0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum tentang pola tanam. Ia membahas pengertian dan manfaat pola tanam serta jenis-jenis pola tanam seperti monokultur dan polikultur. Dokumen ini juga menjelaskan teknik budidaya tanaman bayam.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum tentang pola tanam. Ia membahas pengertian dan manfaat pola tanam serta jenis-jenis pola tanam seperti monokultur dan polikultur. Dokumen ini juga menjelaskan teknik budidaya tanaman bayam.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum tentang pola tanam. Ia membahas pengertian dan manfaat pola tanam serta jenis-jenis pola tanam seperti monokultur dan polikultur. Dokumen ini juga menjelaskan teknik budidaya tanaman bayam.
NIM : G021191061 KELAS : DASAR-DASAR AGRONOMI A KELOMPOK :7 ASISTEN : REYNALDI PRATAMA AHMAD NUR FAJAR
DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas, maupun kuantitas. Ada banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada yang menguntungkan kita namun merugikan alam, ada juga yang menguntungkan alam namun, bagi kita kurang menguntungkan dari segi kualitas maupun kuantitas. Kita harus mengetahui berbagai macam tanam menanam serta polanya yang baik bagi kita namun tidak merusak lingkungan. Dalam laporan ini akan dibahas tentang bagaimana menanam yang baik dan cara pola tanam yang benar. Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun bukan media tanah dalam suatu bentuk pola, sedangkan pola tanam dapat diartikan adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Jadi, dalam mengolah lahan kita perlu mempelajari cara tanam serta pola tanam untuk menempatkan suatu bibit yang ditanam dengan tepat dan dapat menghasilkan hasil yang memuaskan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah dengan memilih sistem pola tanam yang tepat.Sistem pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur atau polikultur. Monokultur dirasakan kurang menguntungkan karena mempunyai resiko yang besar, baik dalam keseimbangan unsur hara yang tersedia, maupun kondisi hama penyakit dapat menyerang tanaman secara eksplosif sehingga menggagalkan panen. Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien danmemudahkan kita dalampenggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Sistem pola tanam terbagi menjadi 3 yaitu, monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman.Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam produksi tanam. Dengan pola tanam, berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia, seperti agroklimat, tanah, hama dan penyakit, keteknikan, dan sosial ekonomi. Pola tanam di daerah tropis, seperti di Indonesia biasanya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan). Maka, pemilihan jenis atau varietas tanaman yang akan ditanam pun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilaksanakan praktikum mengenai pola tanam untuk mengenalkan pola tanam yang benar kepada mahasiswa. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum Tujuan dilakukannya praktikum tanam dan pola tanam ini adalah untuk mengetahui pengertian pola tanam, fungsi pola tanam dan macam-macam pola tanam, serta mengetahui bagaimana teknik penanaman dan perbandingan pola tanam monokultur pada tanaman bayam dan polikultur pada tanaman baby corn dan kacang hijau. Kegunaan dari dilakukannya praktikum ini adalah agar dapat memahami dan mampu menjelaskan pengertian pola tanam, dan jenis pola tanam yang baik untuk tanaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pola Tanam
Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu (Prihandarini, 2015). Pola tanaman atau Cropping patten ialah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu periode. Lahan yang dimaksud bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman dimana tanaman tersebut mampu dilakukan tumpang sari ( Saiful Anwar, 2011 ). Pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tanaman yang berlaku pada setiap daerah pasti berbeda, karena karateristik daerah juga berbeda ( Wirosoedarmo, 2015). 2.2 Manfaat Pola Tanam Manfaat dari pola tanam antara lain menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan sebagai seragam dan juga dapat mengurangi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), hal ini dikarenakan tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya, selain itu siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus. Manfaat lainnya adalah bisa menambah kesuburan tanah. Misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakar dalam, maka tanah disekitarnya akan menjadi lebih gembur. Selain itu, dengan pola tanam polikultur, petani dapat memperoleh hasil panen yang lebih beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, akan dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya (Dompasa, 2014). 2.3 Macam-macam Pola Tanam 2.3.1 Pola Tanam Monokultur Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja.Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Sedangkan kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hamamaupunpenyakit. (Sari, 2017). Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak mantap.Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama dan penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat hama itu akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena tanamannya terserang hama. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain, kelemahan sistem ini adalah tanaman relative mudah terserang hama maupun terserang penyakit (Wahyudi, 2015). Kelebihan pola tanam monokultur adalah teknis budidaya yang lebih mudah karena tanaman yang ditanam maupun dipelihara hanya satu jenis. Selain itu, monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja, dan kekurangan monokultur adalah stanaman relatif mudah terserang hama maupun penyakit dan keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme penganggutanaman (Tambunan dkk, 2011). 2.3.2 Pola Tanam Polikultur Menurut Sari (2017), Pola tanam Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik. Keuntungan dari sistem pola tanam polikultur ini antara lain: a. Mengurangi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya, selain itu siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus. b. Menambah kesuburan tanah. Misalnya dengan menanam tanaman yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakar dalam, maka tanah disekitarnya akan lebih gembur. c. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan petani karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya. Selain kelebihan yang dimiliki, sistem pola tanam polikultur juga memiliki kekurangan, antara lain terjadi persaingan penyerapan unsur hara antar tanaman, juga OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya. Menurut Sari (2017), Tanaman Polikultur terbagi menjadi 4 jenis, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tumpang sari (Intercropping), adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. b. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapatkan keuntungan maksimum. c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping), merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping), merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. e. Tanaman bergiliran (Sequential Planting), merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan yang sama. 2.4 Teknik Budidaya Bayam 1. Pemilihan Lokasi atau kebun Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh, sehingga dapat ditanam didataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) ± 2000 m dpl. Untuk memdapatkan hasil panen yang optimal, pemilihan kebun bayam harus memperhatikan persyaratan pertumbuhannya, yaitu keadaan lahan harus terbuka dan mendapat sinar matahari penuh, tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki pH 6-7, dan tidak menggenang atau becek (Wasonowati, 2013). 2. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah memegang peranan penting dalam budidaya bayam. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah agar menjadi lebih gembur dan longgar. Kegiatan pengolahan tanah dapat dilakukan 1-2 minggu sebelum penanaman. Tanah yang hendak ditanami bayam dipilih yang cukup terbuka. Setelah dikerjakan kemudian disiapkan dalam bentuk bedengan atau aluran, kemudian diberi pupuk organik karena bayam sangat banyak menghisap unsur N (Sugara, 2012). Berikut kegiatan pengolahan tanah untuk budidaya bayam dimulai dari : a. Penggemburan Bayam memerlukan tanah yang gembur dan cukup longgar untuk memudahkan akar tanaman tumbuh dengan baik dan untuk memudahkan pencabutan saat panen. Oleh karena itu, sebelum penanaman tanah harus digemburkan terlebih dahulu dengan menggunakan garpu atau cangkul. Selain itu tanah dibersihkan dari rumput atau gulma, batu-batuan dan sebagainya sehingga nantinya tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman. b. Pembuatan Bedengan atau Parit Setelah penggemburan selesai, tanah dibentuk alur-alur atau bedengan. Bedengan dibuat membujur dari utara ke selatan agar tanaman memperoleh sinar matahari dari timur. Yang selanjutnya bedengan diberi pupuk organik, yang sangat baik untuk tanah, karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan kesuburan tanah. Kemudian diantara bedengan diberi parit, yang berguna untuk memudahkan kegiatan panen, pemeliharaan dan pengaturan drainase. Selanjutnya bedengan dibiarkan sampai 2-4 hari dengan maksud mengurangi keasaman tanah pada lahan yang akan menjadi tempat penanaman, membuat tanah menjadi gembur, mematikan biji atau sisa rumput dan untuk mengetahui apakah tanah bedengan turun atau tidak (Hapsoh, dkk. 2017). 3. Penanaman Setelah tanah siap ditanami, benih bayam dapat segera ditaburkan pada guritan. Guritan dibuat menurut barisan di sepanjang bedengan dengan jarak antar barisan sekitar 20 cm. Sebelum ditaburkan, benih perlu dicampurkan dengan abu sekam/pasir atau tanah halus dengan perbandingan 1 bagian benih dan 10 bagian abu/pasir/tanah. Pencampuran ini dimaksudkan agar penaburan benih merata atau tidak bertumpuk-tumpuk (Dwiratna, dkk.2013). Penanaman dilakukan melalui penaburan benih setipis mungkin dan merata dalam alur, kemudian ditutup kembali dengan tanah dari bedengan setebal kurang lebih 1 cm. Penanaman melalui persemaian umumnya untuk penanaman bayam petik. Benih disemai pada persemaian, kemudian setelah tumbuh (kurang dari 10 hari) dipindahkan ke lahan, jarak tanam pada sistem ini adalah 20 cm x 20 cm. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan tindakan merawat tanaman yang dibudidayakan mulai dari pemupukan, penyiraman, penyiangan, pendaringan, sampai pengendalian terhadap hama dan penyakit. Pemeliharaan yang buruk akan memberikan hasil yang buruk pula. Umur tanaman yang singkat, daerah yang relatif dangkal, banyaknya hama penyakit yang mengganggu, dan tingginya kebutuhan kadar air adalah beberapa hal yang memperjelas pentingnya pemeliharaan perlu dilakukan (Nazaruddin,2010). Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan antara lain : a. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk hasil dan kualitas dari tanaman budidaya. Pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa mahkluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan atau dekomposisi oleh bakteri pengurai. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan-bahan kimia sehingga memiliki presentasi kandungan hara yang tinggi (Novizan, 2012). Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat bervariasi, misalkan unsur Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) tetapi juga mengandung unsur makro esensial lainnya. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban tanah dan memperbaiki pengatusan dakhil (internal drainage). Nitrogen dan unsur hara lainnya yang dikandung pupuk organik dilepaskan secara perlahan-lahan. Sehingga penggunaan yang berkesinambungan akan banyak membantu dalam membangun kesuburan tanah (Sutanto,2012). Pupuk organik sangat dibutuhkan dalam budidaya bayam, oleh karena itu pupuk tersebut diberikan pada 3 hari sebelum penanaman dilakukan. Pemberian pupuk dasar (pupuk kandang) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi dengan dosis 4 kg/ha. Jika perlu berikan pupuk cair 5 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 2 minggu setelah penaburan benih. (Anonimb, 2012). b. Penyiraman Pengairan merupakan syarat mutlak dalam kebehasilan usaha tani bayam. Tanaman bayam tidak menyukai keadaan tanah yang becek dan tergenang. Hal ini menyebabkan kondisi tanah menjadi lembab sehingga akan merangsang tumbuhnya cendawa yang akan menyebabkan akar menjadi busuk. Selain itu, sirkulasi udara di dalam tanah menjadi kurang baik. Bayam dapat berproduksi dengan baik asalkan kesuburan tanah selalu dipertahankan, misalnya dengan pemberian pupuk organik yang teratur dan kecukupan air. Tanaman muda harus disiram secara teratur, saat hujan jarang turun penyiraman harus diperhatikan. Senantiasa gunakan gembor halus untuk penyiraman karena air siraman yang terlalu deras atau kuat yang bisa merubuhkan tanaman bayam yang batangnya memang tak begitu kokoh. c. Penyiangan Penyiangan dapat dilakukan dua minggu sekali, atau tergantung banyaknya gulma yang tumbuh. Rumput-rumput yang tumbuh dicabut. Penyiangan dengan kored pada lahan bayam kebanyakan diluar areal pertanaman atau pada parit/tepi bedengan. Sedangkan rumput yang tumbuh disela-sela tanaman lebih baik dicabut dengan tangan karena tidak akan terlalu merusak tanaman bayam. d. Penjarangan Penjarangan tanaman bertujuan untuk menjaga vigor (sosok) tanaman agar kekar dengan daun-daun yang lebar, sehingga lebih menarik dan daya tahan kesegarannya relatif lebih lama. Penjarangan pada tanaman bayam dilakukan apabila tanaman terlalu rapat, tanaman akan cenderung tumbuh etiolasi atau tumbuh tinggi, tetapi dengan diameter batang dan lebar daun yang terlalu kecil. Penjarangan tanaman dilakukan jika pertumbuhannya terlalu rapat, usahakan kerapatan tanaman sekitar 1-2 tanaman per 1 cm panjang alur penanaman. Jika harus dilakukan penjarangan tanaman, lakukanlah sebelum pemupukan. Caranya adalah dengan mencabut tanaman yang paling kecil diantara rumput tanaman di alur-alur yang tampak terlalu rapat (Wahyudi, 2010). 2.5 Teknik Budidaya Tumpang Sari Jagung dan Kacang Hijau 1. Persiapan Lahan Tanam Lahan tanam yang baik harus gembur dan terpapar sinar matahari penuh. Gemburkan lahan menggunakan cangkul atau mesin bajak lalu biarkan terpapar sinar matahari sekitar 2 minggu agar membunuh patogen dalam tanah. Buat aluran calon bedengan. Taburkan pupuk kandang atau pupuk organik lalu bentuk bedengan dengan lebar sekitar 40-50cm saja. Bedengan ini nantinya ditugal untuk lubang tanam kacang hijau dengan jarak 15×15 cm antar lubang tanam dengan kedalaman sekitar 5 cm. 2. Penanaman Kacang Hijau Kacang hijau terlebih dahulu ditanam karena kacang hijau mampu memfiksai nitrogen dalam tanah yang nantinya akan dibutuhkan oleh tanaman jagung. Ini juga bertujuan agar nantinya jagung tidak menutupi tanaman kacang hijau. Kacang hijau ditanam melalui bijinya. Pilihlah varietas kacang hijau yang unggul dan tahan penyakit. Yang sudah terkenal adalah varietas kacang hijau vima. Kacang hijau ini memiliki produktivitas tinggi serta toleran terhadap penyakit. Jadi ini bisa meningkatkan hasil anda nantinya. Pertama-tama anda rendam dulu biji kacang hijaunya. Tunggu beberapa jam. Biji kacang hijau yang tetap mengambang sebaiknya dibuang karena itu tidak akan tumbuh. Tanam biji kacang hijau pada lubang tugal. Tanamlah 3-5 biji tiap lubang. Setelah ditanam tidak perlu disiram karena malah justru bisa membusukkan biji kacang hijau di dalam tanah. Biarkan saja dan tunggu biji tumbuh dengan sendirinya. 3. Perawatan Tanaman Kacang Hijau Biji kacang hijau yang sudah tumbuh dibiarkan dahulu hingga menjadi daun sempurna. Pada usia sepuluh hari setelah tumbuh anda bisa memberikan pupuk daun untuk meningkatkan kesuburan tanaman kacang hijau. Pada pupuk daun biasanya sudah terkandung unsur makro dan mikro yang lengkap disertai dengan ZPT. Jangan pernah melakukan penaburan pupuk Urea aatu ZA yang fokus pada unsur Nitrogen. Hal ini akan memacu pertumbuhan daun tanaman kacang hijau dan malah menurunkan produktifitas polong kacang hijau itu sendiri. Jika anda ingin meningkatkan kualitas kacang hijau anda bias menaburkan pupuk KCL meski ini mungkin hanya butuh sedikit. Atau jika anda lihat tanaman kacang hijau sudah tumbuh subur maka anda tidak perlu menambahkan pupuk lagi. Tanaman kacang hijau secara alami akan mengumpulkan nitrogen dan menyuburkan tanah dengan kandungan nitrogen tersebut. Panen Kacang Hijau tergolong singkat yaitu hanya sekitar 60 hari setelah tumbuh. Perlu diingat bahwa ini adalah metode tumpang sari. Jadi pada usia 1 bulan sebelum panen kacang hijau anda sudah membuat lubang tanam jagung di tepi bedengan kacang hijau dengan jarak sekitar 30 cm dan kedalaman 5-10 cm. Tanamkan 2 biji jagung per lubang. Jagung akan tumbuh sekitar 5 hari kemudian dan akan segera membesar akibat menyerap nitrogen dari bedengan kacang hijau. Baca juga Cara Menanam Bawang Merah di Musim Hujan 4. Panen Kacang Hijau dan Perawatan Jagung Kacang Hijau dipanen polongnya yang sudah menguning kering dan jangan menunggu sampai polong menghitam karena mudah pecah bila disentuh. Kumpulkan polong pada karung dan dijemur lalu dipukul-pukul agar pecah. Kulit dan biji kacang bisa di pisahkan dengan diayak atau manual tangan dengan bantuan kipas angin. Selanjutnya bedengan bekas kacang hijau dibersihkan daun atasnya menggunakan sabit dan jangan mencabut akarnya. Gunakan tanah bedengan untuk mengaruk perakaran jagung disebelahnya sehingga bedengan berpindah posisi ke jagung. Jagung akan tumbuh subur tanpa perlu pupuk nitrogen seperti Urea dan ZA. Gunakan spasi antar bedengan jagung untuk pengairan 10 hari sekali. Jagung bisa anda panen setelah umur 3,5 bulan dan anda akan diuntungkan karena tak perlu memberikan pupuk lagi pada jagung. BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada tanggal 29 September 2019 hingga 6 Oktober 2019 pada pukul 16.00 WITA hingga selesai. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu sebagai berikut, Alat yang digunakan yaitu cangkul, sekop, tali raffia, meteran dan parang, sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu pupuk kandang sebanyak 50kg/kelas, benih bayam(monokultur), benih baby corn dan kacang ijo (polikultur), furadan, air dan tanah halus. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pembuatan Bedengan a)Ratakan semua bedengan awal dengan cangkul. b)Setelah semua lahan telah dicangkul, kemudian membuat bedengan setinggi 30 cm, lebar 50 cm dengan panjang 1 meter dengan jarak antara bedeng yang satu dengan bedeng yang lain sekitar 50 cm. c)Buat bedengan rata, jangan sampai ada yang menggunung sebagian, tujuannya agar tanah tidak mudah erosi. d)Setelah itu mencampur tanah dengan pupuk kandang kurang lebih setengah karung, campur hingga rata. e)Siram permukaan bedengan dengan air hingga agak keliatan basah. 3.3.1.1 Monokultur a)Membuat larikan dengan ukuran dari dari setiap sisi 20 cm dan jarak antar larikan10 cm. b)Buat patok di setiap titik sesuai ukuran ketentuan lalu buat garis lurus dengan menggunakan titik dari patok. c)Galih tanah sesuai garis agar tanah agak dalam sebagai larikan. 3.3.1.2 Polikultur
3.3.2 Penanaman Benih
3.3.2.1 Tanaman Bayam (monokultur) : a) Campurkan tanah halus, furadan dan bibit dalam ember. b) Taburkan campuran tersebut pada larikan yang sudah tersedia. c) Siram campuran yang sudah di taburkan dengan cara dipercikkan air.