Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

SILVIKULTUR

“PENYULAMAN”

Oleh:

PRETI
M1A121075
KELAS B
KELOMPOK VIII

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................5
II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyulaman..................................................................6
2.2 Jenis Tanaman Yang di Sulam.......................................................7
2.3 Tujuan Penyulaman........................................................................8
2.4 Syarat Penyulaman.........................................................................10
2.5 Mekanisme Penyulaman.................................................................12
2.6 Teknik Penyulaman
III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................14
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................14
3.3 Prosedur Kerja................................................................................14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil................................................................................................15
4.2 Pembahasan....................................................................................17
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................20
5.2 Saran...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................22
Dokumentasi.............................................................................................25
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan silvikultur intensif untuk memberian ruang tumbuh yang

optimal bagi tanaman introduksi. Silvikultur intensifmerupakan metode

pemulihan dan peningkatan produktivitas lahan dengan menggabungkan tiga

komponen penting tanaman yaitu manipulasi lingkungan biofisik, pemuliaan

tanaman dan pengendalian hama/ penyakit secara terpadu (Nugroho, 2015).

Sistem silvikutultur yang digunakan dan secara umum pada dasarnya

adalah menciptakan ruang-ruang terbuka di dalam hutan. Ruang-ruang terbuka

tersebut dapat menjadi suatu triger bagi keberlangsungan proses dinamika hutan

yang lebih cepat, tetapi dapat menjadi penghancur keberlangsungan proses

dinamika hutan yang ada. Semua itu sangat tergantung dari luas, bentuk dan pola

penyebaran ruang terbuka yang tercipta, serta tergantung dari kualitas ruang

terbuka bagi perkembangan regenerasi. Produktivitas hutan dapat dianggap

sebagai laju produksi biomassa yang dihasilkan oleh satu luasan tegakan hutan

dalam periode waktu terentu(Panjaitan, 2016).

Penyulaman tanaman dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam,

penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh dengan menggunakan biji.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama

dan penyakit, penyiraman dilakukan setiap hari dan bila ada hujan penyiraman

ditiadakan. Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma disekitar tanaman

sekaligus pembubunan, dilakukan pada minggu ke tiga dan ke enam setelah


tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada tanaman dengan

menggunakan insektisida (Asroh, 2010).

penyulaman tanaman yang mati atau tumbuhnya abnormal diganti dengan

benih yang baru. Namun di samping penyulam, juga dilakukan seleksi tanaman.

Yaitu dengan cara, tanaman yang tumbuhnya lemah dicabut dan disisakan satu

tanaman terbaik perlubang tanaman.Sedangkan pada sistem tanam pindah bibit

dari pesemaian, penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang mati

atau tumbuhnya lemah dengan bibit baru dari pesemaian (Amin, 2015).

Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati

dan mengganti tanaman yang tumbuhnya kurang baik. Kegiatan penyulaman

sebaiknya dilakukan selambat-lambatnya seminggu setelah penanaman. Ada

baiknya bila menyediakan tanaman cadangan dalam polibag. Hal ini berguna jika

ada tanaman atau benih yang tidak tumbuh dapat segera disulam dengan tanaman

cadangan yang berumur sama (Supriatna, 2017).

Penyulaman adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara mengganti

tanaman pokok yang mati atau ‘hilang’ dengan tanaman yang baru. Penyulaman

dilakukan dengan bibit yang relatif sama dengan tanaman yang digantikan.

Asumsi biaya pemeliharaan dan penyulaman adalah 30% total biaya pada tahun

pertama dan 15% total biaya pada tahun kedua. Penanaman dilakukan pada saat

hujan mulai stabil dengan tujuan untuk mengurangi risiko kematian bibit.

Kegiatan penanaman meliputi pemberian pupuk, pemberian lapisan tanah atas

pada tiap lubang tanam, pemberian mulsa, pembuatan acir, dan pembuatan “press

block” yang merupakan metode menanam bibit tanaman di lahan kritis yang
mampu mengatasi kondisi tapak berpasir yang memiliki daya cekam air yang

sangat rendah (Marhaento, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan penyulaman adalah sebagai berikiut:

1. Apa itu penyulaman?

2. Apa jenis tanaman yang di sulam?

3. Apa tujuan di lakukannya penyulaman?

4. Apa saja syarat dari penyulaman?

5. Bagaimana teknik penyulaman?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah:

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa itu penyulaman,

kemudian apa saja jenis-jenis tanaman yang disulam, tujuan dari penyulaman,

syarat dari penyulaman, mekanisme penyulaman dan teknik apa yang dilakukan

dalam penyulaman.

Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui apa itu

penyulaman, kemudian apa saja jenis-jenis tanaman yang disulam, tujuan dari

penyulaman, syarat dari penyulaman, mekanisme penyulaman dan teknik apa

yang dilakukan dalam penyulaman.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyulaman

Penyulaman (penanaman kembali) dilakukan dengan melihat keadaan air.

Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bagian-bagian yang kosong

bekas tanaman yang mati diduga akan mati atau rusak sehingga terpenuhi jumlah

tanaman normal dalam satu kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya.

Bibit yang dipakai untuk ditanam haruslah yang berusia ± 3 bulan yang dicirikan

adalah saat air surut biasanya jam 10 pagi (Sepang, 2020).

Penyulaman yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan

tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah

tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama

(sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak

tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan

yang intensif , penyulaman berguna untuk mengetahui jumlah tanaman yang

sesungguhnya yang nantinya digunakan untuk memperkirakan produksi tanaman

dihasilkan, penanaman dikatakan berjalan dengan baik jika prosentase

penyulaman tidak melebihi dari 10 % dari jumlah produksi (Saribun, 2017).

Penyulaman pada dasarnya tindakan yang harus dilakukan untuk

memaksimalkan produktivitas lahan, yaitu menambal lahan kosong. Penyulaman

harus dilakukan pada bulan kedua dan ketiga dengan beberapa kaidah seperti

menggunakan bibit yang disiapkan untuk itu, yaitu sama umur dengan tanaman

pertama, kedua sebaiknya pada musim penghujan atau dikontrol penyiraman pada

lahan yang telah di tanam (Nasir, 2019).


Penyulaman adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara mengganti

tanaman pokok yang mati atau ‘hilang’ dengan tanaman yang baru. Penyulaman

dilakukan dengan bibit yang relatif sama dengan tanaman yang digantikan.

Asumsi biaya pemeliharaan dan penyulaman adalah 30% total biaya pada tahun

pertama dan 15% total biaya pada tahun kedua. Penanaman dilakukan pada saat

hujan mulai stabil dengan tujuan untuk mengurangi risiko kematian bibit.

Kegiatan penanaman meliputi pemberian pupuk, pemberian lapisan tanah atas

pada tiap lubang tanam, pemberian mulsa, pembuatan acir, dan pembuatan “press

block” yang merupakan metode menanam bibit tanaman di lahan kritis yang

mampu mengatasi kondisi tapak berpasir yang memiliki daya cekam air yang

sangat rendah (Marhaento, 2015).

Penyulaman dilakukan pada petak yang banyak mengalami kematian

tanaman baik kematian alami ataupun akibat gangguan seperti kebakaran lahan,

gangguan hama dan gangguan manusia berupa penyemprotan dengan herbisida.

Peran pengawas disini selain memastikan kegiatan sesuai dengan sop kerja juga

ikut melakukan penyuluhan kepada masyarakat peladang terkait pengamanan atau

tidak melakukan gangguan pada tanaman yang sudah di lakukan (Khaidir, 2020).

2.2 Jenis Tanaman Yang di Sulam

Sonokeling (Dalbergia latifolia) merupakan pohon berkayu hitam bernilai

jual tinggi yang ditanam di pekarangan Dusun Dadabong dan telah terjadi

permudaan alami melalui tunas akar. Potensi permudaan alam sonokeling sangat

melimpah namun belum diketahui potensinya dan belum dikelola secara optimal,
sehingga penelitian “Potensi Permudaan Alam Sonokeling pada Pekarangan di

Dusun Dadabong, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta” dilakukan untuk

mengetahui potensi permudaan sonokeling dan mengetahui faktor pendukung

keberhasilan permudaan (Widayati, 2017).

Klasifikasi pohon dapat didasarkan pada ukuran pohon atau posisi tajuk di

dalam hutan. Pohon dominan di SPTN Wilayah III Kuala Penet Resort

Margahayu adalah sonokeling (Dalbergia latifolia) dengan rata-rata tinggi diatas

15 m. Pohon sonokeling memiliki ukuran tinggi antara 20—40 m, kulitnya

berwarna abu-abu kecoklatan, membujur halus dan agak sedikit pecah-pecah.

Memiliki bentuk daun majemuk menyirip gasal yang berbentuk tumpul lebar serta

berwarna hijau di sisi atasnya, sedangkan daun sisi bawah berwarna keabu-abuan.

Bentuk tajuknya selebat berbentuk seperti kubah dan menggugurkan daun, Pohon-

pohon tinggi dari stratum atau lapisan-lapisan teratas mengalahkan pohon-pohon

yang lebih rendah (Damayanti, 2017).

Kayu sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb. ), tergolong fancy-wood

terutama disebabkan karena kayu terasnya berwarna coklat tua bergaris

kehitaman, sehingga terkesan mempuyai corak dekoratif indah, teksturnya halus,

arah seratnya lurus, licin, rata dan agak mengkilap dan jenis kayu sonokeling

diameter kecil sekitar 0,79. Sonokeling mempunyai corak indah karena pola

pembentukan kayu terasnya khas sehingga disebut trees with irregular heartwood.

Kekerasan kayu ini tergolong sedang sampai agak keras (Pandit, 2011).

Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebagai penggunaan tertinggi pohon

pakan oleh lutung terjadi penurunan dari tingkat pohon dan dapat mengakibatkan
tidak terpenuhi regenerasinya dimasa yang akan datang, Hal ini menunjukkan

bahwa jenis tumbuhan Sonokeling (Dalbergia latifolia) diduga memiliki

kemampuan regenerasi yang relatif rendah dan memiliki persaingan yang tinggi

dari tingkat pancang dan semai, akibat dari adanya persaingan menyebabkan jenis

tertentu lebih berkuasa dari jenis lainnya. Berdasarkan hasil analisis vegetasi baik

pada tingkat tiang, pancang dan semai Sonokeling (Dalbergia latifolia)

menunjukkan nilai INP yang rendah, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian bagi

pengelola untuk dapat merumuskan langkah yang diambil dalam rangka

mempertahankan daya dukung habitat bagi lutung (Jamiluddin, 2018).

Kayu sonokeling kebanyakan diolah oleh masyarakat dipakai sebagai

bahan baku industri mebel karena kayu yang sangat mahal dan berkualitas tinggi.

Kayu hasil hutan tanaman rakyat karena berasal dari batang pohon berdiameter

kecil, rata-rata berat jenisnya sedikit lebih rendah dibanding berat jenis kayu

konvensional. Pola penyebaran sel pembuluh tatabaur terdiri dari pori soliter dan

bergabung radial 2-3 pori, prequensinya 5-8 pori per mm2, diameter arah

tangensial 80-175 mikron (Pandit, 2011).

2.3 Tujuan Penyulaman

Tujuan penyulaman adalah untuk menggantikan tanaman yang mati atau

tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Penyulaman ini dilakukan dengan

mengambil tanaman dari bibit sulaman, yaitu dengan menggunakan bibit yang

tidak terlalu tua karena bibit yang terlalu tua tidak baik untuk dipindahtanamkan.

Selain itu penyulaman ini harus dilakukan secepat mungkin dengan tujuan supaya
pertumbuhan tanaman yang di sulaman tidak jauh tertinggal dari tanaman yang

sudah ditanam terlebih dulu (Hernanda, 2010).

Tujuan penyulaman untuk menggantikan tanaman yang layu, mati atau

tidak tumbuh. Penyiraman dilakukan pada setiap pagi dan sore hari disesuaikan

dengan kondisi tanah dan curah hujan. Sedangkan untuk penyiangan dilakukan

apabila ada gulma di sekitar tanaman. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang

kondisinya tidak memungkinkan memiliki pertumbuhan yang baik dan akan di

ganti dengan tanaman yang baru (Rachmat, 2021).

Tujuan penyulaman untuk menggantikan tanaman yang layu, mati/tidak

tumbuh. Penyiraman setiap pagi dan sore hari sesuai dengan kondisi tanah dan

curah hujan, Sedangkan penyiangan dilakukan dua kali pada saat tanaman

berumur 2 dan 4 minggu dan untuk pembubunan seminggu sekali. Tujuan dari

pembubunan agar tanah menjadi gembur serta menutupi perakaran, sehingga tidak

mudah rebah pada saat tanaman sudah mulai tinggi (Pembengo, 2020).

Tujuan penyulaman adalah untuk mengganti tanaman yang

pertumbuhannya kerdil, mati serta terkena serangan hama dan penyakit.

Penyulaman dilakukan dengan memindahkan tanaman yang baik dari tumpukan

tanaman dengan mencabut secara hati-hati agar seluruh akar dapat tercabut.

Penyulaman dilakukan setelah 7 hari setelah penanaman (Demando, 2019).

Tujuan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dan tanaman

yang tidak tumbuh serta menyeragamkan tanaman. Penyulaman dilakukan pada

saat 7-14 hari setelah tanam (HST) agar pertumbuhannya serentak dan tidak

terlalu jauh ketinggalan dari tanaman yang pertama ditanam (Kartina, 2020).
2.4 Syarat Penyulaman

Penyulaman tanaman yang mati atau tumbuhnya abnormal diganti dengan

benih yang baru. Namun di samping penyulam, juga dilakukan seleksi tanaman.

Yaitu dengan cara, tanaman yang tumbuhnya lemah dicabut dan disisakan satu

tanaman terbaik perlubang tanaman.Sedangkan pada sistem tanam pindah bibit

dari pesemaian, penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang mati

atau tumbuhnya lemah dengan bibit baru dari pesemaian, Selanjutnya kegiatan

penyulaman dapat dilakukan sedini mungkin atau sejak tanam hingga umur 15

hari setelah tanam. Sementara itu pada sistem tanam langsung (Amin, 2015).

Jenis tanaman disusun berdasarkan syarat dan daya tumbuh yang sesuai

dengan lingkungan vertical garden di Fairmont Sanur Beach Bali. Tanaman yang

dipilih memiliki syarat tumbuh berupa kebutuhan cahaya penuh dan seminaungan,

kebutuhan kelembapan rendah, kebutuhan penyiraman nonintensif dan

semiintensif, serta kecepatan tumbuh labat dan sedang, Penyulaman tanaman pada

vertical garden di Fairmont Sanur Beach Bali dilakukan 3 bulan sekali atau

situasional jika tanaman mengalami kerusakan. Proses penyulaman dilakukan

dengan mengganti tanaman beserta media tanamnya (Radinasuari, 2021).

Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam untuk menggantikan bibit

yang mati dan kurang baik pertumbuhannya. Pengendalian gulma dilakukan

secara mekanik sekaligus untuk penggemburan dan pembumbunan. Pengendalian

hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Pemanenan

tanaman kedelai dilakukan ketika tanaman mengering, berwarna kuning, batang


mulai mengeras, polong keras dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan cara

memotong pangkal tanaman yang ada pada batang pohon (Ardiana, 2019).

Penyulaman harus dilaksanakan maksimal 1 tahun setelah melakukan

penanaman di Kabupaten Rokan Hilir dan Siak melakukan penyulaman tanaman

kelapa sawit. Penyulaman dilakukan karena kurangnya perawatan setelah

penanaman seperti pengendalian hama penyakit dan abnormal pertumbuhan bibit.

Penyulaman dilakukan dengan tujuan untuk mencapai populasi tanaman yang

optimal per satuan luas serta waktu penyulaman sebaiknya dilakukan lebih cepat

lebih baik (Wardhani, 2015).

Syarat-syarat pertumbuhannya juga memerlukan pemeliharaan yang baik

pula. Salah satunya adalah melalui Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang

tidak tumbuh atau bibit yang mati maka akan segera di ganti. Penyulaman

dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.Bibit untuk

penyulaman yang telah di siapkan (Fadil, 2020).

2.5 Mekanisme Penyulaman

Perawatan tanaman yang meliputi penyulaman (mengganti benih yang

tidak tumbuh atau mati), penyiraman dan penyiangan gulma (tanaman

pengganggu) serta pemupukan. Tahap terakhir yaitu pemanenan. Kegiatan ini

dilakukan jika tanaman sudah berbuah. Kegiatan pengolahan tanah meliputi

penggemburan tanah, pembuatan petak atau bedengan, pengapuran dan pemberian

pupuk dasar. Seleksi benih dilakukan terutama jika benih yang digunakan berasal

dari hasil pembenihan sendiri. Pada tahap ini benih yang layak tanam dan baik

dipisahkan dari benih yang tidak layak tanam. Penanaman dilakukan dengan
memperhatikan jarak tanam yang digunakan, dapat dilakukan dengan penanaman

langsung (Supriatna, 2017).

Mekanisma pemeliharaan Tanaman dengan cara penyulaman dimana

sekitar 2-3 minggu setelah tanam, bila ada rimpang yang mati segera lakukan

penyulaman dan penyiangan yaitu penyiangan pertama dilakukan pada umur 2-4

minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Hal ini tergantung pada kondisi

tanaman pengganggu yang tumbuh (Muttaqin et al., 2018).

Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati, kemudian

meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm.

Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari. Bibit yang tumbuh abnormal atau mati

harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru. Waktu atau periode

penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam (Putro, 2010).

Cara penyulaman adalah membuat lubang dengan tugal pada tempat yang

benihnya busuk atau tumbuhnya abnormal, kemudian benih yang baru

dimasukkan sebanyak 1-2 butir sambil ditutup tanah. Seusai penyulaman

sebaiknya segera disiram hingga tanahnya cukup basah. Penyulaman dilakukan

pada waktu tanaman jagung berumur 7 hari setelah tanam, Perlindungan tanaman

dianjurkan untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit adalah penerapan

pengendalian terpadu (Maemunah, 2011).

Cara penyulaman rumput, legume, semak dan pohon dilakukan 2 bulan

sesudah penanaman, yaitu pada musim hujan. Penyulaman rumput dan legume

dilakukan kalau 25% dari setiap petak atau larikan tidak ditumbuhi rumput atau
legume unggul. Pohon dan gamal yang disulam adalah stek yang tunasnya belum

tumbuh, kulit batang kering atau yang mati (Puspani, 2017).

2.6 Teknik Penyulaman

Teknik penyulaman tanaman akan mendukung hasil, baik dari segi

kuantitas dan kualitas tanaman. Pemeliharaan tanaman kina yang baik meliputi

pemupukan yang tepat antara kombinasi organik dan anorganik, pengkondisian

lingkungan mikro yang sesuai dengan daerah asal kini di hutan hujan tropis

sehingga membutuhkan cahaya matahari yang rendah dengan kelembaban yang

tinggi, oleh karena itu dibutuhkan teknik penanaman tumpang sari dengan

komoditas lain untuk membentuk iklim mikro pada tanaman (Maxiselly, 2018).

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau tidak tumbuh.

Teknik penyulaman di lakukan dengan cara melakukan penjarangan, penjarangan

ini dilakukan di dalam lubang tanaman yang terdapat lebih dari satu tanaman dan

semuanya tumbuh sehingga perlu dilakukan penjarangan dengan cara

menyisahkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik. Pejarangan dilakukan

bertujuan untuk memberikan kondisi yang optimal pada masing-masing tanaman.

Penjarangan dapat dilakukan pada saat tanaman sudah bermur kurang lebih satu

minggu (Yustika, 2022).

Pada dasarnya penyulaman bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan

tanaman kopi agar menjadi sehat, kuat, mempunyai keseimbangan antara

pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Penyulaman bertujuan untuk

mempertahankan ketinggian tanaman yang berguna untuk memudahkan

perawatan atau pemeliharaan dan panen, untuk mendapatkan cabang-cabang baru


yang tetap dalam jumlah yang cukup untuk menunjang kontinuitas produksi

(Wiratama, 2019).

Menurut petani, tanaman yang dibudidayakan tidak memerlukan teknik

khusus dan penyulaman yang tidak terlalu sulit karena tanaman ini merupakan

tanaman hutan yang memiliki daya adaptasi yang cepat pada kondisi

lingkungannya, sehingga terlihat bahwa tanaman yang dibudidayakan mereka

dapat tumbuh subur dan untuk serangan hama serta penyakit tanaman belum

dirasakan merugikan bagi petani (Ismono, 2013).

Teknik penyulaman atau pergantian tanaman yang mati dan terserang

penyakit pada pekan pertama, penyiangan gulma setiap saat, pemberian pupuk

organik cair setiap dua minggu, dan pengamatan serta penanggulangan serangan

hama dengan pestisida nabati. Upaya pemeliharaan tanaman dari serangan hama

seperti belalang dapat dilakukan dengan biopestisida atau pestisida nabati

berbahan ekstrak nimba (Azadiracht indica) dan pengendalian secara fisik

(Kartini, 2018).
III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari , Jumat 14 Oktober 2022, bertempat

di Kebun Raya UHO, bertempat di Kelurahan Kambu, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara. Pada pukul 07:30 WIT- Selesai.

3.2 Bahan Dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum ini yaitu,

Camera digunakan untuk mendokumentasi praktikum, alat tulis digunakan untuk

menulis hasil yang diperoleh pada Tally Sheet, kemudian Air di gunakan untuk

menyiram tanah agar tanah menjadi lunak, Parang digunakan untuk

membersihkan lokasi tempat penyulaman, linggis/Patiba di gunakan untuk

menggali lubang dengan ukuran yang telah di tentukan, Cangkul untuk menggali

tanah yang keras, Sapu lidi untuk membersihkan tempat penyulaman.

3.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan Bahan dan Alat

2. Membersihkan lokasi

3. Menggali lubang sedalam 40x40 cm

4. Kemudian menyiram tanah tersebut menggunakan air agar lunak

5. Menanam tanaman yang telah di siapkan

6. Mengambil dokumentasi

7. Mencatat nama-nama pohon yang di sulam pada tally sheet


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada penyulaman

UKURAN LUBANG

NO JENIS TANAMAN JUMLAH TANAM

1 Sonokeling

(Darbelgia Latifolia 3 40 x 40 cm

Roxb)

2 Pohon Kuku

(Pericopsis Mooniana) 2 40 x 40 cm

3 Kayu Biti

(Vitex Cofassus 1 40 x 40 cm

4. 2 Pembahasan

Kayu sonokeling termasuk jenis kayu mewah (fancy wood) dewasa ini

pasarannya cukup baik di dalam maupun di luar negeri. Kayu sonokeling

memiliki ciri khas yakni sefat serat dan warnanya dekoratif. Oleh karena itu

banyak orang yang menyukainya, yaitu untuk kebutuhan meubel, ukiran, lantai,

papan dinding, alat olah raga dan kerajinan tangan. Masalah yang dihadapi di
dalam penanaman sonokeling sampai saat ini adalah kesulitan dalam pengadaan

biji. Masalah ini selalu dijumpai di semua daerah yang kelas perusahaannya

sonokeling. Hal ini disebabkan karena sonokeling jarang sekali atau tidak berbuah

setiap tahun (Wasis et al., 2020).

Penyulaman adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara mengganti

tanaman pokok yang mati atau ‘hilang’ dengan tanaman yang baru. Penyulaman

dilakukan dengan bibit yang relatif sama dengan tanaman yang digantikan.

Asumsi biaya pemeliharaan dan penyulaman adalah 30% total biaya pada tahun

pertama dan 15% total biaya pada tahun kedua. Penanaman dilakukan pada saat

hujan mulai stabil dengan tujuan untuk mengurangi risiko kematian bibit.

Kegiatan penanaman meliputi pemberian pupuk, pemberian lapisan tanah atas

pada tiap lubang tanam, pemberian mulsa, pembuatan acir, dan pembuatan “press

block” yang merupakan metode menanam bibit tanaman di lahan kritis yang

mampu mengatasi kondisi tapak berpasir yang memiliki daya cekam air yang

sangat rendah (Marhaento, 2015).

Tujuan penyulaman ini yaitu agar menggantikan tumbuhan yang mati dan

pertumbuhan kurang baik serta menyeragamkan populasi tumbuhan. Penyulaman

di laksanakan dalam satu minggu sesudah di tanam, dengan cara menggantikan

tumbuhan yang mati dengan tumbuhan cadangan yang pertumbuhan sejenis agar

tanaman tersebut dapat berkembang dengan baik (Kariya et al., 2022).

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyulaman, penyiraman, penyiangan

dan pengendalian hama tanaman. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang

kondisinya tidak memungkinkan memiliki pertumbuhan yang baik. Tujuan


penyulaman untuk menggantikan tanaman yang layu, mati atau tidak tumbuh.

Penyiraman dilakukan pada setiap pagi dan sore hari disesuaikan dengan kondisi

tanah dan curah hujan. Sedangkan untuk penyiangan dilakukan apabila ada gulma

di sekitar tanaman (Nata, 2020).

Teknik penyulaman yang dilakukan masyarakat di hutan rakyat Desa Buana

Sakti masih menggunakan teknik silvikultur yang sederhana. Sebelum melakukan

penyulaman, petani melakukan penyiapan lahan dengan cara membabat semak

belukar yang ada disekitar lahan, kemudian tanah dicangkul untuk dijadikan

sebagai lubang tanam. Kegiatan pembabatan semak belukar dan pembuatan

lubang tanam biasanya dilakukan masyarakat pada akhir musim kemarau, setelah

memasuki musim penghujan barulah bibit ditanam pada lubang tanam yang telah

disediakan (Siadari, 2014).


V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati, rusak atau tidak

sehat dengan menggunakan bibit baru. Penyulaman dapat dilakukan 1-3 bulan

setelah penanaman (masih musim hujan). Penyulaman dilakukan untuk

mempertahankan jumlah tanaman dalam luasan tertentu.

2. Pohon sonokeling merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki nilai

ekonomis tinggi karena termasuk jenis pohon yang memiliki kayu keras dan

serat yang indah. Oleh sebab itu, kayu sonokeling cukup potensial untuk

dibudidayakan karena peluang pasarnya cukup cerah dan menjadi primadona di

dunia perdagangan kayu.

3. Tujuan di lakukannya penyulaman adalah untuk meningkatkan persen jadi

tanaman dalam satu kesatuan luas tertentu dan juga untuk memenuhi jumlah

tanaman perhektar sesuai jarak tanamnya.

4. Syarat di lakukannya penyulaman adalah pada waktu penyulaman dilakukan

pada minggu pertama dan kedua setelah bibit.Bibit yang mati diganti dengan

stok bibit yang sudah disemai terlebih dahulu.

5. Teknik melakukan penyulaman yaitu harus menyiapkan tanaman yang terdapat

tanaman yang tidak tumbuh dan siap untuk di lakukannya penyulaman,

kemudian lahan tanam yang tidak tumbuh bibitnya di sulam kemudian tunggu

bibit yang di sulam hingga tumbuh dan berkembang secara baik.


5.2 Saran

Saran yang dapat saya ajukan yaitu pratikum harus lebih aktif lagi dalam

melakukan percobaan, agar pada saat melakukan penyulaman bisa berjalan

dengan baik, dan dapat dipahami dengan mudah sehingga data-data pengamatan

yang dihasilkan lebih akurat dan benar. Serta semoga ilmu yang di dapat selama

praktikum dapat bermanfaat dan ketika kita melakukan paktikum diperhatikan

secara baik jenis gulma apa saja yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, A. R. 2015. Mengenal budidaya mentimun melalui pemanfaatan media


informasi. Yupiter. 14(1):1-6.
Asroh, A. 2010. Pengaruh dosis pupuk kandang dan selang waktu pemberian
pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays
Saccharata Linn). Jurnal Agronomi . 2(4):144-148.
Fadil, M., dan H. Sutejo. 2020. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong (Solanum Melongena
L.) Varietas Milano. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan. 19(1):
87-98.
Hernanda, A. T. 2010. Budidaya cabai merah keriting (capsicum annum l) di
Tawangmangu. 1(2):1-42.
Ismono, R. H. 2013. Analisis kelayakan finansial budidaya intensif tanaman pala
di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. JIIA. 1(3):1-8.
Jamiluddin Al Qadri, J. A. Q. (2018). Karakteristik Pohon Pakan Dan Pohon
Tidur Lutung (Trachypithecus Auratus) Di Bukit Mangsit Blok
Perlindungan Taman Wisata Alam Kerandangan (Doctoral Dissertation,
Universitas Mataram). 2(4):1-15.
Kariya, K., S. Syamsuddin., dan H. Hasanuddin. 2022. Pengaruh Dosis Pupuk
NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogea L). Jurnal Floratek. 17(1):28-35.
Kartini, K., T. Harjoso dan S. N. Hadi. 2018. Penerapan teknologi budidaya dan
pengolahan pasca panen sayur dan buah pada kelompok ibu rumah tangga
di Desa Karangsalam Kidul Kabupaten Banyumas. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 24(2):684-688.

Khaidir, N. 2022. Pengawasan Dan Penilaian Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan


Lahan Studi Kasus Blok Bukit Tapan, Kabupaten Kerinci (Doctoral
dissertation, Program Profesi Insinyur). 2(1):1-7.
Maemunah, M., Y. Yusran. 2011. Karakterisasi Morfologi Varietas Jagung Ketan
Di Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-una. MEDIA
LITBANG SULTENG. 3(2):1-10.
Marhaento, H., dan A. N. Kurnia. 2015. Refleksi 5 tahun pasca erupsi Gunung
Merapi mengkaji kerugian ekologis di kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi. Geoplanning: Jurnal Geomatika dan Perencanaan. 2(2): 69-81.
Maxiselly, Y. 2018. Teknik pemeliharaan tanaman kina TBM di Arjasari yang
terintegrasi dengan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 2(7):522-525.
Muttaqin, F. Z., W. Aligita., S. Muhsinin ., D. Juanda., dan A. Asnawi. 2018.
Desa mitra dalam budidaya tanaman obat keluarga menuju Desa Cibiru
Wetan sebagai sentra herbal. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat.
3(2):159-164.
Nasir, B., I. Lakani., dan A. Monde. 2019. Penerapan teknologi pertanian
konservasi terpadu di daerah rawan longsor untuk pengembangan
pertanian berkelanjutan dan peningkatan pendapatan masyarakat di
kecamatan gumbasa kabupaten sigi. Jurnal Pengabdian Masyarakat.
4(1):55-61.
Nata, I. N. I. B. I. P. Dharma., dan I. K. A.Wijaya. 2020. Pengaruh Pemberian
Berbagai Macam Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Gumitir (Tagetes erecta L.). Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN, 9(2),
115-124.
Pandit, I. K., D. Nandika., dan I. W. Darmawan. 2011. Analisis sifat dasar kayu
hasil hutan tanaman rakyat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 16(2):119-
124.
Pembengo, W. 2020. Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L Merill)
Berdasarkan variasi Pupuk Daun Gandasil. ARTIKEL. 1(4):1-6.
Puspani, E. 2017. Adaptasi Tanaman Dalam Peningkatan Produktivitas Hijauan
Pakan. 2(1):1-24.
Putro, A. T. A. M. 2010. Budidaya tanaman kentang (Solanum Tuberosum. L) di
luar musim tanam. 1-40.
Rachmat, R., S. Bororing., dan R. Ramli. 2021. Pengaruh Pemberian Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (Pgpr) Akar Bambu Pada Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa L.). Jurnal Agrisistem.
17(1):19-24.
Saribun, D. S., R. Hudaya., M. Arifin., dan G. Herdiansyah. 2017. Kegiatan
Penghijauan Di Kecamatan Citarik Desa Citarum Das Upper Desa Cibiru
Wetan. Dharmakarya. 6(2:69.
Sepang, N. N., S. S. Durand., dan M.P. Wasak. 2020. Dinamika Kelompok Dalam
Pengelolaan Ekowisata Mangrove Di Bahowo Kelurahan Tongkaina
Kecamatan Bunaken Kota Manado. Akulturasi: Jurnal Ilmiah Agrobisnis
Perikanan. 8(2):205-217
Siadari, T. P. R., Hilmanto dan W. Hidayat. 2014. Potensi Kayu Rakyat dan
Strategi Pengembangannya (Studi Kasus) di Hutan Rakyat Desa Buana
Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sylva
Lestari. 1(1):75-84.
Supriatna, A. dan N. A. Nurcahyono, 2017. Etnomatematika: Pembelajaran
Matematika Berdasarkan Tahapan Kegiatan Budidaya. 1(2):10-25.
Wardhani, A., dan A. Armaini. 2015. Teknis Budidaya dan Produktivitas
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Lahan Gambut
Bantuan Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Siak
(Doctoral dissertation, Riau University). 5(2):1-15.
Wasis, B., E. Djamhuri., M. Yahya Fakuara. 2020. Teknik Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh (Hormon Tumbuh). Pada Stek Tanaman.
Seminar hasil penelitian dan bagian skripsi. 1(2):1-13.
Widayati, R. 2017. Potensi Permudaan Alam Sonokeling (Dalbergia Latifolia)
Pada Pekarangan di Dusun Dadabong, Sendangsari, Pajangan, Bantul,
Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). 5(2):1-2.
Wiratama, D. (2019). Pangkas Pemeliharaan Pada Tanaman Menghasilkan (TM)
Kopi Robusta (Coffea canephora) Di PT Perkebunan Nusantara XII
Kebun Zeelandia Tanggul Kabupaten Jember. 1-5.
Yustika Putri, A. 2022. Respon Teknik Defoliasi Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays). 1-7.

Anda mungkin juga menyukai