovsky, R. E., 2007. A Basis for
tumpangsari lebih mengutungkan dibandingkan Relative Growth Rate Differences Between
penanaman secara monokultur karena Native and Invasive. RANGELAND
produktivitas lahan juga menjadi lebih tinggi, ECOLOGY & MANAGEMENT, pp. 395-400.
jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat
Mungara, E., Rohlan, R. & Indradewa, D., 2013.
dalam pemakasian saran produksi dan resiko
Analisis Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
kegagalan dapat diperkecil. Disamping
(Oryza sativa L) pada Sistem Pertanian
keuntungan diatas sistem tumpangsari juga dapat
Konvensional, Transisi Organik, dan
memperkecil erosi, bahkan cara ini berhasil juga
Anorganik. Vegetalika, pp. 1-12.
dalam menjaga kesuburan tanah (Setiawan, 2009).
Mursito, D. & Kawiji, 2002. Pengaruh Kerapatan
KESIMPULAN Tanam dan Kedalaman Olah Tanah terhadap
Tinggi tanaman dan jumlah daun pada cabai Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.).
rawit dengan pola tanaman tumangsari lebih tinggi Agrosains, Volume 4, pp. 1-6.
disbanding dengan pola tanam monoklutur.
Growth Rate (GR) yang tertinggi adalah pada Rastono, A., Sugiyarto & Marsusi, 2015.
tanaman cabai adalah 0,0795 g/hari dengan pola Pertumbuhan Cariza (Carica pubescens) yang
tanam monokultur.Relative Growth Rate (RGR) Ditanam Secara Tumpangsari dengan Ubi
yang tertinggi pada tanaman cabai yaitu 0,233 Jalar (Ipomea batatas) dan Cabai Rawit
g/hari dengan pola tanam monokultur. laju (Capsicum frutescens L.) di Lereng Gunung
ansimilasi bersih yang tertinggi pada tanaman Lawu. El-Vivo, Volume 3, pp. 1-8.
cabai rawit merupakan pada pola tanam Setiawan, E., 2009. Kearifan Lokal Pola Tanam
monokultur yaitu sebanyak 0,010 g/cm/hari. Pada Tumpangsari di Jawa Timur. Agrovigor,
laju pertumbuhan yang dialami oleh cabai rawit Volume 2, pp. 79-89.
dengan pola tanam monokultur lebih tinggi
dibanding dengan pola tanama tumpangsari. Pola Subagiono, 2015. Pertumbuhan dan Kompetisi
tanam monokultur baik digunakan untuk tujuan Tanaman dalam Pol Tanam Tumpangsari
peningkatan hasil produksi dari tanaman tersebut. Jagung Manis/Cabe Rawit/Bawang
Tumpangsari juga dapat meningkatkan hasil Daun/Bawang Daun dengn Perbedaan Waktu
dengan jenis komoditas yang lebih beragam. Tanam Jagung Manis dan Jenis Pukan.
Jurnal Sains Agro, pp. 1-11.
DAFTAR PUSTAKA

Duaja, M. D., Mukhsin & Sijabat, R., 2013.


Analisis Pertumbuhan dan Hasil Dua
Varietas Buncis (Phaseolus vulgaris L.) pada
Perbedaan Jenis Pupuk Organik. Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Jambi, Volume 2, pp. 47-54.
Eldriadi, Y., 2011. Peran Berbagai Jenis
Tanaman Tumpangsari dalam Pengolahan
Hama Utama dan Parasitoidnya pada Kubis
Bunga Organik, Padang: Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas.

James, J. J. & Drenovsky, R. E., 2007. A Basis for


Relative Growth Rate Differences Between
Native and Invaisve. Rangeland Ecology &
Management, pp. 395-400.

5
LAMPIRAN
Tabel Pengamatan Sistem Budidaya Sayur Tumpang Sari
A. Tinggi Tanaman Cabai Rawit (Polikultur) (cm)
Minggu Ke -
No Tanaman
1 2 3 4 5 6
1 17.5 23.5 0 0 0 0
2 21 21.5 29 34 49 41
3 24 25 27.4 31 38 32
4 22 23 27.4 28 38 24
5 20.5 22 27.8 32 43 34.5
6 20.5 22 26 29 36 33.5
7 14 14.5 22 23 31 22.6
8 17.5 19 21.5 24 42 39.3
9 21.5 23 25 26 33 27.7
10 22 24 27 38 47 38.5
11 7 9.5 14.5 0 0 0
12 9 18 23.5 31 38 33
13 18 10.5 24 29 37 16
14 16 18 24 26 31 22.8
15 16.5 20 23 26 33 22.2
16 20.5 22 25 30 39 34.5
Rerata 17.969 19.719 22.944 25.438 33.438 26.350

B. Tinggi Tanaman Sawi Pakcoy (cm)


No Tanaman Minggu Ke -
1 2 3 4 5 6
1 2 8 10 30 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 3 4.5 5 9 0 0
4 4 10 13 15 19 13
5 3.5 0 0 0 0 0
6 10 0 0 0 0 0
7 1 3.5 9 0 0 0
8 4 7.5 9.5 7 0 0
9 3 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0
11 3 7.5 0 0 0 0
12 5 7.5 0 0 0 0
13 1 0 0 0 0 0
14 1.5 5 0 0 0 0
15 1 0 0 0 0 0
16 1.5 6 0 0 0 0
Rerata 2.719 3.719 2.906 3.813 1.188 0.813

6
Tabel 2 Tinggi Tanaman tanaman monokultur
A. Tinggi Tanman Cabai Rawit (M) (cm)
Tinggi Tanaman Cabai (M) (cm) pada minggu ke-
Nomor Tanaman
1 2 3 4 5 6
1 7.8 9.1 12.3 15.8 17.5 20
2 9.1 12.4 17.8 21.3 29.6 35
3 11.9 15.1 19 22.5 25.8 31
4 8.6 15.1 18.7 26.2 32.1 37
5 11.5 13.1 16.5 17.9 20.2 23
6 8.2 9.1 12.5 0 0 0
7 8.6 10.8 12.1 0 0 0
8 9.8 8.3 8.3 9.5 10.3 13
9 19.1 19.1 20 20.7 21.5 21.8
10 8.2 11.7 14 15.4 16.9 17
11 18.5 20.3 24 25.3 29.8 33.5
12 17.1 19.5 22.3 23.5 24 26.3
13 9.6 10.7 14.3 14.8 15.2 0
14 9.1 12.6 14 14 14 14.7
15 9.7 13 18.6 23.1 26.8 31
16
Rerata 11.120 13.327 16.293 16.667 18.913 20.220

Tabel 3 Jumlah Daun Tanaman tanaman tumpangsari


A. Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit (Helai)
Minggu Ke -
No Tanaman
1 2 3 4 5 6
1 0 0 0 0 0 0
2 9 33 56 85 91 145
3 5 24 69 71 83 76
4 7 27 58 56 67 58
5 8 32 68 63 60 120
6 5 17 77 71 58 156
7 6 16 29 29 32 20
8 6 24 32 37 42 46
9 10 32 97 55 50 87
10 4 21 56 92 108 149
11 8 16 47 0 0 0
12 5 15 32 52 58 65
13 5 10 17 48 45 11
14 7 16 45 34 29 33
15 8 14 27 16 20 22
16 4 8 25 41 47 73
Rerata 6 19 46 47 49 66

7
B. Jumlah DAun Tanaman Sawi Pakcoy (Helai)
Minggu Ke -
No Tanaman
1 2 3 4 5 6
1 5 10 9 10 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 4 7 6 0 0
4 0 5 10 13 7 8
5 4 0 0 0 0 0
6 3 0 0 0 0 0
7 0 3 2 0 0 0
8 2 2 1 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0
11 0 1 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0
14 2 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0
16 1 0 0 0 0 0
Rerata 1 2 2 2 0 1

Tabel 4 Jumlah Daun Tanaman tanaman monokultur


A. Jumlah Daun Cabai Rawit (M) (Helai)
Jumlah Daun pada minggu ke-
No Tanaman
1 2 3 4 5 6
1 3 5 16 19 21 25
2 4 9 43 58 71 100
3 4 9 39 48 56 87
4 6 13 55 67 81 86
5 4 21 23 25 29 35
6 4 5 12 0 0 0
7 4 5 5 0 0 0
8 4 4 6 6 6 9
9 6 8 13 13 14 17
10 4 5 10 12 13 13
11 6 10 32 34 36 37
12 6 15 31 31 32 40
13 5 15 17 19 22 24
14 5 15 14 14 12 11
15 6 13 31 48 67 86
16 0 0 0 0 0 0
Rerata 5 10 23 26 31 40

8
3. Berat kering dan luas daun tanaman tumpangsari
Berat Kering (g) (w) Luas Daun (cm2) (1A)
HST (T)
Cabe (P) Sawi (P) Cabe (M) Cabe (P) Sawi (P) Cabe (M)
27 HST 0.384 0.322 0.341 9.6 6.2 8.219
62 HST 2.763 7.111 3.123 18.671 38.98 12.225

Anda mungkin juga menyukai