Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU GULMA

UIN SUSKA RIAU

Oleh:

ALMA RAMADHANI

11682204419

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan nikmat keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum Ilmu Gulma pada program studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Laporan praktikum ini juga merangkum beberapa dari sumber jurnal


penulis lainnya dan telah dilakukan penyempurnaan oleh penyusun. Untuk itu
penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan atau kekurangan dan
tidak menutup kemungkinan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya penulis mengharapkan laporan praktikum ini dapat bermanfaat


bagi pembaca untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang dan diterima
sebagai syarat kelulusan praktikum mata kuliah Ilmu Gulma.

PEKANBARU,JUNI 2019
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3


2.1. Klasifikasi Bayam dan Kangkung ..................................................... 3
2.2. Pemakaian Pupuk Organik dan Anorganik ........................................ 4
2.3. Pemakaian Dolomit dan NPK ............................................................ 5
2.4. Pemakaian Pupuk Kandang dan NASA ............................................. 6

III. METODE PELAKSANAAN ............................................................... 8


3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................. 8
3.2. Bahan dan Alat .................................................................................. 8
3.3. Pelaksanaan ........................................................................................ 8
3.4. Parameter ........................................................................................... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10


4.1. Kajian tanaman kerdil ....................................................................... 10
4.2. Pertumbuhan tanaman bayam dan kangkung .................................... 11

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 16


5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 16
5.2. Saran ................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

LAMPIRAN....... ............................................................................................. 19
I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang
berbedabeda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya
nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang di
budidayakan (Moenandir, 1993). Gulma umumnya diartikan sebagai tumbuhan
pengganggu yang tumbuh secara liar pada lahan yang dipakai untuk
membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan dengan
menurunnya produksi tanaman (Rahayu dan Siagian, 1994). Lebih dari 30.000
jenis tumbuhan telah diidentifikasi sebagai gulma, 250 jenis dinyatakan sebagai
gulma penting dan 80 jenis telah diketahui menurunkan hasil tanaman budidaya
(Sauerborn, 1999).
Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi
jenis dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan. Konsepsi
dari metodeanalisa vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan
vegetasi itusendiri dan tujuannnya misalnya untuk mengevaluasi hasil
pengendalian gulma.Metode yang digunakan untuk analisa vegetasi harus
disesuaikan dengan strukturdan komposisi. Ada empat metode yang lazim dalam
analisa vegetasi yaitumetode estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan
metode titik.
Dormansi merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap bertahan hidup
dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Dengan cara
demikian, perkecambahan dapat terjadi beberapa waktu kemudian dan atau terjadi
di tempatlain yang berjauhan dengan induknya. Selain itu dormansi dapat
menjadikan biji - biji gulma tahan bertahun-tahun dalam tanah dan hanya akan
berkecambah dantumbuh bila keadaan lingkungannya menguntungkan. Biji-biji
gulma yang beradadalam tanah tersebut mempunyai tingkat dormansi yang
berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi biji gulma tidak
terjadi secara serentak.
1.2 Tujuan
1. Untuk melakukan analisis vegetasi dengan teknik pengambilan sampel.
2. Untuk menentukan kerapatan dan dominasi vegetasi serta analisis
keragaman gulma sebagai dasar pengendalian gulma.
3. Untuk mengenali bentuk dari biji gulma yang berbeda-beda.
4. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan untuk melakukan
pematahan dormansi biji gulma.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gulma
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu
tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai
bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namundemikian, banyak
juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada
karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya
(Sembodo, 2010). Jenis gulma meliputi gulma rumput (grasses), gulma golongan
tekian (seedges) dan gulma golongan berdaun lebar (broad leaves).
1. Penggolongan Berdasarkan Habitat
a. Gulma Air (Aquatic Weeds)
Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam,
ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit,
berdaun lebar, ataupun teki-tekian.
b. Gulma Daratan (Terestrial Weeds)
Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di perkebunan. Jenis gulma
daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman
utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam.
c. Gulma Agrestal
Gulma yang beradaptasi pada lahan pertanian. Misalnya gulma tanaman
perkebunan dan gulma tanaman pangan.
d. Gulma Ruderal
Gulma yang tumbuh pada tempat yang ruderal.
e. Gulma Padang Rumput
Kebanyan dari famili Graminae, semua tumbuhan yang tidak mempunyai
nilai gizi.
f. Gulma Hutan
Terdapat pada lahan persemaian pohon untuk peremajaan hutan atau
hutan industri.
g. Gulma Lingkungan
Perubahan lingkungan membuat gulma menjadi agresif sehingga timbul
alians spesies, sehingga dapat mengalahkan organisme asli yang sudah ada
terlebih dahulu.
2. Penggolongan Berdasarkan Morfologi
a. Gulma Teki-Tekian
Gulma teki-tekian ini memiliki bentuk batang segitiga atau bulat dan
tidak memiliki rongga.
b. Gulma Rerumputan
Kelompok gulma ini memiliki batang dengan bentuk bulat, tegak pipih
dan berongga.
c. Gulma berdaun lebar
Tumbuhan ini mempunyai daun yang lebar dan luas dan umumnya:
Nervatio (pertulangan daun) menyirip dan kelompok Dicotyledoneae.
Bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll
d. Gulma berdaun sempit
Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang: 
Mempunyai lintasan C4  Nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-
garis memanjang.  Kelompok monocotyledoneae  Bentuk daun
memanjang seperti pita, jarum, garis dll.
3. Penggolongan Berdasarkan Karakteristik
Menurut Toekidjan (2013), berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat
dibedakan menjadi gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim
(biannual weed), dan gulma tahunan (perennial weeds).
a. Gulma Semusim (Annual Weeds)
Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi,
sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya,
gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat
cepatkarena produksi biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian
gulma semusim memerlukan biaya yang lebih besar.
b. Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)
Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih
dari dua tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset,
pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhirnya mati. Pada
periode roset, gulma pada jenis ini umumnya sensitif terhadap herbisida.
c. Gulma Tahunan (Perrennial Weeds)
Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak
terbatas (menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan
biji, meskipun ada juga yang berkembang biak dengan cara vegetatif.
Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya,
pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian
yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma akan segera
bersemi kembali.

2.2 Analisis Vegetasi


Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi
digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi
dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan
sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak.
Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman
tertentu tidak akanterlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam
jumlah yang banyak (Adi,2013).
Konsepsi dari metode analisa vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi,
tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannnya misalnya untuk
mengevaluasi hasil pengendalian gulma. Metode yang digunakan untuk analisa
vegetasi harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi. Ada empat metode
yang lazim dalam analisa vegetasi yaitu metode estimasi visual, metode kuadrat,
metode garis dan metode titik (Surasana,1990).

2.3 Dormansi Gulma


Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan
merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi,
yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji. Dapat
berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh
jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat
disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau
kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan
usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi
lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Keuntungan
dormansi yaitu mencegah benih berkecambah selama penyyimpanan dn
penanganan. Sedangkan kerugiannya yaitu diperlukan perlakuan awal (pre
treatment).
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya
seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio,
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor.
Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu
penyimpanan. Pada penelitiannya dengan menggunakan benih barley, oats, dan
sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi pada hampir
semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan
menyimpannya pada suhu 40o C. Robert mendapatkan bahwa dormansi pada
beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100 hari untuk
mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull mematahkan
dormansi pada benih kacang tanah jalar Florida dengan menyimpannya pada suhu
20o – 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan bahwa satu-satunya cara mematahkan
dormansi benih Cyperus rotundus adalah dengan menempatkannya pada lapisan
basah pada suhu 40o C selama tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
Teknik pematahan dormansi, beberapa perlakuan perendaman dengan air
dapat dilakukan untuk memecah kulit biji dan memudahkan embrio menyerap
air. Metode skarifikasi secara mekanis dan kimia (peren-daman air panas dan
bahan kimia) merupakan teknik yang digunakan untuk memecah dor-
mansi(Mousavi 2011).
1. Mekanisme perlakuan (skarifikasi)
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara
penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan
bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling
efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara
manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada
hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil,
asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).
2. Air panas
Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui tegangan
yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif
bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk
mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas
yang diteruskan kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan.
Suhu tinggi dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap
suhu berfariasi tiap jenis.
3. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk
memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar
kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan
asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah.
4. Perlakuan cahaya
Jumlah cahaya, intensitas, panjang hari juga dapat memepengaruhi laju
perkecambahan. Selain meningkatkan % perkecambahan, juga dapat
meningkatkan laju perkecambahan
III. MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 3 Mei sampai dengan 21 Juni 2019
di Lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas No. 155, Km. 15 Kelurahan
Simpang Baru-Panam, Tampan, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat


Bahannya yaitu lahan pertanian dan marginal, biji dari berbagai jenis
gulma.
Alatnya yaitu kuadrat (berupa tali ukuran 1 m2), pancang kayu 4
buah/kelompok, tali rafia, penggaris, alat tulis, kalkulator, buku identifikasi
gulma, kotak mika, tisu basah, sprayer, kamera, termometer, pemanas air, gunting,
label dan alat-alat tulis.
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Analisis Vegetasi
Cara kerja:

1. Datanglah ke pertanaman atau lapangan yang ditumbuhi oleh tumbuhan


liar.
2. Buat petak sampel ukuran 1,5 m x 1 m menggunakan tali rafia dan
pancang daerah yang dipilih secara acak.
3. Catat dan hitung jumlah vegetasi (tumbuhan) yang berada didalam
kuadrat tersebut berdasarka jenisnya dalam tabel pertanaman.
4. Lakukan kegiatan tersebut sebanyak 5 kali pada kawasan yang berbeda.
5. Tentukan gula yang mendominasi pada areal tersebut dengan menghitung
kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi,
dominansi relatif, dan Indeks Nilai Penting.
Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Kerapatan (K) = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Kerapatan Relatif (KR) = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 ×100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi (F) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi Relatif = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 ×100%

3.3.2 Dormansi Biji Gulma


Cara kerja:
1. Kumpulkan biji gulma yang ada disekitar kita.
2. Amati bentuk dari masing-masing gulma dengan menggunakan
mikroskop.
3. Buatlah rancangan percobaan sederhana dengan metode pematahan
dormansi pada masing-masing biji gulma.
Metode pematahan dormansi yang digunakan yaitu :
A0 = Tanpa pematahan dormansi (kontrol).
A1 = Pematahan dormansi dengan air hangat 50 0C selama 24 jam.
A2 = Pematahan dormansi dengan air panas 90 0C selama 30 menit.
Benih diletakkan pada piring kaca kemudian disiram dengan air panas,
lalu didiamkan sampai dingin (30 menit) kemudian dikecambahkan.
A3 = Dibenamkan 4 hari dalam tanah. Biji gulma dibungkus dengan
kain dibenamkan kedalam tanah dengan kedalaman 40 cm selama 4 hari.
4. Letakkan kertas stensisl kedalam kotak mika sebagai alas sebanyak 3
lembar.
5. Basahi kertas stensil sampai keadaan lembab.
6. Susun biji gulma masing-masing sebanyak 25 biji kedalam kotak mika.
7. Susun kotak mika sedemikian rupa sehingga setiap otak memperoleh
perlakuan yang sama.
8. Lakukan ulangan metode pematahan dormansi masin-masing sebanyak 3
kali untuk setiap biji gulma.
9. Untuk perawatan semprotkan air pada kertas stensil sehingga keadaan
lembab.
Pengamatan :
1. Lakukan pengamatan setiap hari dengan menghitung jumlah biji yang
berkeambah dan waktu kemunculannya.
2. Lakukan pengamatan selama 2 minggu.
3. Hitung persentase gulma yang berkecambah di akhir pengamatan dengan
rumus.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Persentase perkecambahan =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 ×100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Vegetasi


4.2 Dormansi Biji Gulma

DAFTAR PUSTAKA

Suveltri,Bonna., Syam,Zuhri dan Solfiyeni. 2014. Analisa Vegetasi Gulma pada


Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 3(2) :
103-108.

Afrianti,Iis.,Yolanda,Rofiza., dan Anthonius.P.A. 2015. Analisis Vegetasi Gulma


Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Quinensis Jacq.) Di Desa Suka
Maju Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Program Studi
Pendidikan Biologi, Universitas Pasir Pengaraian.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moenandir, J. 1993. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma. PT.


Rajawali Citra. Jakarta.

Rahayu, M. dan M. H. Siagian. 1991. Pemanfaatan Gulma sebagai Bahan Obat


Tradisional oleh Masyarakat Wana Sulawesi Tengah. Prosiding
Konferensi XII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (Weed Science Society
of Indonesia). HIGI. 173-179.

Sauerborn, J., 1999. Legumes Used for Weed Control in Agroecosystems in the
Tropics. Plant Research and Development. 50: 74-82.
Adha D.V. dkk 2015. Laporan Lengkap Praktikummatakuliah Ilmu Gulma.
https://www.academia.edu/12333120/Laporan_Analisis_Vegetasi_Gulm
a. Diakses 23 Juni 2019.

https://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/110114_Bab_II.pdf2011436_1705170.

Hidayat,Ahmad dkk. 2014. Dormansi Biji Gulma. Jurusan Agroteknologi.


Universitas Lampung Bandar Lampung.

Mousavi, SR, Rezaei, M & Mousavi, A2011,A general overview on seed


dormancy and methods of breaking it,Advances in
Environmental Biology, 5(10):3333–3337.

Anda mungkin juga menyukai