Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN IV

AKHLAK SOSIAL

Disusun Oleh :

Indah Laila Sari : 201510200311000

Nafila Ainun Zuhria : 201510200311000

Moh. Baihaki : 201510200311119

Alfionita Bella Pertiwi : 201510200311127

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG

2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama rahmatan lil alamiˡ1, hal ini menunjukkan bahwa
dalam Islam, kesejahteraan sosial suatu umat adalah hal yang penting. Dalam Al
Qur’an dijelaskan secara lengkap, maksud kesejahteraan sosial, definisinya, dan
cara melakukannya.

Manusia adalah hamba Allah SWT. Mempunyai dua sistem kehidupan.


Yaitu kehidupan rohani dan jasmani. Kedua-duanya bersifat simbiosis atau satu
sama lain saling manyatu dan membutuhkan. Jika sistem rohani sakit maka
jasmani akan mengalami sakit. Demikian juga sebaliknya, jika jasmani sakit,
maka rohanipun ikut sakit. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan
keseimbangan antara kedua sistem tersebut. Untuk itu, maka akidah dan ibadah
dalam Islam pun bukan saja bersifat keimanan dan ritual yang hanya melahirkan
kesalihan individu, melainkan juga bersifat sosial yaitu menyeluruh, yang dapat
melahirkan keshalihan sosial (struktural).

Akhlak sosial merupakan amal saleh, yakni semua karya untuk


memeperbaiki kondisi lingkungan, termasuk mengatasi kemiskinan, penindasan,
perbaikan kualitas pendidikan, perusakan lingkungan dan kemerosotan akhlak
(Bagir, 2012). Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain. Aristoteles
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk politik (zoon poloticon). Artinya,
manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan atau kerja sama
dengan orang lain.

Hidup sosial bermasyarakat seringkali menjadikan kita harus lebih


waspada dan mawas diri, karena hidup dengan sejumlah orang tentunya juga
punya karakter, sifat, dan watak serta perilaku yang berbeda-beda. Karena itu,
harus ada sikap saling pengertian yang dibangun di atas landasan saling percaya
dan menjaga kepercayaan tersebut. terkait dengan hidup sosial bersama orang
lain, Rasulullah saw telah bersabda melalui riwayat Ibnu Umar ra, yang berbunyi:

1
Rahmat bagi seluruh alam.
"Seorang mukmin yang bergaul dengan masyarakat dan sabar atas
rintangan mereka, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan
masyarakat (menyendiri) serta tidak sabar atas rintangan mereka."

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana masyarakat dambaan Islam?
2. Bagaimana toleransi inter dan antar umat beragama?
3. Bagaimana prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial?
4. Bagaimana pandangan Islam terhadap beberapa persoalan sosial seperti
kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masyarakat dambaan Islam.
2. Untuk mengetahui toleransi inter dan antar umat beragama.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan
sosial.
4. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap beberapa persoalan sosial
seperti kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Masayarakat Dambaan Islam

Masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar untuk pembentukan


karakter individu-individu didalam masyarakat tersebut. Setiap individu akan
terpola dalam masyarakat dan terpengaruh oleh apa yang ada di dalamnya, baik
berupa pemikiran maupun tingkah lakunya. Apabila masyarakat berpola jahiliyah
maka tiap tiap individu yang ada didalamnya akan berperilaku dan berpikiran
jahiliyah pula. Apabila masyarakat mencerminkan nilai islami maka tiap tiap
individu yang ada didalamnya berperilaku dan berpikiran islami pula.

Ibnu Qoyyim al-Jauzy mengatakan bahwa pembentukan masyarakat islami


bertujuan membangun hubungan yang kuat antara individu sebuah masyarakat
dengan menerapkan sebuah ikatan yang terbangun diatas kecintaan sebagai
realisasi sabda Rasulullah yang berbunyi “Tidaklah sempurna iman salah seorang
di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri.” (HR. Bukhari). Masyarakat dengan semangat Islam membentuk tatanan-
tatanan yang bersumber dari hukum yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Tatanan-tatanan tersebut minimal bersendikan: Tauhidullah, Ukhuwah
Islamiyyah, Persamaan dan kesetiakawanan, Musyawarah dan Tasamuh, Jihad
dan amal shaleh, Istiqamah.

2.1.1 Tauhidullah

Tauhidullah adalah bersandar penuh kepada kebesaranNya, serta


menyerah sepenuhnya kepada kehendakNya dan rela menerima segala sesuatu
yang sudah menjadi keputusanNya. Karena Dia lah satu-satunya Yang Maha
Berkehendak dan Pemegang semua urusan. Dia pulalah satu-satunya Pemilik
kerajaan dan hukum (Ulwan, 2008).

Dapat diartikan pula bahwa setiap individu yang merasa menjadi


anggota masyarakat Islam semestinya mendasarkan hidupnya pada perinsip
tauhid, Mengesakan Allah, dan tercermin dalam seluruh segi kehidupannya.
Katauhidan itu nampak pada:
a. Ibadah dan do’a, yaitu tidak adayang patut disembah dan tidak ada yang
patut dimintai pertolongan kecuali Allah - Al Fatihah 5.
b. Tauhid dalam mencari nafkah dan berekonomi, yaitu keyakinan tidak ada
Zat yang memberi rizki dan pemilik mutlak dari seluruh alam semesta
kecuali Allah – Al Baqarah 204, An Nur 33
c. Tauhid dalam kegiatan dakwah dan pendidikan, yaitu keyakinan tidak
adak ada zat yang dapat memberi petunjuk kecuali Allah. – Al Qasas 56,
An Nahl 37 .
d. Kegiatan berpolitik, yaitu suatu keyakinan tidak ada penguasa yang paling
mutlak dan maha adil kecuali Allah, juga kekuasaan dan kemulyaan yang
diperoleh semata-mata hanya datang dari Allah. Ali Imran 26, Yunus 65.
e. Pelaksanaan hukum, yaitu keyakinan bahwa hukum yang mutlak benar
dan adil adalah hukum yang datang dari Allah’ –Yusuf 40 dan 67
f. Sikap hidup secara keseluruhan, termasuk ucapan-ucapan sebagai
ungkapan hati dalam menerima peristiwa sehari-hari. Tidak ada yang patut
ditakuti kecuali Allah –At Taubah l8,Al Baqarah 150-,Tidak ada yang
patut dicintai secara mutlak kecuali Allah – At Taubah. 24- ,Tidak ada
yang dapat menghilangkan kemadharatan dan tidak ada yang dapat
memberikan karunia kecuali Allah ,- Yunus 107, Ali Imran73-, Bahkan
tidak ada yang dapat menghilangkan nyawa kecuali Allah – Ali Imran
145-.
g. Seorang anggota masyarakat Islam, akan senantiasa mengihlaskan seluruh
hidupnya untuk beribadah kepadaNya serta tetap menjaga kesucian
amaliahnya baik lahir maupun bathin. – Al An’am 162-163, Al Bayyinah
5-.

2.1.2 Ukhuwah Islamiyyah

Dengan sendi tauhidullah anggota-anggota masyarakat islam


berpandangan hidup yang sama sehingga terjelmalah pertautan hati satu sama
lain yang melahirkan ikatan persaudaraan diatas budi pekerti akhlak yang
mulia. Dan terkikislah penyakit egoisme, individualisme, serta materialisme
yang hanya mementingkan diri sendiri. Dapat diartikan pula ukhuwah
islamiyyah merupakan melahirkan ikatan persaudaraan diantara anggota
masyarakat.

Firman Allah menegaskan dalam Al Qur’an “sesungguhnya orang-


orang mukmin itu bersaudara” (QS.Al-hujurat ayat 10). Dan Allah
mempersatu padukan di antara hati mereka yang andai kata engkau belanjakan
seluruh isi bumi tidaklah engkau mampu mempersatukan diantara mereka
sesungguhnya Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana (QS.Al-anfal ayat 63).

Lebih jauh islam mengajarkan berbeda bangsa,berbeda kulit, berbeda


bahasa, dan berbeda budaya diupayakan untuk saling mengenal dan
memperkaya batin masing-masing ibadah-ibadah khusus dalam islam bila kita
simak secara teliti ternyata ujungnya adalah kebaikan untuk bernasyarakat.

2.1.3 Persamaan dan Kesetiakawanan

Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah maka hanya Allah lah yang
maha kuasa dan maha mulia, dirinya hanya sebagai hamba, tidak akan terbetik
dari hatinya perasaan perasaan lebih mulia dari sesamanya. Perasaan ini akan
menumbuhkan persamaan dan kebersamaan serta menumbuhkan
kesetiakawanan yang bersumber dari dalam lubuk hati ynag ditedui iman.
Cintanya kepadasesama manusia merupakan wujud kecintaan pada Allah.
Maka perbedaan-perbedaan yang nampak akan dijadikan sarana untuk saling
melengkapi dalam memenuhi kebutuhan bukan untuk saling menghancurkan.

2.1.4 Musyawarah dan Tasamuh

Apabila persamaan dan persaudaraan yang berdasar keimanan telah


tumbuh dengan subur, maka segala usaha serta tindakan-tindakan dalam
masyarakat senantiasa akan dilihat dari segi kepentingan umum dan untuk
kepentingan bersama. Berbagai pendapat mungkin terjadi, bahkan pasti
terjadi, tetapi semua itu tidak akan menimbulkan konflik yang akan menjadi
gangguan ketentraman bersama. Musyawarah menjadi tradisinya,saling
menghormati menjadi hiasan pergaulannya, Firman Allah dalam Al Qur’an :
“Mereka menyambut ajaran yang datang dari Tuhannya, mendirikan shalat,
musyawarah dalam urusan-urusannya, dan mereka menginfakkan sebahagian
dari rizkinya. “- Asy Syura 38-

Seorang mukmin tidak akan merasa benar sendiri, ia menyadari bahwa


dirinya tidak mungkin sempurna, ia akan senantiasa mencari kebenaran serta
mempertimbangkan nasihat dan pendapat orang lain.

2.1.5 Jihad dan Amal Shaleh

Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati, berusaha


mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Itulah jihad, yang merupakan karakter
seorang mukmin. Ia terus bekerja dan berusaha menciptakan kesejahteraan
untuk dirinya, keluarganya dan masyarakatnya serta bangsa dan negaranya
sebagai wujud amal shalehnya. Tepatlah ungkapan Nabi bahwa Mukmin itu
seperti lebah, energik, disiplin, memberi manfaat dan tidak merusak
lingkungan.

Menurut Ibnu Qoyyim dalam Hasan (2016), menjabarkan jihad dalam


jenis yang pertama adalah jihad mutlaq2, jihad ini pernah dilakukan pada
zaman Nabi dan sahabat ketika terjadi peperangan melawan kaum kafir.
Kedua jihad hujjah3 dan ketiga adalah jihad ‘amm44 dimana jihad ini
berlangsung terus-menerus tanpa putus, tak terbatas pada waktu dan tempat.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa jihad bukan berarti harus berhadapan
dengan musuh di medan tempur melainkan melakukan ibadah dalam konteks
amar makruf nahi mungkar.

Sedangkan amal saleh secara bahasa artinya “perbuatan baik”. Secara


istilah, amal saleh adalah segalaperbuatan yang sesuai dengan dalil akal
(rasional), Al-Quran dan sunah Nabi Muhammad saw. Adapun dasar
keberadaan amal saleh ini antara lain firman Allah SWT dalam Surah An-
Nahl [16] ayat 97 yang artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik

2
Jihad dengan berperang melawan musuh Islam di medan perang.
3
Jihad yang dilakukan agama dan paham lain dengan mengemukakan gagasan
disertai argumentasi yang kuat.
4
Jihad yang meemrangi segala sisi buruk dalam kehidupan, baik terhadap
pribadinya, kelompok, maupun orang lain.
laki-laki maupun perempuan dalamkeadaan beriman,maka pasti akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Ilmy, 2007).

2.1.6 Istiqomah

Yang dimaksud dengan istiqamah adalah berpegang teguh pada ajaran


Islam, baik dalam hal aqidah, amal dan perilaku. Huruf Sin dan ta’ dalam kata
ini menunjukkan makna penguatan dalam kelurusan dan
ketidakmenyimpangan dari jalan penghambaan kepada Allah SWT. Dan di
masa ini,istilah “iltizam” lebih mansyhur digunakan untuk mengungkapkan
makna istiqamah di atas Islam ini (Al Qahthany, 2008).

Iltizam sendri adalah konsistensi terhadap sesuatu dan kontinyuitas


(berjalan) diatasnya. Meski sebenarnya tidak masalah dalam perbedaan istilah
selama telah jelas maknanya. Hanya saja penggunaan istilah “istiqamah” lebih
baik karena inilah istilah yang syar’i, yang terdapatdalam Kalamullah Ta’ala
dan sabda Rasul sebagaimana yang akan kita lalui nanti dengan izin Allah (Al
Qahthany, 2008).

Sehingga istiqomah dapat diartikan pula lurus terus, maksudnya setiap


muslim akan tetap memegang dan memperjuangkan kebenaran yang datang
dari Allah. Ia tidak akan meleleh karena panas dan tidak beku karena dingin.
Tidak akan lapuk karena hujan dan tak akan lekang di terik sinar matahari.
Keteguhan hati serta kepercayaan diri yang mantap merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan dalam mengayuh serta meniti hidup yang
penuh rintangan.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qahthany, Musnid.2008. Meneliti Jalan Istiqomah. Mirqat Publishing.

Bagir, Haidar. 2012. Risalah Cinta Dan Kebahagiaan. Jakarta Selatan: PT Mizan
Publikasi.

Hasan, Abdillah F. 2016. 200 Amal Saleh Berpahala Dahsyat. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

Ilmy, Bachrul. 2007. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Grafindo Media


Pratama.

Ulwan, Abdullah Nashih. 2008. Pesan Untuk Pemuda Islam. Jakarta: Gema
Insani.

Anda mungkin juga menyukai