Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

POLA TANAM

NAMA : TRI LINDA SARI


NIM : G011181026
KELAS : DASAR-DASAR AGRONOMI C
KELOMPOK : 6
ASISTEN : FADJRIN EMIR MAHMUD

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai
tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani.
Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk
memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk menghasilkhan
hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola
tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana
tanaman itu akan tumbuh nantinya.
Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan
pola tanam yang berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas
maupun kuantitas. Ada banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada yang
menguntungkan kita namun merugikan alam, ada juga yang menguntungkan alam
namun bagi kita kurang menguntungkan dari segi kualitas maupun kuantitas. Kita
harus mengetahui berbagai macam tanam menanam serta pola nya yang baik bagi
kita namun tidak merusak lingkungan.
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender
penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus
dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi
tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai
komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit,
keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama
pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan
jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.
Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistim monokultur, sedang
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam

2
satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan
efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan
bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan
menjadi seragam. Selain itu ada juga faktor yang harus diperhatikan lagi, yakni
sifat fisika maupun kimia dari tanah tersebut. Dengan memperhatikan faktor-
faktor yang ada maka pelaksanaan pola tanam tentu akan mempunyai hasil yang
baik dan nantinya akan berdampak pada hasil ahir dari tanaman tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengertian pola tanam
dan jenis-jenis pola tanam.
Kegunaannya praktikum ini yaitu untuk menambah wawasan tentang pola
tanam dan jenis-jenis pola tanam, kekurangan serta kelebihan system pola tanam.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pola Tanam


Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam
satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan
bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya
tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni
diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk
menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara
kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan. Pola
tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan
memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepenuhnya
tergantung dari hujan. Makan pemilihan jenis/varietas yang ditaman perlu
disesuaikan dengan curah hujan (Suiatna, 2010).
Pola tanam digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Dalam
pengelolaannya diperlukan pemahaman teoritis dan keterampilan yang baik
tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya,
pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil atau pendapatan yang optimal
maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman
merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak (Handoko, 2008).
Menurut Singgih (2010), adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
sistem pola tanam yaitu :
1. Kebutuhan unsur hara ; adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit unsur
N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis
tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-
kacangan.
2. Sistem perkaran ; Adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di dalam
tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya.
3. Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang
tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan.
4. Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik,kimia dan bentuk permukaan tanah.

4
5. Tinggi tempat dari permukaan laut,terutama sehubungan dengan suhu
udara,tanah dan ketersediaan air.
6. Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.
7. Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas
menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad penggangu.
8. Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil produksi dengan dukungan
infrastruktur dan potensi pasar yang memadai.
9. Kebutuhan sinar matahari ; pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang,
berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman
yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan.
2.2 Jenis-Jenis Pola Tanam
2.2.1 Pola Tanam Monokultur
Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan dalam jangka waktu
yang lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak mantap. Ketidak
mantapan ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat dari masukan-
masukan yang harus diberikan agar pertanian dapat terus berlangsung. Masukan-
masukan yang dimaksud adalah pupuk ataupun obat-obatan kimia untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman dan meledaknya populasi suatu
jenis hama yang sulit dikendalikan karena musuh alami untuk setiap jenis hama
yang menyerang terbatas jumlahnya (Hendroatmojo, 2019).
Pola Tanam monokultur hanya terdapat satu jenis tanaman saja yang ditanam.
Pola monokultur sering dipilih jika pemilik lahan kurang membutuhkan sumber
penghasilan lainnya, misalnya untuk tanaman pertanian, atau tidak cukup
memiliki tenaga kerja untuk mengolah lahan secara intensif.Keuntungan pola
tanam monokultur adalah pengolahan lebih mudah karena jenis tanamannya
seragam. Dan kelemahannya yaitu kebutuhan unsur hara sama, maka terjadi
persaingan antar tanaman dalam pemenuhan unsur hara (Pramono, et al. 2010).
Pola tanam monokultur mempunyai kelebihan antara lain kemudahan dalam
hal pembuatan, pengolahan, pemanenan dan pengawasan. Namun, terdapat resiko
terserang hama dan penyakit yang cukup besar, tidak ada diversifikasi produk
untuk pendapatan alternative dan kurang fleksibel terhadap perubahan harga
pasar. Kerugian lain adalah tidak adanya nilai tambah komoditas lain karena tidak

5
adanya komoditas lain yang ditanam bersama dengan komoditas utama (Siregar,
et al. 2008).
2.2.2 Pola Tanam Polikultur
Pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada
suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi
dalam satu tahun. Dalam satu waktu contohnya adalah penanaman jagung
bersamaan dengan kacang tanah dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam
beberapa waktu misalnya penanaman padi pada musim pertama kemudian
dilanjutkan penanaman jagung pada musim kedua (Warsana, 2009).
Menurut Kustantini (2012), pola tanam polikultur terbagi menjadi :
1. Tumpang sari (Intercropping) adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada
waktu atau periode tanam yang bersamaan pada lahan yang sama.
2. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping) merupakan pola tanam dengan
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam
waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Kegunaan dari sistem
ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat melindungi lahan yang mudah
longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu.
3. Tanaman Campuran (Mixed Cropping ) merupakan penanaman jenis tanaman
campuran yang ditanam pada lahan dan waktu yang sama atau jarak waktu
tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak tanam dan penentuan jumlah
populasi. Kegunaan sistem ini dapat melawan atau menekan kegagalan panen
total.
2.3 Deskripsi Tanaman Yang di Tanam
2.3.1 Pakcoy
Pakcoy (Brassica rapa) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk
keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili
dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di berbagai
negara misalnya di Filipina Malaysia, di Indonesia danThailand (Adiwilaga 2010).

6
Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar berbentuk
bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm.
Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas, sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai pembentuk dan penopang
daun. Pakcoy memiliki daun yang halus, tidak berbulu dan tidak membentuk krop.
Tangkai daunnya lebar dan kokoh, dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun
daunnya lebih tebal dibandingkan dengan sawi hijau (Haryanto, et al., 2007).
Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang panjang
dan bercabang banyak. Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati
masyarakat darianak-anak sampai orang tua, karena sawi pakcoy banyak
mengandung protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K
yang sangat baik untuk kesehatan. Kandungan gizi dalam sawi pakcoy sangat baik
terutama untuk ibu hamil karena dapat menghindarkan dari anemia. Selain itu
sawi pakcoy dapat menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan mengurangi resiko
berbagai jenis kanker (Haryanto, et al., 2007).
2.3.2 Cabai
Cabai merupakan tanaman holtikultura yang cukup penting dan banyak
dibudidayakan, terutama di pulau jawa. Cabai termasuk tanaman semusim
(annual) berbentuk perdu, berdiri tegak dengan batang berkayu, dan banyak
memiliki cabang. Tinggi tanaman dewasa antara 65‐120 cm lebar mahkota
tanaman 50‐90 cm. tanaman cabai adalah tanaman yang memproduksi buah
yang mempunyai gizi yang cukup tinggi. Tanaman cabai selain sebagai
sayuran juga dapat digunakan sebagai tanaman obat (Setiadi, 2006).
Cabai rawit (Capsicum frutencens L.) rasanya sangat pedas, sangat baik
dijadikan saus, sambal atau dikeringkan dijadikan tepung. Tepung cabai
banyak diperlukan baik oleh perusahaan pembuat makanan dan pembuat
atau pencampur obat tradisional. Harganya mahal, oleh karena itu kalau para
petani membudidayakan tanaman ini, sebaiknya sebagian hasilnya diolah
menjadi tepung untuk di ekspor (Arifin, 2010).
Cabai rawit paling banyak mengandung vitamin A dibandingkan cabai
lainnya. Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI vitamin A, sedangkan cabai
rawit kering mengandung mengandung 1.000 SI. Sementara itu, cabai hijau segar

7
hanya mengandung 260 vitamin A, cabai merah segar 470, dan cabai merah
kering 576 SI (Setiadi, 2006).
2.4 Pengertian Mulsa
Mulsa merupakan setiap bahan yang dipakai untuk menutupi permukaan tanah yang
berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan serta dapat menekan
pertumbuhan gulma. Budidaya tanaman sayuran dengan menggunakan mulsa merupakan
salah satu usaha perlindungan fisik tanaman untuk memanipulasi faktor cuaca yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan tanaman (Irawati, et al.,2017).
Efek aplikasi mulsa ditentukan oleh jenis bahan mulsa. Bahan yang dapat
digunakan sebagai mulsa yaitu sisa-sisa tanaman (seresah dan jerami) atau bahan
plastic. Penggunaan mulsa dari bahan tanaman (jerami) dapat berguna sebagai
pupuk apabila telah terurai didalam tanah setelah mengalami proses dekomposisi.
Selain itu, mulsa ini memiliki efek menurunkan suhu tanah serta dapat menambah
bahan organik tanah dalam rentan waktu tertentu. Penggunaan mulsa plastic
terutama mulsa plastik hitam perak memiliki kelebihan yaitu dapat memantulkan
sinar matahari, menaikkan suhu tanah, menjaga kelembaban tanah, dan
menurunkan kelembaban di sekitar tanaman sehingga dapat menghambat
munculnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Irawati, et al.,2017).
Pemberian/pemasangan mulsa pada permukaan bedengan pada musim hujan
dapat mencegah erosi permukaan bedengan, sekaligus pada komoditas
hortikultura tertentu seperti melon, semangka, tomat terong. Mulsa dapat
mencegah percikan air hujan atau air siraman menempel pada kulit buah yang
kadang menyebabkan infeksi pada tempat percikan tersebut. Sedangkan
pemulsaan pada musim kemarau akan menahan panas matahari langsung sehingga
permukaan tanah bagian atas relatif rendah suhunya dan lembab, hal ini
disebabakan oleh penekanan penguapan sehingga air dalam tanah lebih efisien
pemanfaatannya (Sudjianto, 2009).
2.4.1 Macan-Macam Mulsa
Menurut Sudjianto (2009), Mulsa dikenal secara luas ada tiga macam yaitu:
1. Mulsa anorganik seperti kerikil, koral, pasir kasar, dan batuan lainnya.
2. Mulsa organik berupa sisa hasil tanaman Sperti jerami padi, batang jagung,
brangkasan kacang-kacangan.

8
3. Mulsa sintesis berupa mulsa buatan pabrik, seperti plastic hitam perak. Mulsa kimia
sintetis maliputi semua bahan yang sengaja dibuat khusus dalam pabrik untuk
mendapatkan pengaruh tertentu jika diperlakukan secara khusus pada media
pertanaman, baik dipadukan dengan massa tanah maupun dihamparkan
dipermukaan. Jenis mulsa sintetis yang banyak digunakan adalah bahan-bahan
plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar yang beragam
2.4.2 Manfaat Mulsa
Menurut Sudjianto (2009), Manfaat penggunaan mulsa sebagi berikut:
1. Keuntungan penggunaan mulsa organik adalah bahannya mudah didapat juga
bahan tersebut dapat digunakan untuk menambah bahan organik pada
bedengan tersebut pada beberapa musim tanaman yang akan datang.
2. Keuntungan dari mulsa sintetis dapat memantulkan sinar ultra violet yang
sangat berguna dalam proses fotosintesis sehingga meningkatkan aktivitas dan
proses kimiawi dalam tubuh tanaman.
3. Manfaat terhadap Tanaman Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan
tanah, benih gulma tidak dapat tumbuh. Akibatnya tanaman yang ditanam akan
bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral
tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu
penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya.
Mulsa sintetis yang baik adalah mulsa plastik hitam perak. Mulsa ini terdiri
dari dua lapisan, yaitu perak dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Warna
perak akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi
optimal, selain itu dapat menjaga kelembaban, mengurangi serangan dan penyakit.
Sedangkan warna hitam akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran
tanaman hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar (Sudjianto, 2009).

9
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pola tanaman ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 19 Maret 2019
pada pukul 16.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cangkul, ember, pisau, kaleng
susu bekas, meteran dan alat tulis-menulis. Bahan yang digunakan dalam
praktikum yaitu EM4, serasah, sekam, empat buah patok kayu, korek api, mulsa
dan tali rafiah.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum pola tanam ini sebagai berikut:
3.3.1 Pembuatan Bedengan
Prosedur pembuatan bedengan adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan lahan dan mengukur lahan dengan ukuran 2 x 1 m yang
nantinya akan dibuat bedengan
2. Menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul.
3. Membuat bedengan dengan ukuran yang telah ditentukan.
4. Membuat lubangan pada tengah bedengan.
5. Mengisi lubangan tersebut dengan pupuk kandang dan serasah.
6. Menyiram pupuk kandang dan serasah tersebut dengan campuran EM4 dan
larutan gula
7. Menutup kembali lubangan pada tengah bedengan.
8. Mencampurkan tanah dengan sekam dengan.
9. Menutup bedengan yang telah di buat dengan menggunakan mulsa sesuai
dengan ukuran bedengan.
10. Membuat lubang dengan menggunakan kaleng susu bekas pada mulsa dengan
jarak 20 x 20 cm untuk bedengan monokultur dan untuk polikultur.

10
3.3.2 Penyemaian
Prosedur penyemaian adalah sebagai berikut:
1. Menyemai benih-benih tanaman akan ditanam dengan menggunakan wadah
yang telah diletakkan tissue yang lembab.
2. Meletakkan benih-benih tanam yang akan ditanam kedalam wadah yang
tersebut.
3. Menjaga kelembaban tissue selama proses penyemaian.
4. Memindahkan semaian yang telah tumbuh ke media tanaman sementara
yang berupa polybag kecil atau gelas- gelas kecil.

3.3.3 Penanaman
Prosedur penamaman adalah sebagai berikut:
1. Membuat lubangan tanah berdasarkan lubang yag terdapat pada mulsa
2. Memindahkan tanaman hasil persemaian dari media tanam sementara ke
bedengan.
3. Menutupi lubangan tanah yang berisi tanaman tersebut menggunakan pupuk
kandang
4. Menutupi tanaman tersebut dengan menggunakan pelepah pisang.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Pengamatan Pola Tanam Monokultur
Double Row
Parameter Pakcoy
1 2 3 4
Jumlah Tanaman 48 43 48 44
Tinggi Tanaman 4 6.5 7.2 8
Jumlah Daun 6 8 9 11
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel.2 Pengamatan Pola Tanam Polikultur

Parameter Cabai Rawit Pakcoy


Tinggi Tanaman 4 6

Jumlah Daun 7 11

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019


4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, tanaman pakcoy mengalami
pertumbuhan dan perkembangan setiap minggunya. Hal ini terjadi karena,
dilakukan penyiraman dan kebutuhan unsur hara tanaman terpenuhi. Dengan
menggunakan sistem pola tanam monokultur, dimana tanaman tidak berkompetisi
merebut makanan dan unsur-unsur hara yang ada dalam tanah. Dengan
menggunakan sistem pola tanam monokultur hasil yang di peroleh lebih banyak
atau besar.
Penggunaan mulsa juga berpengaruh pada tinggi tanaman, karena dapat
memantulkan sinar matahari dan menjaga kelembababn tanah. Hal ini sesua
dengan pendapat Irawati, et al., (2017) yang menyatakan bahwa penggunaan mulsa

12
plastik terutama mulsa plastik hitam perak memiliki kelebihan yaitu dapat
memantulkan sinar matahari, menaikkan suhu tanah, menjaga kelembaban tanah,
dan menurunkan kelembaban di sekitar tanaman sehingga dapat menghambat
munculnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pada sistem pola tanam polikultur antara pakcoy dengan cabai, pertumbuhan
tanaman tidak bagus dan banyak tanaman yang mati. Hal ini terjadi karena kurang
perawatan dan terjadi persaingan unsur hara antar tanaman. Hal ini seseuai dengan
Badan Litbang Sumatera Selatan yang menyatakan salah satu kelemahan system
pola tanam polikultur yaitu terjadi persaingan antara tanaman dan OPT banyak
sehingga sulit dalam pengendaliannya.
Pola tanam monokultur adalah menanan satu jenis tanaman pada suatu lahan
dengan tujuan untuk medapatkan hasil produksi. Salah satu kelebihannya yaitu
teknis budidayanya relatife mudah, karena tanaman yang ditanam hanya satu
jenis. Sistem pola tanam monokultur memiliki kelemahan yaitu tanaman mudah
terserang hama dan penyakit. Pola tanam polikultur memiliki banyak kelebihan
yaitu dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, memanen lebih dari satu
komoditas, dan dengan system pola tanam polikultur membuat ekosistem lebih
stabil.
Pengaturan jarak tanaman sangat penting, karena akan sangat pengaruh pada
hasil tanaman. Pada system pola tanam monokultur dengan jarak tanam double
row,mengasilkan produksi yang baik, tanaman yang subur dan fisiologi tanaman
sangat bagus. Hal ini terjadi karena tidak terjadi persaingan antar tanaman dalam
hal unsur hara, cahaya matahari, air dan ruang tumbuh. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hartoyo (2018) yang mengemukakan bahwa system tanam double row
populasi tanaman dua kali lipat daripada single row hal ini menyebabkan hasil
yang maksimal. Double row adalah system tanam dua baris tanaman yang
dirapatkan dan dengan dua baris berikutnya di lebarkan.
Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada kondisi lahan yang kita
gunakan sebagai media tanam dan cara pemeliharaan serta kondisi alam sekitar.
Cara pengolahan lahan serta cara menanam yang baik dengan cara polikultur
maupun monokultur masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pola tanam dapat disimpulkan bahwa pola tanam
Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu
tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan
bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya
tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni
diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk
menghindari resiko kegagalan. Tedapat bebrapa jenis pola tanam yairu system
pola tanam monokultu dan pola tanam polikultur (Tumpang sari, Tumpang gilir,
tanaman bersisipan, tanaman campuran, dan tanaman bergiliran).
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan tanaman yang ditanam dan
menyiram sesuai jadwal yang telah di sepakati serta sebaiknya asisten
menentukan jadwal asistensi laporan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga. A. 2010. Ilmu Usaha Tani. Bandung: Alumni

Arifin, I. 2010. Pengaruh Cara dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Cabai
Rawit (Capsicum frutences L. Var. Cengek). Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Hartoyo, R. Darul A. 2018. Pengaruh Sistem Tanam Single Row Double Row dan
Dosis NPK Mutiara Terhadap Pertumbuhan Terong Ungu. Jurnal Ilmiah
Hijau Cendekia, Vol 3 No 1 Hal 70.

Hendroadmojo, 2009. Teknik Budidaya Tanaman Monokultur dan Tumpang Sari.

Irawati, H. et al. Penggunaan macam mulsa dan pola jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi Pakchoy (Brassica rapa chinensis L). Jurnal
Agro Complex 1(3):78-84.

Pramono, A.A., et al. 2010. Pengelolaan Hutan Jati Rakyat: Panduan Lapangan
Untuk Petani. Bogor: CIFOR.

Setiadi. 2006. Cabai Rawit, Jenis dan Budidaya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar, I.Z. et al. 2008. Kayu Segon. PT. Niaga Swadaya.

Sudjiatno, U. Veronica, K. 2009. Studi Pemulsaan Dan Dosis NPK Pada Hasil
Buah Melon (Cucumis Melo L). Vol 2 (2). Hal: 2-3.

Suiatna. R. Utju. 2010. Bertani Padi Organik Pola Tanam. Bandung: Pustaka
Durul Ilmu.

Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari dan Kacang Tanah. Badan


Litbang Pertanian.

15
Lampiran

Gambar 1. Pengamatan Minggu Ke-2 Gambar 2. Pengamatan Minggu Ke-3

Gambar 4. Pemanenan Gambar 3. Pengamatan Minggu ke-4

16

Anda mungkin juga menyukai